Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ABSES PARU

Kelompok 6

Elvi Zora

Seprika Rahman Putra

Suci Annisa Yunasdi

Viona Ardayanti

Widia Yuliani

Yatul Putri

IIB-S1 KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Rasa syukur saya ucapkan kepada Allah swt dengan selesainya laporan “ASUHAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH”. Dan tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Laporan ini disusun untuk kita bisa mengetahui tentang penyakit abses paru dan sistem
pernafasan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa S1 keperawatan pada bagian medikal bedah
sistem pernafasan.

Saya mengharapkan saran dan masukan dari pembaca serta semoga laporan ini
bermanfaat.

penulis

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................5

A. LATAR BELAKANG......................................................................................................5

B. TUJUAN MAKALAH......................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

1) KONSEP DASAR TEORITIS..........................................................................................6

a. DEFENISI.........................................................................................................................6

b. ANATOMI FISIOLOGI................................................................................................6

c. TANDA DAN GEJALA...................................................................................................7

d. PATOFISIOLOGI.......................................................................................................10

e. MANIFESTASI KLINIS................................................................................................10

f. KOMPLIKASI................................................................................................................11

g. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................................11

2) KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................12

a. Pengkajian.......................................................................................................................12

b. Diagnosa......................................................................................................................23

3
c. Intervensi.........................................................................................................................23

d. Implementasi dan evaluasi..........................................................................................24

BAB III..........................................................................................................................................25

a. Kesimpulan.........................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................26

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material purulent
berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses terinfeksi.kejadian
penyakit abses paruyang dirawat dirumah sakit di amerika serikat sekitar 1,3 juta pertahun .
penyakit abses paru sering terjadi pada bakteri anaerob, terjadi sekitar 500.000 – 750.000
pasien terjadi abses paru.
Pada negara – negara maju jarang di jumpai kecuali penderita dengan gangguan respons
ilmu seperti penyalah gunaan obat, penyakit sistemik atau komplikasi dari paska obstruksi.
Pada bebe rapa studi di dapatkan bahwa kuman aerob maupun anaerob dari koloni
oropharing yang sering menjadi penyebab abses paru.

B. TUJUAN MAKALAH

Untuk mengetahui secara garis besar mengenai sistem pernapasan yang terjadi
pada penyakit  abses paru dan pencegahan, serta asuhan keperawatannya.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1) KONSEP DASAR TEORITIS

a. DEFENISI
Abses paru merupakan infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang
terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam parenkim paru pada satu
lobus atau lebih. Bila diameter kavitas <2cm dan jumlahnya banyak (multple small abscesses)
dinamakan pneumonia.

b. ANATOMI FISIOLOGI

Paru-paru memmiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m² untuk


pertukaran udara. Tiap paru memiliki bentuk yang menyerupai kerucut, memiliki puncak yang
tumpul yang berbatasan bagian bawah dari kosta pertama, memiliki dasar cekug yang mengikuti
bentuk otot diafragma, memiliki permukaan kostovertebra yang luas dan mengikuti bentuk dari
dinding thoraks, serta permukaan mediastinal cekung yang menyokong perikardium.
Terdapat suatu struktur berupa membran pembungkus yang mengelilingi paru-paru
disebut pleura. Pleura terdiri dari dua lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura parietalis. Pleura
viseralis melekat pada paru sedangkan pleura parietalis membatasi aspek terdalam dalam dinding

6
dada, diafragma, serta sisi perikardium dan mediastinum. Di antara kedua membran ini
diafragma ini terdapat rongga yang disebut sebagai kavum pleura yang berisi cairan pleura.
Cairan pleura berfungsi sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antara kedua pleura.
Paru-paru kanan berukuran sedikit lebih besar dari paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi
menjadi 3 lobus- atas, tengah, dan bawah, oleh fisura oblikus dan fisura horizontal. Sedangkan
paru-paru kiri hanya memiliki fisura oblikus yang membagi paru menjadi 2 lobus, atas dan
bawah.
Bronki dan jaringan parenkim paru-paru mendapat pasokan darah dari a.bronkialis
cabang-cabang dari aorta torakalis desendens, v.bronkialis yang juga berhubungan dengan
v.hemiazigos. alveoli mendapat darah deoksigenasi dari cabang-cabang terminal a.pulmonalis
dan darah yang teroksigenasi mengalir kembali melalui cabang-cabang v.pulmonalis. dua v.
Pulmonalis mengalirkan darah kembali dari tiap paru atrium kiri jantung.
Aliran limfe dari paru-paru mengalir kembali dari perifer menuju kelompok kelenjer
getah bening trakeobronkial hilar dan dari sini menuju trunkus limfatikus mediastinal.
Pleksus pulmonalis berasal dari serabut saraf simpatis (dari trunkus simpatikus) dan
serabut parasimpatis (dari N. Vagus). Aliran eferen mempersarafi muskulus bronchial dan
menerima aliran eferen dari membran mukosa bronkiolus dan alveolus.

c. TANDA DAN GEJALA


Terjadinya abses paru biasanya melalui dua cara, yaitu aspirasi dan hematogen. Yang
paling sering dijumpai adalah kelompok abses paru bronkogenik yang termasuk akibat aspirasi,
statis sekresi, benda asing, tumor, dan struktur bronkial. Keadaan ini menyebabkan obstruksi
bronkus dan terbawanya organisme virulen yang akan menyebabkan infeksi pada daerah distal
obstruksi tersebut. Dalam keadaan tegak, bahan aspirasi akan mengalir, menuju ke lobus medius
atau segmen posterior lobus inferior paru kanan, tetapi dalam keadaan berbaring aspirat akan
menuju ke segmen apikal lobus superior atau segmen superior lobus inferior paru kanan, hanya
kadang-kadang saja aspirat dapat mengalir ke paru kiri.
Kebanyakan abses paru muncul sebagai komplikasi dari pneumonia aspirasi akibat
bakteri anaerob di mulut. Penderita abses paru biasanya memiliki masalah periodontal (jaringan
di sekitar gigi). Sejumlah bakteri yang berasal dari celah gigi yang sampai ke saluran pernapasan
bawah akan menimbulkan infeksi. Tubuh memiliki sistem pertahanan tubuh sedang menurun,

7
seperti yang ditemukan pada seseorang yang tidak sadar atau sangat mengantuk karena pengaruh
obat penenang, obat bius, atau penyalahgunaan alkohol. Selain itu dapat pula terjadi pada
penderita gangguan sistem saraf.
Jika bakteri tersebut tidak dapat dimusnahkan oleh mekanisme pertahanan tubuh, maka
akan terjadi pneumonia aspirasi dan dalam waktu 7-14 hari kemudian akan berkembang menjadi
nekrosis yang berakhir dengan pembentukan abses.
Secara hematogen yang paling banyak terjadi adalah akibat septikemi atau sebagai
fenomena septik emboli, sekunder dari fokus infeksi pada bagian lain tubuhnya seperti tricuspid
valve endocarditis. Penyebaran hematogen ini umumnya akan berbentuk abses multipe dan
biasanya disebabkan oleh stafilokokus.
Abses hepar bakterial atau amubik bisa mengalami ruptur dan pneumonia diafragma yang
akan menyebabkan abses paru pada lobus bawah paru kanan dan rongga pleura.
Disebut avses primer bila infeksi diakibatkan aspirasi atau pneumonia yang terjadi pada
orang normal, sedangkan abses sekunder bila infeksi terjadi pada orang yang sebelumnya sudah
mempunyai kondisi seperti obstruksi, bronkiektasis dan gangguan imunitas.
Diameter abses bervariasi dari beberapa milimeter sampai kavitas besar dengan ukuran 5-
6 cm. Lokalisasi dan jumlah abses bergantung pada bentuk perkembangannya. Abses paru yang
diakibatkan oleh aspirasi lebih banyak terjadi pada paru kanan (lebih vertikal) daripada paru kiri,
serta lebih banyak berupa kavitas tunggal. Abses yang terjadi bersamaan dengan adanya
pneumonia atau bronkiektasis umumnya bersifat multipel, terletak di basal dan tersebar luas.
Septik emboli dan abses yang diakibatkan oleh penyebaran hematogen umumnya bersifat
multipel dan dapat menyerang bagian paru manapun.
Abese bisa mengalami ruptur ke dalam bronkus, dengan isinya diekspektoransinkan ke
luar dengan meningalkan kavitas yang berisi air dan udara. Kadang-kadang abses ruptur ke
rongga pleura sehingga terjadi empiema yang diikuti dengan terbentuknya fistula bronkopleura.

GEJALA PENYAKIT BIASANYA BERUPA :

 Malaise

8
Malaise merupakan gejala awal disertai tidak nafsu makan yang lama kelamaan
menyebabkan penurunan berat badan.
 Demam
Demam berupa demam intermitten bisa disertai menggigil bahkan ‘rigor’dengan suhu
tubuh mencapai 39,4°c atau lebih. Tidak ada demam tidak menyingkitkan adanya abses
paru.
 Batuk
Batuk pada pasien abses paru merupakan batuk berdahak yang setelah beberapa dapat
berubah menjadi purulen dan bisa mengandung darah. Sputum yang berbau amis dan
berwarna anchovy menunjukkan penyebabnya bakteri anaerob dan disebut dengan putrid
abscesses, tetapi tidak didapatkannya sputum dengan ciri diatas tidak menyingkirkan
kemungkinan infeksi anaerob. Batuk darah bisa dijumpai, biasanya ringan tetapi ada yang
masif.
 Nyeri pleuritik
Nyeri pleuritik atau nyeri yang dirasakkan dalam dada menunjukkan adanya keterlibatan
pleura.
 Sesak
Sesak disebabkan oleh adanya pus yang menumpuk menutupi jalan napas
 Anemia
Anemia yang terjadi dapat berupa anemia defisiensi yang disebabkan oleh kurangnya
asupan akibat penurunan nafsu makan, namun lebih sering disebabkan oleh perdarahan
pada saluran nafas khususnya pada hemoptisis masif.
Pada pemeriksaan sisis dapat ditemukan nyeri tekan lokal. Pada daerah terbatas perkusi
terdengar redup dengan suara napas bronkial, biasanya akan terdengar suara ronki. Pada
abses paru juga dijumpai jari tubuh, yang proses terjadinya berlangsung cepat.

d. PATOFISIOLOGI
Abses paru timbul bila parenkim paru terjadi obstruksi,infeksi kemudian proses supurasi
dan nekrosis. Perubahan reaksi radang pertama dimulai dari supurasi dan thrombosis pembuluh
darah local, yang menimbulkan nekrosis. Pembentukan jaringan granulasi terjadi mengelilingi

9
abses, melokalisir proses abses dengan jaringan fibrotic. Suatu saat abses pecah lalu jaringan
nekrosis keluar bersama batuk kadang terjadi aspirasi pada bagian lain bronkus terbentuk abses
paru. Sputumnya biasanya berbau busuk, bila abses pecah kerongga pleura maka akan terjadi
empydema. Garry tahun 1993 mengemukakan terjadinya abses paru disebutkan sebagai berikut :

a) Abses paru merupakan proses lanjutan pneumonia inhalasi bakteri pada penderita dengan
faktor predis posisi. Bakteri mengandakan multiplikasi dan merusak parenkim paru
dengan proses nekrosis. Bila berhubungan dengan bronkus, maka terbentuklah air fluid
level bacteria masuk kedalam parenkim paru selain inhalasi bisa juga dengan penyebaran
hematogen atau dengan perluasan langsung dari proses abses ditempat lain missal abses
hepar
b) Kavitas yang mengalami infeksi. Pada beberapa penderita tuberkolosis dengan
kavitas,akibat inhalasi bakteri mengalami proses peradangan supurasi. Pada penderita
emphysema paru atau polikisrik paru yang mengalami infeksi sekunder
c) Obstruksi bronkus dapat menyebabkan pneumonia berlanjut sampai proses abses paru
d) Pembentukan kavitas pada kanker paru. Pertumbuhan masa kanker bronkogenik yang cepat
tidak diimbangi peningkatan suplai pembuluh darah, sehingga terjadi likuifikasi nekrosis
sentral. Bila terjadi infeksi dapat terbentuk abses.

e. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis awal serupa dengan pneumonia (yaitu, menggigil, demam, nyeri
pleuritik, batuk dengan sputum yang banyak). Sputum bernanah, barbau busuk, dan berasa tidak
enak. Setelah ruptur bronkial, sering terjadi hemoptiss. Auskultasi dada menunjukkan penurunan
suara nafas dan pekak pada perkusi di atas area yang terserang. Crackles dapat di temukan saat
abses mengalami draninase. Diagnosa biasanya diperjelas dengan rontgen dada atau pemindaian
compurted tomography (CT). Kultur sputum akan membantu menganalisis organisme penyebab.

f. KOMPLIKASI
Kalau abses timbul di perifer paru berdekatan dengan pleura viseralis,kadang kadang
dinding abses bisa pecah serta ikut pula merobek pleura vesiralis, sehingga akan terjadi suatu
empiema atau piotoraks. Kalau bronkus yang bermuara di dinding abses tersebut lalu
berhubungan dengan rongga pleura,akan terjadi piopnemotoraks.
10
Abses dapat pula menimbulkan erosi dinding pembuluh darah yang ada didekatnya
sehingga dapat robek, sehingga penderita akan mengalami hemoptoe serta dapat pula komplikasi
komplikasi berupa mini abses di organ organ lain,seperti otak, ginjal dan sebagainya. Beberapa
komplikasi yang timbul adalah empyema, abses otak, atelektasis, dan sepsis Prognosa

Dengan penanganan yang tepat biasanya abses paru dapat ditagani dan disembuhkan
dengan baik. Begitupun yang sudah terevakuasi semua dan prose radang dapat disembuhkan,
dinding abses paru akan mengerut secara progresif sehingga ronggga abses akan menutup
kembali dengan meninggalkan jaringan perut.

g. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
 Pada pemeriksaan darah rutin.
 Melakukan pemeriksaan sputum dengan pengecatan gram tahan asam dan KOH
merupakan pemeriksaan awal untuk menentukan pemilihan antibiotic secara tepat
 Pemeriksaan kultur bakteri dan test kepekaan antibiotika merupakan cara terbaik
dalam menegakan diagnose klinis dan etiologis serta tujuan terapi
 Pemeriksaan AGD
2. Radiologi
 Pada fase permulaan biasanya terlihat gambaran pneumonia dan kemudian akan
tampak daerah radioronsen dalan bayangan infiltrate yang padat dengan batas udara
permukaan cairan(air fluid level)didalamnya yang menunjukan adanya drainase
yang tidak sempurna. Tetapi bila tidak ada hubungan maka hanya dijumpai tanda
tanda konsolidasi(opasitas)
 Melakukan foto thorak terdapat kavitas dengan dinding tebal dengan tanda tanda
konsolidasi disekelilingnya. Kavitas ini bisa multiple atau tunggal dengan ukuran f
2 – 20 cm.

11
2) KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1. IDENTITAS

 Keluhan utama biasanya pada klien abses paru meliputi batuk, sputum purulen
dan berbau, demam, dan menggigil dengan suhu >40C, dan sesak nafas.

 Riwayat penyakit sekarang biasanya Riwayat penyakit saat ini pada klien
dengan abses paru bervariasi pada tingkat dan lamanya, dari mulai batuk-batuk
saja sampai penyakit akut dengan manifestasi klinis yang berat. Biasanya klien
mempunyai riwayat penyakit 1-3 minggu dengan gejala demam dan menggigil.
Jika abses terletak dekat pleura, mungkin terdapat nyeri dada. Sesak nafas yang
dialami biasanya tidak berat kecuali kalau peradangannya luas. Tanda lain yang
didapatkan adalah rendahnya nafsu. makan, penurunan BB, dan lemah badan.

 Riwayat penyakit dahulu Biasanya didapat keluhan malaise, penurunan BB,


panas badan yang ringan, dan batuk yang produktif. Adanya riwayat penurunan
kesadaran berkaitan dengan sedasi, trauma, dan serangan epilepsy. Riwayat
penyalahgunaan obat yang mungkin teraspirasi asam lambung saat berada dalam
keadaan tidak sadar atau hanya emboli bakteri di paru akibat suntikan obat.

2. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN


Persepsi terhadap penyakit
Biasanya pasien ini memiliki persepsi penyakit mematikan sehingga pasien sering
kali merasakan ansietas yang tinggi.

2. POLA NUTRISI/METABOLISME

12
Biasanya pasien abses paru ini sering mengalami penurunan nafsu makan
,Serta pola makan pasien ini juga tidak teratur.

3. POLA ELIMINASI
Biasanya pasien abses paru ini pola eliminasi nya cenderung normal dan jarang
menggunakan kateter.

4. POLA AKTIVITAS
Biasanya pasien abses paru ini kesulitan dalam melakukan aktivitas yang berat
karena pasien ini cenderung lelah.

5. POLA ISTIRAHAT TIDUR


Biasanya pola tidur pasien abses paru ini tidak teratur karena pasien cenderung
mengalami kesulitan tidur akibat sulit bernafas karena batuk dan nyeri dada.

6. POLA KOGNITIF-PERSEPSI
Biasanya pasien abses paru ini memiliki kemampuan membaca , berkomunikasi,
pendengaran, penglihatan dan kemampuan memahami serta status mentalnya
normal , hanya saja pasien ini cenderung memiliki tingkat ansietas yang tinggi. Nyeri
yang dirasakan saat nyeri pun akut.
7. POLA PERAN HUBUNGAN
Biasanya pasien abses paru cenderung mendapat support dari kerabat terdekatnya.
8. POLA SEXSUALITAS
Biasanya pasien abses paru ini bervariasi mengenal menstruasi maupun masalah
sexsual lainnya.
9. POLA PERSEPSI DIRI
Biasanya pasien abses paru memiliki persepsi tentang konsep diri cenderung
rendah karena penyakitnya.

10. POLA KOPING – TOLERENSI STRESS

13
Biasanyan pasien abses paru tidak ada ketergantungan obat untuk menghilangkan
stress
11. POLA KEYAKINAN
Biasanya pasien abses paru ini memiliki aspek spiritual yang mampu memberi
pengaruh baik terhadap kesehatannya.

PEMERIKSAAN FISIK

Gambaran

Suhu :.35 C lokasi

Nadi :96x/menit irama :.........................pulsasi................


Tanda vital
TD :.110/ 90 mmhg.............lokasi :..................................................

RR :.27x/menit.........irama :....................................................

Tinggi badan 68

Berat badan Sebelum masuk RS :.60kg rumah sakit 50kg

Lila 37

Kepala :

Kepala I:

- ukuran : 55 cm

- bentuk : oval

- simetris : ya

14
Mata I:

- Kelopak mata :
 kulit kelopak mata tidak ada luka atau kemerahan
 bulu mata tidak alpesia
- Konjungtiva dan sclera :
 konjungtiva berwarna merah muda
 sclera berwarna kekuningan
- Iris dan pupil :
 bentuk pupil tidak sama besar
 pada iris ada kabut putih
- Gerakan bola mata : normal
- Lapang pandang :
 diketahui pada orbita dextra plus 1, dan
 orbita sinistra minus 2

P:

15
Biasanya Tidak ada massa atau pembengkakan pada mata

I&P

-hidung bagian luar :

 hidung simetris
 warna coklat dan tidak ada pembengkakan
 pada sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis tidak ada
massa atau pembengkakan
Hidung
-Hidung bagian dalam :

 tidak ada perfusi


 tidak ada polip
 tidak ada pembengkakan

-kepatenan jalan nafas : pasien mengalami sesak nafas

Mulut I:

- Bibir :
 warna merah kehitaman
 simetris
 lembab
 tidak ada pembengkakan, lesi atau ulkus
- Gigi
 Gigi graham kiri tidak ada
 Warna putih kekuningan
 Pada gigi depan ada karang gigi dan graham atas

16
kiri berlubang
- Gusi
 Merah, lembab tidak ada pendarahan
- Lidah
 Simetris, tidak ada pembengkakan atau pendarahan
- Palatum
 merah muda terang dan simetris kiri kanan
- faring
 ovula T1(normal)

P: tidak ada massa atau pembengkakan

Inspeksi dan Palpasi

Telinga - telinga simetris kiri dan kanan


- tidak ada lesi atau pembengkakan
- pendengaran pasien kurang baik
Leher : Palpasi

Trakea Biasanya Tidak ada pembengkakan dan simetris

Palpasi
JVP
4 cm h2o

Inspeksi

Biasanya Simetris antara kiri dan kanan


Tiroid
Palpasi

Biasanya Tidak ada pembengkakan

17
Inspeksi

Biasanya Tidak ada benjolan atau massa


Nodus limfe
Palpasi

Biasanya Tidak ditemukannya kelenjar getah bening

Biasanya :

 Inspeksi: Pergerakan pernafasan menurun, tampak sesak nafas


dan kelelahan

 Palpasi: Adanya fremitus dada yang meningkat di daerah yang


terinfeksi panas badan yang meningkat diatas normal,
Dada :
takikardi, naiknya tekanan vena jugularis (JVP), sesak nafas,
adanya jari tabuh.

 Perkusi: Terdengar keredupan pada daerah yang terinfeksi

 Auskultasi: Pada daerah sakit terdengar suara nafas bronkhial


disertai suara tambahan kasar sampai halus.

Paru I : simetris antara dad kiri dan kanan

P : fremitus kanan sama dengan kiri

P : normal N : 3 cm

A : normal ( vesikuler)

Jantung I : terlihat pulsasi apical

18
P : tidak ada pembengkakan

Per : tidak ada cairan

A : bunyi jantung lup-dup

Abdomen I : sedikit buncit

A : bising usus normal

Pal : hepar, limpa dan ginjal tidak teraba

Per : tidak ada nyeri

Ektermitas Kekuatan otot : derajat 4

Muskulo skletal/ I :
sendi
Pal :

Vasekular perifer :

Integumen I : tidak ada lesi atau kemerahan

Pal : tidak ada pembengkakan

Neurologi

E:4

Status
V:5
mental/GCS

M:6

19
Saraf carnial

I Olfaktorius : normal ( NORMOSMI)

Optikus :
II
- ketajaman penglihatan : miopi (42 cm jarak baca)
- lapang penglihatan : tidak isa melihat dengan jarak 60-100
Okulamotorius : pupil tidak fokus sat terkena cahaya dan tidak ada lesi atau
III
pembengkakan di kelopak mata

IV Trokhealearis : normal ( bisa mengikuti)

V Trigeminus

- rasa raba bisa merasakan


- rasa nyeri bisa merasakan dan membedakan
- rasa suhu bisa merasakan dan membedakan
- rasa sikap bisa merasakan dan membedakan
- rasa getar bisa merasakan dan membedakan
VI Abdusen : normal ( bisa mengikuti dengan baik)

VII Facialis : bisa membedakan rasa manis, asin, pahit dan asam

VIII Akustikus : pendengaran kurang dan keseimbangan buruk

IX Glossofaringeus : normal ( adanya refleks muntah)

X Vagus : normal ( ovula di tengah)

XI Aksesorius : normal

XII Hipoglosus : normal ( gerakan terkoordiasi dengan baik)

20
Reflek fisiologi - refleks bisep : normal ( refleks lengan bawah)
- refleks trisep : normal (lengan bawah ektensi)
- refleks patella : normal ( lutut ekstensi)
- refleks babinski : negatif
Reflek patologis
- refleks chadok : negatif
- refleks oppenheim : negatif
- refleks gordon : negatif
Payudara I : tidak ada luka atau kemerahan

P : tidak terasa adanya pembengkakan

Genetalia I : tidak ada luka atau kemerahan

P : tidak terasa adanya pembengkakan

Rectal -

 Pemeriksaan Penunjang

 Foto thorax : terdapat kavitas dengan dinding tebal dengan tanda-tanda


konsolidasi disekelilingnya.

 CT-Scan : gambaran khas abses paru ialah berupa Lesi dens bundar
dengan kavitas berdinding tebal tidak teratur dan terletak di daerah
jaringan paru yang rusak.

 Bronkoskopi : Fungsi Bronkoskopi selain diagnostik juga untuk


melakukan therapi drainase bila kavitas tidak berhubungan dengan
bronkus.

21
 Pada pemeriksaan darah rutin.

 Pemeriksaan sputum dengan pengecatan gram tahan asam dan KOH


merupakan pemeriksaan awal untuk menentukan pemilihan antibiotik
secara tepat.

 Pemeriksaan kultur bakteri dan test kepekaan antibiotika merupakan


cara terbaik dalam menegakkan diagnosa klinis dan etiologis serta
tujuan therapi.

 Pemeriksaan AGD menunjukkan penurunan angka tekanan O2 dalam


darah arteri.

a. Diagnosa

Biasanya diagnose untuk pasien abses paru yaitu :

 Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan secret

 Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan pada jalan napas

b. Intervensi

NO Diagnosa kep NOC NIC

1. Bersihan jalan nafas Status pernafasan : Manajemen jalan nafas


kepatenan jalan nafas Aktivitas-aktivitas :
tidak efektif
Indikator : - Buka jalan nafas teknik clin
- Frekuensi nafas BDN lift atau jaw thrust.
- Irama pernafsan BDN - Posisikan pasien untuk
- Kedalaman inspirasi memaksimalkan ventilaasi.
BDN - Identifikasi kebutuhan aktual/
- Kemampuan untuk pasien untuk memasukkan
mengeluarkan BDN alat membuka jalan nafas.

22
- Suara nafas - Lakukan fisioterapi dada
bertambah BDN - Buang sekret dengan
- Dispnea saat istirahat memotivikasi pasien untuk
BDN melakukan batuk atau
penyedotan lendir.

23
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Paru-paru memiliki area permukaan alveolar dengan luas 40m2 untuk pertukaran
udara.setiap paru berbentuk menyerupai kerucu. Terdapat struktur membran pembungkus yang
mengelilingi paru-paru disebut pleura. Pleura terdiri dari dua lapis yaitu pleura viselaris dan
pleura parietalis.

Abses paru timbul bila parenkim terjadi obstruksi, infeksi kemudian proses supurasi dan
nekrosis.pembentukan jaringan granulasi terjadi mengelilingi abses, melokalisir proses abses
dengan jaringan fibrotic. Abses dapat menimbulkan erosi dinding pembuluh darah yang ada
didekatnya yang mengakibatkan robek sehungga penderita akan mengalami hemoptoe sehingga
dapat pula komplikasi berupa mini abses diorgan organ lain ,seperti otak,ginjal dan sebagainya.
Pemeriksaan penunjang :

 Laboraturium

 Radiologi

Abses paru merupakan kumpulan nanah di jaringan paru. Abses paru tungal dapat terjadi
pada bagian distal dan bronkial, terutama dari benda asing yang teraspirasi (muntahan)atau
tumor.beberapa abses paru mengikuti pnuemonia yang di sebabkan oleh bakteri nekrotik (seperti
stayphylococus aureus, yang menciptakan jaringan nekrotis ).

Manifestasi klinis awal serupa dengan pneumonia (yaitu,menggigil, demam,nyeri pleuritik,


batuk dengan sputum yang banyak). Auskultasi dada menunjukkan penurunan suara nafas dan
pekak pada perkusi diatas area yang terserang.

24
DAFTAR PUSTAKA

Black joice m,dan jane hokansom hawks.2014.keperawatan medical bedah,edisi


8.Singapur:ELSEVIER

Alsagaff,hodd.mkty,H.Abdul(ed).dasar-dasar ilmu penyakit paru.Surabaya :airlangga university


press.2005

Doenges,Marilynn E;1999;Rencana asuhan keperawatan :Pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien; edisi ke-3 penerbit buku kedokteran EGC,jakarta

Cherly ,Joanne , Gloria M. Bulechek.(2016). Nursing Interventions Classification (NIC). St.


Louis :Mosby Year-Book.
Johnson,Marion, dkk. (2016). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-
Book.
PPNI, dkk.2016.standar diagnosa keperawatan indonesia.Jakarta:dewan pengusus pusat.
Heater dan shigemi.2017.diagnosa keperawatan.Jakarta:EGC.
Sacher, ronal A., Mcpherson, Richard A.2004. buku saku dasar patologis penyakit, edisi 7.
Jakarta:EGC

25

Anda mungkin juga menyukai