Anda di halaman 1dari 27

Nama Asisten Kelas Nilai

Laporan :
Opi Indriani Farmasi A

Post Test :

LAPORAN PRAKTIKUM
FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
JUDUL : PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAN EMULSI

Hari/Tanggal Praktikum : 25 Maret 2021


Kelompok : 3B
Praktikum Ke- : II (dua)
Nama/NPM : Sa’diyah Triyanti/20.71.022483

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA
RAYA 2020
1. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
 Mempelajari dan Mengetahui rancangan pembuatan sediaan
Emulsi Oleum Lecoris Aselli.
 Memahami proses pembuatan sediaan Emulsi Oleum
Lecoris Aselli
 Memahami proses evaluasi dan pengujian sediaan Emulsi
Oleum Lecoris Aselli

2. TEORI PENDAHULUAN/PUSTAKA
a. Definisi Sediaan Emulsi
Emulsi adalah sediaan yangmengandung bahan obat cair atau
larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa,distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Farmakope Indonesia III
(1979 : 9).
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil
(Farmakope Indonesia III (1979 : 9).

Emulsi itu sendiri merupakan suatu sediaan cair yang terdiri


dari dua fase yang tidak saling bercampur yaitu minyak dan air, tidak
stabil secara termodinamika karena dapat kembali terpisah menjadi
minyak dan air (Lachman, et al., 2008).

Dalam proses pembuatan emulsi biasanya menggunakan


kombinasi surfaktan dan kosurfaktan yang berguna untuk menurunkan
tegangan permukaan serta mencegah rusaknya emulsi (Talegaonkar et
al., 2008).

Fase minyak yang digunakan juga dapat mempengaruhi


stabilitas sediaan emulsi, sehingga digunakanlah minyak ikan (oleum
lecoris aselli) karna harganya yang terbilang murah, ketersediaannya
yang melimpah, serta memiliki nutrisi (McClements & Rao, 2011).

1
Zat pengemulsi yang sering digunakan adalah gelatin, gom
akasia, tragakan,sabun, senyawa amonium kwarterner, senyawa
kolesterol, surfaktan, atau emulgatorlain yang cocok. Untuk
mempertinggi kestabilan dapat ditambahkan zat pengental,misalnya
tragakan, tilosa, natrium karboksimetilselulosa.Salah satu fase cair
dalam suatu emulsi terutama bersifat polar (sebagai contohair),
sedangkan lainnya relatif non polar (sebagai contoh minyak).
1. Bila fase minyak di dispersikan sebagai bola-bola ke seluruh
fase kontinu air,sistem tersebut dikenal sebagai suatu
emulsi minyak dalam air (o/w).
2. Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi
tersebut dikenal sebagai produk air dalam minyak (w/o).

b. Macam-macam Sediaan Emulsi


Berdasarkan penggunaannya emulsi dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu :

a) Emulsi Penggunaan Per-Oral


 Emulsi Minyak Dalam Air
Biasanyan yang mempunyai tipe minyak dalam air,
yaitu Emulgator merupakan penutup akhir dari minyak obatnya
yang memiliki sifat untuk menutupi rasa tidak enak, pada zat
perasa itu sendiri akan diberikan pada fase ekstern untuk
memberi rasa enak.
 Emulsi Untuk Injeksi Itravena
parenteral telah diselidiki untuk penggunaan dalam
makanan dan minyak obat untuk hewan dan manusia. Pada
saat Penggunaan emulsi parenterol diminta perhatian khusus
selama produksi seperti pemilihan emulgator ukuran dan
kesamaan butiran tetes pada penggunaan intravena.

b) Emulsi Untuk Pemakaian Oral

2
Adapun Baik didalam bentuk minyak dalam air atau air
dalam minyak yang dapat dipakai untuk pemakaian kulit dan
memoran mukosa dengan proses emulsi kemungkinan
terbentuk lotion atau cream yang karsistensinya mempunyai
beberapa sifat-sifat, yaitu dapat dengan mudah meluas pada
daerah yang diobati, mudah dicuci dengan air, tidak
meninggalkan noda atau bekas pada pakaian, serta memiliki
bentuk, bau warna dan rasa yang baik

c) Syarat Kestabilan Emulsi


Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan
pengemulsi yang disebuut emulgator (Emulsyfing Agent) atau
surfaktan yang dapat mencegah koalesensi , yaitu penyatuan
tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu
fase tunggal yang memisah.
Untuk memperoleh emulsi yang stabil perlu diperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Penggunaan zat-zat yang mempertinggi viskositas
2. Perbandingan opimum dari minyak dan air. Emulsi dengan
minyak 2/3-3/4 bagian meskipun disimpan lama tidak
akan terpisah dalam lapisan-lapisan
3. Penggunaan alat khusus untuk membuat emulsa homogenya
Dikenal beberapa fenomena ketidakstabilan emulsi yaitu :

a) Flokulasi dan creaming


Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang
disebabkanoleh adanya energi bebas permukaan saja. Flokulasi
adalah terjadinyakelomok-kelompok globul yang letaknya tidak
beraturan di dalam suatuemulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-
lapisan dengan konsentrasiyang berbeda-beda di dalam suatu emulsi.
Lapisan dengan konsentrasi yang paling pekat akan berada di

3
sebelah atas atau disebelah bawahtergantung dari bobot jenis fasa
yang terdispersi. 
b) Koalesen dan Demulsifikasi
Fenomena ini terjadi bukan karena semata-mata karena energi
bebas permukaan saja, tetapi juga karena tidak semua globul terlapis 
oleh filmantar permukaan. Koalesen adalah terjadinya penggabungan
globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan demulsifikasi adalah
merupakan proseslebih lanjut dari koalesen dimana kedua fasa
terpisah menjadi dua cairan yang tidak bercampur. Kedua fenomena
ini tidak dapat diperbaiki dengan pengocokan.

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator


merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena
mutu dan kestabilan suatu emulsi banyakdipengaruhi oleh emulgator
yang digunakan.

Salah satu emulgator yang aktif adalah surfaktan. 


Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan antar
permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film
pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya

c. Metode Pembuatan Emulsi


a) Metode Gom Kering (Metode Kontinental)
Metode Gom kering atau yang biasa dikenal dengan nama
metode “4:2:1” dengan formula yang digunakan untuk
membuat corpus emulsi adalah 4 bagian minyak, 4 bagian air,
dan 4 bagian gom (atau emulgator). Sedangkan pada metode
Kontinental, formulanya adalah “4:3:2”. Setelah corpus emulsi
ini terbentuk, bahan-bahan formulatif cair lainnya yang akan
larut dalam fase luar, ditambahkan sedikit demi sedikit sambil
terus diaduk. Adapun zat-zat pada formulatif lainnya yang
berbentuk padat seperti pengawet, stabilizer, pewarna,
perasa,dan lain-lain. Dilarutkan didalam fase luar terlebih

4
dahulu sebelum ditambahkan kedalam corpus emulsi.
Sedangkan pada zat-zat formulatif yang dikhawatirkan akan
mengganggu stabilitas emulsi ditambahkan dibagian paling
akhir.
b) Metode Gom Basah
Di mana Zat pengemulsi ditambahkan kedalam air(zat
pengemulsi umumnya larut dalam air) agar membentuk suatu
mucilago, kemudian minyak perlahan-lahan ditambahkan
untuk membentuk emulsi, kemudiaan diencerkan dengan sisa
air.
c) Metode Botol Forbes
Metode ini cocok untuk pembuatan emulsi yang berisi
minyak-minyak menguap dan mempunyai viskositas rendah.
Pada Serbuk gom dimasukkan ke botol kering dengan
tambahan 2 bagian air dan dikocok kuat dalam keadaan botol
tertutup rapat. Tambahkan minyak dan air secara bergantian
sedikit-demi sedikit sambil terus dikocok setiap kali dilakukan
penambahan air dan minyak. Metode ini kurang cocok untuk
minyak kental karena mengandung viskositas yang terlalu
tinggi sehingga sulit untuk dikocok dan dicampur dengan gom
dalam botol.

3. BAHAN DAN ALAT PERCOBAAN


 Pembuatan Sediaan Emulsi Oleum Jecoris Aselli
a. Bahan
- Pulvis Gummi Arabicum 15 %
- Oleum Iecoris Aselli 12 gram
- Gliserin 15 %
- Oleum Cinnamomi 1,7 %

b. Alat

5
- Mortir dan Stamper
- 2 Pipet Tetes
- Timbangan atau Neraca Obat
- Botol Semprot
- Gelas Ukur 50 ml
- Botol 60 ml
- 2 Beaker Glass 100 ml
- 2 Gelas Arloji
- Kertas Perkamen
- Batang pengaduk
- Sudip

 Pembuatan Sediaan Emulsi Menggunakan Metode Gom Basah


a. Bahan
- Pulvis Gummi Arabicum (PGA) 10gram
- Aquadest (Air) 85mL
- Parafin 3 - 5mL

b. Alat
- Mortir dan Stamper
- 2 Gelas Ukur 100ml
- Batang pengaduk
- Beaker Glass 100 ml
- Sudip

 Pembuatan Sediaan Emulsi Minyak Ikan


a. Bahan
- Oleum Cinnamomi 0,2 gram
- Aquadest (Air) 40mL
- Pulvis Gummi Arabicum (PGA) 10 gram
- Gliserin 10 gram

6
- Levertran 40 gram

b. Alat
- Mortir dan Stamper
- Pipet Tetes
- 3 Cawan Porselin
- Gelas Arloji
- 2 Gelas Ukur 25 ml
- Sudip
- Botol 100 mL

4. DATA PERCOBAAN, PERHITUNGAN


1. Pembuatan Sediaan Emulsi Oleum Jecoris Aselli
a. Penimbangan Bahan
- Pulvis Gummi Arabicum 15% : 9 gram = 9.000 mg
- Oleum Iecoris Aselli : 12 gram = 12.000 mg
- Gliserin 15% : 9 gram = 9.000 mg
- Oleum Cinnamomi 1,7% : 1,02 gram = 1.020 mg
- Aquadest (Air) : 28,98 mL = 29 mL

b. Perhitungan Dosis
- Pulvis Gummi Arabicum 15%
15
 Dalam 5mL = ×5
100
= 0,75gram

60 mL
 1 Botol (60mL) = × 0,75 gram
5 mL
= 9 gr → 9.000 mg

 1 Botol (60mL) = 15% × 60mL


= 9 gr (alternative)

7
- Oleum Iecoris Aselli 20%
60 mL
 1 Botol (60mL) = × 1 gram
5 mL
= 12gr → 12.000mg

 1 Botol (60mL) = 20% × 60mL


= 12gr (alternative)

- Gliserin 15%
15
 Dalam 5mL = ×5
100
= 0,75gram

60 mL
 1 Botol (60mL) = × 0,75 gram
5 mL
= 9gr → 9.000mg

 1 Botol (60mL) = 15% × 60mL


= 9gr (alternative)

- Oleum Cinnamomi 1,7%


1,7
 Dalam 5mL = ×5
100
= 0,085gram

60 mL
 1 Botol (60mL) = × 0,085 gram
5 mL
= 1,02gr → 1.020mg

 1 Botol (60mL) = 1,7% × 60mL


= 1,02gr(alternative)

8
- Aquadest (Air)
 1 Botol (60mL) = 60 – (9+12+9+1,02)
= 60 – 31,02
= 28,98 mL → 29 mL

2. Pembuatan Sediaan Emulsi Menggunakan Metode Gom Basah


a. Penimbangan Bahan
- Aquadest (Air) : 85mL
- Pulvis Gummi Arabicum 10% : 10gram
- Parafin : 5mL
b. Perhitungan Dosis
- Pulvis Gummi Arabicum 10%
10
 Dalam 5mL = ×5
100
= 0,5gram

100 mL
 1 Gelas Beaker(100mL) = × 0,5 gram
5 mL
= 10gr → 10.000mg

 1 Gelas Beaker (100mL) = 10% × 100mL


= 10gr(Alternatif)

- Aquadest (Air) = 100 – (10 +5)


= 100 – 15
= 85 mL

- Parafin = 5 mL

9
3. Pembuatan Sediaan Emulsi Minyak Ikan
a. Penimbangan Bahan
- Oleum Cinnamomi : 1,02 gram
- Aquadest (Air) : 40 mL
- Pulvis Gummi Arabicum (PGA) : 10 gram
- Gliserin : 10 gram
- Levertran : 40 gram

b. Perhitungan Dosis
- Oleum Cinnamomi
0,2
 Dalam 5mL = ×5
100
= 0,01 gram

100 mL
 1 Botol (60mL) = × 0,01 gram
5 mL
= 0,2gr → 200mg

 1 Botol (60mL) = 0,2% × 100mL


= 0,2gr(alternative)

- Aquadest (Air) = 100 – (10+0,2+10+40)


= 100 – 60,2
=39,8mL → 40mL

- Pulvis Gummi Arabicum (PGA) 10%


10
 Dalam 5mL = ×5
100
= 0,5gram

100 mL
 1 Botol (100mL) = × 0,5 gram
5 mL

10
= 10gr → 10.000mg

 1 Botol (100mL) = 10% × 100mL


= 10gr(Alternatif)

- Gliserin 10%
10
 Dalam 5mL = ×5
100
= 0,5gram

100 mL
 1 Botol (100mL) = × 0,5 gram
5 mL
= 10gr → 10.000mg

 1 Botol (100mL) = 10% × 100mL


= 10gr(Alternatif)

- Levertran 40%
40
 Dalam 5mL = ×5
100
= 2gram

100 mL
 1 Botol (100mL) = × 2 gram
5 mL
= 40gr → 40.000mg

 1 Botol (100mL) = 40% × 100mL


= 40gr(Alternatif)

11
5. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Pembuatan Sediaan Emulsi Oleum Jecoris Aselli

Kalibrasi Botol 60ml


Menimbang Bahan-Bahan Sediaan


Tuangkan PGA (Pulvis Gummi


Arabicum) Kedalama Mortir
↓ Tambahkan Aquadest (Air) 1,5ml Dan
Gerus Ad Mucilago

Tambahkan Oleum Jecoris Aselli


Kedalam Mortir
↓ Gerus Ad Homogen

Masukan Oleum Cinnamomi


Kedalam Mortir
↓ Aduk Ad Homogen Dan Rata

Terakhir Tambahkan Gliserin


Kedalam Mortir
↓ Aduk Ad Rata Dan Tambahkan Sedikit Air

Lalu Tuang Sediaan Kedalam Botol


Dan Tambahkan Air Sebanyak

12
Batas Yang Telah Ditentukan

2. Pembuatan Sediaan Emulsi Menggunakan Metode Gom Basah

Siapkan Mortar Dan Stamper


Tuangkan PGA (Pulvis Gummi


Arabicum) Kedalama Mortir
↓ Tambahkan Air 15ml Dan Gerus Ad
Mucilago Dan Homogen

Masukan 5ml Paraffin Kedalam


Mortar Secara Perlahan
↓ Gerus Dengan Kecepatan Konstan Ad
Korpus Emulsi Berwarna Putih

Tambahkan Sisa Paraffin Kedalam


Mortar Secara Perlahan
↓ Gerus Ad Homogen

Masukan Air Sebanyak 5ml


↓ Gerus Ad Homogen

Terakhir Masukan Sediaan Emulsi


Ke Gelas Beaker
↓ Aduk Ad Rata Dan Tambahkan Sedikit Air

Terakhir Tambahkan Air Sebanyak


Batas Yang Telah Ditentukan

13
3. Pembuatan Sediaan Emulsi Minyak Ikan

Tuangkan PGA (Pulvis Gummi


Arabicum) Kedalama Mortir
↓ Tambahkan Aquadest (Air) 20ml Dan Gerus
Ad Mucilago

Tambahkan Levertran sedikit demi


sedikit
↓ Gerus Ad dan Homogen

Lalu tambahkan Gliserin Kedalam


Mortir
↓ Gerus Ad Homogen

Masukan Oleum Cinnamomi


Kedalam Mortir
↓ Gerus Ad Homogen dan rata

Tambahkan sisa air tadi Kedalam


Mortir
↓ Aduk Ad Homogen Dan Rata

Terakhir Lalu Tuang Sediaan


Kedalam Botol

6. PEMBAHASAN HASIL

14
a. Pembahasan Hasil Praktikum
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa sediaan emulsi
adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
Apabila terbentuknya koalesensi yaitu peristiwa ketidak stabilan
emulsi dikarenakan penggabungan globul-globul menjadi lebih besar.
Ketidak sempurnaan pelapisan globul ini dapat disebabkan antara lain
konsentrasi emulgator yang digunakan belum mencukupi untuk
menyelimuti globul-globul atau pengembangan emulgator yang belum
sempurna sehingga proses pembentukan lapisan multimolekular belum
sempurna. Kejadian lain yang mungkin terjadi adalah sistem emulsi yang
terbentuk kurang kental, sehingga globul-globul tidak dapat
dipertahankan tetap pada posisinya. Akibatnya laju sedimentasi akan
meningkat dan diperoleh emulsi yang tidak stabil. kejadian yang harus
diperhatikan pada sediaan emulsi selanjutnya adalah terbentuknya
creaming yang terjadi karena globul-globul sejenis saling bergabung
kembali sehingga pada emulsi terbentuk lapisan-lapisan dengan
kerapatan massa yang berbeda-beda. Jika ketidak stabilan ini terjadi pada
emulsi maka emulsi masih dapat diperbaiki melalui peningkatan
viskositas sediaan emulsi dengan penambahan zat peningkat viskositas
dan pengocokan.
Dalam bidang farmasi, emulsi di golongkan menjadi 2 macam :
 Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A ( minyak
dalam air ).
Emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang
tersebar ke dalam air. Minyak sebagai fase internal dan
air sebagai fase external.

 Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam


Minyak ).

15
Emulsi yang terdiri dari butiran yang tersebar
kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak
sebagai fase external.

Didalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu


emulgator merupakan faktor yang penting karena berpengaruh pada
mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak konstruktif oleh emulgator
yang digunakan. Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan
tegangan antar permukaan udara dan minyak serta membentuk
lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdisperisnya.
Pada percobaan kali ini menggunakan emulgator alam yaitu
PGA, Oleum Jecoris Aselli, dan minyak ikan.
 PGA (Pulvis Gummi Arabicum), yaitu merupakan emulgator
yang mudah larut dalam udara. Maka dari itu digunakanlah
pembuatan emulsi dengan metode basah. Metode basah yaitu
suatu metode dalam pembuatan emulsi dengancara zat
pengemulsi ditambahkan kedalam udara (zat pengemulsi pada
umumnya larut dalam udara)agar membentuk suatu mucilago,
kemudian minyak lahan basah ditambahkan untuk membentuk
emulsi, kemudiaan diencerkan dengan sisa air.
 Oleum iecoris asseli atau minyak ikan berkhasiat sebagai sumber
vitamin A dan D. Selain Iecoris Assel, terdapat juga bahan-
bahan lain atau komponen dari emulsi yang lain seperti CMC Na
sebagai emulsifying agent, Tween 80 sebagai emulsifying agent,
Sorbitol sebagai humektan didalam sediaan suspensi, Sirupus
Simplex sebagai pemanis, Sunset Yellow sebagai pewarna dan
Aquadest sebagai pelarut.
Selain zat aktif dan emulgator, dalam sediaan emulsi
ditambahkan juga zat tambahan lainnya seperti propilenglikol, oleum
sesami dan aquadest. Propilenglikol berfungsi sebagai pemanis
untuk menutupi rasa yang tidak enak dari minyak ikan. Jenis emulsi
minyak ikan ini yaitu tipe minyak dalam air. Karena jumlah fase

16
minyak yang ditambahkan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
fase air. Minyak ikan akan terdispersi didalam air membentuk
globul-globul yang telah di lapisi oleh emulgatorl. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi ketidak stabilan dari emulsi di antaranya
yaitu Suhu pemanasan tidak konstan, Perbedaan intensitas
pengadukan, Pencampuran kurang merata, Kekompakan dan
elastisitas film yang melindungi zat terdispersi, dan Ketidak telitian
dalam pengamatan kestabilan emulsi.
Adapun parameter ketidak stabilan suatu emulsi dalam
percobaan ini adalah terjadinya :
a) Flokulasi dan Creaming, Fenomena ini terjadi karena
penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya energi
permukaan bebas saja. Flokulasi adalah terjadinya
kelompok-kelompok globul yang letaknya tidak beraturan di
dalam suatu emulsi. Sedangkan Creaming adalah terjadinya
lapisan-lapisan dengan kosentrasi yang berbeda-beda di
dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang paling
pekat akan berada disebelah atas atau disebelah bawah
tergantung dari bobot jenis fase yang terdispersasi.
b) Koalesen dan demulsifikasi, Fenomena ini tejadi bukan
semata-mata karena energi bebas permukaan tetapi juga
karena tidak semua globul terlapis oleh film antar
permukaan. Koalesen adalah terjadinya penggabungan
globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan demulsifikasi
adalah proses lebih lanjut pada keadaan koalesen dimana
kedua fase ini terpisah kembali menjadi dua cairan yang
tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat diperbaiki
kembali dengan pengocokan.
b. Kesimpulan dari Hasil Praktikum

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :

17
1. Emulsi pada suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil,
terdiri dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa
cair yang lainnya.
2. Untuk dapat menstabilkan emulsi dibutuhkan suatu zat yang
bernama emulgator (Emulsifying Agent).
Selain dari emulgator, digunakan juga zat tambahan lain seperti
propilenglikol, oleum sesami dan aquadest untuk menambah kestabilan dari
sediaan emulsi.

7. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 1979 ,
Farmakope Indonesia , Edisi III, Departemen Kesehatan

18
Republik Indonesia, Jakarta.

Lachman L., Herbert, A. L. & Joseph, L. K., 2008, Teori dan


Praktek Industri Farmasi Edisi III, 1119-1120, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.

Talegaonkar, S., 2008, Emerging Role Of Micromulsions in


Cosmetics, Department of Pharmaceutics, Facutaly of
Pharmacy, India.

Drs. H.A. Syamsuni, Apt., 2006, Ilmu Resep, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta.

Deagita Puspitasari., Laporan Emulsi.


(https://www.academia.edu/7613639/Laporan_emulsi ),
Academia Edu, 26 Maret 2021, 20.00 WIB.

Indra Prasetyo., Laporan Praktikum Farmasetiak 1A Emulsi


(https://www.academia.edu/4833730/LAPORAN_PRAKTIKUM_F
ARMASETIKA_1A_EMULSI ),
Academia Edu, 27 Maret 2021, 19.15 WIB.

8. POST TEST

1. Apa saja alat yang digunakan dalam setiap praktikum ?

19
Jawab :

Alat yang digunakan dalam setiap praktikum :


 Pembuatan Sediaan Emulsi Oleum Jecoris Aselli
- Mortir dan Stamper
- 2 Pipet Tetes
- Timbangan atau Neraca Obat
- Botol Semprot
- Gelas Ukur 50ml
- Botol 100 ml
- 2 Beaker Glass 100 ml
- 2 Gelas Arloji
- Kertas Perkamen
- Batang pengaduk
- Sudip

 Pembuatan Sediaan Emulsi Menggunakan Metode Gom


Basah
- Mortir dan Stamper
-2Gelas Ukur 100ml
- Batang pengaduk
- Beaker Glass 100 ml
- Sudip

 Pembuatan Sediaan Emulsi Minyak Ikan


- Mortir dan Stamper
- Pipet Tetes
- 3 Cawan Porselin
- Gelas Arloji
- 2 Gelas Ukur 25ml
- Sudip

20
- Botol
2. Apa saja bahan yang digunakan pada praktikum hari ini ?
Jawab :

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu :


 Pembuatan Sediaan Emulsi Oleum Jecoris Aselli
- Pulvis Gummi Arabicum 9 gram
- Oleum Iecoris Aselli 12 gram
- Gliserin 9 gram
- Oleum Cinnamomi 1,02 gram
- Aquadest (Air) 29mL

 Pembuatan Sediaan Emulsi Menggunakan Metode Gom


Basah
- Pulvis Gummi Arabicum (PGA) 10%
- Aquadest (Air) 80mL
- Parafin 3-5mL

 Pembuatan Sediaan Emulsi Minyak Ikan


- Oleum Cinnamomi 0,2gr
- Aquadest (Air) 40mL
- Pulvis Gummi Arabicum (PGA) 10gram
- Gliserin 10gram
- Levertran 40gr

3. Buatlah cara kerja setiap praktikum dalam bentuk bagan !


Jawab :

Cara kerja praktikum dalam bentuk bagan, sebaga berikut :


 Pembuatan Sediaan Emulsi Oleum Jecoris Aselli

21
Kalibrasi Botol 60ml

Menimbang Bahan-Bahan Sediaan

Tuangkan PGA (Pulvis Gummi


Arabicum) Ke dalam Mortir
↓ Tambahkan Aquadest (Air) 1,5ml Dan
Gerus Ad Mucilago

Tambahkan Oleum Jecoris Aselli


Kedalam Mortir
↓ Gerus Ad Homogen

Masukan Oleum Cinnamomi


Kedalam Mortir
↓ Aduk Ad Homogen Dan Rata

Terakhir Tambahkan Gliserin


Kedalam Mortir
↓ Aduk Ad Rata Dan Tambahkan Sedikit Air

Lalu Tuang Sediaan Kedalam Botol


Dan Tambahkan Air Sebanyak
Batas Yang Telah Ditentukan

 Pembuatan Sediaan Emulsi Menggunakan Metode Gom


Basah

22
Siapkan Mortar Dan Stamper

Tuangkan PGA (Pulvis Gummi


Arabicum) Kedalama Mortir
↓ Tambahkan Air 15ml Dan Gerus Ad
Mucilago Dan Homogen

Masukan 5ml Paraffin Kedalam


Mortar Secara Perlahan
↓ Gerus Dengan Kecepatan Konstan Ad
Korpus Emulsi Berwarna Putih

Tambahkan Sisa Paraffin Kedalam


Mortar Secara Perlahan
↓ Gerus Ad Homogen

Masukan Air Sebanyak 5ml


↓ Gerus Ad Homogen

Terakhir Masukan Sediaan Emulsi


Ke Gelas Beaker
↓ Aduk Ad Rata Dan Tambahkan Sedikit Air

Terakhir Tambahkan Air Sebanyak


Batas Yang Telah Ditentukan

 Pembuatan Sediaan Emulsi Minyak Ikan

Tuangkan PGA (Pulvis Gummi

23
Arabicum) Kedalama Mortir
↓ Tambahkan Aquadest (Air) 20ml Dan Gerus
Ad Mucilago

Tambahkan Levertran sedikit demi


sedikit
↓ Gerus Ad dan Homogen

Lalu tambahkan Gliserin Kedalam


Mortir
↓ Gerus Ad Homogen

Masukan Oleum Cinnamomi


Kedalam Mortir
↓ Gerus Ad Homogen dan rata

Tambahkan sisa air tadi Kedalam


Mortir
↓ Aduk Ad Homogen Dan Rata

Terakhir Lalu Tuang Sediaan


Kedalam Botol

4. Sebutkan komponen dasar dari emulsi ?


Jawab :

Komponen Dasar dari sedian emulsi


Adalah komponen dasar yang merupakan bahan pembentuk
emulsi, yang harus terdapat di dalam emulsi. Terdiri dari:

24
 Fase dispers (fase internal atau fase discontinue), Yaitu zat cair
yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain;

 Fase continue(fase external atau fase luar), Yaitu merupakan zat


cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar
(pendukung) dari emulsi tersebut; dan

 Emulgator, merupakan salah satu bagian dari emulsi yang


berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Adapun Emulgator Alam
seperti : Tumbuh-tumbuhan ( Gom Arab, tragachan, agar-agar,
chondrus), Hewani ( gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps
lanae), Tanah dan mineral ( Veegum/ Magnesium Alumunium
Silikat). Emulgator Buatan: Sabun, Tween (20,40,60,80), Span
(20,40,80).

5. Ada 3 Metode pembuatan emulsi, sebutkan !


Jawab :

Macam-macam Metode Pembuatan emulsi :

a) Metode Gom Kering (Metode Kontinental)


Pada Metode Gom kering atau yang biasa dikenal
dengan nama metode “4:2:1” dengan formula yang
digunakan untuk membuat corpus emulsi adalah 4 bagian
minyak, 4 bagian air, dan 4 bagian gom (atau emulgator).
Sedangkan pada metode Kontinental, formulanya adalah
“4:3:2”. Setelah corpus emulsi ini terbentuk, bahan-bahan
formulatif cair lainnya yang akan larut dalam fase luar,
ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk.
Adapun zat-zat pada formulatif lainnya yang berbentuk
padat seperti pengawet, stabilizer, pewarna, perasa,dll.
Dilarutkan didalam fase luar terlebih dahulu sebelum
ditambahkan kedalam corpus emulsi. Sedangkan pada zat-

25
zat formulatif yang dikhawatirkan akan mengganggu
stabilitas emulsi ditambahkan dibagian paling akhir.

b) Metode Gom Basah


Yaitu pada metode ini Zat pengemulsi ditambahkan
kedalam air(zat pengemulsi umumnya larut dalam air) agar
membentuk suatu mucilago, kemudian minyak perlahan-
lahan ditambahkan untuk membentuk emulsi, kemudiaan
diencerkan denganm sisa air.

c) Metode Botol Forbes


Pada Metode ini cocok untuk pembuatan emulsi
yang berisi minyak-minyak menguap dan mempunyai
viskositas rendah. Pada Serbuk gom dimasukkan ke botol
kering dengan tambah 2 bagian air dan dikocok kuat dalam
keadaan botol tertutup rapat. Tambahkan minyak dan air
secara bergantian sedikit-demi sedikit sambil terus dikocok
setiap kali dilakukan penambahan air dan minyak. Metode
ini kurang cocok untuk minyak kental karena mengandung
viskositas yang terlalu tinggi sehingga sulit untuk dikocok
dan dicampur dengan gom dalam botol.

26

Anda mungkin juga menyukai