Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SPESIALITE & TERMINOLOGI KESEHATAN

OBAT SALURAN PERNAPASAN

Disusun Oleh :

Kelompok 2 Farmasi A
1. Eka Putri Natalia 20.71.022469
2. Sa’diyah Triyanti 20.71.022483
3. Tiara Fitri Ayu 20.71.022364
4. Daniela Yosefin 20.71.022360

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Obat Saluran
Penapasan" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Spesialite &


Terminologi Kesehatan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang sistem, penyakit, dan obat pada saluran pernapasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Penulis menyadari makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Palangka Raya, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
2.1 Alat-alat Pernapasan Pada Manusia..........................................................6
1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis).................................................................6
2. Faring (Tenggorokan)...................................................................................7
3. Batang Tenggorokan (Trakea)......................................................................7
4. Pangkal Tenggorokan (laring)......................................................................7
5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus).......................................................8
6. Paru-paru (Pulmo).........................................................................................9
2.2 Masalah - Masalah Sistem Pernapasan...................................................10
2.3 Penyakit Saluran Pernapasan...................................................................11
2.3.1 Hiperreaksitivitas bronchi (HRB)........................................................11
2.3.2 Alergi...................................................................................................11
2.3.3 Infeksi saluran pernapasan...................................................................12
2.4 Obat Saluran Pernapasan.........................................................................14
2.5 Penggolongan Obat Sistem Pernapasan..................................................18
BAB III..................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..............................................................................................20
3.2 Saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pernapasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan
oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh.
Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan
membuang karbondioksida ke lingkungan. Respirasi dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu:
1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah
dan udara.
2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah
ke sel-sel tubuh.
Dalam mengambil napas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara
dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu:
1. Pernapasan dada
a. Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut.
b. Tulang rusuk terangkat ke atas
c. Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada
kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Pernapasan perut
a. Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
b. Diafragma datar
c. Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan
udara pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari.
Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan
pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kali lipat. Ketika
oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang
banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapai 100
mmHg dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena
tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang
kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter
darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida/CO2. CO2 yang dihasilkan
akan keluar dari jaringan menuju paru-paru dengan bantuan darah.
Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) termasuk flu, renitis akut,
sinusitis, tonsillitis akut dan laryngitis akut. Pilek adalah tipe infeksi saluran
napas atas yang paling sering ditemukan. Orang dewasa rata-rata akan
terserang flu 2-4 kali dalam setahun, dan anak-anak rata-rata 4-12 kali
pertahun. Insidennya bervariasi menurut musim, kira-kira 50 % dari
penduduk akan mendapat penyakit ini pada musim dingin dan 25 % pada
musim panas. Biasanya, flu tidak diangap sebagai penyakit yang berbahaya,
tetapi penyakit ini menyebabkan rasa tidak nyaman baik secara fisk maupun
mental.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja alat-alat saluran pernapasan pada manusia?
2. Masalah-masalah apa saja yang timbul pada sistem penapasan?
3. Penyakit-penyakit apa saja yang ada pada saluran pernapasan?
4. Obat apa saja yang dapat menyembuhkan penyakit di Saluran pernapasan?
5. Apa saja penggolongan obat sistem pernapasan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagian-bagian saluran pernapasan pada manusia.
2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul pada sistem pernapasan.
3. Untuk mengetahui penyakit-penyakit saluran pernapasan.
4. Untuk mengetahui obat saluran pernapasan.
5. Untuk mengetahui penggolongan obat sistem pernapasan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Alat-alat Pernapasan Pada Manusia


1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (Cavum Nasalis).
Rongga hidung berlapis selaput lendir, didalamnya terdapat kelenjar
minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).
Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran
pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang
berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga
terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi
menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga hidung
terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.

Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus


dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang
masuk ke dalam rongga hidung.
2. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian
depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada
bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat
terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke
saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang
terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa
menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga
mengakibatkan gangguan kesehatan.
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang
keluar masuk dan juga sebagai jalan makanan dan minuman yang ditelan,
faring juga menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk suara
percakapan.
3. Batang Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak
sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding
tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada
bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-
benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan.
Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang
tenggorok (bronkus). Di dalam paru- paru, cabang tenggorok bercabang-
cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung
bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru
(alveolus).
4. Pangkal Tenggorokan (laring)
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan.
Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah
satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di
ujung bagian pangkal laring.
Laring diselaputi oleh membran mukosa yang terdiri dari epitel
berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan
getaran-getaran suara pada laring.
Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai
tempat keluar masuknya udara. Pangkal tenggorok disusun oleh
beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok
dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu
menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada
waktu bernapas katup membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat
selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru,
misalnya pada waktu kita bicara.
5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu
bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus
sama dengan trakea, hanya saja tulang rawan bronkus bentuknya tidak
teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya
melingkari lumen dengan sempurna.
Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. Batang
tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri
dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus
bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan (bronkus
primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder),
sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.
Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru
atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui
kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi
ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi
udara yang masuk dan keluar paru-paru.
6. Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian


samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi
oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu
paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-
paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut
pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru
disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang
menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk
disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah.
Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus
masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium
berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-
cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus
alveolaris. Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-
gelembung yang disebut alveolus.
2.2 Masalah - Masalah Sistem Pernapasan
Beberapa masalah yang sering terjadi dalam sistem pernapasan, antara
lain hipoksia, hiperkapnia, hipokapnia, asfiksia, penyakit pulmonar obstruktif
menahun, kanker paru tuberkolosis, dan pneumonia. Dalam proses bernapas
terdapat beberapa masalah, yaitu (Sloane, E., 2003):
1. Hipoksia adalah defisiensi oksigen, yaitu kondisi berkurangnya kadar
oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan
dan organ.
2. Hiperkapnia adalah peningkatan kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering
disertai dengan hipoksia. Dimana jika kadar CO2 berlebih dapat
meningkatkan respirasi dan konsentrasi ion hidrogen yang akan
menyebabkan asidosis (kadar asam berlebih).
3. Hipokapnia adalah penurunan kadar CO2 dalam darah. Dimana jika terjadi
penurunan kadar CO2 dapat menyebabkan terjadinya alkalosis (jumlah
bikarbonat berlebih) dalam cairan tubuh.
4. Asfiksia (sufokasi) adalah suatu kondisi hipoksia dan hiperkapnia yang
diakibatkan ketidakcukupan ventilasi pulmonar.
5. Penyakit pulmonar obstruktif menahun (PPOM) adalah kelompok
penyakit yang meliputi asma, bronkitis kronik, dan emfisema, juga
kelompok penyakit industrial seperti asbestosis, sikosis, dan black lung.
6. Kanker paru (karsinoma pulmonar) sering dikaitkan dengan merokok
tetapi dapat juga terjadi pada orang yang tidak merokok.
7. Tuberkolosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri yang dapat
mempengaruhi semua jaringan tubuh, tapi paling umum terlokalisasi di
paru-paru.
8. Pneumonia adalah proses inflamasi infeksius akut yang mengakibatkan
alveoli penuh terisi cairan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri,
jamur, protozoa, virus, atau zat kimia.
2.3 Penyakit Saluran Pernapasan
Beberapa penyakit pada saluran pernapasan yang dikenal dengan istilah
CARA (Chronic Aspecific Respiratory Affections) yang mencakup semua
penyakit saluran pernapasan yang bercirikan penyumbatan (obstruksi)
bronchi disertai pengembangan mukosa (udema) dan sekresi dahak (sputum)
berlebihan. Gejala terpenting dari penyakit saluran penapasan antara lain
sesak napas (dyspnoe) saat mengeluarkan tenaga atau selama istirahat
dan/atau sebagai serangan akut, juga batuk kronis dengan pengeluaran dahak
yang kental (Tjay, 2002)
Penyumbatan bronchi dengan sesak napas, yang merupakan sebab
utama asma dan COPD. diperkirakan dapat terjadi menurut mekanisme
berikut, yaitu berdasarkan hiperreaksitivitas bronchi (HRB), reaksi alergi atau
infeksi saluran pernapasan (Tjay, 2002).
2.3.1 Hiperreaksitivitas bronchi (HRB)
Pada semu penderita asma dan COPD terdapat hiperreakstivitas
bronchi HRB adalah meningkatnya kepekaan bronchi dibandingkan
saluran napas normal, terhadapkan zat-zat merangsang tak spesifik
yang dihirup dari udara. Pada sebagian penderita asma juga terdapat
kepekaan berlebihan bagi stimuli spesifik yang pada orang sehat tidak
memberikan reaksi pada saluran pernapasannya. HRB aspesifik selalu
timbul bersamaan reaksi peradangan di saluran pernapasan.
2.3.2 Alergi
Pada sebagian pasien asma, disamping HRB aspesifik juga
terdapat alergi untuk membentuk antibody terhadap allergen tertentu
yang memasuki tubuh (antigen). Antibodi ini dari tipe IgE
(immunoglobulin type E), juga disebut regain mengikat dari pada
mastcells antara lain disaluran pernapasan, mata, dan hidung. Jika
jumlah IgE sudah cukup besar maka pada waktu allergen yang sama
masuk lagi ke dalam tubuh terjadilah penggabungan antigen antibodi.
Mattcells pecah (degranulasi) dan segera melepaskan mediatornya.
Akibatnya sering kali bronchokontriksi dengan pengembangan
makosa dan hipersekresi dahak, yang merupakan gejala khas asma.
a. Alergen inhalasi yang masuk ke tubuh lewat pernapasan
b. Alergen oral dan lokal yang memasuki tubuh melalui mulut atau
kulit
2.3.3 Infeksi saluran pernapasan
Dapat menyebabkan gejala radang dengan perubahan di selaput
lender, yang pada pasien asma dan COPD memperkuat HRB dan
bronchokonstriksi serta mempermudah penetrasi allergen sehingga
terjadi infeksi yang sering kambuh akibat obtruksi bronchi.
1. Asma
Asma atau bengek adalah suatu penyakit peradangan steril
kronis yang bercirikan serangan sesak napas akut secara berkala,
malah tersengal-sengal disertai batuk dan hipersekresi dahak.
Berlainan dengan COPD, obstruksi saluran napas pada asma
bersifat reversible dan serangan biasanya berlangsung beberapa
menit sampai beberapa jam. Penyebabnya, adanya peradangan
steril kronis dari saluran pernapasan dengan mostcells dan
granulosit eosinofil sebagai pemeran penting. Selain itu juga
terdapat hiperreaktivitas bronchi terhadap berbagai stimuli
aspesifik yang dapat memicu serangan (Tjay, 2002)
Ada beberapa jenis stimuli (rangsangan) yang dapat
menyebabkan masalah pada sistem pernapasan, yaitu (Tjay,2002):
a. Rangsangan fisis, seperti penahan suhu, dingin, dan kabut.
b. Rangsangan kimiawi, seperti polusi udara (gas-gas
pembuangan, sulfurdioksida, ozon,asap rokok).
c. Rangsangan fisik, seperti exertion, hiperventilasi
d. Rangsangan psikis, sepeni emosi dan stress.
e. Rangsangan farmakologi seperti histamin, serotonin,
asetilkolin, asetosal dan lainnya.
2. Bronchitis Kronis
Penyakit ini bercirikan batuk produktif menahun dengan
pengeluaran banyak dahak tanpa sesak napas atau hanya ringan.
Dalam kebanyakan kasus (80%) disebabkan infeksi akut saluran
pernapasan oleh virus, yang mudah disuprainfeksikan (Str
pneumonia dan branhamella catarrhalis) dengan suatu bakteri
Haemophilus influenza (Tjay, 2002).
3. Emfisema Paru
Emfisema bercirikan dilatasi dan destruksi dari jaringan
pan-paru, yang mengakibatkan sesak napas terus-menerus dan
menghebat pada waktu mengeluarkan tenaga. Gelembung paru
(alveoli) terus mengembang dan rongganya membesar sehingga
dinding-dindingnya yang mengandung pembuluh darah menjadi
amat tipis dan sebagian akhirnya rusak sehingga permukaan paru
untuk penyerapan oksigen dapat berkurang di bawah 30% hingga
jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi akan oksigen.
Tonus di cabang-cabang batang nadi (aorta) bertambah dan
tekanan darah di arteri paru-paru meningkat. Sehingga
menimbulkan kegagalan ventrikel jantung dan terjadilah cor
pulmonale (jantung membesar) (Tjay, 2002).
Penyebab emfisema adalah:
a. Bronchitis kronis dengan batuk bertahun-tahun lamanya, juga
asma.
b. Merokok
Asap rokok, mengandung zat-zat yang menstimulasi enzim
elastase yang merombak serat-serat elastin dalam dinding
gelembung paru, sehingga kekenyalannya menurun, terjadi
kelainan irreversible dalam bentuk fibrosis dan destruksi dari
dinding gelembung bersama pembuluh darahnya.
2.4 Obat Saluran Pernapasan
1. Antihistaminika
Semua antihistamin memberikan manfaat potensial pada terapi
alergi nasal, rhinitis alergik. Sifat antikolinergik pada kebanyakan
antihistamin menyebabkan mulut kering dan pengurangan sekresi,
membuat zat ini berguna untuk mengobati rhinitis yang ditimbulkan oleh
flu. Antihistamin juga mengurangi rasa gatal pada hidung yang
menyebabkan penderita bersin , banyak obat-obat flu yang dapat dibeli
bebas mengandung antihistamin, yang dapat menimbulkan rasa
mengantuk. Contoh obat antihistamin.
Contoh Obat Antihistamin

Nama Obat Dosis


Anti histamin D : PO : 25-50 mg, setiap 4-6 jam
Difenhidramin : PO, IM, IV: 5 mg/kg/h dalam 4 dosis terbagi,
(Benadryl) tidak lebih dari 300 mg/hari
D : IM : IV : 10-50 mg dosis tunggal

Klorfeniramine D: PO : 2-4 mg setiap 4-6 jam


maleat A: 6-12 thn: 2 mg, setiap 4-6 jam
A: 2-6 thn PO, I mg, setiap 4-6 jam

Fenotiasin (aksi
antihistamin) D: PO: IM: 12,5-25 mg, setiap 4-6 jam
Prometazine D: PO: 2.5 mg (4 x sehari)
Timeprazine A: 3-12 that 0:2,5 (3x sehari)

Turunan
piperazine (aksi D: PO: 25-100 mg
antihistamin) A: (<6thn):>
hydroxyzine
Keterangan :
D: Dewasa, A: Anak-anak, PO: per oral, IM: intramuscular,
IV: intravena

2. Mukolitik
Mukolik bekerja sebagai deterjen dengan mencairkan dan
mengencerkan secret mukosa yang kental sehingga dapat dikeluarkan.
Efek samping yang paling sering terjadi adalah mual dan muntah, maka
penderita tukak lambung perlu waspada. Wanita hamil dan selama laktasi
boleh menggunakan obat ini.
Contoh obat : ambroxol, brombeksin.
Dosis:
*ambroksol : Dewasa dan anak-anak >12 thn, sehari 3 x 30 mg untuk 2-3
hari pertama. Kemudian sehari 3 x 15 mg.
Anak-anak 5-12 thn, sehari 2-3 x 15 mg
Anak anak-anak 2-5 thn, 3 x 7,5 mg (2,5 ml sirop)
Anak <2>
*brombeksin : oral 3-4 dd 8-16 mg (klorida)
Anak-anak 3 dd 1,6-8 mg
3. Inhalasi
Inhalasi adalah satu cara penggunaan adrenergika dan
kortikosteroida yang memberikan beberapa keuntungan dibandingkan
pengobatan per oral. Efeknya lebih cepat. dosisnya jauh lebih rendah dan
tidak diresorpsi ke dalam darah sehingga resiko efek sampingnya ringan
sekali. Dalam sediaan inhalasi, obat dihisap sebagai aerosol (nebuhaler)
atau sebagai serbuk halus (turbuhaler).
Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada
saat-saat tertentu, seperti sebelum atau sesudah mengeluarkan tenaga,
setelah bersentuhan dengan zat-zat yang merangsang (asap rokok, kabut,
alergan, dan saat sesak napas).
Contoh obat:
Salbutamol, minyak angin (aromatis), Metaproterenol
Dosis : isoproterenol atau isuprel: 10-20 mg setiap 6-8 jam (dewasa). 5-10
mg setiap 6-8 jam.
4. Kromoglikat
Kromoglikat sangat efektif sebagai obat pencegah serangan asma
dan bronchitis yang bersifat alergi, serta konjungtivitis atau rhinitis
alergica dan alergi akibat bahan makanan. Efek samping berupa
rangsangan lokal pada selaput lender tenggorok dan trachea, dengan gejala
perasaan kering, batuk-batuk, kadang-kadang kejang bronchi dan serangan
asma selewat. Wanta lumil dapat menggunakan obat ini
Contoh obat :
Natriam kromoglikat dipakai untuk pengobatan, pencegahan pada
asma bronchial dan tidak dipakai untuk serangan asma akut. Metode
pemberiannya adalah secara inhalasi dan obat ini dapat dipakai bersama
dengan adrenergie beta dan derivate santin Obai ini tidak boleh dihentikan
secara mendadak karena dapat menimbulkan serangan asma.
5. Kortikosteroid
Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti
peradangan dan gatal - gatal Penggunaannya terutama bermanfaat pada
serangan asma akibat infeksi virus, selian itu juga pada infeksi bakteri
untuk melawan reaksi peradangan. Untuk mengurang hiperreaktivitas
bronchi, zat-zat ini dapat diberikan per inhalasi atau peroral. Penggunaan
oral untuk jangka waktu lama hendaknya dihindari, karena menekan
fungsi anak ginjal dan dapat mengakibatkan osteoporosis.
Contoh obat : hidrokortison, deksamethason, beklometason, budesonid.
6. Antiasma dan Bronkodilator
Contoh Obat: teofilin.
Terdapat bersama kofein pada daun teh dan memiliki sejumlah
khasiat antara lain spamolitis terhadap otot polos khususnya pada bronchi,
menstimuli jantung dan mendilatasinya serta menstimulasi SSP dan
pernapasan. Reabsorpsi nya di usus tidak teratur. Efek sampingnya yang
terpenting berupa mual dan muntah baik pada penggunaan oral maupun
parienteral. Pada overdosis terjadi efek sentral (sukar tidur, tremor, dan
kompulsi) serta gangguan pernapasan juga efek kardiovaskuler.
Dosis :3-4 dd 125-250 mg microfine (retard)
Teofilin dapat diberikan dengan cara injeksi dalam bentuk aminofilin,
suatu campuran teofilin dengan etilendiamin. Stimulan adrenoseptor,
contoh obat salbutamol terbutalin sulfit, efedrin hidroklorida.
7. Obat-obat batuk
Antitussiva (L. tussis= batuk) digunakan untuk pengobatan batuk
sebagai gejala dan dapat di bagi dalam sejumlah kelompok dengan
mekanisme kerja yang sangat beraneka ragam, yaitu:
a. Zat pelunak batuk (emolliensia, L. mollis= lunak ), yang memperlunak
rangsangan batuk. melumas tenggorokan agar tidak kering dan
melunakkan mukosa yang ternitasi. Banyak digunakan syrup (thyme
dan alhea), zat-zat lender (infus carrageen)
b. Ekspoktoransia (L. ex = keluar, pectus = dada) minyak terbang,
gualakol, radix ipeca (dalam tablet/pelvis doveri) dan ammonium
klorida (dalam obat batuk hitam) zat-zat ini memperbanyak produksi
dahak (yang encer). Sehingga mempermudah pengeluarannya dengan
batuk.
c. Mukolitika: asetilisistien, mesna, bromheksin, dan ambroksol, zat-zat
ini berdaya merombak dan melarutkan dahak ( L mucus = lender, lysis
= melarutkan), sehingga viskositasnya dikurangi dan pengeluarannya
dipermudah.
d. Zat pereda kodein, naskapin, dekstometorfan, dan pentoksiverin
(tucklase), obat-obat dengan kerja sentral ini ampuh sekali pada batuk
kering yang mengelitik di tenggorokan.
e. Antihistaminika: prometazin, oksomomazin, difenhidramin, dan
allclorfeniaramin. Obat ini dapat menekan perasaan mengelitik di
tenggorokan 6. Anastetika local: pertoksiverin. Obat ini menghambat
penerusan rangsangan batuk ke pusat batuk.
Penggolongan lain dari antitussiva menurut titik kerjanya, yaitu:
a. Zat-zat sentral SSP Menekan rangsangan batuk di pusat batuk
(modula), dan mungkin juga bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi
(di otak) dengan efek menenangkan.
b. Zat adiktif: doveri, kodein, hidrokodon dan normetadon.
c. Zat nonadiktif: noskopin,dekstrometorfan, pentosiverin.
d. Zat-zat perifer di luar SSP. Emollionsia, ekspektoransia, mukolitika,
anestetika local dan zat-zat pereda.

2.5 Penggolongan Obat Sistem Pernapasan


1. Antitusif
Antitusif bekerja menghentikan batuk secara langsung dengan
menekan refleks batuk pada sistem saraf pusat di otak. Dengan demikian
tidak sesuai digunakan pada kasus batuk yang disertai dengan dahak
kental, sebab justru akan menyebabkan dahak sulit dikeluarkan.
2. Ekspektoran
Golongan ini tidak menekan refleks batuk, melainkan bekerja
dengan mengencerkan dahak sehingga lebih mudah dikeluarkan. Dengan
demikian tidak rasional jika digunakan pada kasus batuk kering, sebab
hanya akan membebani tubuh dengan efek samping. Obat golongan ini
harus digunakan secara hati-hati pada penderita tukak lambung.
3. Antihistamin
Golongan ini merupakan kelompok CTM (chlor-trimeton) dan
kawan-kawan. Di kemasan obat, ia lebih sering tampil bergaya dengan
nama panjangnya, klorfeniramin maleat. Histamin sendiri merupakan
substansi yang diproduksi oleh tubuh sebagai mekanisme alami untuk
mempertahankan diri atas adanya benda asing. Adanya histamin ini
menyebabkan hidung kita berair dan terasa gatal yang biasanya dikuti oleh
bersin-bersin.
Selain berfungsi melawan alergi, antihistamin juga punya aktivitas
menekan refleks batuk. terutama diferhidramin dan doksilamin.
Sayangnya, obat golongan ini bisa menyebabkan Anda mengantuk pada
saat rapat.
4. Dekongestan
Di antara beberapa jenis dekongestan PPA (phenyl propanolamine)
merupakan obat yang paling banyak diributkan setelah Ditjen POM
(Sekarang Badan POM) menarik obat-obat flu yang mengandung PPA
lebih dari 15 mg Di Amerika Serikat, obat ini selain dipakai di dalam obat
flu dan batuk, juga digunakan sebagai obat penekan nafsu makan yang
dijual bebas Dalam dosis tinggi, PPA bisa meningkatkan tekanan darah.
Jika digunakan terus-menerus, dapat memicu serangan stroke. Untuk
mencegah efek buruk inilah, Dirjen POM membuat kebijakan membatasi
PPA di dalam obat flu dan obat batuk, maksimal 15 mg per takaran.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada pembahasan makalah ini dapat disimpulkan, sebagai berikut :
1. Alat – alat saluran pernapasan pada manusia terdiri dari rongga hidung
(Cavum Nasalis), tenggorokan (faring), batang tenggorokan (trakea),
pangkal tenggorokan (laring),cabang batang tenggorokan (bronkus), dan
paru-paru (pulmo),
2. Masalah- masalah yang dapat timbul pada saluran pernapasan antara lain
yaitu hipoksia (kurangnya kadar oksigen dalam cairan tubuh), hiperkapnia
(peningkatan kadar CO2), hipokapnia (penurunan kadar CO2 dalam
darah), asfisia, penyakit pulmonar obstruktif menahun (PPOM) seperti
asma, bronkitis kronik dan emfisema. Serta kanker paru, dan pneumonia.
3. Selain masalah yang timbul pada sauran pernpasan terdapat juga penyakit-
penyakit di saluran pernafasan yaitu hiperreaktivitas bronchi, infeksi
saluran pernapasan, asma,bronkhitis kronis, emfisema paru.
4. Obat saluran pernapasan antara lain ada antihistamin seperti
difenhidramin,mukolitik contohnya ambroxol, inhalasi contoh nya
salbutamol, kromogligat contohnya natrium kromogligat, kortikosteroid
contohnya deksametasone, dan antiasma contoh nya teofilin.
5. Penggolongan obat pada saluran pernapasan yaitu ada antitusif,
ekspektoran,antihistamin, mukolitik, antiasma.

3.2 Saran
Jagalah kesehatan organ pernapasan terutama pada paru-paru dan organ
system pernaisan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Sloane, E, 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.


Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan
dan Efek Sampingnya, Edisi Kelima. Efek Media Komputindo,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai