Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT

ASMA

Disusun oleh kelas C semester 3

Kelompok 8

1. Stesia Nari Lobiua


2. Ester lina Item
3. Novinri Duano
4. Pingkan Tawera

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , atas segala berkat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan
tugas dari mata kuliah SISTEM RESPIRASI, yang mana dengan tugas ini kami sebagai
mahasiswa dapat mengetahui lebih dalam materi ini yaitu tentang ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT ASMA.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Dengan harapan semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembacanya

Kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan baik dari
segi isi, maupun dari segi penulisan, oleh karena itu kami sebagai penulis meminta kritikan
dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

Manado, September 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Cover..i

Kata pengantar...ii

Daftar isiiii

BAB I. Pendahuluan..1

A. Latar belakang..1
B. Rumusan masalah1
C. Tujuan penulisan..1

BAB II. Pembahasan.2

A. Pengertian asma2
B. Anatomi dan fisiologi asma.3
C. Etiologi penyakit asma.5
D. Tanda dan gejala penyakit asma..6
E. Patofisiologi penyakit asma.7
F. Manifestasi klinis..8
G. Komplikasi asma..9
H. Penatalaksanaan medis.9
I. Prinsip etika keperawatan10
J. Nursing advokasi..10
K. Askep asma..11

BAB III. Penutup..31

A. Kesimpulan..31
B. Saran.31

Daftar Pustaka32

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea
dan bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan
luar saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan
atau dengan pengobatan (Buku Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
FKUI). Asthma Bronchiale adalah penyakit yang mempunyai karakteristik dengan
peningkatan respon trakhea dan bronkus dengan berbagai macam stimulasi:
psikologis, otonom, infeksi, endokrin, kekebalan imun dan biokimia. (Nancy
Holloway Medical, Surgical Nursing Care Plan).

B. Rumusan masalah
1. Apa itu penyakit asma ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi penyakit asma ?
3. Apa saja penyebab dari asma ?
4. Bagaimana tanda dan gejala penyakit asma ?
5. Patofisiologi penyakit asma ?
6. Manifestasi klinis penyakit asma ?
7. Apa saja komplikasi penyakit asma ?
8. Bagaimana cara untuk penatalaksanaan medis ?
9. Prinsip etik dan nursing advokasi penyakit asma ?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu asma
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi asma
3. Untuk mengetahui penyebab,tanda dan gejala, serta patofisiologi penyakit asma
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis asma
5. Untuk mengetahui komplikasi dan penatalaksanaan penyakit asma
6. Untuk mengetahui prinsip etik
7. Untuk mengetahui nursing advokasi penyakit asma
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian asma
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu
( Smeltzer, 2002 : 611).
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang berati terengah-engah dan berarti
serangan nafas pendek. Atau asma merupakam suatu penyakit yang ditandai oleh
hipersensitivitas cabang trakeobronkial terhadap berbagai rangsangan dan keadaan ini
bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas secara periodik dan reversibel akibat
bronkospasme (Sylvia, Price. 2006:784).
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan
berbagai sel inflamasi.Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam
berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan(mengi dan sesak) (Arif
Mansjoer. 2002: 476)
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea
dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun
hasil dari pengobatan ( The American Thoracic Society ).
Kesimpulan Asma adalah suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitivitas
cabang trakeobronkial terhadap berbagai rangasangan yang akan
menimbulkan obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan(mengi dan sesak).

B. Anatomi dan fisiologi asma


Sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang
mengantarkan udara luas agar bersentuhan dengan membran-membran kapiler alveoli
paru. Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, pharing,
laring, bronkus dan bronkioulus yang dilapisi oleh membran mukosa bersilia.

Hidung
Ketika udara masuk ke rongga hidung udara tersebut disaring, dihangatkan
dan dilembabkan. Partikel-partikel yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang
terdapat di dalam hidung, sedangkan partikel halus akan dijerat dalam lapisan
mukosa, gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung
dan ke superior di dalam saluran pernafasan bagian bawah.
Pharing
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan.
Terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut setelah
depan ruas tulang leher. Hubungan pharing dengan rongga-rongga lain: ke atas
berhubungan dengan rongga hidung dengan perantaraan lubang yang bernama koana.
Ke depan berhubungan dengan rongga mulut. Tempat hubungan ini bernama istmus
fausium lubang esophagus. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di
beberapa tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan getah bening dinamakan
adenoid. Di sebelahnya terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari tekak. Di sebelah
belakang terdapat epiglotis (empang tengkorak) yang berfungsi menutup laring pada
waktu menelan makanan.

Rongga tekak dibagi menjadi 3 bagian:


1. Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring.
2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring.
3. Bagian bawah skali dinamakan laringofaring.
Laring
Laring terdiri dari satu seri cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-
otot pita suara. Laring dianggap berhubungan dengan fibrasi tetapi fungsinya sebagai
organ pelindung jauh lebih penting. Pada waktu menelan laring akan bergerak ke atas
glotis menutup.
Alat ini berperan untuk membimbing makanan dan cairan masuk ke dalam
esophagus sehingga kalau ada benda asing masuk sampai di luar glotis maka laring
mempunyai fungsi batuk yang membantu benda dan sekret dari saluran inspirasi
bagian bawah.
Trakea
Trakea disokong oleh cincin tulang yang fungsinya untuk mempertahankan
oagar trakea tatap terbuka. Trakea dilapisi oleh lendir yang terdiri atas epitelium
bersilia, jurusan silia ini bergerak jalan ke atas ke arah laring, maka dengan gerakan
ini debu dan butir halus yang turut masuk bersama dengan pernafasan dapat
dikeluarkan.
Bronkus
Dari trakea udara masuk ke dalam bronkus. Bronkus memiliki percabangan
yaitu bronkus utama kiri dan kanan yang dikenal sebagai karina. Karina memiliki
syaraf yang menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang.
Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris, bronkus kanan lebih pendek dan lebih
besar yang arahnya hampir vertikal, sebalinya bronkus ini lebih panjang dan lebih
sempit. Cabang utama bronkus bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian
segmentalis. Percabangan ini berjalan terus dan menjadi bronkiolus terminalis yaitu
saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli.
Bronkiolus
Saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis merupakan
saluran penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru setelah bronkiolus
terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru yaitu tempat pertukaran gas.
Asinus terdiri dari bronkiolus respiratorik, duktus alveolaris, sakus alveolaris
terminalis, alveolus dipisahkan dari alveolus di dekatnya oleh dinding septus atau
septum Alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein yang dinamakan surfaktan yang dapat
mengurangi tegangan pertukaran dalam mengurangi resistensi pengembangan pada
waktu inspirasi dan mencegah kolaps alveolus pada ekspirasi.

Peredaran Darah Paru-Paru

Paru-paru mendapat dua sumber suplai darah yaitu dari arteri bronkialis
(berasal dari aorta thorakhalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkus) dan
arteri pulmonalis. Sirkulasi bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi
sitemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme paru. Vena bronkialis besar
bermuara pada vena cava superior dan mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena
bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah ke vena pulmonalis. Arteri
pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan jantung mengalirkan darah vena
campuran ke paru-paru. Di paru-paru terjadi pertukaran gas antara alveoli dan darah,
darah yang teroksigenasi dikembalikan ke ventrikel kiri jantung melalui vena
pulmonalis, yang selanjutnya membagikannya melalui sirkulasi sistemik ke seluruh
tubuh.

C. Etiologi penyakit asma


Faktor Ekstrinsik
Ditemukan pada sejumlah kecil pasien dewasa dan disebabkan oleh alergen yang
diketahui karena kepekaan individu, biasanya protein, dalam bentuk serbuk sari yang
hidup, bulu halus binatang, kain pembalut atau yang lebih jarang terhadap makanan,
polusi.
Faktor Intrinsik
Faktor ini sering tidak ditemukan faktor-faktor pencetus yang jelas. Faktor-faktor non
spefisik seperti flu biasa, latihan fisik atau emosi dapat memicu serangan asma. Asma
instrinsik ini lebih biasanya karena faktor keturunan dan juga sering timbul sesudah
usia 40 tahun. Dengan serangan yang timbul sesudah infeksi sinus hidung atau pada
percabangan trakeobronchial.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.
D. Tanda dan gejala asma
Penyakit asma merupakan penyakit yang mengganggu saluran pernapasan
manusia serta paru-paru atau bisa disebut juga dengan sesak napas. Penyakit asma
tergolong penyakit kronis apabila secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
lama sehingga seseorang atau penderita mengalami kesulitan untuk bernapas. Ketika
penderita mengalami serangan asma, hal ini pertanda bahwa telah terjadi
pembengkakan pada saluran pernapasan yang menyebabkan dinding pada bagian
dalam dari saluran pernapasan membengkak. Dengan terjadinya pembengkakan
tersebut menyebabkan ukuran saluran udara mengecil sehingga si penderita Asma
mengalami kesulitan pada saat bernapas. Biasanya ketika seseorang terserang
penyakit asma akan muncul gejala-gejala lain yang mengiringi, seperti batuk,
mengeluarkan bunyi khas penyakit asma yang mencuit-cuit (wheezing) serta yang
pasti adalah penderita mengalami sesak napas.
Penyakit asma tergolong penyakit yang dapat disembuhkan dan masih bisa
dikendalikan. Pengendalian tersebut bisa dilakukan secara maksimal apabila penderita
segera mengetahui penyakit asma telah menyerangnya sehingga pengoabatan pun
segera bisa dilakukan. Pastinya segera periksakan diri ke dokter apabila kita
mengalami gejala-gejala yang aneh pada tubuh. Penyakit asma bisa dipicu dari
berabagai faktor termasuk lingkungan sekitar dan juga faktor keturunan.
Beberapa gejala yang muncul apabila penyakit asma menyerang diantaranya :

Sulit-bernafas
Gejala serangan penyakit asma berikutnya adalah rasa sulit ketika bernafas, jika
seseorang dalam menjalankan aktivitas atau secara tiba-tiba merasa sulit bernafas bisa
saja mengindikasikan bahwa seseorang mengindap penyakit asma, segera
konsultasikan dengan dokter untuk memastikannya.
Mengi
Apabila ada suara ketika sedang bernapas maka ini dinamakan dengan mengi. Ciri
awal yang biasanya muncul pada penderita penyakit asma adalah mengi. Jika gejala
ini muncul segera hubungi dokter.
Nyeri-pada-bagian-dada
Perasaan sakit pada daerah dada bisa saja merupakan salahsatu gejala penyakit asma,
biasanya berupa perasaan tekanan dan perasaan berat pada dada, jika hal ini terjadi
segera periksakan diri Anda ke dokter.
Mudah-Lelah
Kondisi mudah lelah sebenarnya merupakan kondisi umum apabila seseorang
mengidap penyakit tertentu termasuk juga penyakit asma, jika kadar oksigen dalam
tubuh berkurang ini bisa saja kemungkinan karena terganggunya saluran pernapasan.
Iritasi-tenggorokan
Kebanyakan kasus bahwa jika seseorang mengalami iritasi tenggorokan merupakan
ciri dari gejala penyakit asma, iritasi pada tenggorokan ini disebabkan karena saluran
pernapasan tersumbat lendir.
Menghilangnya-suara
Gejala Penyakit Asma dalam tahap parah lainnya adalah kehilangan suara, ini
diakibatkan karena batuk secara terus-menerus sehingga dalam jangka waktu tertentu
penderita asma bisa saja kehilangan suaranya. Dan jika melakukan pembicaraan
dalam waktu yang normal suara orang tersebut akan terdengar serak.

E. Patofisiologi penyakit asma


Asma adalah obstruksi jalan nafas difus revesible yang disebabkan oleh satu
atau lebih dari faktor berikut ini.
Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi yang menyempitkan jalan nafas.
Pembengkakan membran yang melapisi bronchi.
Pengisian bronchi dengan mukus yang kental.
Selain itu, otot-otot bronchial dan kelenjar membesar. Sputum yang kental,
banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflamasi dengan udara terperangkap di
dalam paru. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam
paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan
antibodi menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (mediator) seperti: histamin,
bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari suptamin yang bereaksi lambat.
Pelepasan mediator ini mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas
menyebabkan broncho spasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan
mukus yang sangat banyak.
Sistem syaraf otonom mempengaruhi paru, tonus otot bronchial diatur oleh
impuls syaraf pagal melalui sistem para simpatis. Pada asthma idiopatik/non alergi,
ketika ujung syaraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti: infeksi, latihan,
udara dingin, merokok, emosi dan polutan. Jumlah asetilkolin yang dilepaskan
meningkat.
Pelepasan astilkolin ini secara langsung menyebabkan bronchikonstriksi juga
merangsang pembentukan mediator kimiawi.
Pada serangan asma berat yang sudah disertai toxemia, tubuh akan
mengadakan hiperventilasi untuk mencukupi kebutuhan O2. Hiperventilasi ini akan
menyebabkan pengeluaran CO2 berlebihan dan selanjutnya mengakibatkan tekanan
CO2 darah arteri (pa CO2) menurun sehingga terjadi alkalosis respiratorik (pH darah
meningkat). Bila serangan asma lebih berat lagi, banyak alveolus tertutup oleh mukus
sehingga tidak ikut sama sekali dalam pertukaran gas. Sekarang ventilasi tidak
mencukupi lagi, hipoksemia bertambah berat, kerja otot-otot pernafasan bertambah
berat dan produksi CO2 yang meningkat disertai ventilasi alveolar yang menurun
menyebabkan retensi CO2 dalam darah (Hypercapnia) dan terjadi asidosis respiratori
(pH menurun). Stadium ini kita kenal dengan gagal nafas.
Hipotermi yang berlangsung lama akan menyebabkan asidosis metabolik dan
konstruksi jaringan pembuluh darah paru dan selanjutnya menyebabkan sunting
peredaran darah ke pembuluh darah yang lebih besar tanpa melalui unit-unit
pertukaran gas yang baik. Sunting ini juga mengakibatkan hipercapni sehingga akan
memperburuk keadaan

F. Manifestasi klinis
Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi. dan
sesak napas. Pada awal serangan sering gejala tidak jelas, seperti rasa berat didada,
dan pada asma alergi mungkin disertai pilek atau bersin, Meskipun pada mulanya
batuk tanpa disertai sekret. tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan
mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulent (Suyono,
Slamet. 2002: 23).
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajad
hiperaktifitas bronkus.Obstruksi jalan nafas dapat revesible secara spontan maupun
dengan pengobatan. Gejala asma antara lain :
Bising mengi ( weezing ) yang terdengar atau tanpa stetoskop
Batuk produktif, sering pada malam hari
Sesak nafas

G. Komplikasi Asma
Status asma adalah keadaan penyakit yang berkepanjangan yang mengancam
jiwa yang tidak dipulihkan dengan pengobatan. Kerja pernapasan sangat meningkat ,
apabila kerja pernapasan menigkat , kebutuhan oksigen juga meningkat . karena
individu yang mengalami serangan asma tidak dapat memenuhi oksigen normalnya ,
individu semakin tidak sanggup memenuhi oksigen yang sangat tinggi yang
dibutuhkan untuk berinspirasi dan berekspirasi melawan pembengkakan bronkiolus.
Situasi ini dapat menyebabkan pneumutoraks akibat besarnya tekanan untuk
melakukan ventilasi. Apabila individu kelelahan, dapat terjadi asidosis respiratorik,
gagal nafas, dan kematian. ( buku saku patofisiologi, Elizabeth J.corwin. EGC.edisi 3)

H. Penatalaksanaan medis
Terapi non farmakologi , Terapi farmakologi meliputi 2 komponen utama,
yaitu edukasi pada pasien atau merawat mengenai beberapah haltentang asma , dan
kontrol terhadap faktor-faktor pemicu serangan. Berbagai pemicu serangan antara lain
adalah debu, polusi, merokok, olahraga, dan perubahan temperature.
Untuk memastikan macam alergen pemicu serangan pasien, maka direkomendasikan
untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien serta uji kulit (skin test). Jika penyebab
serangan sudah diidentifikasi, pasien perlu diedukasi mengenai berbagai cara
mencegah dan mengatasi diri dalam serangan asma. cara penggunaan obat yang tepat
terutama teknik inhalasi yang benar, selain itu juga dapat dilakukan fisioterapi napas
(senam asma). (penyakit system pernafasan dan tataklasana terapinya, prof.zullies
ikawati,ph.D,Apt)
Terapi farmakologi, asma merupakan penyakit kronis, sehingga membutuhkan
pengobatan yang perlu dilakukan secara teratur untuk mencegah kekambuhan.
Berdasarkan penggunaanya, maka obat asma terbagi dalam dua golongan yaitu
pengobatan jangka panjang untuk mengontrol gejala asma, dan pengobatan cepat
( quick relief medication) untuk mengatasi serangan akut asma. Obat-obat asma dapat
dijumpai dalam bentuk oral, larutan nebulizer, metered dose inhaler (MDI), dan dry
powder inhaler (DPI). (penyakit system pernafasan dan tataklasana terapinya,
prof.zullies ikawati,ph.D,Apt)

I. Prinsip etika dalam keperawatan


Pengambilan keputusan
Tidak membahayakan klien
Berbuat baik
Keadilan
Kejujuran
Kesetiaan
Kerahasian
Bertanggung jawab
(Potter dan perry. edisi 4(2005).

J. Nursing Advocacy
Advokasi adalah proses pembelaan yang dilakukan untuk mendukung
argumentasi bagi kebutuhan orang lain dengan bertindak sebagai pembela pasien
dalam praktik keperawatan. (Broker, 2002)
Peran advokasi :
Memberi informasi dan bantuan atas apa pun yang sudah diputuskan pasien
Memberi informasi yang artinya menyediakan penjelasan atau informasi sesuai
dengan yang klien butuhkan
Bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan
terhadap upaya-upaya kesehatan yang harus dijalani oleh pasien
Sebagai pelindung penentuan diri klien, mediator, dan pelaku. (Blais, K, dkk. 2007)

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

Tgl masuk RS : 3 September 2016


Tgl Pengkajian : 3 September 2016
Diagnosa medis : Asma Bronkial
No registrasi :01501813
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama :Tn. M
Tempat/tgl lahir : Manado 8 Desember 1974
Usia : 42 thn
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Kristen
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Cleaning Service
Alamat : Manado
Status : Sudah menikah
Penanggung jawab : Ny. G

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : Sesak nafas, nyeri dada, sering batuk dan nafsu makan
berkurang

2. Riwayat penyakit dahulu : sejak dulu klien mengalami alergi terhadap asap dan
debu
berlebihan

C. Pemeriksaan fisik
1. kesadaran : compos mentis

2. TTV
TD : 130/70 mmHg
SB : 37C
N : 76x/menit
RR : 36x/menit

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiolgi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.pada waktu serangan menunjukan
gambaran hiperinflasi pada paru yakni radiolusen yang bertambah dan pelrburan rongga
intercostalis,serta diafragma yang menurun.akan tetapi bila terdapat komplikasi,maka
kelainan yang didapat adalahsebagai berikut:
Bila disertai denga bronchitis,maka bercak-bercak dihilus akan bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD),maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
Bila terdapat komplikasi,maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
Dapat pula menimbulkan gambaran atelectasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum,pneumotoraks,dan pneumoperikardium,maka dapat
dilihat bemtuk gambaran radiolusen pada paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai allergen yang dapat menimbulkan
reaksi yan positif pada asma.
3. Elektrokardiografi
gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian,dan
disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu:
Perubahan aksis jantung,yakni pada ummnya
Terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung,yakni terdapat RBB (right bundle
branch block).
Tanda-tanda hipoksemia,yakni terdapat sinus tachycardia,SVES,dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukan adanya obstruksi jalan nafas reversible,cara yang cepat dan sederhana
diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.

Klasifikasi Data

Data subjective Data objectiv


Klien mengeluh sesak nafas (+) dyspnea parah
Klien mengatakan nyeri dada (+) eksprasi memeanjang disertai
Klien mengatakan nafsu makan wheezing
berkurang (+) gelisah
Klien mengeluh sering batuk (+) kesulitan menelan
TTV
SB :37C
TD :130/70 mmHg
RR :36x/menit
N :76x/menit
Analisa Data

No Data penunjang Etiologi Masalah


1. DS : Sumbatan mukus Tidak efektifnya
Klien mengatakan bersihan jalan
sesak nafas nafas
DO : Obstruksi saluran nafas
Dispnea parah dg
ekspirasi
memanjang Tidak efektifnya bersihan

disertai wheezing jalan nafas

TTV
TD : 130/70 mmHg
SB : 37C
N : 76x/menit
RR : 36x/menit

2. DS : Gangguan
Klien mengatakan Spasme bronkus pertukaran gas
sesak nafas
Klien mengatakan
nyeri dada Alveoli tertutup
Klien mengatakan
sering batuk
DO
Hipoksemia
(+) gelisah
(+)menggunakan
otot bantu
Gg prtukaran gas
pernapasan

TTV
TD : 130/70 mmHg
SB : 37C
N : 76x/menit
RR : 36x/menit

3. DS : Penyempitan jalan nafas Perubahan nutrisi


Klien mengatakan kurang dari
nafsu makan kebutuhan
menurun Penurunan masukan oral
DO :
(+) kesultan waktu
menelan Anoreksia

TTV
TD : 130/70 mmHg
SB : 37C Perubahan nutrisi
N : 76x/menit
RR : 36x/menit (-)kebutuhan tbuh

Diagnosa keperawatan
No Diagnosa Keperawatan (secara prioritas)

1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas b/d obstruksi saluran napas (bronkhopasme) d/d
sesak napas
2 Gangguan pertukaran gas b/d spasme bronkus d/d nyeri dada
3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/danoreksia ,d/d napsu makan berkurang
N Diagnosa Kep. Tujuan dan Intervensi Rasional
O Kriteria hasil
1. Tidak Tujuan : Mandiri
1. Beberapa derajat
efektifnya Setelah dilakukan 1. Auskultasi bunyi
spasme bronkus
bersihan jalan tindakan nafas catat
terjadi dengan
nafas b/d keperawatan selama adanya wheezing,
obstruksi jalan
obstruksi 2x24 jam ronchi
nafas, bunyi nafas
saluran napas diharapkan bersihan
redup dengan
(bronkhopasme jalan nafas kembali
ekspirasi
) d/d sesak efektif dengan
mengitak ada
napas kriteria hasil:
fungsi nafas
a).DS :
(asma berat)
Klien tidak
lagi sesak 2. Takipnea
nafas 2. Kaji frekuensi biasanya ada pada
b).DO : pernafasan catat beberapa derajat
(-) Dispnea rasio inspirasi dan dapat

parah dg dan ekspirasi ditemukan pada

ekspirasi penerimaan

memanjang setelah stress/

disertai adanya proses

wheezing. infeksi akut.

TTV Pernafasan dapat

TD : 120/80 mmHg melambat dan

SB : 36C frekuensi

N : 75x/menit ekspirasi

RR : 20x/menit memanjang di
banding inspirasi

3. Peninggian
3. Dorong pasien kepala
untuk posisi yang mempermudah
aman, misalnya fungsi pernafasan
peninggian dengan
kepala, tidak menggunakan
duduk pada gravitasi
sandaran
4. Batuk dapat
4. Observasi menetap tetapi
karakteristik tidak efektif,
batuk menetap, khususnya pada
batuk pendek, klien lansia, sakit
basah. Bantu akut/kelemahan
tindakan untuk
keafektifan
memperbaiki
upaya batuk

5. Penggunaan
5. Berikan air cairan hangat
hangat dapat
menurunkan
spasme bronkus
6.

1. Membebaskan
Kolaborasi
spasme jalan
1. Kolaborasi obat
nafas,mengi dan
sesuai indikasi
produksi mucus
bronkodilator ---
Spiriva 1x1
(inhalasi)
2. Gangguanpertu Tujuan : Mandiri
karan gas b/d Setelah dilakukan 1. Auskultasi bunyi 1. Ronki dan mengi
spasme bronkus tindakan nafas dan catat menyertai
d/d nyeri dada keperawatan selama adanya bunyi obstruksi jalan
2x24 jam nafas seperti nafas/ kegagalan
diharapkan mengi, ronchi pernafasan
pertukaran gas
efektif dan adekuat 2. Tinggikan kepala 2. Duduk tinggi
Dengan kriteria dan bantu memungkinkan
hasil : mengubah posisi ekspansi paru dan
a). DS : memudahkan
Klien tidak pernafasan
3. Observasi pola
lagi sesak
batuk dan
nafas 3. Kongesti alveolar
Nyeri dada karakter secret
mengakibatkan
klien batuk
berkurang sering/iritasi
Klien tidak 4. Dorong/bantu

lagi batuk pasien dalam


4. Dapat
b). DO : nafas dan latihan
meningkatkan/
batuk
(-) gelisah
banyaknya
(-)mnggnkn
sputum dimana
otot bantu
gangguan
pernapasan
ventilasi dan
TTV
ditambah
Kolaborasi
TD : 120/80 mmHg
ketidaknyamanan
1. Berikan
SB : 36C
upaya bernafas
tambahan O2
N : 75x/menit
Berikan terapi
RR : 20x/menit
nebulizer
1. Memaksimalkan
1.
bernafas dan
menurunkan kerja
nafas,
memberikan
kelembapan pada
membrane
mukosa dan
membantu
pengurangan
secret.
3 Perubahan Tujuan : Mandiri 1.
nutrisi kurang Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi 1. Menentukan dan
dari kebutuhan tindakan klien (tekstur, kulit, membantu dalam
tubuh b/d keperawatan selama rambut, konjunktiva) intervensi
anoreksia ,d/d 2x24jam lanjutnya
napsu makan diharapkan 2. Jelaskan pada klien
2. Pastikan
berkurang kebutuhan nutrisi tentang pentingnya
pengetahuan klien
kembali terpenuhi nutrisi bagi tubuh
dapat menaikkan
dengan kriteria
partisi bagi klien
hasil :
dalam asuhan
a).DS :
3. Timbang BB dan TB keperawatan
Nafsu
makan 3. Penurunan BB
sklien yang signifikan
kembali 4. Anjurkan klien merupakan
seperti biasa minum air hangat indicator
b). DO : saat makan kurangnya nutrisi
(-) kesulitan
5. Anjurkan klien
waktu 4. Air hangat dapat
makan sedikit
menelan mengurangi mual
sedikit tapi sering
TTV
TD : 120/80 mmHg 5. Memenuhi
SB : 36C kebutuhan nutrisi
N : 75x/menit klien.Menentukan
RR : 20x/menit kalori individu

Kolaborasi dan kebutuhan

1. Konsul dengan nutrisi dalam

tim gizi/ tim pembatasan

pendukung gizi

1. Defisiensi
vitamin dapat
terjadi bila
2. Berikan obat
protein dibatasi
sesuai indikasi
Vit. B squrb 2x1
Antiemetic rantis
2x1
2. Untuk
menghilangkan
muntah/ mual

Implementasi dan evaluasi


No Diagnosa Hari,Tanggal, Implementasi Evaluasi
keperawatan Jam
1. Tidak efektifnya 3 September 1. Mengauskultasi S:
bersihan jalan nafas 2016 bunyi nafas catat Klien masih
08.00-08.30
b/d obstruksi saluran adanya wheezing, sesak napas
wita
napas ronchi O:
Hasil :
(bronkhopasme) d/d Masih terdengar
Klien
sesak napas adanya whessing
teridentifikasi
memiliki
wheezing (mengi) A : Masalah belum
saat bernafas teratasi

2. Mengkaji
P : intervensi
frekuensi
Dilanjutkan
pernafasan catat
rasio inspirasi dan
ekspirasi
Hasil :
Frekuensi
pernafasan klien
masih belum
stabil

3. Mendorong
pasien untuk
posisi yang aman,
misalnya
peninggian
kepala, tidak
duduk pada
sandaran
Hasil :
klien menolak
mengubah
posisinya
4. Mengobservasi
karakteristik
batuk menetap,
batuk pendek,
basah. Bantu
tindakan untuk
keafektifan
memperbaiki
upaya batuk
Hasil :
Klien masih
sering mengalami
batuk pendek
5. Memberikan air
hangat
Hasil :
klien menolak
untuk
mengkonsumsi
air hangat
Kolaborasi :
1. Mengkolaborasi
obat sesuai
indikasi
bronkodilator ---
Spiriva 1x1
(inhalasi)
Hasil :
Klien menerima
obat yang
diberikan.
Mandiri
3 September 1. Mengauskultasi
2016 bunyi nafas dan
10:00-10-30
catat adanya
wita
bunyi nafas
seperti mengi,
2. Gangguanpertukaran ronchi S:
Hasil :
gas b/d spasme
Klien Klien tmasing
bronkus d/d nyeri sering
teridentifikasi
dada mengalami sesak
memiliki
wheezing saat nafas
Klien masih
bernafas
2. Meninggikan mengatakan
kepala dan bantu nyeri dada
Klien
mengubah posisi
Hasil : mengatakan
Klien menolak masih sering
untuk mengubah batuk
pasisi kepala
3. Mengobservasi
O:
pola batuk dan
Klien masih
karakter secret
Hasil : tampak gelisah
Klien masih Klien masih
sering menggunakan
mengalami batuk alat bantu
pendek pernafasan
4. Mendorong/bant
u pasien dalam
A : masalah belum
nafas dan latihan
Teratasi
batuk
Hasil :
Klien mengikuti P : Intervensi
latihan batuk dan dilanjutkan
banyak
mengeluarkan
sputum
Kolaborasi
1. Berikan
tambahan O2
Berikan terapi
nebulizer
Hasil :
Klien menerima
O2 dan
mengikuti terapi
nebulizer dengan
baik

Mandiri
1. Kaji status
nutrisi klien
(tekstur, kulit,
3 September
rambut,
2016
konjunktiva)
13:00-13-30
Hasil :
wita Kulit pasien
terlihat pucat dan
rambutnya kusut
S:
2. Jelaskan pada
3. Perubahan nutrisi Klien masih
klien tentang
kurang dari kebutuhan kurang napsu
pentingnya
tubuh b/d makan
nutrisi bagi
anoreksia ,d/d napsu O:
tubuh
makan berkurang Klien masih
Hasil :
Klien merasa sakit
mendengarkan pada saat
dengan baik menelan
penjelasan dari
perawat
3. Timbang BB dan
A : Masalah belum
TB
Teratasi
Hasil :
Klien mengalami
penurunan berat P : Intervensi
badan yang Dilanjutkan
cukup signifikan
4. Anjurkan klien
minum air
hangat saat
makan
Hasil :
Klien menolak
untuk meminum
air hangat saat
makan
5. Anjurkan klien
makan sedikit
sedikit tapi
sering
Hasil :
Klien masih
menolak untuk
sering makang

Kolaborasi
1. Konsul dengan
tim gizi/ tim
pendukung gizi
Hasil :
Klien menolak
untuk
berkonsultasi
dengan tim gizi
2. Berikan obat
sesuai indikasi
Vit. B squrb 2x1
Antiemetic rantis
2x1
Hasil :
Klien mengikuti
saran perawat
untuk meminum
obat sesuai
indikasi

Mandiri
1. Tidak terdengar
lagi wheezing
pada pasien
2. Frekuensi
pernafasan
pasien kembali
stabil
4 September
3. Klien mengikuti
2016
saran perawat
08:00-08-30
untuk mengubah
wita
posisinya
4. Batuk yang
dialami klien
mulai berkurang
5. Klienmulai
mengkonsumsi
1. Tidak efektifnya S:
air hangat
bersihan jalan nafas
Kolaborasi : Klien masih
b/d obstruksi saluran sesak napas
1. Klien menerima
napas O:
obat yang
(bronkhopasme) d/d Tidak lagi
diberikan.
sesak napas terdengar adanya
Mandiri
1. Tidak terdengar wheesing
lagi adanya
whesing pada A : masalah teratasi
pasien
2. Klien mengikuti
P : intervensi
saran untuk
dihentikan
mengubah pasisi
4 September kepala
3. Batuk yang
2016
10:00-10-30 dialami klien
wita mulai berkurang
4. Klien mengikuti
latihan batuk dan
sputum yang
dikeluarkan
mulai berkurang
2. Gangguan pertukaran
gas b/d b/d spasme Kolaborasi S:
bronkus d/d nyeri 1. Klien menerima Klien masing
dada O2 dan tidak lagi
mengikuti terapi mengalami sesak
nebulizer dengan nafas
baik Klien tidak lagi
nyeri dada
Klien
mengatakan
tidak lagi betuk

Mandiri
O:
1. Kulit pasien
Klien tidak lagi
terlihat normal
gelisah
dan rambutnya
Klien tidak lagi
rapi
2. Klien menggunakan

mendengarkan otot bantu

dengan baik A : masalah


4 September penjelasan dari Teratasi
2016 perawat
13:00-13-30 3. Berat badan P : Intervensi
wita klien mulai Dihentikan
normal
4. Klien mulai
meminum air
hangat saat
makan
5. Klien mulai
3. Perubahan nutrisi
makan sedikit-
kurang dari kebutuhan S:
sedikit tapi
tubuh b/d
sering Napsu makan
anoreksia ,d/d napsu klien kembali
makan berkurang normal
Kolaborasi
1. Klien mulai O:

berkonsultasi Klien tidak lagi

dengan tim gizi merasakan sakit


2. Klien mengikuti saat menelan
saran perawat
untuk meminum A : Masalah
obat sesuai Teratasi
indikasi
P : Intervensi
dihentikan
Pathways

Spasme otot Sumbatan Edema Inflamasi


bronkus mucus dding
broncus

Mk : Tak efektif Obstruksi sal nafas Alveoli trtutup


bersihan (bronchopasme)
Jlan nafas
Hipoksemia
Penyempitan jln g3 prtkrn
nafas Asidosis
metabolik

Peningkatan krja Mk : Kurang pengetahuan


Prnafasan

Peningkatan kebut Penurunan


oksigen masukan oral

Anoreksia
Hyperventilasi

Mk : Prbahan nutrisi
Krang dari kbthan
Retensi CO2 Tbuh
Asidosis respiratorik

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia. Asma
dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktiviti, akan tetapi dapat bersifat
menetap dan mengganggu aktiviti bahkan kegiatan harian. Produktiviti menurun
akibat mangkir kerja atau sekolah, dan dapat menimbulkan disability (kecacatan),
sehingga menambah penurunan produktiviti serta menurunkan kualiti hidup. Menurut
WHO sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang asma.
Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya.

B. Saran
Materi yang penulis angkat disini adalah tentang penyakit asma. Tentunya
penyakit asma sudah sangat sering kita dengar dalam perbincangan kita sehari-
hari.Tapi saat ini penulis mengingatkan kembali kepada kita semua sebagai
mahasiswa keperawatan untuk dapat mengetahui lebih jauh tentang asma. Materi
tentang asma adalah salah satu tugas yang merupakan mata kuliah sistem respirasi,
juga sebagai tugas dari mata kuliah tersebut. Dalam penyusunan makalah ini penulis
menyadari masih banyak kekurangan baik dalam segi penyusunan maupun isi materi.
Oleh karena itu penulis meminta saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Diakses pada : http://penyakitasma.com


08/0916 pkl 10:16
Diakses pada : http://gejalaasma.com/penyakit-asma-dan-pengobatannya

08/09/16 pkl 10:37

Anda mungkin juga menyukai