Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“DRAINASE POSTURAL”

Disusun Oleh Kelompok 2:

1. Anggi Oktama (1702002)


2. Felya Elsa Pratiwi Kurnia (1702014)

Dosen Pembimbing: Harmawati, S. Kp, M. Kep.

PROGAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SYEDZA SAINTIKA PADANG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya kelompok dapat menyelesaikan tugas Praktik Keperawatan
Medikal Bedah I tentang “Drainase Postural” dalam bentuk makalah. Kami
mengucapkan terima kasih kepada ibu Harmawati, S. Kp, M. Kep. selaku dosen
pembimbing karena adanya tugas ini dapat menambah wawasan kelompok.
Dalam Penulisan makalah ini kelompok merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki kelompok. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini agar dapat
bermanfaat bagi semua pihak di masa yang akan datang.

Padang, Februari 2019

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
A. Anatomi Sistem Pernafasan ......................................................................... 3
B. Fisiologi Sistem Pernafasan ......................................................................... 3
C. Definisi Suction............................................................................................ 5
D. Prinsip Suction ............................................................................................. 6
E. Komplikasi Suction ...................................................................................... 7
F. Indikasi Suction ............................................................................................ 8
G. Prosedur Pelaksanaan Suction...................................................................... 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................ 13
B. Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Postural Drainase adalah teknik pengaturan posisi tertentu untuk
mengalirkan sekresi pulmonar pada area tertentu dari lobus paru dengan
pengaruh gravitasi. Pembersihan dengan cara ini dicapai dengan
melakukan salah satu atau lebih dari 10 posisi tubuh yang berbeda. Setiap
posisi mengalirkan bagian khusus dari pohon trakeobronkial-bidang paru
atas, tengah, atau bawah-ke dalam trakea. Batuk atau penghisapan
kemudian dapat membuang sekret dari trakea.
Spasme bronkus dapat dicetuskan pada beberapa klien yang menerima
drainase postural. Spasme bronkus ini disebabkan oleh imobilisaisi sekret
ke dalam jalan napas pusat yang besar, yang meningkatkan kerja napas.
Untuk menghadapi risiko spasme bronkus, perawat dapat meminta dokter
untuk mulai memberikan terapi bronkodilator pada klien selama 20 menit
sebelum dranase postural.
Klien pada pengobatan antihipertensi tidak mampu mentolerir
perubahan postur yang diperlukan. Perawat harus memodifikasi prosedur
untuk memenuhi toleransi klien dan tetap membersihkan jalan napasnya.
Klien dan keluarga harus diajarkan cara posisi postur yang tepat di
rumah. Beberapa postur perlu dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan
individual. Sebagai contoh, posisi miring `trendelenderg’ untuk
mengalirkan lobus bawah lateral harus dilakukan dengan klien berbaring
miring datar atau posisi miring semi Fowler’s bila ia bernapas sangat
pendek (dispnea).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi sistem pernafasan ?
2. Bagaimana fisiologi sistem pernafasan ?
3. Apa definisi drainase postural ?
4. Apa saja macam-macam posisi drainase postural ?
5. Bagaimana prosedur pelaksanaan drainase postural ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi sistem pernafasan.
2. Untuk mengetahui fisiologi sistem pernafasan.
3. Untuk mengetahui apa itu drainase postural.
4. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya drainase postural.
5. Untuk mengetahui berbagai macam posisi pada drainase postural.
6. Untuk mengetahui bagaimana cara pelaksanaan drainase postural.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Sistem Pernafasan


1. Rongga hidung

Hidung merupakan organ utama saluran pernapasan yang langsung


berhubungan dengan dunia luar yang berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya
udara melalui proses pernapasan. Selain itu hidung juga berfungsi untuk
mempertahankan dan menghangatkan udara yang masuk, sebagai filter dalam
membersihkan benda asing yang masuk.

2. Faring

Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan


makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan
mulut sebelah depan ruas tulang leher.

3. Laring

Laring merupakan saluran pernapasan yang terletak antara orofaring dan


trakea , fungsi dari laring adalah sebagai jalan masuknya udara, membersihkan

3
jalan masuknya makanan ke esofagus dan sebagai produksi suara. Laring sering
disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:

a. Epiglotis: daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring


selama menelan.
b. Glotis: ostium antara pita suara dalam laring.

4. Trakhea

Trakea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan puncak paru,
panjangnya sekitar 10-12 cm, setinggi servikal 6 - torakal 5, disebut juga batang
tenggorokan ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina

5. Bronkus
Bronkus merupakan cabang dari trakea yang bercabang dua ke paru-paru
kanan dan paru-paru kiri. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar
diameternya. Bronkus kiri lebih horizontal, lebih panjang dan lebih sempit.

6. Paru paru

4
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar berada pada
rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di
bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Merupakan organ yang
elastis berbentuk kerucut Terletak dalam rongga dada atau toraks. Kedua paru
dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh
darah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Paru kanan lebih besar dan
terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi
menjadi 2 lobus. Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen
sesuai dengan segmen bronkusnya.

7. Alveolus

Merupakan bagian terminal cabang-cabang bronkus dan bertanggung


jawab akan struktur paru-paru yang menyerupai kantong kecil terbuka pada salah
satu sisinya dan tempat pertukaran O2 dan CO2 Terdapat sekitar 300 juta yang jika
bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.

B. Fisiologi Sistem Pernafasan


Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui
hidung dan mulut pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa
bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris. Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut
oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di
dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru -paru pada tekanan
oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen.

5
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme,
menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah
melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-
paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak
darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2,
jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri
bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar
kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2
dan memungut lebih banyak O2.
Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan
hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung,
dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon dioksida.

C. Definisi Drainase Postural


Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk
melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan
pengaruh gaya gravitasi. Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada
berbagai lokasi maka PD dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan
dengan kelainan parunya. Waktu yang terbaik untuk melakukan PD yaitu
sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelumtidur pada
malam hari.
Postural drainase (PD) dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya
sekret dalam saluran nafas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret
sehingga tidak terjadi atelektasis. Pada penderita dengan produksi sputum
yang banyak PD lebih efektif bila disertai dengan clapping dan vibrating.
Postural darinase (PD) merupakan cara klasik untuk mengeluarkan
sekret dari paru dengan mempergunakan gaya berat dan sekret itu sendiri.
Postural Drainase (PD) dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya
sekret dalam saluran nafas tetapi mempercepat pengeluaran sekret

6
sehingga tidak terjadi ateletaksis. Pada penderita dengan produksi sputum
yang banyak postural drainase lebih efektif bila disertai dengan perkusi
dan vibrasi dada.

D. Tujuan Drainase Postural


1. Untuk mengeluarkan secret yang tertampung.
2. Untuk mencegah akumulasi secret agar tidak terjadi atelektasis.
3. Mencegah dan mengeluarkan secret.

E. Indikasi dan Kontra Indikasi Drainase Postural


1. Indikasi
a. Mencegah penumpukan secret yaitu pada:
1) Pasien yang memakai ventilasi.
2) Pasien yang melakukan tirah baring yang lama.
3) Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis
kistik, bronkiektasis.
b. Mobilisasi secret yang tertahan:
1) Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret.
2) Pasien dengan abses paru.
3) Pasien dengan pneumonia.

2. Kontra indikasi
a. Tension pneumotoraks.
b. Hemoptisis.
c. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi,
hipertensi, infark miokard akutrd infark dan aritmia.
d. Edema paru.
e. Efusi pleura yang luas.

7
F. Posisi-posisi Drainase Posterior
1. Bronkus apikal anterior lobus atas
Untuk menguras lendir dari segmen apikal lobus atas, minta pasien
duduk di posisi yang nyaman di tempat tidur atau permukaan datar dan
bersandar pada bantal terhadap kepala tempat tidur atau pemberi
perawatan. Perawat menepuk dan menggetarkan di atas area otot antara
tulang selangka dan sangat bagian atas tulang belikat (daerah diarsir dari
diagram) di kedua sisi selama 3 sampai 5 menit. Dorong pasien untuk
mengambil napas dalam-dalam dan batuk selama perkusi untuk membantu
membersihkan saluran udara.
2. Bronkus apikal posterior lobus kanan
Minta Pasien duduk dengan nyaman di kursi atau sisi tempat tidur
dan membungkuk, lengan menggantung, menghadap bantal. Perawat
menepuk dan menggetarkan dengan kedua tangan di atas punggung atas
pada kedua sisi kanan dan kiri.
3. Bronkus lobus atas anterior
Minta pasien berbaring datar di tempat tidur atau meja dengan
bantal di bawah kepala dan kakinya untuk kenyamanan. Perawat menepuk
dan menggetarkan sisi kanan dan kiri bagian depan dada, antara tulang
selangka dan puting.
4. Bronkus lingual lobus atas kiri
Minta pasien berbaring miring ke kanan dan posisi Trandelenburg,
dengan kaki di tempat tidur ditinggikan 30 cm. tempatkan bantal
dibelakang punggung, dan gulingkan klien seperempat putaran ke bantal.
Perawat menepuk dan menggetarkan daerah luar puting.
5. Bronkus lobus tengah kanan
Minta pasien berbaring miring kiri dan tinggikan kaki tempat tidur
30 cm. tempatkan bantal di belakang punggung pasien dan gulingkan klien
seperempat putaran bantal. Perawat menepuk dan menggetarkan di luar
daerah puting yang tepat.

8
6. Bronkus lobus bawah anterior kanan dan kiri
Minta pasien berbaring terlentang dengan posisi Trandelenburg
dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm. biarkan lutut
menekuk pada bantal. Perawat menepuk dan menggetarkan di atas tulang
rusuk yang lebih rendah di sisi kiri, seperti yang ditunjukkan dibagian
yang diarsir dari diagram. Ini kemudian harus diulang pada sisi yang
berlawanan, dengan perkusi dan getaran di atas tulang rusuk yang lebih
rendah di sisi kanan dada.
7. Bronkus basal posterior kanan dan kiri
Minta pasien berbaring tengkurap dalam posisi Trendelenburg
dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm. Perawat menepuk
dan menggetarkan bagian bawah punggung, di atas sisi kiri dan kanan
tulang belakang, hati-hati untuk menghindari tulang belakang dan tulang
rusuk yang lebih rendah.
8. Bronkus lateral lobus bawah kanan dan kiri
Minta pasien berbaring miring ke kanan dan ke kiri pada posisi
Trandelendurg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm.
Perawat menepuk dan menggetarkan di atas bagian paling atas dari bagian
bawah tulang rusuk kiri, seperti yang ditunjukkan di daerah yang teduh.
Ini kemudian harus diulang pada sisi yang berlawanan, dengan perkusi dan
getaran selama bagian paling atas dari sisi kanan tulang rusuk yang lebih
rendah.
9. Bronkus Superior Lobus bawah kanan dan kiri
Minta pasien berbaring terlungkup dengan bantal di bawah
lambung. Perawat menepuk dan menggetarkan pada bagian bawah tulang
belikat, di kedua sisi kanan dan kiri tulang
belakang, hindari perkusi/tepukan langsung atau getaran di atas
tulang belakang itu sendiri.

9
G. Prosedur Kegiatan
Alat dan bahan:
Nama Alat dan
No. Gambar Fungsi
Bahan
1 Bantal dua atau
tiga

2 Tisu wajah

3 Segelas air

4 Wadah (sputum
pot) bertutup

5 Cairan desinfektan

6 Sarung tangan

10
POSTURAL DRAINAGE
Nama :
NIM/Kelas :

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Menyiapkan alat :
1. Bantal-dua atau tiga
2. Papan pemiring atau pendongak (bila drainase dilakukan
rumah)
3. Tisu wajah
4. Segelas air
5. Wadah (sputum pot) bertutup berisi desinfektan
6. Sarung tangan
2 Persiapan perawat dan pasien :
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
2. Menyiapkan posisi pasien sesuai posisi drainase yang akan
di lakukan (lihat gambar)
3 Persiapan lingkungan :
1. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur, jaga privasi
pasien
2. Ciptakan lingkungan yang tenang
4 Pelaksanaan tindakan
1. Cuci tangan dan mengenakan sarung tangan
2. Pilih area yang tersumbat yang akan didrainase berdasarkan
pengkajian semua bidang paru, data klinis, dan gambaran
foto dada.
3. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase area yang
tersumbat. (Area pertama yang dipilih dapat bervariasi dari
satu klien ke klien lain.) Bantu klien memilih posisi sesuai
kebutuhan. Ajarkan klien memposisikan postur dan lengan
dan posisi kaki yang tepat. Letakkan bantal untuk me-
nyangga dan kenyamanan.*)
4. Minta klien mempertahankan posisi selama 10 sampai 15
menit.
5. Selama 10 sampai I5 menit drainase pada posisi ini, lakukan
perkusi dada, vibrasi, dan/ atau gerakan iga di atas area
yang didrainase.
6. Setelah drainase pada postur pertama, minta klien duduk
dan batuk. Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam wadah
yang bersih. Bila klien tidak dapat batuk, harus dilakukan
penghisapan (saction )
7. Minta klien istirahat sebentar bila perlu.

8. Minta klien minum air hangat.

9. Cuci tangan Anda.

11
8 Evaluasi :
1. Mukus encer
2. Sekret dapat keluar
3. Klien merasa nyaman
TOTAL : Malang,
Nilai = 1 x ..... + 2 x ..... x 100 = ........... x 100 ........./........
2x /........

TTD

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Postural drainage (PD) dapat dilakukan untuk mencegah
terkumpulnya sekret dalam saluran nafas tetapi juga mempercepat
pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis. Pada penderita
dengan produksi sputum yang banyak PD lebih efektif bila disertai
dengan clapping dan vibrating.
2. Tujuan dari postural drainase yaitu:
a. Untuk mengeluarkan secret yang tertampung.
b. Untuk mencegah akumulasi secret agar tidak terjadi atelektasis.
c. Mencegah dan mengeluarkan secret.
3. Posisi untuk postural drainase :
a. Bronkus Apikal Anterior Lobus atas.
b. Bronkus Apikal Posterior Lobus kanan.
c. Bronkus Lobus atas Anterior.
d. Bronkus Lingual Lobus atas kiri.
e. Bronkus Lobus tengah kanan.
f. Bronkus Lobus bawah Anterior kanan dan kiri.
g. Bronkus Basal Posterior kanan dan kiri.
h. Bronkus Lateral Lobus bawah kanan dan kiri.
i. Bronkus Superior Lobus bawah kanan dan kiri.

B. Saran
Mungkin dalam penulisan makalah ini sangat banyak kesalahan dan
kekeliruan, karena kami hanyalah manusia biasa. Oleh karena itu mohon
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca supaya dalam
pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik dan bagus.

DAFTAR PUSTAKA

13
http://s1-keperawatan.umm.ac.id/files/file/skill%20lab%20skenario%202.docx
(Diunduh 20 Februari 2019)
https://edoc.site/makalah-postural-drainase-pdf-free.html
(Diunduh 20 Februari 2019)
Saputra, Dr. Lyndon, 2013, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Pamulang:
Binarupa Aksara Publisher.

14

Anda mungkin juga menyukai