Anda di halaman 1dari 16

Tujuan Pembentukan Emulsi: Tujuan dari pembuatan sediaan menjadi emulsi yaitu:

Meningkatkan kelarutan. Meningkatkan stabilitas. Memperbaiki penampilan.


Menutupi rasa tidak enak. Efek obat diperlambat. Ada dua tipe emulsi, yaitu: Emulsi
A/M (Air Dalam Minyak) yaitu butiran-butiran air terdispersi dalam minyak Emulsi
M/A (Minyak Dalam Air) yaitu butiran-butiran minyak terdispersi dalam air. Pada
emulsi A/M, maka butiran-butiran air yang diskontinyu terbagi dalam minyak yang
merupakan fase kontinyu, Sedangkan untuk emulsi M/A adalah sebaliknya. Kedua
zat yang membentuk emulsi ini harus tidak atau sukar membentuk larutan
dispersirenik Surfaktan (surface active agent) atau zat aktif permukaan,adalah
senyawa kimia yang terdapat pada konsentrasi rendah dalam suatu system,
mempunyai sifat teradsorpsi pada permukaan antarmuka pada system tersebut.
Energi bebas permukaan-antarmuka adalah kerja minimum yang diperlukan untuk
merubah luas permukaan-antarmuka. Cara Menentukan Tipe Emulsi Untuk
mengetahui sediaan emulsi ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu: 1. Uji
pengenceran Metode ini tergantung pada kenyataan bahwa suatu emulsi M/A dapat
diencerkan dengan air dan emulsi A/M dengan minyak. Saat minyak ditambahkan,
tidak akan bercampur ke dalam emulsi dan dan akan nampak nyata pemisahannya.
Tes ini secara benar dibuktikan bila penambahan air atau minyak diamati secara
mikroskop. 2. Uji Konduktivitas Emulsi dimana fase kontinyu adalah cair dapat
dianggap memiliki konduktivitas yang tinggi dibanding emulsi dimana fase
kontinyunya adalah minyak. Berdasarkan ketika sepasang elektrode dihubungkan
dengan sebuah lampu dan sumber listrik, dimasukkan dalam emulsi M/A, lampu akan
menyala karena menghantarkan arus untuk kedua elektrode. Jika lampu tidak
menyala, diasumsikan bahwa sistem A/M. 3. Uji Kelarutan Warna Bahwa suatu
pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari emulsi. Sementara zat warna larut
minyak akan ditarik oleh fase minyak. Jadi ketika pengujian mikroskopik
menunjukkan bahwa zat warna larut air telah ditarik untuk fase kontinyu, uji ini
diulangi menggunakan sejumlah kecil pewarna larut minyak, pewarnaan fase
kontinyu menunjukkan tipe A/M. Keuntungan Sediaan Emulsi: Beberapa keuntungan
sediaan emulsi yaitu: Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang
tidak menyenangkan dan dapat dibuat lebih enak pada pemberian oral bila
diformulasikan menjadi emulsi. Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorpsi bila
obat-obat tersebut diberikan secara oral dalam bentuk emulsi. Emulsi memiliki
derajat elegansi tertentu dan mudah discuci bila diinginkan. Formulator dapat
mengontrol penampilan, viskositas, dan kekasaran (greasiness) dari emulsi kosmetik
maupun emulsi dermal. Emulsi telah digunakan untuk pemberian makanan berlemak
secara intravena akan lebih mudah jika dibuat dalam bentuk emulsi. Aksi emulsi
dapat diperpanjang dan efek emollient yang lebih besar daripada jika dibandingkan
dengan sediaan lain. Emulsi juga memiliki keuntungan biaya yang penting daripada
preparat fase tunggal, sebagian besarlemak dan pelarut-pelarut untuk lemak yang
dimaksudkan untuk pemakaian ke dalam tubuh manusia relatif memakan biaya,
akibatnya pengenceran dengan suatu pengencer yang aman dan tidak mahal seperti
air sangat diinginkan dari segi ekonomis selama kemanjuran dan penampilan tidak
dirusak. Kerugian Sediaan Emulsi: Selain keuntungan, ada juga kerugian atau
kekurangan sediaan emulsi yaitu: Emulsi kadang-kadang sulit dibuat dan
membutuhkan tehnik pemprosesan khusus. Untuk menjamin karya tipe ini dan untuk
membuatnya sebagai sediaan yang berguna, emulsi harus memiliki sifat yang
diinginkan dan menimbulkan sedikit mungkin masalah-masalah yang berhubungan.
Bentuk ketidakstabilan emulsi: Flokulasi: dikarenakan emulgator kurang, lapisan
pelindung tidak menutupi semua bagian globul sehingga 2 globul bersatu membentuk
aggregat. Koalescens: dikarenakan hilangnya lapisan film dan globul semakin besar
dan bersatu. Kriming: dikarenakan adanya pengaruh gravitasi sehingga terjadi
pemekatan di permukaan dan di dasar. Inversi fasa: dikarenakan adanya perubahan
viskositas. Breaking/demulsifikasi: pecah akibat hilangnya lapisan film karena
pengaruh suhu.

Sumber Asli:
http://www.mipa-farmasi.com/2016/05/emulsi.html
efinisi :
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri
dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh
pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, Howard. 2005. Halaman
376 ) ·

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya


terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (FI IV.
Halaman 6 ) ·

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau


larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan
dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (FI III.
Halaman 9 ) ·

Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak
tercampur, biasanya air dan minyak, cairan yang satu terdispersi
menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain ( sistem dispersi,
formulasi suspensi dan emulsi Halaman 56 ) Dari beberapa definsi
yang tertera dapat disimpulkan bahwa emulsi adalah sistem dua
fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa
yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat
pengemulsi/surfaktan yang cocok.

Macam-macam emulsi
 Oral Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak
yang tidak enak dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil
dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.
 Topikal Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak
faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang
dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan tujuan
menghasilkan efek lokal.
 Injeksi Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.Contoh : Vit. A
diserap cepat melalui jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk emulsi.
(Syamsuni, A. 2006)
Tipe-tipe emulsi :
 Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak
yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase
internal, air sebagai fase eksternal.
 Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air
yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase
internal, minyak sebagai fase eksternal. (Syamsuni, A. 2006)
Emulsi yang tidak memenuhi persyaratan :
 Creaming : terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu nagian
mengandung fase dispersi lebih banyak dari pada lapisan yang
lain. Creaming bersifat reversibel artinya jika dikocok perlahan
akan terdispersi kembali.
 Koalesensi dan cacking (breaking) : pecahnya emulsi karena
film yang meliputi partikel rusak dan butiran minyak
berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang memisah.
Emulsi ini bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena :
a. Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH

b. Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyaringan

c. Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi ·

Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o


secara tiba-tiba atau sebaliknya sifatnya irreversible.

Komponen emulsi
A. Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus
terdapat di dalam emulsi, terdiri atas :

1. Fase dispersi : zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil


di dalam zat cair lainnya.
2. Fase pendispersi : zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai
bahan dasar ( bahan pendukung ) emulsi tersebut.
3. Emulgator : bagian dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi. Contoh emulgator :

 Gom Arab :
Cara Pembuatan air 1,5 kali bobot GOM ·

 Tragacanth :
Cara Pembuatan air 20 kali bobot tragacanth ·

 Agar-agar :
Cara Pembuatan 1-2% agar-agar yang digunakan ·

 Condrus :
Cara Pembuatan 1-2% condrus yang digunakan ·

 CMC-Na :
Cara Pembuatan 1-2% cmc-na yang dihunakan Emulgator alam ·

 Kuning telur :
Cara Pembuatan emulsi dengan kuning telur dalam mortir luas
dan digerus dengan stemper kuat-kuat, setelah itu dimasukkan
minyaknya sedikit demi sedikit, lalu diencerkan dengan air dan
disaring dengan kasa. ·

 Adeps lanae Emulgator mineral · Magnesium Aluminuin


Silikat ( Veegum ) :
Cara Pembuatan diapaki 1% ·
Bentonit :
Cara Pembuatan 5% bentonit yang digunakan Emulgator
buatan/sintesis ·

 Tween :
Ester dari sorbitan dengan asam lemak disamping mengandung
ikatan eter dengan oksi etilen, berikut macam-macam jenis tween
:

a. Tween 20 : Polioksi etilen sorbitan monolaurat, cairan


seperti minyak.

b. Tween 40 : Polioksi etilen sorbitan monopalmitat, cairan


seperti minyak.

c. Tween 60 : Polioksi etilen sorbitan monostearat, semi padat


seperti minyak.

d. Tween 80 : Polioksi etilen sorbitan monooleat, cairan seperti


minyak.

 Span : Ester dari sorbitan dengan asam lemak. Berikut


jenis span :
a. Span 20 : Sorbitan monobiurat, cairan

b. Span 40 : Sorbitan monopulmitat, padat

c. Span 60 : Sorbitan monooleat, cair seperti minyak

Komponen Tambahan yaitu bahan tambahan yang sering


ditambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih
baik. Misalnya : pewarna, pengaroma, perasa, dan pengawet.

Metode Pembuatan Emulsi :


 Metode GOM kering 4:2:1 ~ GOM dicampur minyak sampai
homogen ~ Setelah homogen ditambahkan 2 bagian air, campur
sampai homogen ·
 Metode GOM basah ~ GOM dicampur dengan air sebagian ~
Ditambahkan minyak secara perlahan, sisa air ditambahkan lagi ·
 Metode botol ~ GOM dimasukkan ke dalam botol + air,
dikocok ~ Sedikit demi sedikit minyak ditambahkan sambil terus
dikocok. (Ansel, Howard. 2005)
Stabilitas Emulsi :
~ Jika didiamkan tidak membentuk agregat ·

~ Jika memisah antara minyak dan air

` jika dikocok akan membentuk emulsi lagi ·

~ Jika terbentuk agregat dikocok akan homogen kembali.

Evaluasi Sediaan Emulsi


 Organoleptis : Meliputi pewarnaan, bau, rasa dan dari sediaan
emulsi pada penyimpanan pada suhu rendah 5oC dan tinggi 35oC
pada penyimpanan masing-masing 12 jam.
 Volume Terpindahkan (FI IV. Halaman 1089) Untuk penetapan
volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan
selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut.
Kocok isi dari 10 wadah satu persatu.
Prosedur: Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam
gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih
dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi,
secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan gelembung
udara pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari
30 menit. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume
dari tiap campuran: volume rata-rata larutan yang diperoleh dari
10 wadah tidak kurang dari 100 %, dan tidak satupun volume
wadah yang kurang dari 95 % dari volume yang dinyatakan pada
etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100 % dari yang
tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun
volumenya kurang dari 95 % dari volume yang tertera pada etiket,
atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95 %, tetapi
tidak kurang dari 90 % dari volume yang tertera pada etiket,
lakukan pengujian terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-
rata larutan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100 %
dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu dari
30 wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 %
seperti yang tertera pada etiket.

 Penentuan viskositaas:Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran


viskositas dilakukan dengan viskometer brookfield pada 50
putaran permenit (Rpm).
 Daya hantar listrik : Emulsi yang sudah dibuat dimasukkan
dalam gelas piala kemudian dihubungkan dengan rangkaian arus
listrik. Jika mampu menyala maka emulsi tipe minyak dalam air.
Jika sistem tidak menghantarkan listrik maka emulsi tipe air dalam
minyak.
 Metode pengenceran : Emulsi yang sudah dibuat dimasukkan
dalam gelas piala kemudian diencerkan dengan air. JIka dapat
diencerkan maka emulsi tipe minyak dalam air dan sebaliknya.
 Metode percobaan cincin: Jika satu tetes emulsi yang diuji
diteteskan pada kertas saring maka emulsi minyak dalam air dalam
waktu singkat membentuk cincin air disekeliling tetesan.
 Metode warna : Beberapa tetes larutan bahan pewarna lain (
metilen ) dicampurkan ke dalam contoh emulsi. Jika selurih emulsi
berwarna seragam maka emulsi yang diuji berjenis minyak dalam
air, oleh karena air adalah fase luar. Sampel yang diuji bahan
warna larut sudan III dalam minyak pewarna homogen pada
sampel berarti sampel tipe air dalam minyak karena pewarna
pelarut lipoid mampu mewarnai fase luar.
cairan lain”
 Menurut Formularium Nasional : 412
“Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam sistem
dispersi; yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya;
umumnya dimantapkan dengan zat pengemulsi”
 Menurut DOM Martin : 508
“Emulsi adalah sistem heterogen, terdiri dari kurang lebih satu cairan yang tidak
tercampurkan yang terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan-tetesan di
mana diameternya kira-kira 0,1 mm atau dapat diartikan sebagai dua fase yang terdiri
dari satu cairan yang terdispersi dalam cairan lainnya yang tidak tercampurkan”

A. Komponen emulsi (ilmu resep halaman 119)


Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komponen Dasar Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat
didalam emulsi, biasanya terdiri dari :
a) Fase dispers / fase internal / fase diskontinyu
Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair
lain.
b) Fase kontinyu / fase eksternal / fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar
(pendukung) dari emulsi tersebut.
c) Emulgator
Adalah bagian Berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

2. Komponen Tambahan
 Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh
hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis,odoris, colouris, preservatif
(pengawet), antoksidant.
 Pengawet yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam
benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida,
fenil merkuri asetat, dll.
 Antioksidant yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocoperol, asam
sitrat, propil gallat dan asam gallat.

B. Tipe Emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun
eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air.
Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minak).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak.
Air sebagai fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.

C. Tujuan Pemakaian Emulsi


Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari
campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.Tujuan pemakaian emulsi
adalah :
1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroal. Umumnya emulsi tipe
O/W.
2. Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O
tergantung banyak faktor misalnya sifat zat atau jenis efek terapi yang
dikehendaki.
D. Teori Terjadinya Emulsi
Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori, yang
melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Teoi
tersebut ialah :
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)
Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang
disebut dengan daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik
antara molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan daya adhesi.Daya kohesi suatu
zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan
tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada
permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan. Dengan cara yang sama dapat
dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat
bercampur. Tegangan yang terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan
bidang batas.Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang
mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan
yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik
atau senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa
organik tertentu antara lain sabun.Didalam teori ini dikatakan bahwa penambahan
emulgator akan menurunkan dan menghilangkan tegangan permukaan yang terjadi
pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.
2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok yakni :
 Kelompok hidrofilik, yakni bagian dari emulgator yang suka pada air.
 Kelompok lipofilik, yakni bagian yang suka pada minyak.
3. Teori Interparsial Film
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan
minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase
dispers.Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang
sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi
stabil.Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang
dipakai adalah :
 Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak.
 Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase
dispers.
 Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
permukaan partikel dengan segera.
4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik ganda)
Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan
dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya
akan bermuatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian
seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh dua benteng lapisan listrik yang
saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak
yang akan menggandakan penggabungan menjadi satu molekul besar. Karena
susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai susunan yang
sama. Dengan demikian antara sesama partikel akan tolak menolak dan stabilitas
emulsi akan bertambah. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari
ketiga cara dibawah ini.
 Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel.
 Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
 Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.
E. Bahan Pengemulsi (Emulgator)
 Emulgator alam Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit.
Dapat digolongkan menjadi tiga golongan :
1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
a. Gom arab
Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum. Kestabilan
emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu :
- Kerja gom sebagai koloid pelindung
- Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan
cukup kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi).
- Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat.
- Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri.
- Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak.
- Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak lemak.
- Bahan obat cair BJ tinggi seperti cloroform dan bromoform.
- Balsam-balsam.
- Oleum lecoris aseli
b. Tragacanth
c. Agar-agar
d. Chondrus
e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %.
2. Emulgator alam dari hewan
a. Kuning telur
b. Adeps lanae
3. Emulgator alam dari tanah mineral
a. Veegum / Magnesium Aluminium Silikat
b. Bentonit
 Emulgator buatan
1. Sabun
2. Tween 20; 40; 60; 80
3. Span 20; 40; 80
G. Cara Pembuatan Emulsi
1. Metode Gom Kering
Disebut pula metode continental dan metode 4;2;1. Emulsi dibuat dengan jumlah
komposisi minyak dengan ½ jumlah volume air dan ¼ jumlah emulgator. Sehingga
diperoleh perbandingan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian
emulgator.Pertama-tama gom didispersikan kedalam minyak, lalu ditambahkan air
sekaligus dan diaduk /digerus dengan cepat dan searah hingga terbentuk korpus
emulsi.
2. Metode Gom Basah
Disebut pula sebagai metode Inggris, cocok untuk penyiapan emulsi dengan
musilago atau melarutkan gum sebagai emulgator, dan menggunakan perbandingan
4;2;1 sama seperti metode gom kering. Metode ini dipilih jika emulgator yang
digunakan harus dilarutkan/didispersikan terlebuh dahulu kedalam air misalnya
metilselulosa. 1 bagian gom ditambahkan 2 bagian air lalu diaduk, dan minyak
ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk dengan cepat.
3. Metode Botol
Disebut pula metode Forbes (1). Metode inii digunakan untuk emulsi dari bahan-bahan
menguap dan minyak-minyak dengan kekentalan yang rendah. Metode ini
merrupakan variasi dari metode gom kering atau metode gom basah. Emulsi terutama
dibuat dengan pengocokan kuat dan kemudian diencerkan dengan fase luar.
4. Metode Penyabunan In Situ
a. Sabun Kalsium
Emulsi a/m yang terdiri dari campuran minyak sayur dan air jeruk,yang dibuat
dengan sederhana yaitu mencampurkan minyak dan air dalam jumlah yang sama dan
dikocok kuat-kuat. Bahan pengemulsi, terutama kalsium oleat, dibentuk secara in situ
disiapkan dari minyak sayur alami yang mengandung asam lemak bebas.
b. Sabun Lunak
Metode ini, basis di larutkan dalam fase air dan asam lemak dalam fase
minyak. Jika perlu, maka bahan dapat dilelehkan, komponen tersebut dapat
dipisahkan dalam dua gelas beker dan dipanaskan hingga meleleh, jika kedua fase
telah mencapai temperature yang sama, maka fase eksternal ditambahkan kedalam
fase internal dengan pengadukan.
c. Pengemulsi Sintetik
Beberapa pustaka memasukkannya dalam kategori metode tambahan (1).
Secara umum, metode ini sama dengan metode penyabunan in situ dengan
menggunakan sabun lunak dengan perbedaan bahwa bahan pengemulsi ditambahkan
pada fase dimana ia dapat lebih melarut. Dengan perbandingan untuk emulsifier 2-
5%. Emulsifikasi tidak terjadi secepat metode penyabunan. Beberapa tipe peralatan
mekanik biasanya dibutuhkan, seperti hand homogenizer .
H. Cara Membedakan Tipe Emulsi
Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu :
1. Dengan Pengenceran Fase
2. Dengan pengecatan / pemberian warna
3. Dengan kertas saring
4. Dengan konduktivitas listrik
I. Kestabilan Emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming
bersifat reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2. Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena film yang
meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya
irreversibel (tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena:
Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan PH, penambahan CaO
/ CaCL2
Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan dan
pengadukan.
3. Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi W/O
menjadi O/W atau sebaliknya dan sifatnya irreversible.
J. Evaluasi Sediaan Emulsi
 Organoleptis: Meliputi pewarnaan, bau, rasa dan dari seeiaan emulsi pada penyimpanan
pada suhu endah 5oC dan tinggi 35oC pada penyimpanan masing-masing 12 jam.
 Volume Terpindahkan (FI IV. Halaman 1089)
Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan
selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari 10
wadah satu persatu.
 Prosedur:
-Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah
dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur
dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan
gelembung udaa pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30
menit.
-Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran: volume
rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100 %, dan tidak
satupun volume wadah yang kurang dari 95 % dari volume yang dinyatakan pada
etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100 % dari yang tertera pada etiket
akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95 % dari volume yang
tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95 %, tetapi
tidak kurang dari 90 % dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian
terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 30 wadah
tidak kurang dari 100 % dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu
dari 30 wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % seperti yang
tertera pada etiket.
 Penentuan viskositaas : Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran viskositas dilakukan
dengna viskometer brookfield pada 50 putaran permenit (Rpm).
 Daya hantar listrik: Emulsi yang sudah dibuat dimasukkan dalam gelas piala kemudian
dihubungkan dengan rangkaian arus listrik. Jika mampu menyala maka emulsi tipe
minyak dalam air. Jika sistem tidak menghantarkan listrik maka emulsi tipe air dalam
minyak.
 Metode pengenceran: Emulsi yang sudah dibuat dimasukkan dalam gelas piala
kemudian diencerkan dengan air. JIka dapat diencerkan maka emulsi tipe minyak
dalam air dan sebaliknya.
 Metode percobaan cincin: Jika satu tetes emulsi yang diuji diteteskan pada kertas saring
maka emulsi minyak dalam air dalam waktu singkat membentuk cincin air
disekeliling tetesan.
 Metode warna: Beberapa tetes larutan bahan pewarna lain ( metilen ) dicampurkan ke
dalam contoh emulsi. Jika selurih emulsi berwarna seragam maka emulsi yang diuji
berjenis minyak dalam air, oleh karena air adalah fase luar. Sampel yang diuji bahan
warna larut sudan III dalam minyak pewarna homogen pada sampel berarti sampel
tipe air dalam minyak karena pewarna pelarut lipoid mampu mewarnai fase luar.

Anda mungkin juga menyukai