Anda di halaman 1dari 20

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER

Disusun :

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah Swt atas seluruh kurunia-Nya,


sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalahdengan tema
“PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER ”. Makalah yang
menurut kami benar. Kami telah berusaha sebaik mungkin untuk
menyempurnakannya. Namun, kami menyadari, kami masih dalam
proses belajar sehingga masih banyak yang harus diperbaiki.

Oleh sebab itu, bimbingan dan arahan dosen, kami harapkan agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Kami mempersembahkan
karya ini untuk semua teman kami, untuk kedua orangtua kami, untuk
dosen kami, dan untuk kepentingan bersama dalam menciptakan tenaga-
tenaga perawat profesional ke depannya.

Berhubungangan dengan hal tersebut, semoga makalah yang


sederhana ini dapat dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran
komunikasi keperawatan kedepannya.

Kritik dan Saran senantiasa dinantikan agar makalah ini menjadi


lebih baik dimasa mendatang amin.

1
Mataram, 25 MEI 2015

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................2

Daftar Isi...............................................................................................................3

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................5

1.3 Tujuan ......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kebutuhan Oksigen.................................................................................6


2.2 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigen.......................6
2.3 Masalah Kebutuhan Oksigen...................................................................8
2.4 Pemberian Oksigen..................................................................................9
2.5 Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum pemberian oksigen................9
2.6 Pemenuhan Oksigen Melalui Masker......................................................13
2.7 Cara pemberian oksigen...........................................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................15

2
3.2 Saran .........................................................................................................16

Daftar Pustaka ..................................................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan. Perawat sering
kali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
oksigennya. Fungsi sistem pernafasan dna jantung adalah menyuplai
kebutuhan oksigen tubuh.
Fisiologi jantung mencangkup pengaliran darah yang membawa oksigen
dari sirkulasi paru ke sisi kiri jantung dan jaringan serta mengalirkan darah
yang tidak mengandung oksigen ke sistem pulmonar. Fisiologi pernafasan
meliputi oksigenasi tubuh melalui mekanisme ventilasi, difusi, dan perfusi.
Pengaturan saraf dan kimiawi mengontrol fluktuasi dalam frekuensi dan
kedalaman pernafasan untuk memenuhi perubahan kebutuhan oksigen
jaringan.

Pemenuhan kebutuhan Oksigenisasi adalah bagian dari kebutuhan


fisiologis (Hurarki Maslow). Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses
kehidupan, oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh,
kebutuhan oksigen dalam tubuh harus dipenuhi karena apabila kebutuhan
dalam tubuh berkurang, maka terjadi kerusakan pada jaringan otak. Dan
apabila hal tersebut terjadi berlangsung lama akan mengakibatkan
kematian. Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti ada yang

3
kekurangan oksigen akan mengalami hipoxia dan akan terjadi kematian.
Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat dilakukan dengan cara
pemberian oksigen melalui saluran pernapasan dan sumbatan yang yang
menghalangi masuknya oksigen, memolihkan dan memperbaiki organ
pernapasan agar dapat berfungsi normal kembali. Prosedur pemenuhan
kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan
pemberian oksigen dengan menggunakan Nasal kanul, menggunakan
Masker dan Kateter nasal.

1.2 Rumusan Masalah


2. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan oksigenasi ?
3. Apa saja sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi?
4. Apa saja masalah kebutuhan oksigen?
5. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan sebelum pemberian oksigen?
6. Apa yang dimaksud dengan pemberian oksigen?
7. Bagaimana Pemberian Oksigen melalui masker ?

1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kebutuhan oksigenasi
3. Untuk mengetahui system tubuh yang berperan dalam kebutuhan
oksigenasi
4. Untuk mengetahui apa saja masalah kebutuhan oksigen
5. Untuk hal-hal yang harus diperhatikan sebelum pemberian oksigen.
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemberian oksigen
7. Untuk mengetahui cara pemberian oksigen melalui masker

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebutuhan Oksigenasi


Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ sel. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan
kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak
menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai
sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang
mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya
sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan
pentingnya oksigen.

2.2 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi


Saluran pernapasan bagian atas
1. Hidung
Hidung terdiri atas nares anterior yang memuat kelenjar sebaseus dengan
ditutupi bulu yang kasar dan bermuara kerongga hidung dan rongga

5
hidung yang dilapisi oleh selaput lender yang mengandung pembuluh
darah.
2. Faring
Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak
sampai esophagus yang terletak dibelakang nasofaring, dibelakang mulut,
dan dibelakang laring.

3. Laring
Laring merupakan saluran pernapasan setelah farig yang terdiri atas bagian
dari tulang rawan yang diikat bersama ligament dan membrane , terdiri
atas dua lamina yang ersambung digaris tengah.
4. Epiglotis
Epiglottis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan.

Saluran pernapasan bagian bawah

1. Trakea
Memiliki panjang kurang lebih sebilan sentimeter yang dimulai dari laring
sampai kira kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas
enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap berupa cincin ,
dilapisi selaput lender yang terdiri dari epithelium bersilia yang dapat
mengeluarkan debu taua benda asing.
2. Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dar trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan leih pendek dan
lebar daripada again kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah , dan bawah
, sedangkan ronus kie lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari
lobus atas dan bawah.
3. Bronkiolus
Saluran percabangan setelah bronkus
4. Paru

6
Merupakan organ utama dalam system pernapasan. Terdiri atas beberapa
lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura viselaris serta
dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru memiliki
jaringan yang elastis , berpori serta berfungsi sebagai tempat pertukaran
gas oksigen dan karbondioksida.

2.3 Masalah kebutuhan oksigen


1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan
penggunaan oksigen dalam tingkat sel , ditandai dengan adanya warba
kebiruan pada kulit . secara umum hipoksia disebabkan oleh menurunnya
kadar Hb, menurunnya difusi O2 dari alveoli kedalam darah, menurunnya
perfusi jaringan atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan
konsentrasi oksigen.
2. Perubahan pola pernapasan
a. Tachypnea merupakan pernapasa yang memiliki frekuensi lebih dari
24 jam kali permenit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan
atelektaksis atau terjadinya emboli
b. Bradypnea , merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari
10 kali permenit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan
tekanan intracranial yang disertai narkotik atau sedative
c. Hiperventilasi , merupakan proses tubuh mengompensasi peningkatan
jumlah oksigej dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam.
Ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek,
adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi karbondioksida , dll.
d. Kusmaul, merupakan pola pernfasan yang dapat ditemukan pada pada
orang yang mengalamai asidosis metabolik ditandai dengan
pernapasan cepat dan dangkal.
e. Dispnea, perasaan sesak dan berat saat pernapasan.

7
f. Orthopnea , merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk
atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang
mengalami kongestif paru
g. Cheyne stokes, siklus pernpasan yang amplitudonya mula mula naik,
turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru
h. Pernapasan paradoksial
Pernpasan yang ditandai dengan adanya pergerakan yang berlawanan
arah dari kedaaan normal, sering ditemukan pada keadaan atelektaksis.
3. Obstruksi jalan napas
Merupakan kondisi pernapasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan
batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau
berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, statis sekresi, dan batuk
tidak efektif karena penyakit persarafan seperti cerebro vascular accident,
efek pengobatan sedative, dan lain lain.
4. Pertukaran gas
Merupakan kondisi penuruna gas, baik oksigen maupun karbondioksida
antara alveli paru dan system vascular , dapat disebabkan oleh sekresi
yang kental atau imobilisai akibat oenyakit system saraf , depresi susunan
saraf pusat atau penyakit radang paru. Gangguan ini terjadi menunjukkan
penurunan kapasitas difusi menurun, antara lain disebabkan oleh
penurunan luas permukaaan difusi, penebalan membrane alveolar kapiler,
terjadinya pengangkutan oksigen dari paru ke jaringan akibat rasio
ventilasi perfusi tidak baik, anemia, keracunan CO2 dan terganggunya
aliran darah.

2.4 Pemberian Oksigen

Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara


memberikan oksigen ke dalam paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen ini dapat dilakukan

8
dengan tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan
memenuhi kebutuhan oksigen.

2.5 Pemenuhan oksigen melalui masker

1. Pengertian

Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri


oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen
umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat
kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam.
Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada
adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani,
2009:54)
Macam Bentuk Masker :
a. Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60%
dengan kecepatanaliran 5-8 liter/menit.
Cara pemasangan
1. Terangkan prosedur pada klien
2. Atur posisi dengan nyaman pada pasien, misal semi fowler position
3. Hubungan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan
humidifier
4. Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan
mulut klien
5. Lingkarkan karet sungkup pada kepala klien agar sungkup muka
tidak lepas
6. Alirkan oksigen sesuai kebutuhan

9
Keuntungan

1. Konsentrasi oksigen yang diperoleh lebih tinggi dari nasal kanula


2. system humidifikasi dapat di tingkatkan
Kerugian
1. Umumnya tidak nyaman bagi klien
2. Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi
3. Aktivitas makan dan berbicara terganggu
4. Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat
menyebabkan aspirasi
5. Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan
karbondioksida

b. Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80%


dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus
mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi,
oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan
kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam
lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur
dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada
simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37). Indikasi : klien
dengan kadar tekanan CO2 yang rendah. (Asmadi, 2009:33)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah (Asmadi,
2009:33)

Cara pemasangan
1. Terangkan prosedur pada klien
2. Hubungkan selang oksigen ke humidifier dengan aliran rendah
3. Isi oksigen ke dalam kantong dengan cara menutup lubang
antarakantong dengan sungkup

10
4. Atur tali pangkat sungkup sehingga menutup dengan rapat dan
nyaman. Bila perlu pakai kasa pada daerah yang tertekan
5. Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantong akan terisi waktu
ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi

Keuntungan
1. Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari pada sungkup muka
sederhana
2. Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian
1. Kantung oksigen bisa terlipat
2. Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu rendah

c. Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen


sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada
prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan
tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah
udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat
ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37).
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. (Asmadi,
2009:34)

Cara pemasangan

Sama dengan pemasangan pada sungkup muka dengan kantong


rebreathing

Keuntungan
1. Konsentrasi oksigen hampir diperoleh 100% karena adanya katup
satu arah antara kantong dan sungkup, sehingga kantung

11
mengandung konsentrasi oksigen yang tinggi dan tidak tercampur
dengan udara ekspirasi.
2. Tidak mengeringkan selaput lender

Kerugian

1. Kantung oksigen bisa terlipat


2. Berisiko untuk terjadi keracunan oksigen
3. Tidak nyaman bagi klien

2.6 Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum pemberian oksigen

1. Instruksi pemberian oksigen, termasuk alat pemberian dan liter


flow rate (L/min)
2. Kadar oksigen (PO2) dan karbon dioksida (PCO2) pada darah
arteri (PaO2) normal 80 – 100 mmHg, (PCO2) 35-45 mmHg.
3. Apakah klien menderita PPOM (Penyakit Paru Obstruksi
Menahun)

2.7 Cara pemberian oksigen melalui masker

1. Kaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi (periksa kembali)


perintah pengobatan.
2. Atur pasien dengan posisi semi-Fowler
3. Atur aliran oksigen dengan flow meter dengan memutar kenop
hingga diperoleh kecepatan aliran yang dibutuhkan (umumnya 6-
10L/menit)
4. Pada masker rebreathing/non-rebreathing tunggu sampai kantong
terisi udara.
5. Hubungkan selang oksigen pada masker wajah dengan humidifire
sehingga tidak terdapat bunyi pada selang

12
6. Kemudian observasi humidifire pada tabung air yang menunjukkan
adanya gelembung dan selang tidak bocor
7. Atur masker sesuai dengan bentuk wajah. Masker harus menutupi
hidung dan mulut kien sehingga sangat sedikit oksigen yang keluar
lewat mata atau sekitar pipi dan dagu
8. Ikatan elastik band melingkar kepala hingga masker terasa nyaman
dan tidak terlepas
9. Alasi band di belakang telinga dan diatas tulang yang menonjol.
Alas akan mencegah iritasi karena masker
10. Alirkan oksigen sesuai dengan kebutuhan
11. Cek liter flow meter dan tinggi air pada humifidier dalam 30 menit
dan saat memberikan perawatan pada klien
12. Pertahankan tonggi air dalam humifidier
13. Pastikan petunjuk keamanan diikuti
14. Periksa kecepatan aliran tiap 6-8 jam, catat kecepatan aliran
oksigen, rute pemberian, dan respon klien

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan
sangat vital bagi tubuh.Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas
dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional.
Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi
Saluran pernapasan bagian atas:
a. Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui
hidung.
b. Esophagus.
c. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.
d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup
laring saat proses menutup.

Saluran pernapasan bagian bawah:


a. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebrae torakalis kelima.
b. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi
bronchus kanan dan kiri.

14
c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
d. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran
oksigen dengan karbondioksida.
e. Paru-Paru (Pulmo), Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem
pernapasan

Hipoksia, perubahan pola napas, obstruksi jalan napas dan gangguan


pertukaran gas merupakan masalah pada pemenuhan kebutuhan oksigen.
Masalah ini dapat diatasi dengan pemberian oksigen, yakni tindakan
keperawatan dengan cara memberikan oksigen kedalam paru melalui
saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu seperti kanula,
kateter nasal, dan masker. Pemberian oksigen kepada klien dengan
menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung
dan mulut klien.

3.2 Saran
Dalam pemberian oksigen melalui nasal dan masker di butuhkan
ketelitian,dan harus mengetahui kebutuhan oksigen yang di butuhkan
oleh pasien.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alimul,Aziz.(2006).”Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi konsep dan proses


keperawatan”. Jakarta : Salemba Medika

Ariyanto.(2008).”Teknik Prosedural Keperawatan”.Jakarta: Salemba Medika

Alimul,Aziz.(2010).”Buku Saku Kebutuhan Dasar Manusia”. Jakarta :EGC

Riyadi,Sujono.(2012).”Standard Operating Procedure dalam Praktik Klinik


Keperawatan Dasar”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Asmadi.(2008).”Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien” Jakarta : Salemba Medika

16
KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN

CHECKLIST PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER

NAMA :

NIM :

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
Definisi:
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker
yang dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut
klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening dan
mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi
wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam.
Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask
terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi
terinhalasi kembali. (Aryani, 2009 : 54)

Tujuan:
1. Untuk memberikan tambahan oksigen dengan kadar

17
sedang konsentrasi dan kelembaban yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kanul (Suparmi, 2008 : 68)
2. Memenuhi kebutuhan oksigen
3. Mencegah terjadinya hipoksia

Indikasi
1. Klien dengan keadaan tidak sadar
2. Sianosis,
3. Hipovolemia,
4. Perdarahan,
5. Anemia berat,
6. Keracunan gas karbondioksida,
7. Asidosis,
8. Selama dan sesudah pembedahan.
Kontraindikasi
1. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif
Menahun)
2. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang
mengalami muntah-muntah
Persiapan Alat :
1. Tabung oksigen dengan flowmeter
2. Humidifier dengan cairan ster/air destilasi/air matang
yang dimasak sesuai dengan kebijakan rumah sakit
3. Masker wajah sesuai ukuran
4. Karet pengikat/elastik band
5. Sarung tangan
6. Perlak pengalas
7. Bengkok
8. Kasa bila perlu
Tahap preinteraksi :
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat
Tahap orientasi :

18
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan pada klien atau
keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Cara Kerja :
1. Kaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi (periksa
kembali) perintah pengobatan.
2. Atur posisi klien semi-Fowler
3. Atur aliran oksigen dengan flow meter dengan memutar
kenop hingga diperoleh kecepatan aliran yang
dibutuhkan (umumnya 6-10L/menit)
4. Pada masker rebreathing / non-rebreathing tunggu
sampai kantong terisi udara.
5. Hubungkan selang oksigen pada masker wajah dengan
humidifire sehingga tidak terdapat bunyi pada selang
6. Kemudian observasi humidifire pada tabung air yang
menunjukkan adanya gelembung dan selang tidak bocor
7. Atur masker sesuai dengan bentuk wajah. Masker harus
menutupi hidung dan mulut kien sehingga sangat
sedikit oksigen yang keluar lewat mata atau sekitar pipi
dan dagu
8. Ikatan elastik band melingkar kepala hingga masker
terasa nyaman dan tidak terlepas
9. Alasi band di belakang telinga dan diatas tulang yang
menonjol. Alas akan mencegah iritasi karena masker
10. Alirkan oksigen sesuai dengan kebutuhan
11. Cek liter flow meter dan tinggi air pada humifidier
dalam 30 menit dan saat memberikan perawatan pada
klien

19
12. Pertahankan tonggi air dalam humifidier
13. Pastikan petunjuk keamanan diikuti
14. Periksa kecepatan aliran tiap 6-8 jam, catat kecepatan
aliran oksigen, rute pemberian, dan respon klien
Tahap terminasi :
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
dilakukan tindakan.
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan.
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya.
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien.
Tahap dokumentasi :
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap atau tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan tidak benar/sempurna

20

Anda mungkin juga menyukai