Laporan :
Opi Indriani Farmasi A
Post Test :
LAPORAN PRAKTIKUM
FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
JUDUL : PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAN EMULSI
2. TEORI PENDAHULUAN/PUSTAKA
a. Definisi Sediaan Emulsi
Emulsi adalah sediaan yangmengandung bahan obat cair atau
larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa,distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Farmakope Indonesia III
(1979 : 9).
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil
(Farmakope Indonesia III (1979 : 9).
1
Zat pengemulsi yang sering digunakan adalah gelatin, gom
akasia, tragakan,sabun, senyawa amonium kwarterner, senyawa
kolesterol, surfaktan, atau emulgatorlain yang cocok. Untuk
mempertinggi kestabilan dapat ditambahkan zat pengental,misalnya
tragakan, tilosa, natrium karboksimetilselulosa.Salah satu fase cair
dalam suatu emulsi terutama bersifat polar (sebagai contohair),
sedangkan lainnya relatif non polar (sebagai contoh minyak).
1. Bila fase minyak di dispersikan sebagai bola-bola ke seluruh
fase kontinu air,sistem tersebut dikenal sebagai suatu
emulsi minyak dalam air (o/w).
2. Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi
tersebut dikenal sebagai produk air dalam minyak (w/o).
2
Adapun Baik didalam bentuk minyak dalam air atau air
dalam minyak yang dapat dipakai untuk pemakaian kulit dan
memoran mukosa dengan proses emulsi kemungkinan
terbentuk lotion atau cream yang karsistensinya mempunyai
beberapa sifat-sifat, yaitu dapat dengan mudah meluas pada
daerah yang diobati, mudah dicuci dengan air, tidak
meninggalkan noda atau bekas pada pakaian, serta memiliki
bentuk, bau warna dan rasa yang baik
3
sebelah atas atau disebelah bawahtergantung dari bobot jenis fasa
yang terdispersi.
b) Koalesen dan Demulsifikasi
Fenomena ini terjadi bukan karena semata-mata karena energi
bebas permukaan saja, tetapi juga karena tidak semua globul terlapis
oleh filmantar permukaan. Koalesen adalah terjadinya penggabungan
globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan demulsifikasi adalah
merupakan proseslebih lanjut dari koalesen dimana kedua fasa
terpisah menjadi dua cairan yang tidak bercampur. Kedua fenomena
ini tidak dapat diperbaiki dengan pengocokan.
4
dahulu sebelum ditambahkan kedalam corpus emulsi.
Sedangkan pada zat-zat formulatif yang dikhawatirkan akan
mengganggu stabilitas emulsi ditambahkan dibagian paling
akhir.
b) Metode Gom Basah
Di mana Zat pengemulsi ditambahkan kedalam air(zat
pengemulsi umumnya larut dalam air) agar membentuk suatu
mucilago, kemudian minyak perlahan-lahan ditambahkan
untuk membentuk emulsi, kemudiaan diencerkan dengan sisa
air.
c) Metode Botol Forbes
Metode ini cocok untuk pembuatan emulsi yang berisi
minyak-minyak menguap dan mempunyai viskositas rendah.
Pada Serbuk gom dimasukkan ke botol kering dengan
tambahan 2 bagian air dan dikocok kuat dalam keadaan botol
tertutup rapat. Tambahkan minyak dan air secara bergantian
sedikit-demi sedikit sambil terus dikocok setiap kali dilakukan
penambahan air dan minyak. Metode ini kurang cocok untuk
minyak kental karena mengandung viskositas yang terlalu
tinggi sehingga sulit untuk dikocok dan dicampur dengan gom
dalam botol.
b. Alat
5
- Mortir dan Stamper
- 2 Pipet Tetes
- Timbangan atau Neraca Obat
- Botol Semprot
- Gelas Ukur 50 ml
- Botol 60 ml
- 2 Beaker Glass 100 ml
- 2 Gelas Arloji
- Kertas Perkamen
- Batang pengaduk
- Sudip
b. Alat
- Mortir dan Stamper
- 2 Gelas Ukur 100ml
- Batang pengaduk
- Beaker Glass 100 ml
- Sudip
6
- Levertran 40 gram
b. Alat
- Mortir dan Stamper
- Pipet Tetes
- 3 Cawan Porselin
- Gelas Arloji
- 2 Gelas Ukur 25 ml
- Sudip
- Botol 100 mL
b. Perhitungan Dosis
- Pulvis Gummi Arabicum 15%
15
Dalam 5mL = ×5
100
= 0,75gram
60 mL
1 Botol (60mL) = × 0,75 gram
5 mL
= 9 gr → 9.000 mg
7
- Oleum Iecoris Aselli 20%
60 mL
1 Botol (60mL) = × 1 gram
5 mL
= 12gr → 12.000mg
- Gliserin 15%
15
Dalam 5mL = ×5
100
= 0,75gram
60 mL
1 Botol (60mL) = × 0,75 gram
5 mL
= 9gr → 9.000mg
60 mL
1 Botol (60mL) = × 0,085 gram
5 mL
= 1,02gr → 1.020mg
8
- Aquadest (Air)
1 Botol (60mL) = 60 – (9+12+9+1,02)
= 60 – 31,02
= 28,98 mL → 29 mL
100 mL
1 Gelas Beaker(100mL) = × 0,5 gram
5 mL
= 10gr → 10.000mg
- Parafin = 5 mL
9
3. Pembuatan Sediaan Emulsi Minyak Ikan
a. Penimbangan Bahan
- Oleum Cinnamomi : 1,02 gram
- Aquadest (Air) : 40 mL
- Pulvis Gummi Arabicum (PGA) : 10 gram
- Gliserin : 10 gram
- Levertran : 40 gram
b. Perhitungan Dosis
- Oleum Cinnamomi
0,2
Dalam 5mL = ×5
100
= 0,01 gram
100 mL
1 Botol (60mL) = × 0,01 gram
5 mL
= 0,2gr → 200mg
100 mL
1 Botol (100mL) = × 0,5 gram
5 mL
10
= 10gr → 10.000mg
- Gliserin 10%
10
Dalam 5mL = ×5
100
= 0,5gram
100 mL
1 Botol (100mL) = × 0,5 gram
5 mL
= 10gr → 10.000mg
- Levertran 40%
40
Dalam 5mL = ×5
100
= 2gram
100 mL
1 Botol (100mL) = × 2 gram
5 mL
= 40gr → 40.000mg
11
5. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Pembuatan Sediaan Emulsi Oleum Jecoris Aselli
12
Batas Yang Telah Ditentukan
13
3. Pembuatan Sediaan Emulsi Minyak Ikan
6. PEMBAHASAN HASIL
14
a. Pembahasan Hasil Praktikum
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa sediaan emulsi
adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
Apabila terbentuknya koalesensi yaitu peristiwa ketidak stabilan
emulsi dikarenakan penggabungan globul-globul menjadi lebih besar.
Ketidak sempurnaan pelapisan globul ini dapat disebabkan antara lain
konsentrasi emulgator yang digunakan belum mencukupi untuk
menyelimuti globul-globul atau pengembangan emulgator yang belum
sempurna sehingga proses pembentukan lapisan multimolekular belum
sempurna. Kejadian lain yang mungkin terjadi adalah sistem emulsi yang
terbentuk kurang kental, sehingga globul-globul tidak dapat
dipertahankan tetap pada posisinya. Akibatnya laju sedimentasi akan
meningkat dan diperoleh emulsi yang tidak stabil. kejadian yang harus
diperhatikan pada sediaan emulsi selanjutnya adalah terbentuknya
creaming yang terjadi karena globul-globul sejenis saling bergabung
kembali sehingga pada emulsi terbentuk lapisan-lapisan dengan
kerapatan massa yang berbeda-beda. Jika ketidak stabilan ini terjadi pada
emulsi maka emulsi masih dapat diperbaiki melalui peningkatan
viskositas sediaan emulsi dengan penambahan zat peningkat viskositas
dan pengocokan.
Dalam bidang farmasi, emulsi di golongkan menjadi 2 macam :
Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A ( minyak
dalam air ).
Emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang
tersebar ke dalam air. Minyak sebagai fase internal dan
air sebagai fase external.
15
Emulsi yang terdiri dari butiran yang tersebar
kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak
sebagai fase external.
16
minyak yang ditambahkan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
fase air. Minyak ikan akan terdispersi didalam air membentuk
globul-globul yang telah di lapisi oleh emulgatorl. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi ketidak stabilan dari emulsi di antaranya
yaitu Suhu pemanasan tidak konstan, Perbedaan intensitas
pengadukan, Pencampuran kurang merata, Kekompakan dan
elastisitas film yang melindungi zat terdispersi, dan Ketidak telitian
dalam pengamatan kestabilan emulsi.
Adapun parameter ketidak stabilan suatu emulsi dalam
percobaan ini adalah terjadinya :
a) Flokulasi dan Creaming, Fenomena ini terjadi karena
penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya energi
permukaan bebas saja. Flokulasi adalah terjadinya
kelompok-kelompok globul yang letaknya tidak beraturan di
dalam suatu emulsi. Sedangkan Creaming adalah terjadinya
lapisan-lapisan dengan kosentrasi yang berbeda-beda di
dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang paling
pekat akan berada disebelah atas atau disebelah bawah
tergantung dari bobot jenis fase yang terdispersasi.
b) Koalesen dan demulsifikasi, Fenomena ini tejadi bukan
semata-mata karena energi bebas permukaan tetapi juga
karena tidak semua globul terlapis oleh film antar
permukaan. Koalesen adalah terjadinya penggabungan
globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan demulsifikasi
adalah proses lebih lanjut pada keadaan koalesen dimana
kedua fase ini terpisah kembali menjadi dua cairan yang
tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat diperbaiki
kembali dengan pengocokan.
b. Kesimpulan dari Hasil Praktikum
17
1. Emulsi pada suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil,
terdiri dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa
cair yang lainnya.
2. Untuk dapat menstabilkan emulsi dibutuhkan suatu zat yang
bernama emulgator (Emulsifying Agent).
Selain dari emulgator, digunakan juga zat tambahan lain seperti
propilenglikol, oleum sesami dan aquadest untuk menambah kestabilan dari
sediaan emulsi.
7. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 1979 ,
Farmakope Indonesia , Edisi III, Departemen Kesehatan
18
Republik Indonesia, Jakarta.
8. POST TEST
19
Jawab :
20
- Botol
2. Apa saja bahan yang digunakan pada praktikum hari ini ?
Jawab :
21
Kalibrasi Botol 60ml
↓
22
Siapkan Mortar Dan Stamper
↓
23
Arabicum) Kedalama Mortir
↓ Tambahkan Aquadest (Air) 20ml Dan Gerus
Ad Mucilago
24
Fase dispers (fase internal atau fase discontinue), Yaitu zat cair
yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain;
25
zat formulatif yang dikhawatirkan akan mengganggu
stabilitas emulsi ditambahkan dibagian paling akhir.
26