Anda di halaman 1dari 37

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan Rahmat serta hidayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan dengan judul “Formulasi Sediaan Salep Gentamisin Sulfat”
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam praktikum farmasetika sediaan
semisolida. Sholawat dan salam tidak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang mana beliau telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan
menuju ke zaman yang penuh dengan barokah seperti sekarang ini.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Yani
Ambari,S.Farm, M.Farm, Apt. selaku dosen pengampu Praktikum Farmasetika
Sediaan Semisolida yang telah membimbing dan memberikan saran dalam
pembuatan laporan ini.
Laporan ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, kami
berharap kritik dan saran untuk menunjang pengembangan dari laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pembaca.

Sidoarjo, 13 November 2019

Tim Penulis

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................1


DAFTAR ISI ...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................4
1.3 Tujuan ............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Sediaan Semisolida........................................................................................5
2.1.1 Definisi Sediaan Semisolida ....................................................................5
2.2 Tinjauan Tentang Salep .................................................................................5
2.2.1 Definisi Salep ..........................................................................................5
2.2.2 Komponen Salep .....................................................................................5
2.2.3 Jenis – Jenis Salep ..................................................................................8
2.2.4 Proses Pembuatan Salep ........................................................................10
2.2.5 Persyaratan Mutu Dalam Pembuatan Salep ..........................................10
2.2.6 Cara Penyimpanan Salep .......................................................................11
2.2.7 Karakteristik Salep ...............................................................................11
2.2.8 Sifat Fisika Kimia Salep .......................................................................12
2.2.9 Keuntungan Salep .................................................................................12
2.2.10 Kerugian Salep ...................................................................................12
2.3 Tinjauan Bahan............................................................................................13
2.3.1 Timjauan Bahan Aktif ...........................................................................13
2.3.2 Tinjauan Bahan Tambahan ....................................................................14

BAB III METODE PENELITIHAN ..................................................................19

3.1 Tempat dan Waktu Penelitihan ........................................................................19


3.2 Alat dan Bahan .................................................................................................19
3.3 Rancang Formulasi...........................................................................................19

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


3.4 Prosedur Pembuatan .........................................................................................19

BAB IV DATA HASIL PENGAMATAN ..........................................................23

4.1 Hasil Evaluasi...................................................................................................23

BAB V PEMBAHASAN ......................................................................................26

5.1 Prinsip Percobaan .............................................................................................26


5.2 Analisa Prosedur ..............................................................................................26
5.3 Analisa Hasil ...................................................................................................27

BAB VI PENUTUP ..............................................................................................30

6.1 Kesimpulan ......................................................................................................30

6.2 Saran .................................................................................................................30

Dafatar Pustaka ....................................................................................................31

Lampiran ..............................................................................................................33

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Bahan obatnya larut
atau terdispersi homogen dalam dasar salep. Salah satu sediaan farmasi yang
berbentuk salep adalah salep kulit yaitu salep yang dioleskan pada bagian kulit
diantaranya adalah gentamisin salep kulit, dimana salep ini mengandung antibiotika
yaitu gentamisin (Anief, 2007)
Gentamisin merupakan antibiotika golongan aminoglikosida yang dapat
menghambat sintesis protein, dan bekerja secara spektrum luas. Antibiotik ini
dihasilkan oleh micromonosporae purpurea dan merupakan antibiotik yang bisa
menyembuhkan infeksi luka bakar atau luka. Seperti semua aminoglikosida,
gentamisin tidak memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri anaerob
(Katzung, 2010)
Alasan pembuatan sediaan Salep dengan bahan aktif Gentamycin sendiri adalah
bahan tersebut merupakan antibiotic semi sintetik turunan dari lincomycin.
Sehingga untuk meningkatkan efektivitas dari gentamycin maka dibuat sediaan
salep agar mudah digunakan dan mempermudah penyebarannya di kulit.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam pembuatan laporan antara lain:
1) Bagaimana formulasi sediaan salep dari bahan aktif gentamisin?
2) Bagaimana evaluasi fisik sediaan salep dari bahan aktif gentamisin?

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1) Untuk mengetahui formulsi sediaan salep dari bahan aktif gentamisin.
2) Untuk mengetahui evaluasi fisik sediaan salep dari bahan aktif gentamisin

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sediaan Semisolida


2.1.1 Definisi Sediaan Semisolida
Sediaan semisolid adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk tujuan
pengobatan topikal melalui kulit. Bentuk sediaan ini dapat bervariasi tergantung
bahan pembawa (basis) yang digunakan yaitu salep, krim, gel atau pasta. Cara
mengembangkan bentuk sediaan semisolid yang baik harus diperhatikan beberapa
faktor antara lain : struktur, berat molekul dan konsentrasi obat yang dapat melalui
kulit, jumlah obat yang dilepaskan dari pembawa pada permukaan kulit: jumlah
obat yang terdifusi melalui stretum korneum; stabilitas fisika dan kimia sediaan
selama penyimpanan dan penerimaan pasien terhadap formula yang dibuat (Zatz
dan Kushla, 1996).

2.2 Tinjauan Tentang Salep


2.2.1 Definisi Salep
Salep adalah sediaan semi padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar (Farmakope Indonesia edisi III). Salep adalah sediaan setengah
padat ditunjukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak
boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep
mengandung obat keras atau narkotika adalah 10 (Farmakope Indonesia edisi IV).
Salep adalah sediaan berupa massa lembek, mudah dioleskan, umumnya
lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau
melemaskan kulit, tidak berbau tengik ( Formularium Nasional). Salep adalah
sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Dirjen
POM, 1995).

2.2.2 Komponen Salep

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


Dalam pembuatan sediaan semisolid salep memiliki komponen – komponen
yang sama penting, komponen dalam salep dapat dibagi menjadi dua yaitu:
2.2.2.1 Basis salep
2.2.2.1.1 Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak (bebas air) antara
lain vaselin putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampur ke
dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan
kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar hidrokarbon dipakai terutama
untuk efek emolien. Dasar hodrokarbon ini juga sukar dicuci, tidak mongering tidak
tampak berubah dalam waktu lama. Contoh : petrolatum, paraffin, minyak mineral
(Anief, 2005).
2.2.2.1.2 Dasar salep absorpsi
Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak menyediakan
derajat penutupan seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak. Seperti dasar salep
berlemak dasar salep serap tidak mudah dihilangkan dari kulit oleh pencucian air.
Dasar-dasar salep ini berguna dalam farrnasi untuk pencampuran
larutan berair kedalam larutan berlemak. Contoh : petrolatum hidrofilik,
lanolin, dan lanolin anhidrida, cold cream. Dasar salep serap dibagi dalam 2
kelompok yaitu kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur
dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin
anhidrat) dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat
bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep serap juga
bermanfaat sebagai emolien (Anief, 2005).
2.2.2.1.3 Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidofilik
yang lebih tepat disebut “krim”. Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai “dapat
dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga lebih
dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih
efektif menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan
lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


cairan yang terjadi pada dermatologik. Bahan obat tertentu dapat diserap lebih baik
oleh kulit jika dasar salep lainnya. Contoh : salep hidrofilik (Anief, 2005)..
2.2.2.1.4 Dasar salep larut air
Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti
dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut
dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat
disebut “gel”. Dasar salep ini mengandung komponen yang larut dalam air. Tetapi
seperti dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air, basis yang larut dalam air
dapat dicuci dengan air. Basis yang larut dalam air biasanya disebut greaseless
karena tidak mengandung bahan berlemak, Karena dasar salep ini sangat mudah
melunak dengan penambahan air (Anief, 2005).
2.2.2.2 Zat Tambahan
a) Preservative
Preservatif/ pengawet ditambahkan pada sediaan semi padat untuk
mencegah kontaminasi, perusakan dan pembusukan oleh bakteri atau fungi
karena banyak basis salep yang merupakan substrat mikroorganisme.
Pemilihan bahan pengawet harus memperhatikan stabilitasnya terhadap
komponen bahan yang ada dan terhadap wadah serta pengaruhnya terhadap
kulit (Lieberman, Rieger and Banker, 1989).
b) Bahan higroskopis
Penambahan bahan higroskopis biasanya untuk mencegah hilangnya air
pada sediaan gel. Contoh bahan higroskopis yang biasa digunakan adalah
gliserol, propilenglikol atau sorbitol dengan konsentrasi 10-20%
(Lieberman, Rieger and Banker, 1989).
c) Antioksidan
Antioksidan ditambahkan ke dalam salep bila diperkirakan terjadi
kerusakan basis karena terjadinya oksidasi. Sistem antioksidan ditentukan
oleh komponen formulasi dan pemilihannya tergantung pada beberapa
faktor seperti toksisitas, potensi, kompatibel, bau, kelarutan, stabilitas dan

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


iritasi. Sering kali digunakan dua antioksidan untuk mendapatkan efek
sinergis (Lieberman, Rieger and Banker, 1989).
d) Surfaktan
Surfaktan dibutuhkan sebagai emulsifying untuk membentuk sistem o/w
atau w/o, sebagai bahan pengsuspensi, thickening, cleansing, penambah
kelarutan, pembasah dan bahan pemflokulasi. Surfaktan yang biasa
digunakan yaitu surfaktan nonionik ( contoh ester polioksietilen), kationik (
benzalkonium klorida) atau anionik (contoh natrium dodesil sulfat).
Surfaktan yang dibutuhkan dalam sediaan semi padat tergantung pada tipe
dari sediaan tersebut misal krim, ointment, lotion dan lainnya. Fungsi
surfaktan ini tergantung nilai HLB (Hidrophyle-lipophyle balance).
Surfaktan dengan HLB tinggi bersifat hidrofil, sementara itu surfaktan
dengan HLB rendah bersifat lipofil.
e) Organic solvent
Digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan. Bahan-bahan seperti
steril, miristil dan lauril alkohol yang merupakan surface active, dapat
digunakan untuk membantu pencampuran bagian hidrofobik dan hidrofilik
dalam suatu formula sehingga terbentuk suatu struktur yang homogen dari
sediaan semipadat dengan konsistensi tertentu. Senyawa-senyawa hidrofilik
seperti bentonit, veegum, PEG, juga dapat digunakan sebagai bahan
pembentuk matrik (Lieberman, Rieger and Banker, 1989).
f) Humectant
Humectant adalah bahan alam produk kosmetik yang ditujukan untuk
mencegah hilangnya lembab dari sediaan dan meningkatkan kelembaban
lapisan kulit terluar pada saat produk digunakan (Lynde, 2001).

2.2.3 Jenis-Jenis Salep


Salep memiliki jenis – jenis yang disesuaikan dengan menurut konsistensi,
efek terapi dan dasar salep, yaitu:
1. Menurut Konsistensinya, salep digolongkan menjadi 5 golongan :

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


a. Unguenta adalah salep yang memiliki konsistensi seperti mentega.
Tidak mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa
memakai tenaga.
b. Cream adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap
kulit. Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c. Pasta adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung
bagian kulit yang diberi.
d. Cerata adalah salep berlemak yang mengandung presentasetinggi
lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
e. Gelones Spumae (Jelly) adalah suatu salep yang lebih halus.
Umumnya cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin (Depkes,
1994).
2. Menurut Efek Terapinya, salep digolongkan menjadi 3 golongan :
a. Salep Epidermic (Salep Penutup) digunakan pada permukaan
kulit yang berfungsi hanya untuk melindung kulit dan menghasilkan
efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Dasar salep yang
terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).
b. Salep Endodermic adalah salep dimana bahan obatnya menembus
kedalam tetapi tidak melalui kulit dan terabsorbsi sebagian. Dasar
salep yang baik adalah minyak lemak.
c. Salep Diadermic (Salep Serap) adalah salep dimana bahan obatnya
menembus ke dalam melalui kulit dan mencapai efek yang
diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya. Dasar salep yang baik
adalah adeps lanae dan oleum cacao (Depkes, 1994).
3. Menurut Dasar Salepnya, salep digolongkan menjadi 2 golongan :
a. Salep hydrophobic yaitu salep - salep dengan bahan dasar
berlemak, misalnya campuran dari lemak- lemak , minyak lemak,
malam yang tak tercuci dengan air.
b. Salep hydrophilic : yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar
salep tipe o/w atau seperti dasar salep hydrophobic tetapi

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


konsistensinya lebih lembek, kemungkinan juga tipe w/o antara lain
campuran sterol dan petrolatum (Depkes, 1994).

2.2.4 Proses Pembuatan Salep


Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan obat ke
dalam salep dasar. Ada beberapa metode pembuatan salep, yaitu:
1. Metode Pelelehan adalah zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan
bersama dan diaduk sampai membentuk fasa yang homogen.
2. Metode Triturasi adalah zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis
yang akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian
dilanjutkan dengan penambahan sisa basis. Ketentuan lain:
a. Zat yang dapat larut dalam basis salep adalah (Camphora, Menthol,
Fenol, Thymol, Guaiacol) mudah larut dalam minyak lemak
(vaselin) Zat berkhasiat + sebagian basis (sama banyak) ad
homogenkan ad tambah sisa basis
b. Zat yang mudah larut dalam air dan stabil adalah bila masa salep
mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia,
maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur dengan basis
salep yang dapat menyerap air.
3. Salep yang dibuat dengan peleburan dilakukan dalam cawan porselen
a. Salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil
bagian lemaknya (air ditambahkan terakhir)
b. Bila bahan bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep
yang meleleh perlu dikolir (disaring dengan kasa) ad lebihkan 10-
20% (Bactiar,2019)

2.2.5 Persyaratan Mutu Dalam Pengerjaan Salep


a. Zat yang dapat larut dalam dasar salep dilarutkan bila perlu dengan
pemanasan rendah.
b. Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep lebih dulu diserbuk dan
diayak dengan derajat ayakan no. 100.

10

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


c. Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu
mendukung/menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang
tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.
d. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, campuran tersebut harus
diaduk sampai dingin.
e. Salep harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada
sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok yang kemudian
akan menunjukkan susunan yang homogen.
f. Zat yang dapat larut dalam dasar salep. Camphora, mentholum,
phenolum, thymolum, dan guayacolum lebih mudah dihaluskan dengan
cara digerus dalam mortar dengan minyak lemak. Bila zat-zat tersebut
dicampurkan bersama-sama ke dalam salep, lebih mudah dicampur dan
digerus dahulu agar meleleh lalu ditambahkan dasar salep sedikit demi
sedikit ( Ansel, HC 1989).

2.2.6 Cara Penyimpanan Salep


a. Disimpan di wadah asli dan ditutup rapat.
b. Paling baik disimpan pada suhu ruangan (<30°C).
c. Jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap.
d. Jangan disimpan di kamar mandi atau freezer.
e. Jauhkan dari jangkauan anak-anak atau hewan peliharaan (Bactiar, 2019).

2.2.7 Karakteristik Salep


Menurut Syamsudin,2007 salep memiliki beberapa karakteristik yang
beragam antara lain adalah
a. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus
bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan
kelembabanyang ada dalam kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh
produkmenjadi lunak dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit
yangteriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.

11

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg
mudahdipakai dan dihilangkan dari kulit.
d. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secarafisika
dan kimia dengan obat yang dikandungnya.
e. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata
melaluidasar salep padat atau cair pada pengobatan.

2.2.8 Sifat Fisika Kimia Salep


Menurut Bactiar, 2019 salep memiliki beberapa sifat – sifat yang beragam
antara lain adalah
a. Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit
tersebut.
b. Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
c. Tidak merangsang kulit.
d. Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
e. Stabil dalam penyimpanan.
f. Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
g. Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
h. Mudah dicuci dengan air.

2.2.9 Keuntungan Salep


1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
2. Sebagai bahan pelumas pada kulit.
3. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit
dengan larutan berair dan rangsang kulit.
4. Sebagai obat luar( Anief, M. 1987)

2.2.10 Kerugian Salep


a. Kekurangan basis hidrokarbon adalah sifatnya yang berminyak dapat
meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci dan sulit di
bersihkan dari permukaan kulit.

12

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


b. Kekurangan basis absorpsi adalah kurang tepat bila di pakai sebagai
pendukung bahan bahan antibiotik dan bahan bahan kurang stabil
dengan adanya air .
c. Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air (Anief, M. 1987)

2.3 Tinjauan Bahan


2.3.1 Tinjauan Bahan Aktif
NO Parameter Keterangan

Gambar 2.1 Struktur Kimia gentamycin


1 Zat aktif Gentamisin sulfat (farmakope Indonesia edisi 3
hlm, 266): garam sulfat zat antimikroba yang
dihasilkan mikromonospora purpurea. Potensi
tiap mg setara dengan tidak kurang dari 590 ug
gentamisin,
(Martindale edisi 28 hlm.1166): gentamisin
sulfat mengandung 31-34% sulfat dan tidak
kuang dari 590 unit gentamisin per mg: 80.000
unit gentamisin ekuivalen dengan 80 mg
gentamisin.
2 Organoleptis
-Bentuk Serbuk
-warna Putih sampai kuning gading
(Farmakope Indonesia edisi ,hlm 266)
3 Kelarutan -mudah larut dalam air

13

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


-praktis tidak larut dalam etanol
95%,kloroform,dan eter (farmakope Indonesia
edisi ,hlm 266)
4 Ph 3,5-5,5
5 Khasiat Anti infeksi/ aminoglikosida
6 Indikasi Antibiotic golongan aminooglikosida yang
digunakan secara topical (farmakologi dan
terapi FKUI hlm,670).
Antibiotic yang dapat mengatasi infeksi bakteri
gram negative, pseudomonas, proteus,serratia
dan staphylococcus yang resisten dengan
penisilin. (Tjay,2002).
7 Mekanisme kerja Aminoglikosid seperti gentamisin mengikat 30s
subunit spesifik protein dan 16s rRNA secara
irrevesibel. Secara khusus gentamicin mengikat
empat nukleutida 16s rRNA dari sub unit 30.
Wilayah ini berinteraksi dengan basis goyangan
dalam anticodon tRNA. Hal ini menyebabkan
gangguan pada kompleks inisiasi. (farmakologi
dan terapi FKUI hlm,670).
8 Kontraindikasi Paien yang hipersensitif terhadap gentamicin
dan aminoglikosid lain. (farmakologi dan terapi
FKUI hlm,670).
9 Efek samping Penggunaan topical dapat menyebabkan iritasi
ringan, eritema, pruritus, dan sensitisasi.
(farmakologi dan terapi FKUI hlm,670).

2.3.2 Tinjauan Bahan Tambahan


2.3.2.1 Vaselin Album
Nama resmi : Vaselinum Album
Nama lain : Vaselin album

14

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


Pemeriaaan : Massa lunak, lengket, bening, putih, tidak berbau, hamper tidak
berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95% P, larut dalam
kloroform P. dalam eter minyak tanah P.
Khasiat : Bahan dasar salep
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2.3.2.2 Paraffin Liquidum (FI III hlm 474)

Gambar 2.2 Struktur Kimia Parafin Liquid

Nama resmi : Paraffinnum Liquidum


Nama lain : Paraffin Cair
Pemeriaan : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna,
hamper tidak
berbau,hamper tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95% P, larut dalam
kloroform P,
dan dalam eter P.
Khasiat : Laksativum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan cegah pemaparan dengan cahaya
berlebih.

2.3.2.3 Propilen Glikol (Farmakope Indonesia IV hal. 712, Excipient edisi 6 hal.
592)

15

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


Gambar 2.3 Struktur kimia propilenglikol
Rumus Molekul : CH3CH(OH)CH2OH
Berat Molekul : 76, 09
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis
tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab. Kelarutan : Dapat
bercampur dengan
air, dengan aseton dan dengan kloroform, larut dalam eter
dan beberapa minyak essensial tetapi tidak dapat
bercampurdengan minyak lemak.
Bj : 1,038 g/cm3
Kadar : 15%
Stabilitas : Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat, lindungi
dari cahaya, ditempatdingin dan kering. Pada suhu yang
tinggi
akanteroksidasi menjadi propionaldehid asam laktat, asam
piruvat & asam asetat. Stabil jika dicampur dengan etanol,
gliserin, atau air.
Khasiat : Bersifat antimikroba, desinfektan, pelembab, plastisazer,
pelarut,
stabilitas untuk vitamin.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya , sejuk
dan kering.

16

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


2.2.3.4 Nipagin (FI III hal 378)

Gambar 2.4 Struktur Kimia Nipagin

Rumus Molekul : CH3CH(OH)CH2OH


Berat Molekul : 76, 09
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis
tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan
kloroform,
larut dalam eter dan beberapaminyak essensial tetapi tidak
dapat bercampurdengan minyak lemak.
Bj : 1,038 g/cm3
Kadar : 15%
Stabilitas : Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat, lindungi
dari cahaya, ditempat dingin dan kering. Pada suhu yang
tinggi akanteroksidasi menjadi propionaldehid asam
laktat,asam piruvat& asam asetat. Stabil jika dicampur
dengan etanol,
gliserin, atau air.
Khasiat : Bersifat antimikroba, desinfektan, pelembab, plastisazer,
pelarut,

17

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


stabilitas untuk vitamin.

2.2.3.5 Butyl Hidroksi Toluene (BHT) (FI III,hlm 157-158, HPE, hlm75-76)

Gambar 2.5 Sturktur Kimia BHT


Pemeriaan : Hablur padat, putih, bau khas lemah
Kelarutan : Tidak larut dalm air dan propilenglikol, dalam kloroform
dan eter
Berat molekul : 220,35 gram / mol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Kondisi paparan cahaya, kelembaban, dan panas
menyebabkan
hilangnya aktifitas BHT
Khasiat : Antioksidan

18

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian


Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Farmasi STIKES
RS Anwar Medika di yang terletak di jalan By pass Krian KM 33. Pada hari selasa,
5 November 2019 pukul 11.10-14.15 dan pelaksaan uji evaluasi dilaksanakan pada
hari selasa 12 November 2019.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Percobaan ini dibutuhkan alat-alat seperti mortir, stemper, beaker glass, gelas
ukur, cawan porselen, neraca timbangan, kaca arloji, sendok logam, sendok tanduk,
sudip, batang pengaduk, pipet tetes, pot salep dan aluminium foil.
3.2.2 Bahan
Percobaan ini membutuhkan beberapa bahan baik bahan aktif maupun bahan
tambahan yang meliputi gentamycin, nipasol, etanol, BHT, paraffin liquid, vaslin.

3.3 Susunan Formula Sediaan Gel Clyndamycin


No Bahan % Kadar Skala Lab Skala Pilot Kegunaan
1. Gentamycin 0,1 % 0,01 gram 0,05 gram Zat aktif
dan antibiotik
2. BHT 0,1 % 0,01 gram 0,05 gram Antioksidan
3. Nipasol 0,3% 0,03 gram 0,15 gram Pengawet
4. Parafin Liq. 10 % 1 gram 5 gram Emolien
5. Vaselin Album Ad 10 gram ± 8,95 gram ± 44,75 gram Basis salep

3.4 Prosedur Pembuatan


3.4.1 Prosedur Pembuatan Skala Laboratorium

19

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


Pertama dilakukan penaraan pot sampel, kemudian menimbang gentamycin
sebanyak 0,01 gram. Setelah itu dilarutkan dengan aquadest secukupnya lalu diaduk
sampai larut. Kemudian menimbang BHT sebanyak 0,01 gram lalu masukkan
beaker glass dan larutkan dengan etanol secukupnya sampai larut. Selanjutnya
menimbang nipasol sebanyak 0,03 gram dan dilarutkan juga dengan etanol
secukupnya sampai larut. Langkah selanjutnya adalah menimbang paraffin liquid 1
gram dan menimbang vaselin album sebanyak ± 8,96 gram. Setelah itu paraffin
liquid dan vaselin album dimasukkan cawan porselen lalu dilebur diatas waterbath
sampai leleh. Jika sudah leleh, campuran tersebut dimasukkan mortir dan tambah
larutan nipasol lalu digerus sampai homogen. Kemudian ditambah larutan
gentamycin dan digerus sampai massa salep. Langkah terakhir yakni masukkan
kedalam pot salep dan tandai dengan etiket biru lalu dikemas.

3.4.2 Prosedur Pembuatan Skala Pilot


Pertama dilakukan penaraan pot sampel, kemudian menimbang gentamycin
sebanyak 0,05 gram. Setelah itu dilarutkan dengan aquadest secukupnya lalu diaduk
sampai larut. Kemudian menimbang BHT sebanyak 0,05 gram lalu masukkan
beaker glass dan larutkan dengan etanol secukupnya sampai larut. Selanjutnya
menimbang nipasol sebanyak 0,15 gram dan dilarutkan juga dengan etanol
secukupnya sampai larut. Langkah selanjutnya adalah menimbang paraffin liquid 5
gram dan menimbang vaselin album sebanyak ± 44,75 gram. Setelah itu paraffin
liquid dan vaselin album dimasukkan cawan porselen lalu dilebur diatas waterbath
sampai leleh. Jika sudah leleh, campuran tersebut dimasukkan mortir dan tambah
larutan nipasol lalu digerus sampai homogen. Kemudian ditambah larutan
gentamycin dan digerus sampai massa salep. Langkah terakhir yakni masukkan
kedalam pot salep dan tandai dengan etiket biru lalu dikemas.

3.4.3 Evaluasi Sediaan Salep


3.4.3.1 Uji Organoleptis

20

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


Merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguji kualitas suatu
bahan atau produk menggunakan panca indra manusia. Keadaan yang diamati :
bau, rasa, dan warna (Amerine et al., 1965)
3.4.3.2 Uji pH
Merupakan derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan (Alaers dan Santika,1984)
pada percobaan ini menggunakan kertas pH indikator . Indikator adalah suatu zat
penunjuk yang dapat membedakan larutan apakah larutan itu asam atau basa atau
netral. Prinsipnya semua asam dan basa mempunyai sifat sifat tertentu, tidak semua
asam mempunyai sifat yang sama demikian juga pada basa. asam terbagi menjadi
dua yaitu asam lemah dan asam kuat, demikian juga basa, ada basa kuat dan basa
lemah. Kekuatan asam atau basa tergantung dari bagaimana suatu senyawa
diuraikan dalam pembentukan ion-ion jika senyawa tersebut dalam air. Asam atau
basa juga bersifat elektrolit, daya hantar larutan elektrolit bergantung pada
konsentrasi ion-ion dalam larutan. Elektrolit kuat jika dapat terionisasi secara
sempurna sehingga konsentrasi ion relatif besar, elektrolit lemah jika hanya
sebagian kecil saja yang dapat terionisasi, sehingga konsentrasi ion relatif
sedikit.Untuk mengetahui suatu larutan termasuk elektrolit atau bukan dapat
menggunakan alat penguji elektrolit atau juga dapat menggunakan alat pH meter,
dan indikator universal untuk mengetahui pH suatu larutan secara langsung
sehingga dapat diketahui apakah larutan tersebut termasuk asam, basa atau garam.
Nilai pH ditunjukkan dengan skala, secara sistematis dengan nomor 0-14.
3.4.3.3 Uji Mikroba
Uji mikroba dilakukan dengan mengunakan metode PCA (Plate Count
Agar) dan aquadest, sampel yang dicampurkan pada medium agar dibiarkan selama
24 jam, kemudian diamati di PCA alat penghitung mikroba. Uji ini dilakukan
dengan menggunakan enzim maupun mikroorganisme lainnya dengan mereaksikan
sampel terhadap mediator yang dilihat, kemudian diamati pada mikroskop (Sarah
Pelen, dkk. 2016).
3.4.3.4 Uji Ukuran Partikel

21

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


Pengukuran partikel dilakukan dengan mikroskop optic, sejumlah volume
diteteskan diatas kaca objek dan ditutup dengan gelas penutup, kemudian diamati
menggunakan perbesaran 500 kali (Septia Andini, dkk., 2016)

3.4.3.5 Uji Daya Sebar


Pengujian daya sebar gel menggambarkan penyebaran gel pada kulit pada
saat dioleskan. Daya sebar 5-7 cm menunjukkan konsistensi semi solid yang sangat
nyaman dalam penggunaan. Uji daya sebar dilakukan dengan menimbang 0,5 gram
sediaan salep diletakkan pada kaca ekstensom ditengah dan ditutup dengan kaca.
kemudian di beri beban sebesar 50,100,150, 200, 250, sampai konstan dengan
selisih beban 50 gram setiap 2 menit. Diukur diameter penyebarannya.(Septiani.
2011).
3.4.3.6 Uji Daya Lekat
Uji daya lekat yaitu kemampuan gel melekat pada kulit saat digunakan. Gel
yang baik memiliki daya lekat yang tinggi. Semakin tinggi daya lekat dinyatakan
semakin baik untuk sediaan gel. Dilakukan uji daya lekat gel untuk mampu
menggambarkan sediaan melekat pada kulit. Sifat umum sedian gel adalah mampu
melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum
sediaan dicuci atau dibersihkan. Semakin lama daya lekat sediaan gel maka
semakin baik sediaan gel tersebut (Darwis. 2011).
3.4.3.7 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara sediaan gel clindamycin dioleskan
secara tipis-tipis pada sekeping kaca. Kemudian kaca tersebut ditutup dengan
keping kaca lainnya, kemudian diamati homogenitasnya. Sediaan dinyatakan
homogen ketika menunjukkan susunan yang tidak terlihat adanya butiran kasar
(Depkes RI, 1995).
3.4.3.8 Uji Kesukaan
Uji kesukaan dilakukan terhadap 20 orang sukarelawan dengan
menggunakan angket. Pengujian dilakukan dengan cara sukarelawan menggunakan
gel antibiotik dengan berbagai formulasi kemudian diminta tanggapannya dari
warna, aroma, tekstur dan kesan tidak lengket. (Astuti.D.P, 2014).

22

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil Evaluasi Sediaan Salep


No. Evaluasi Salep Spesifikasi Hasil Pengamatan
1. Organoleptik a. Bau = Tidak Boleh a. Bau = Tidak
a. Bau Berbau Tengik Berbau
b. Warna b. Warna = Putih- b. Warna = Putih
c. Tekstur kuning gading c. Bentuk sediaan =
c. Bentuk sediaan = semi padat dan
Homogen,semi Homogen
padat (tidak terlalu
keras)
(FI Edisi III)
2. Ph Universal Ph = 4,5-6,5 Ph Universal = 5
(Sari et al, 2016) Ph meter = -
3. Uji Daya Sebar 4,45 – 5,4 cm
(sampel 0,5 g ) 5-7 cm
(tanpa beban 50 g,
(Sari et al, 2016)
100 g, 150 g, 200 g)
(R penimbangan)

4. Uji Daya Lekat Waktu > 4 detik 1,71 detik


(sampel 0,25g) (Ulaen dkk, 2012).

(R evaluasi )
5. Homogenitas Homogen Sediaan Homogen
(F.Ind.Ed.III,1979)

23

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


6. Ukuran Partikel Seragam Ukuran Partikel
Mikroskop (Septia Andini, dkk., Seragam
(R. Evaluasi) 2016)
7. Mikrobiologi Tidak ditemukan
(Inkubasi 4 jam) adanya bakteri dalam
metode agar
(R. Lab Mikro)

4.2 Hasil Evaluasi Uji Kesukaan Sediaan Salep (jumlah responden 20 orang)
Aspek Tidak Suka Kurang Suka Suka Sangat Suka
Penilaian
Warna 0 0 12 8
Aroma 0 1 16 3
Tekstur 0 4 11 5
Kesan Tidak 0 6 3 11
Berminyak

4.3 Presentase Hasil Evaluasi Uji Kesukaan Sediaan Salep


Aspek Tidak Suka Kurang Suka Suka Sangat Suka
Penilaian
Warna 0% 0% 60% 40%
Aroma 0% 5% 80% 15%
Tekstur 0% 20 % 55% 25%
Kesan Tidak 0% 30% 15% 55%
Berminyak

4.4 Grafik Hasil Evaluasi Uji Kesukaan Sediaan Salep

24

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


Presentase Hasil Evaluasi Kesukaan
Sediaan Salep
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Warna Aroma Tekstur Kesan tidak
berminyak
Tidak Suka (%) 0% 0% 0% 0%
Kurang Suka (%) 0% 5% 20% 30%
Suka (%) 60% 80% 55% 15%
Sangat Suka (%) 40% 15% 25% 55%

4.5 Kritik Dan Saran Responden


a. Kritik :
1. Kemasan kurang baik
2. Label kurang rapi
3. Tekstur kurang baik
4. Terkesan licin
5. Tidak ada aroma
6. Warna kurang menarik
7. Tekstur lengket dan berminyak

b. Saran :
1. Penambahan aroma
2. Perbaiki tekstur dan kemasannya.

25

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Prinsip Percobaan


Percobaan pembuatan sediaan salep gentamycin kali ini menggunakan basis
salep hidrokarbon atau basis salep berlemak. Basis yang digunakan dalam formulasi
salep ini adalah vaselin album. Cara pembuatannya menggunakan metode
peleburan, dimana basis salep vaselin dan parafin liquid dilebur di atas waterbath
hingga leleh. Kemudian ditambahkan bahan tambahan yang dibutuhkan seperti :
BHT sebagai antioksidan, nipasol sebagai pengawet, dan gentamycin sebagai bahan
aktif. Zat aktif yang digunakan ditambahkan pada saat terakhir, dengan tujuan untuk
menjaga kualitas dari bahan aktif tersebut.

5.2 Analisa prosedur


Percobaan formulasi sediaan salep gentamycin kali ini yang pertama kali
dilakukan adalah menara pot salep. Setelah itu menimbang gentamycin 0,05 gram,
dilarutkan dalam aquadest secukupnya hingga gentamycin larut. Gentamycin
berfungsi sebagai bahan aktif antibiotik dengan karakteristik berupa serbuk putih
sampai kuning, mudah larut dalam air dan memiliki pH 3,5-5,5 (FI III, hal 266).
Selain itu gentamycin juga berfungsi sebagai antibiotik golongan aminoglikosida
yang dapat menghambat sintesis protein, dan bekerja secara spektrum luas
(Katzung,2004). Kemudian dilakukan penimbangan nipasol 0,15 gram serta BHT
0,5 gram dan keduanya dilarutkan dengan etanol secukupnya hingga larut. Nipasol
berfungsi sebagai pengawet yang memiliki karakteristik berupa serbuk hablur
putih, tidak berbau, tidak berasa, sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian
etanol 95% (FI III, hal 535). Sedangakan BHT berfungsi sebagai antioksidan yang
memiliki karakteristik hablur padat putih, bau khas, praktis tidak larut dalam air,
mudah larut dalam etanol 95% (FI III, hal 664). Setelah itu dilakukan penimbangan
parafin liquid sebanyak 5 gram dan vaselin album sebanyak 44,75 gram lalu
dilakukan peleburan di atas waterbath hingga meleleh. Parafin dalam formulasi

26

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


salep ini memiliki fungsi ganda yaitu dapt digunakan sebagai emolien dan juga
sebagai basis salep. Sedangakan untuk vaselin sendiri memiliki fungsi sebagai basis
salep, vaselin memiliki karakteristik massa lunak, lengket, berwarna putih, tidak
larut dalam air dan etanol 95% (FI III, hal 633). Kemudian bahan aktif, pengawet
serta antioksidan yang telah dilarutkan dalam pelarutnya masing-masing
dimasukkan kedalam basis yang telah dilebur dan diaduk konstan hingga terbentuk
masa salep. Bahan aktif ditambahkan terakhir dengan tujuan untuk menjaga kualitas
dari bahan aktif itu sendiri. Setelah sediaan jadi, dimasukkan kedalam pot salep
sebanyak 10 gram, diberi etiket, brosur dan dikemas dalam wadah. Salep yang
tersisa dimasukkan ke dalam beaker glass ditutup dengan aluminium foil agar tidak
terkontaminasi dengan lingkungan luar. Sediaan disimpan selama satu minggu
untuk dilakukan pengujian organoleptis, Ph, daya sebar, daya lekat, homogenitas,
kandungan mikroba, serta uji hedonik.

5.3 Analisa Hasil


Berdasarkan percobaan formulasi sediaan salep dengan menggunakan bahan
aktif gentamycin dengan kadar 0,1%, BHT dengan kadar 0,1%, nipasol dengan
kadar 0,3%, parafin liquid dengan kadar 10% dan vaselin ad 100% didapatkan hasil
praktikum yakni hasil evaluasi secara organoleptis sediaan salep gentamycin
dengan warna putih, tidak berbau, tekstur lembut dan tidak kaku serta homogen
sehingga mudah dioles. Dari pengujian secara organoleptis yang meliputi pengujian
warna, aroma/bau dan tekstur yang telah dilakukan diperoleh hasil yang sesuai
dengan spesifikasi.
5.3.1 Hasil Pengujian pH
Pengujian terhadap pH dimaksudkan untuk melihat tingkat keasaman sediaan
untuk menjamin sediaan tidak menyebabkan iritasi pada kulit (Mappa dkk., 2013).
Berdasarkan hasil evaluasi pengujian pH pada sediaan salep gentamycin yang telah
dilakukan didapatkan hasil pH 5. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada (Swastika
dkk., 2013), karena disebutkan pada literatur tersebut pH normal kulit yaitu antara
4,5-7.
5.3.2 Hasil Pengujian Daya Sebar

27

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


Uji daya sebar pada salep dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan
menyebar pada kulit, dimana suatu basis salep sebaiknya memiliki daya sebar yang
baik untuk menjamin pemberian bahan obat yang memuaskan (Naibaho dkk.,
2013). Syarat daya sebar untuk sediaan topikal adalah sekitar 5-7 cm (Ulaen dkk.,
2012). Berdasarkan hasil evaluasi sediaan salep gentamycin yang telah dilakukan
didapat hasil daya sebar sebesar 5,04 – 5,26 cm. Hal tersebut menunjukkan bahwa
daya lekat sediaan telah sesuai dengan literatur tersebut.
5.3.3 Hasil Pengujian Daya Lekat
Pengujian daya lekat dimaksudkan untuk melihat berapa lama kemampuan
salep untuk melekat. Hasil daya lekat menunjukkan bahwa daya lekat pada salep
untuk replikasi pertama adalah 1,72 detik, kemudian untuk replikasi kedua adalah
1,70 detik dan replikasi ketiga adalah 1,72 detik. Berdasarkan literatur, syarat untuk
daya lekat pada sediaan topikal adalah tidak kurang dari 4 detik (Ulaen dkk., 2012).
Hasil daya lekat pada sediaan salep gentamiycin tersebut terlihat kurang sesuai, hal
ini mungkin disebabkan pada penggunaan basis yang bersifat hidrokarbon atau
basis lemak kurang sesuai sehingga hasil dari salep kurang memenuhi daya
lekatnya.
5.3.4 Hasil Pengujian Homogenitas
Pada literatur tertera bahwa sediaan dikatakan homogen apabila sediaan
menunjukkan susunan homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar pada kaca
transparan (Depkes RI, 1995). Hasil uji homogenitas yang diperoleh pada sediaan
salep tersebut menunjukkan bahwa sediaan salep telah homogen dan tidak
menunjukkan ada butiran kasar pada kaca tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil yang diperoleh adalah sesuai.
5.3.5 Hasil Pengujian Ukuran Partikel
Pengujian ukuran partikel kali ini dilakukan dengan cara melihat ukuran
partikel suatu sediaan dengan bantuan mikroskop. Menurut Andini. S dkk (2016)
pola penyebaran ukuran partikel yang dikelompokkan berdasarkan ukuran partikel
yang sama. Sehingga ukuran partikel setiap sediaan haruslah sama. Berdasarkan
hasil pengujian ukuran partikel pada sediaan salep gentamyciin didapat hasil ukuran
partikel yang seragam. Hal tersebut telah sesuai dengan literatur tersebut.

28

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


5.3.6 Hasil Pengujian Kesukaan
Pengujian kali ini dilakukan dengan memberikan quisioner pada beberapa
orang dengan cara memberikan kesempatan untuk mencoba dan menilai hasil salep
gentamycin yang telah dibuat. Menurut literatur (FI III, hal 33), persyaratan salep
yang ideal adalah tidak boleh berbau tengik, mudah dioleskan, homogen dan
digunakan sebagai obat luar. Hasil yang didapat pada sediaan gentamycin kali ini
adalah salep tidak berbau, mudah dioles, homogen dan digunakan untuk pemakaian
luar. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil yang didapat telah sesuai dengan
literatur.
5.3.7 Hasil Pengujian Mikrobiologi
Pengamatan uji mikrobiologi dengan menggunakan metode swab pada
medium agar dengan masa inkubasi selama 24 jam menunjukkan tidak terlihat
adanya jamur atau mikroorganisme yang tumbuh pada medium tersebut. Hal
tersebut menandakan bahwa salep yang dibuat tidak ditumbuhi mikroorganisme
walaupun setelah 1 minggu penyimpanan dan hal tersebut juga menandakan bahwa
sediaan gel yang dibuat stabil terhadap pertumbuhan mikroorganisme.

29

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Formulasi yang digunakan untuk membuat sediaan salep gentamycin yaitu
dengan menggunakan gentamycin sebagai bahan aktif sebesar 0,1% ,
nipasol sebagai pengawet sebesar 0,3%, etanol sebagai pelarut, BHT
sebagai antioksidant sebesar 0,1% , paraffin liquid sebagai emolient
sekaligus basis sebesar 10%, vaslin album sebagai basis salep.
2. Evaluasi yang dilakukan pada formulasi sediaan salep gentamisin ini
meliputi: uji organoleptis yang menghasilkan warna putih, tidak beraroma
serta memiliki tekstur lembut dan homogen. Uji pH yang dilakukan dengan
pH universal didapat hasil dengan nilai pH 5. Uji daya sebar yang telah
dilakukan diperoleh nilai sebesar 5,04 – 5,26 cm. Uji daya lekat, uji ini
dilakukan sebanyak 3 kali replikasi untuk hasil yang pertama diperoleh
waktu 1,72 detik kedua 1,70 detik dan yang ketiga 1,72detik. Uji
homogenitas diperoleh hasil sediaan yang homogen, karena sediaan yang
telah diamati memiliki partikel yang seragam. Uji mikrobiologi diperoleh
hasil yang negatif, karena sediaan salep yang telah di swab dan di inkubasi
selama 24jam tidak terlihat adanya pertumbuhan mikroba pada medium
penumbuhnya.

6.2 Saran
Diharapkan praktikan untuk lebih banyak belajar mengenai pemilihan basis
salep yang cocok untuk sediaan yang akan dibuat. Serta lebih banyak belajar
mengenai karakteristik dari sediaan yang akan dibuat dan spesifikasinya agar
diperoleh sediaan yang sesuai.

30

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


DAFTAR PUSTAKA

Andini. S dkk., 2016. Formulasi Dan Uji Penetrasi Sediaan Gel Transfersom yang
Mengandung Koyjl 3 Amino Propil Fosfat Sebagai Pencerah Kulit, Jurnal
Kefarmasian Indonesia. UNPAKUAN, Vol.6 No.2.
Anief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
12
Ansel, HC., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed 4, UI Press, Jakarta.
Bahtiar. A. 2019. Sediaan salep : Pengertian Metode Pembuatan, Formulasi dan
Evaluasi.
Biofar.ID. diakses pada 14 November 2019
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Formularium Kosemetika
Indonesia.
Jakarta (tp)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional, edisi 2.
Jakarta (tp)
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik
Indonesia , jakarta.
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik
Indonesia , jakarta.
Dirjen POM, 2014, Farmakope Indonesia, Edisi V, Departemen Kesehatan
Republik
Indonesia, jakarta.
Katzung, B. G. (2004). Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku 3. Edisi 8. Jakarta:
Salemba
Medika. Halaman 63-65.

31

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


Lieberman, Rieger & Banker. 1989. Pharmaceutical Dosage Form: Disperse
System, Vol ke
2, 495 – 498. Marcel Dekker Inc, New York.
Lynde, C.W. 2021. Moisturizers: What They Are And How They Are Work. Dikases
pada
tangal 15 November 2019.
http://www.skintherapyletter.com/2001/6.13/2.html
Mappa dkk., 2013. Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Daun Sasaladahan dan Uji
Efektifitasnya
Terhadap Luka Bakar Pada Kelinci, Jurnal Ilmiah Farmasi. Hal 49-56.
Martindale : The Extra Pharmacopoeia 28th ed., 1982, The Pharmaceutical Press,
London.
Naibaho dkk., 2013. Pengaruh Basis Salep Terhadap Formulasi Sediaan Salep
Ekstrak Daun Kemangi Pada Kulit Punggung Kelinci yang dibuat Infeksi
Staphylococcus aureus, Jurnal Ilmiah Farmasi. UNSRAT, Vol 2 No. 02.
Swastika dkk., 2013. Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Sari Tomat, Trad Med
Journal, 18
(3), 132-140.
Syamsuni,H.A., 2007, Ilmu Resep, EGC: Jakarta.
Ulaen dkk., 2012. Pembuatan Salep Anti Jerawat dari Ekstrak Rimpang
Temulawak, Jurnal Ilmiah Farmasi, 3 (2), 45-49.
Zatz, J.L., 1996, ed, Kushla G,P., Gels and Lieberman, H.A., Pharmaceutical
Dosage Forms
Disperse System, Vol. 2, Marcel Dekker Inc., New York: p.400-401, 405-
415.

32

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


LAMPIRAN

Gambar 1. Uji daya sebar Gambar 2. Uji daya lekat

Gambar 3. Waktu Gambar 4. Waktu Gambar 5. Waktu


Hasil uji daya lekat Hasil uji daya lekat Hasil uji daya lekat
replikasi I replikasi II replikasi III

Gambar 6. Uji homogenitas Gambar 7. Hasil Gambar 8. Uji daya


pengujian pH ukuran partikel

33

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


Gambar 9. Uji daya Gambar 10. Hasil uji daya Gambar 11. Proses
antimikroba antimikroba penimbangan

Gambar 12. Etiket kemasan

Gambar 13. Kemasan sediaan

34

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


Replikasi 1
D1 D2 D3 D4 Rata-Rata
5,3 4,3 4,9 4,9 4,85
5,3 5,2 5,0 5,0 5,125
5,3 5,2 5,2 5,2 5,22
5,4 5,6 5,3 5,3 5,35
5,4 5,6 5,4 5,4 5,4
5,4 5,6 5,4 5,4 5,45
5,4 5,6 5,4 5,4 5,47
Jumlah 5,26

Replikasi 2
D1 D2 D3 D4 Rata-Rata
4,9 4,9 4,8 5,2 4,95
5,4 5,4 5,0 5,4 5,3
5,4 5,4 5,2 5,6 5,4
5,5 5,5 5,4 5,6 5,45
5,6 5,6 5,4 5,7 5,55
5,6 5,6 5,5 5,7 5,6
5,6 5,6 5,5 5,7 5,6
Jumlah 5,4

Replikasi 3
D1 D2 D3 D4 Rata-Rata
5,0 4,5 4,7 4,7 4,72
5,2 5,7 4,9 5 4,95
5,2 5,9 4,9 5,0 5
5,3 5,9 5,0 5 5,02
5,5 5 51 5,2 5,1
5,5 5 5,2 5,2 5,2

35

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida


5,5 5 5,3 5,2 5,27
Jumlah 5,037

36

Laporan Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida

Anda mungkin juga menyukai