Anda di halaman 1dari 27

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID

TUGAS PENDAHULUAN

EMULSI

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ANISA

NIM : NH0519010

KELAS :A

ASISTEN : Andi Endang Kusuma Intan S.farm, M.Si

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
1. Defenisi emulsi ?

Jawab :

Emulsi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat
terdispersi dalam cairan distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok (FI
edisi III, Hal. 9).

Emulsi adalah suatu sistem terdispersi yang terdiri dari paling sedikit 2 fase
cairan yang tidak saling bercampur. Sebagian dari emulsi konvesional dalam farmasi
memiliki ukuran partikel terdispersi dalam diameter dari 0,1-100 mm (RPS 18th, Hal.
298).

Emulsi adalah suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamika yang
terdiri dari cairan yang tidak saling bercampur (Lachman, Hal. 1029).

Emulsi adalah suatu sediaan polifase dari 2 campuran yang tidak saling
bercampur salah satunya terdispersi denganbantuan emulgator kee seluruh partikel
lainnya. Ukuran diameter partikelnya 0,2-50 m (Parrot, Hal. 355).

Emulsi adalah sistem 2 fase dimana salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain dalam bentuk tetesan-tetesan kecil (FI Edisi IV, Hal. 6).

Emulsi adalah sediaa cair yang tidak stabil secara termodinamika terdiri dari dua
fase yang tidak saling bercampur ,dimana salah satu fase yang terdispersi dalam fase
yang lain sebagai globul-globul dengan diameter 0,1 -50um dandistabilkan dengan
surfektan yang cocok (Fatmawaty aisyah, 2019 Hal 436)

Emulsi yang digunakan dalam farmasi atau sediaan yang mengandung dua
cairan yang tidak bercampur, satu diantaranya terdispersi secara seragam sebagai globul
dalam cairan lainnya (Scoville’s ; 314).

2. Teori emulsifikasi ?

Jawab :
Dalam semua cairan terdapat tekanan yang menyebabkan tetesan dari cairan yang
mempunyai bentuk pada permukaan paling bawah dan hilangnya ukuran bentuk bola,
karena itu jika dua tetesan dalam kontak satu sama lain, mereka berkoalesensi
membentuk suatu tetesan yang lebih besar karena hasil ini dalam penurunan total
permukaan ditunjukkan oleh massa cairan yang dihadirkan kembali. Tanggung jawab
kekuatan ini dapat diukur dan dikenal sebagai tegangan permukaan cairan jika kontak
dengan udara atau dengan uapnya sendiri dan tegangan antar muka.Jika cairan kontak
dengan cairan yang lainnya. Bahan yang mana bila ditambhakan kedalam cairan tegangan
antarmukanya lebih rendah pada batas cairan juga surface agen atau bahan pembasah.
Tegangan antarmuka ini dapat diatasi dengan cepat untuk membuat cairan hancur
menjadi globul yang lebih kecil.Bagaimanapun, jika tidak dilakukan suatu untuk
mencegah efek dari tegangan ini. Globul akan berkoalesensi dan emulsi akan pecah.
Dapat dilihat bahwa efeek dari tegangan ini dapat dicegah dengan tiga cara, dengan
maksud agar beberapa bahan yang akan menurunkan tegangan antar muka. Ini dari dua
cairan dan menahannya bersama-sama melalui kekuatannya yang dahsyat atau dengan
maksud agar beberapa bahan akan membentuk lapisan sekitar globul dari fase terdispersi
dan menjaganya secara mekanik dari pembentukan koalesen. Pendek kata, dasar teori ini
adalah bahwa analisis dihasilkan jika beberapa bahan dimasukkan ketegangan antarmuka
yang lebih rendah antar cairan.Teori ini kurang diterima dan membuatnya untuk
menghasilkan sistem dua fase yang stabil.Suatu surfaktan yang memiliki tegangan
antarmuka yang lebih rendah dan menghambat kecenderungan tetesan-tetesan dari
kinebel koalesen dan mempertahankan ukurannya yang kecil. Sebagian gaya penstabil
dalam emulsi. Berdasarkan teori ini bahan pengemulsi disimpan pada permukaan setiap
tetesan dari fase terdispersi dalam membentuk lapisan plastis (Scoville’s, Hal. 316).

Umummnya untuk memahami emulsi dan teori yang berhubungan dengan


teknologi emulsifikasi dan stabiitas beberapa sifat kimia permukaan harus ditinjau
kembali.antarmuka antar dua cairan yang mana memainkan aturan yang dominan dalam
mempertahankan sifat dispersi penambahan bahan emulsi ataubahan yang mempegaruhi
antarmuka dalam cairan yang seperti emulsi untuk stabil dicapai.dalam larutan yang
murni molekul dalam massa dari larutan adalah tarik menarik seimbang padasemua sisi
atau molekul yang mengelilinnya . sebaliknnya molekul pada permukaan larutan adalah
ditarik masuk kedalam oleh cairan karena ketidaksimbangan gaya tarik menarik
.permukan molekul ditarik masuk pada masa cairan,tegangan yang dihasilkan disebut
tegangan permukaan .pendapat dari segi termodinamika tegangan permukaan mungkin
dianggap sebagai penyebab kecendrungan dari larutan untuk mengurangi permukaan
pada titik air energy ptensial minimum.kondisi ini diperlukan untuk stabilita permukaan
yang seimbang karena bentuk bulat telah diperkecil luasnnya atau memberikan volume
kecendrungan dari partikel larutan untuk menarik dirinnya sendiri dalam bentuk bulat
menyebabkan aksi dari tegangan permukaan.tidak ada teoi emulsifikasi yang umum
karena emulsi dapat dibuat dengan beberapatipe zat pengemulsi yang masing-masing
berbeda tergantung pada cara kerjannya dengan prinsip yang berbeda untuk mencari
suatu produk yang stabil untuk suatu teori yang agak berarti sanggup menerangkan

a. Kestabilan produk
b. Tipe emulsi yang terbentuk maka kita lihat apa yang terjadi

Jika dua cairan yang tidak dapat bercampur dikocok bersama sehingga satu dari cairan
tersebut terdispersi menjadi tetes-tetes kecil didalam cairan lainnya kecuali dalam hal
emulsi minyak dalam air yang sangat encer.(fatmawaty aisyah,2019 Hal.437-438)

Teori emulsifikasimenjelaskan bagaimana emulsi dapat dibuat sehingga


memperlihatkan suatu tipe emulsi dan kestabilan produk yang baik. Mengingat bahwa
emulsi merupakan sediaan yang tidak stabil secara termodinamika maka untuk mencapai
tujuan diatas, suatu emulsi membutuhkan zat pengemulsi atau emulgator. (sinila santi,
2016 Hal : 105 )

3. Keuntungan dan kerugiaan sediaan emulsi ?

Jawab :

a. Keuntungan emulsi

Adapun keuntungan dari emulsi antara lain (Lachman, hal. 1031) :

1) Bioavalaibilitas besar
2) Onset lebih cepat
3) Penerimaan pasien mudah diberikan pada anak-anak
4) Rasa obat, minyak jeruk bisa ditutupi oleh penambahan zat tambahan lain
5) Formulasi, karena bisa mempertahankan stabilitas obat yang larut dalam minyak.

Adapun Keuntungan emulsi menurut farmasi fisik antara lain ( sinila santi Hal : 99 ) :

1) Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang tidak menyenangkan
dan dapat dibuat lebih enak. Pada pemberian oral bila diformulasikan
menjadiemulsi.
2) Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorbsi bila obat-obat tersebut diberikan
secara oral dalam bentuk emulsi.
3) Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu dan mudah dicuci bila diinginkan
4) Formulator dapat megontrol penampilan, viskositas, dan kekasaran dari emulsi
kosmetik maupun emulsi dermal
5) Emulsi telah digunakan untuk pemberian makanan berlemak secara intraven
akan lebih mudah jika dibuat dalam bentuk emulsi
6) Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emolien yang lebih besar dari pada jika
dibandingkan dengan sediaan lain .

Adapun keuntungan emulsi menurut Farmakope Indoesia Edisi IV antara lain


(Dirjen POM, 1995:7) :

1) Konsistensi emulsi sangat beragam mulai dari cairan yang mudah dituang
hingga cream setengah padat
2) Tidak diperlukan perbandingan volume fase internal terhadap fase eksternal
yang sangat tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat
3) Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang
mencegah koalesensi yaitu penyatuan tetesan kecil mejadi tetesa besar dan
akhirnnya menjadi satu fase tunggal yang memisah
b. Kerugian emulsi

Adapun kerugian dari emulsi antara lain (Lachman, hal. 1032) :

1) Sulit diformulasikan karena harus mencampur 2 fase yang tidak tercampurkan


2) Mudah ditumbuhi oleh mikroba karena adanya air
3) Kestabilan fisika dan kimia terjamin dalam waktu lama

kerugian lain dari emulsi menurut farmasi fisik adalah emulsi kadang-
kadang sulit dibuat dan membutuhkan tehnik pemrosesan dan keahlian khusus
(sinila santi, 2016 Hal : 99 )

kerugian emulsi menurut Farmakope Indonesia edisi IV yaitu semua


emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah
pertumbuhan mikroorganisme (Dirjen POM, 1995:7).

4. Tipe emulsi ?

Jawab :

Adapun tipe emulsi antara lain (RPS, Hal. 298) :

a. M/A (Minyak/Air) : Suatu emulsi dimana minyak terdispersi sebagai tetesan-tetesan


dalam fase air dan distabilkan emulsi minyak dalam air.
b. A/M (Air/Minyak) : jika air adalah fase terdispersi dan minyak adalah medium
pendispersi, maka emulsi disebut air dalam minyak.
c. Emulsi ganda telah dikembangkan berdasarkan pencegahan pelepasan bahan aktif
dalam tipe emulsi ini dihadirkan 3 fase yang disebut bentuk emulsi A/M/A atau
M/A/M atau disebut emulsi dalam emulsi.

Jika tetesan-tetesan minyak didispersikan dalam fase air, fase kontinu maka
emulsi disebut minyak dalam air, jika minyak merupakan tipe air dalam minyak
(A/M).Dua tipe emulsi yang tambahan yang digolongkan sebagai fase emulsi ganda,
tampaknya diterima oleh para ahli kimia. Secara keseluruhan memungkinkan untuk
membuat emulsi ganda dengan karakteristik minyak dalam air dalam minyak (M/A/M)
atau air dalam minyak dalam air (A/M/A) (Lachman, hal. 1030)

Dalam farmasi, cairan yang biasa digunakan dalam pembuatan emulsi adalah
air minyak, berturut-turut baik emulsi minyak dalm air (M/A) atau air dalaam minya
(A/M).Setiap tipe emulsi memiliki tempat tertentu dalam farmasi.Tipe minyak dalam air
digunakan untuk pemakaian dalam sedangkan tipe air dalam minyak biasanya dirancang
sebagai lotio atau krim secara umum untuk pemakaian luar (Scoville’s, hal. 315)

5. Cara menentukan tipe emulsi ?

Jawab :

Beberap metode yang tersedia untuk menentukan tipe emulsi.beberapa metode


yang paling umum mencakup (fatmawati aisyah,2019 Hal. 441-442) :

a. Tes pengenceran tetesan


Metode ini di dasarkan pada prinsip bahwa emulsi dapat bercampur dengan
fase luarnnya.konsekuensinnya,jika air ditambahkan pada emulsi M/A,air akan
terdispersi langsung dengan emulsi .jika minyak ditambahkan ,minyaktidak
terdispersi tanpa pengadukan yang kuat ,sebaliknnya dengan emulsi A/M
b. Tes kelarutan pewarna
Tes ini didasarkan pada prinsip bahwa warna terdispersi merata /seragam
kefase luar emulsi .jikapewarna larut dalam fase luarnnya.contohnnya
amaranth,salah satu pewarna larut air langsungmewarnai emulsi M/A,tetapi tidak
pada emulsi A/M. sudan III adalah pelarut minyak yang segera memberi warna A/M
bukan tipe M/A.
c. Tes kriming
Kriming adalah fenomena kriming dua mulsi yang berbeda dari asalnnya
,dengan salah satunnya mengapung pada bagian atas lainnya ,konsentrasi dari fase
terdispersi yang terpisah dari pada yang lainnya.jika berat jenis relative dari dua fase
diketahui,petujuk kriming fase terdispersi mengindikasikan tipe emulsi yang ada
.jika krim pada bagian atas emulsi,tipe emulsi adalah M/A sebaliknnya jika krim
berada pada bagian bawah ,dasar emulsi,tipennya A/M . hal ini didasarkan pada
anggapan bahwa minyak terlibat berat jenisnnya lebih kecil dibandingkan dengan
air.
d. Tes konduktivitas listrik
Tes ini didasarkan pada prinsip bahwa air menghantarkan aliran listrik
sedangkan minyak tidak.jika elektroda ditempatkan pada suatu emulsi .adannya
hantaran aliran listrik, maka indikasinnya adalah emulsi M/A. jika system tidak
menghantarkan aliran listrik,emulsi tersebut bertipe A/M.

e. Tipe fluoresensi
Banyak minyak jika dibiarkan pada sinar UV berfluoresensi.jika suatu
tetesan emulsi menghasilkan fluoresensi ysng luas,emulsi A/M didapatkan .tetapi
jika emulsi M/A berfluoresensi bintik-bintik ataubercak-bercak.

Adapun cara lain untuk menentukan tipe emulsi yaitu (sinila santi Hal : 100 -101 )

a. Uji pengenceran
Metode ini berdasarkan bahwa suatu emulsi m/a dapat diencerkan dengan air
dan emulsi a/m dengan minyak. Saat ini minyak ditambahkan, tidak akan
bercampur ke dalam emulsi m/a dan akan Nampak nyata pemisahannya jika diamati
secara mikroskop.
b. Uji konduktivitas
Emulsi ketia fase kontinyu adalah air dapat dianggap memiliki konduktivitas
yang tinggi disbanding emulsi yang fase kontinynnya adalah minyak. Keika
sepasang electrode dihubungkan dengan sebuah lampu dan sumber listrik,
dimasukkan dalam emulsi m/a , lampu akan menyala karena menghantarkan arus
untuk kedua electrode.jika lampu tidak menyala, diasumsikan bahwa sitem a/m.
c. Uji kelarutan warna
Jika suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari emulsi.
Sementara zat warna larut minyak akan ditarik oleh faseminyak. Jadi, ketika
pengujian mikroskopik menunjukan bahwa zat warna larut air dapat menyebar
dalam fase kontinyu maka dapat diasumsikan bahwa tipe m/a dan sebaliknnya bila
menggunakan sejumlah kecil pewarna larut minyak, dan terjadi pewarnaan fase
kontinnyu maka menunjukan tipe a/m
d. Tes fluoresensi
Banyak minyak jika dipaparkan pada sinar uv,maka akan berfluoresensi,
jika tetesan emulsi dibentangkan dalam lampu fluoresensi dibawah mikroskop dan
semuannya berfluoresensi,menunjukan emulsi a/m.tapi jika emulsi m/a,
fluoresensinnya berbintik-bintik
e. Uji arah creaming
Creaming adalah fenomena antar dua emulsi yang terpisah dari cairan
aslinnya ketika salah satunnya mengapung pada permukaan lainnya.konsentrasi fase
terdispersi adalah lebih tinggi dalam emulsi yang terpisah.
f. Metode kertas saring/CoCl2n
Kertas saring dijenuhkan dengan CoCl2 dan keringkan.warna awal adalah
biru berubah menjadi merah muda bila emulsi m/a ditambahkan.

Adapun cara menentukan emulsi menurut :(Lachman Indonesia ; 1040)

Uji Pengamatan Keterangan

Uji pengencer Emulsi dapat diencerkan hanya dengan fa Hanya digunakan untuk e
fase luar emulsi cairan

Uji warna Zat warna padat yang larut dalam air hanya Bisa gagal jika ada
mewarnai emulsi m/a dan sebaliknya pengemulsi nonionic

CaCl2?Kertas Kertas saring dijenuhkan dengan CaCl2 dan Bisa gagal jika emulsi tidak
saring dikeringkan (biru) berubah menjadi merah stabil/pecah dengan adanya
madu bila emulsi m/a ditambahkan elektrolit
Karena minyak berfluoresensi
Flouresense dibawah sinar uv, emulsi m/a menunjukkan Tidak terlalu dapat
titik. ditercipkan

Daya hantar Emulsi m/a berfouresense seluruhnya Gagal dalam emulsi m/a
Aliran listrik dihantarkan oleh emulsi m/a, an ionik
karena adanya zat ionic dalam air
6. Pembentukan dan pemecahan tetesan fase tersdispersi ?
Jawab :

Suatu emulsi ada sebagai suatu hasil dari dua proses yang berlawanan, yaitu
dispersi dari salah satu cairan yang lain dalam bentuk tetesan-tetesan dan dengan
kombinasi dari tetesan ini membentuk kembali cairan massa awal, proses pertama
menigkatkan energi bebas. Karena itu proses kedua terjadsi secara spontan dan berlanjut
hingga pemecahan sempurna atau fase massa terbentuk kembali. Hal ini sedikit
digunakan untuk membentuk emulsi yang terdispersi dengan baik jika pemecahannya
cepat. Demikian pula, keculai perhatian cukup diberikan untuk mencapai dispersi yang
optimal selama penyediaan, kestabilan dari sistem emulsi dapat dikompromikan dari
awal. Dispersi dibuat dengan mesin yang didesain dan dioperasikan dengan baik, mampu
menghasilkan tetesan dalam periode waktu yang relatif pendek. (RPS 18th : 229)

Metode yang digunakan untuk memecah fase dalam menjadi tetesan-tetesan


tergantung pada “kekuatan yang kasar”, dan membutuhkan beberapa macam pengocokan
(pengadukan). Faktor-faktor yang mempengaruhi perceraian dari suatu pancaran cairan
meliputi garis engah pipa semprot, kecepatan cairan yang diinjeksikan, kerapatan dan
viskositas cairan yang diinjeksikan, dan tegangan antar muka antara kedua cairan
tersebut. Perceraian yang sama menjadi tetesan-tetesan yang terjadi bila suatu cairan
dibiarkan mengalir ke dalam cairan kedua yang dikocok kuat-kuat. Setelah terjadi
perceraian awal menjadi tetesan-tetesan, tetesan berikutnnya akan mendapat kekuata
tambahan karena turbulensi, yang bercerai menjadi tetesan-tetesan yang lebih kecil
(Lachman,1994).

7. Fenomena ketidakstabilan emulsi ?

Jawab:

Fenomena ketidakstabilan emulsi Menurut ( RPS 18th, hal. 307) :

a. Creaming dan sedimentasi


Creaming adalah gerakan tetesan keatas dari tetesan relatif zat terdispersi ke
fase kontinu. Sedangkan sedimentasi adalah proses pembalikan yaitu gerakan
kebawah dari partikel. Dalam beberapa emulsi, suatu proses atau lebih tergantung
pada sensitas dari fase terdispersi atau fase kontinu. Kecepatan sedimentasi
tetesan atau partikel dalam cairan dihubungkan dengan hukum stokes. Sementara
persamaan hukum stokes untuk sistem bermassa telah dikembangkan, hukum ini
sangat berguna untuk menunjukkan faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan
sedimentasi atau creaming.
b. Agregasi dan koalesensi
Lebih jauh tetesan dapat disispkan kembali dengan pengocokan stabilitas
dari emulsi dapat ditentukan dengan proses agregasi dan koalesensi. Dalam
agregasi (flokulasi) tetesan yang terdispersi datang bersama namun tidak
bercampur.Koalesensi komplit penyatuan tetesan diarahkan untuk mengurangi
jumlah tetesan dan pemisahan dua fase yang tidak saling bercampur.Agregasi
mendahului koalesensi dalam emulsi.
c. Inversi
Inversi dpat dilihat ketika emulsi disiapkan dengan pemanasan dan
pencampuran dua fase kemudian didinginkan.Hal ini kira-kira karena adanya daya
larut bahan pengemulsi tergantung pada perubahan tempertur.Temperatur pada
fase inversi atau pH.Telah ditunjukkan bahwa mulai dipengaruhi oleh nilai HLB
dan surfaktan.Semakin tinggi nilai pH, semakin besar tekanan untuk berubah
(inversi).

Fenomena ketidakstabilan emulsi menurut (scoville’s, hal. 314) :

Meskipun sifat dispersinya dapat dicapai dengan cepat dalam kebanyakan


contoh, ada kecenderungan individu partikel untuk bergabung selama kental dan
berkonsentrasi membentuk partikel yang lebih besar. Biasanya berlangsung sampai
semua cairan yang tidak saling bercampur berkumpul menjadi suatu massa yan besar
dan membentuk lapisan tertentu dan terpisah dalam sediaan. Seperti emulsi dikatakan
pecah dan sifat terdistribusi dari fase dimana tidak lagi merupakan masalah yang
mudah melalui pengocokan campuran.Jika emulsi pecah, sesungghnya bukan emulsi
lagi.Sejak dua fase telah kembali menjadi bentuk emulsi yang tidak saling bercampur.
Beberapa faktor akan mempegaruhi stabilitas dan pemecahan berikutnya dalam suatu
emulsi. Dalam hal ini perlu diketahui tehnik pemakaian dalam penggunaan. Emulsi
juga biasa dengan penambahan sejumlah besar garam, alkohol dan perubahan pH
yang tinggi. Pengocokan yang berlebihan dan kuat akan memecah seperti perubahan
yang disebabkan oleh perubahan suhu.

Creaming adalah fenomena istimewa dari beberapa percaya bahwa jumlah


creaming adalah proporsional terhadap viskositas produk. Ketika emulsi mengalami
creaming ia terpisah dalaam 2 atau lebih fase yang viskositasnya berbeda tapi dengan
pengocokan lapisan menjadi terdispersi dan emulsi menjadi sediaan yang homogen
lagi.

Fenomena ketidakstabilan emulsi menurut teknologi sediaan farmasi


(Fatmawati aisyah,2019 Hal . 457-458) :

a. Kriming
Adalah gerakan keatas zat terdispersi terhadap kontinue, sedangkan
sedimentasi adalah proses pembalikan yaitu gerakan kebawah dari
partikel.dalam beberapa emulsi ,satu proses atau lebih tergantung pada densitas
dari fase terdispersi dan fase continue.sementara persamaaan hokum stoke
untuk system bermassa telah dikembangan ,hokum inisangat berguna untuk
meunjukan faktor yang mempengaruhi kecepatan sedimentasi atau
kriming,antara lain diameter tetesan yang terdispersi, viskositas medium
pendispersi dan perbedaan BJ antara fase terdispersi,dan dengan medium
pendispersi.pengurangan ukuran partakel yang terdistribusi mengurangi
kriming.
b. Agregasi dan koalesensi
Dalam agregasi tetesan yang terdispersi terhadap bersama-sama namun
tidak bercampur .koalesensi komplit,penyatuan tetesan mengarahpada
pengurangan jumlah tetesan dan pemisahandua fase yang tidak bercampur
.agregasi mendahului koalesensi dalam emulsi. Agregasi dalam beberapa hal
bersifat reversible.sementara agregasi dihubungkan dengan potensial elektrik
tetesan.koalesensi tergantung pada sifat struktur lapaninterfase.emulsi yang di
stabilkan dengan emulgator tipe surfaktan membentuk lapisan
monomolekuler.koalensi dilawan dengan elastisitas dan juga kohesilapisan film
antara 2 tetesan.
c. Inversi
Inversi dapat dilihat ketika emulsi dibuat dengan pemanasan dan
pencampuran 2 fase kemudian didinginkan .halini mungkin terjadi karena daya
larut emulgator tergantung pada perubahan temperature .semakin tinggi nilai
TIF (suhu inversi vase) semakin besar tahanan untuk berubah (inversi)

Ketidakstabilan suatu emulsi ketika dua cairan yang terpisah pecah atau
retak.ini memberi beberapa pendekatan proses.bebberapa bersifat irreversible
seperti kriming danflokulasi yang lain bersifat tidak berkebalikannya itu
koalesensi.dalam fase inversi ,emulsi minyak dalam air berubah menjadi air
dalam minyak atau inversi,ini adalah sifat khusus ketidakstabilan irreversible
yang terjadi.

8. Pengertian emulgator ?

Emulgator adalah bahwa aktif permukaan yang menurunkan tegangan antarmuka


antara minyak dan air dan mengeiilingi tetesan terdispersi dengan membentuk lapisan
yang kuat untuk mencegah koalesensi dan pemisahan fase terdispersi (Parrot, hal. 313).

Emulgator adalah bahan engemuls yang ditambahkan untuk mencegah koalesensi


sampai pada tingkat yang tidak nyata (RPS18th, hal. 300).

Menurut pharmaceutical technologi Emulgator adalah sebuah surfaktan yang


dapat menurunkan tegangan permukaan dan membentuk film dari bulatan terdisperi
(Parrot,1971;358)

Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang menurunkan tegangan antar muka
antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan terdispersi dengan membentuk lapisan
yang kuat untukmencegah koalesensi dan pemisahan fase terdispersi (Fatmawaty
aisyah , 2019 Hal. 446-447)
Emulgator adalah bahan aktif yang menurunkan tegangan antar muka antar
minyak dan air dan mengelilingi tetesan terdispersi dengan membentuk lapisan yang kuat
untuk mencegah koalesensi dan pemisahan fase terdipersi ( sinila santi, 2016 Hal : 105 )

9. Sifat emulgator yang diinginkan ?

Jawab:

Beberapa sifat yang dipertimbangkan dari bahan pengemulsi (Fatmawaty aisyah,


2019 Hal.447) :

a. Harus aktif pada permukaan dan menguragi tegangan antar muka sampai dibawah 10
dyne /cm
b. Harus diabsorbsi cepat disekitar tetesan sebagai lapisan kentalmonoadheren yang
dapat mencegah koalesens
c. Memeberikan tetesan-tetesan yang potensial listrik yang cukup sehingga terjadi
tolak-menolak
d. Harus meningkatkan viskositas emulsi
e. Harus efektif pada konsentrasi rendah

Adapun sifat lain emulgator yang diinginkan antara lain (sinila santi, 2016 Hal : 105) :

a. Harus efektif pada permukaan dan mengurangi tegangan antar muka sampai dibawah
10 dyne/cm
b. Harus diabsorbsi cepat disekitar tetesan terdispersi sebagailapisan kental
mengadheren yang dapat mencegah koalesensi
c. Memberikan tetesan- tetesan yang potensial listriknnya cukup sehingga terjadi saling
tolak – menolak
d. Harus meningkatkan viskositas emulsi
e. Harus efektif pada konsentrasi rendah
Adanya emulsi sebagai hasil dari proses – proses yang berlawanan, dispersi
dari salah satu cairan melalui cairan yang lain dalam bentuk tetesan – tetesan dan
gabungan dari tekanan ini untuk membentuk kembali massa awal. Proses pertama
meningkatkan energi bebas, karena itu proses kedua terjadi secara spontan dan
berlarut hingga pemecahan sempurna atau fase massa terbentuk kembali. Hal ini
sedikit digunakan untuk membentuk emulsi yang terdispersi dengan baik jika
pemecahannya cepat, demikian pula kecuali diberikan perhatian yang cukup untuk
mencapai dispersi yang optimal selama penyediaan. Kestabilan dari system emulsi
dapat dikompromikan dari awal. Pendispersian dengan desain yang baik dan
pendispersian mesin yang baik, mampu menghasilkan produk tetesan dalam waktu
yang relatif singkat (Rps 18 Th : 299)

10. Mekanisme kerja emulgator ?

Jawab :

Adapun mekanisme emulgator antara lain (Fatmawaty aisyah, 2019 Hal.447-448)

a. Mengurangi tegangan antar muka


Menyatakan bahwa peranna bahan pengemulsi sebagai penghalang antar
muka sangat penting.hal ini dapat dilihat dengan jelas pada banyak polimer dan
padatan terbagi tidak efisien dalam menghalangi tegangan permukaan. Pembentukan
lapisan antar muka oleh bahan-bahan pengemulsi pada permukaan air dan tetesan
minyak dimulai pada permukaan dari fase internal suatu fase.
b. Pembentukan lapisan antar muka yang kaku
Adannya emusi sebagai dua proses yang saling berkoalesensi ,disperse salah
satu cairan melalui cairan yang lain dalam bentuk tetesan dan dengan kombinasi
dari tetesan ini membentuk kembali cairan .proses dispersi untuk memebentuk
tetesan dianggap dua fase cairan yang tidak saling bercampur dengan tabung
uji.untuk mendispersikan cairan yang satu sebagai tetesan dalam cairan yang
lain,antar muka cairan harus diganggu dan saling memasuki sampai pada tingkat
yang cukup sebagai jari-jari dan benang dari cairan yang satu dengan yang
lain.benang-benang ini tidak stabil dan menjaditetesan atau bulatan dengan bultan ini
akhirnnya memisah ,tergantung dari pengadukan kecepatan geser yang digunakan
.tetesan-tetesan yang lebih besar juga membentuk benang-benang kecil yang
kemudian menghasilkan tetesan yang lebih kecil.
Adapun mekanisme kerja emulgator yang lain antara lain (sinila santi, 2016 Hal : 105 ) :

a. Penurunan tegangan antar muka


Peranan emulgator adalah sebagai pemberi batas antar muka masing-masing
cairan dan mencegah penggabungan antar partikel-partikel sehingga dapat mencegah
flokulasi
b. Pembentukan lapisan antar muka
Pengemulsi membentuk lapisan tipis monomolekuler pada permukaan fase
terdispersi .hal ini berdasarkan sifat amfifi(suka minyak dan air) dan pengemulsi
yang cenderung untuk menempatkan dirinnya pada tempat yang disukai.
c. Penolakan elektrik
Lapisan antar muka bertindak sebagai pembatas sehingga mengalami
penggabungan. Disamping itu, lapisan yang sama dapat menghasilka gaya listrik
tolak antar tetesan yang mendekat.penolakan ini disebabkan oleh suatu lapisan
listrik rangkap yang dapat timbul dari gugus-gugus bermuatan listrik yang mengerah
kea rah permukaan bola-bola yag teremulsi m/a.
Bahan pengemulsi dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis lapisan yang
dibentuk pada antarmuka antara dua fase - (RPS 18th ; 300-301):
a. Lapisan monomolekuler
Bahan dua aktif permukaan yang mampu menstabilkan emulsi dengan cara
membentuk lapisan tunggal dari ion atau molekulteradsorpsibeda antarmuka minyak
cair. Berdasarkan hokum Gibbs adanya kelebihan antarmuka membutuhkan
penurunan tegangan antarmuka, hal ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena
pengurangan sebagai energi bebas permukaan. Penguranagn ini bukan merupakan
factor utama yang meningkatkan stabilitas yang lebih penting adalah kenyataan
bahwa tetesan-tetean dikelilingi oleh lapisan tunggal (monoplayer) terionisasi,
adanya muatan yang kuat dan tetesan yang saling tolak-menolak mengakibatkan
stabilits system. Dengan bahan aktif permukaan nonionic yang tidak terionisasi,
partikel masih dapat membawa muatan, hal ini timbul dari absorpsi dan ion-ion atau
ion spesifik dari larutan.
b. Lapisan multimolekuler
Koloid lipofilik terhidrasi membentuk lapisan multimolekuler disekitar
tetesan minyak terdispersi. Penggunaan bahan-bahan ini menurun pada tahun-tahun
belakangan ini karena besarnya jumlah bahan aktif permukaan sintetik yang tersedia
yang memiliki sifat-sifat pengemulsi yang baik ketika koloid hidrofilik diabsorpsi
pada suatu permukaan (dan tidak dapat disregarded kemudian sebagai bahan aktif
permukaan), lapisan monomolekuler tidak menyebabkab suatu penurunan tegangan
permukaan yang berarti, tetapi efisiensinya tergantiung kemampuannya untuk
membentuk lapisan multimolekuler sejenis yang kuat. Aksinya sebagai pelindung
disekitar tetesan-tetesan menyebabkab resistensi terhadap koalesen yang tinggi,
bahkan dalam adanya pengembang potensial permukaan yang baik. Lebih lanjut,
kebanyakan hidrokoloid yang diabsorbsi pada antarmuka meningkat viskositas fase
kontinyu berair, hal ini meningkatkan stabilitas emulsi.
c. Lapisan partikel padat
Partikel-partikel padat yang kecil membasahi beberapa serabut oleh fase cair
berair dan tidak berair bertindak sebagai bahan pengemulsi. Jika partikel-partikel
sebagai hidrofilik, partikel-partikel tetap dalam fase air. Jika sangat hidrofobik
partikel-partikel yang memiliki ukuran partikel yang lebih kecil daripada tetesan
pada fase terdispersi.

11. Pembagian emulgator ?

Jawab:

a. Berdasarkan struktur kimianya

Adapun pembagian emulgator berdasarkan struktur kimiannya (RPS 18th, Hal. 300) :

1) Bahan pengemulsi sintetik


a) Anionic pada sub bagian ini ialah surf aktan bermuatan (-), contoh : K, Na
dan garam-garam ammonium dari asam okat larutan yang larut air, baik
sebagai bahan pengemulsi tipe o/w. Bahan pengemulsi ini rasanya tidak
menyenangkan dan mengiritasi saluran pencernaan.
b) Kationik, aktivitas permukaan pada kelompok ini bermuatan (+). Komponen
ini bertindak sebagai bakteriosid dan juga penghasil emulsi antiinfeksi seperti
pada lotion kulit dan cairan.
c) Nonionic, merupakan surfaktan tidak terpisah di tempat tersebar luas
digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika kerja keseimbangan molekul
antarmuka hidrofilik dan lifofilik.
2) Emulgator alam

Banyak emulgator alam (tumbuhan, hewan).Bahan alam yang diperkirakan


hanyalah gelatin, kinin, dan kolesterol.

3) Padatan terbagi halus

Bagian emulgator ini membentuk lapisan khusus desklining tetesan


terdispersi dan menghasilkan emulsi yang meskipun berbutir-butir mempunyai
stabilitas fisik.

Adapun pembagian emulgator berdasarkan struktur kimiannya (Scoville’s) :

1) Karbohidrat
GOM dan bahan-bahan mucilago cocok untuk digunakan dalam emulsi
farmasetik.Mereka mempunyai kemampuan pengemulsi murni dan
menghasilkan emulsi yang biasanya bekerja baik jika dilindugi dari fermentasi
dengan pengawet.Namun demikian, alkali, sediaan berat, cairan garam metalik
haruss ditambahkan ke dalam GOM sangat kationik dan encer mencegah
pemecahan. Karbohidrat yang banyak digunakan adalah akasia, tragakan, agar,
chondrus, dextrum, molt ekstrak, dan pectin membentuk minyak dalam air.
2) Protein
a) Gelatin
mengemulsi cairan petrolatum dengan mudah dibandingkan minyak
lain dan membuat sutau sediaan yang sangat putih dan lambat serta rasa yang
enak. Protein juga membentuk emulsi yang jika digunakan dalam konsentrasi
rendah.
b) Kuning telur
Keuntungan adalah emulsi yang dibuat dengan kuning telur stabil
dengan asam dalam/dengan garam. Jika kuning telur cukup segar, dapat
membentuk sediaan (emulsi) yang creaming yang menunjukkan sedikit
kecenderungan untuk memisah.Kerugian adalah jika digunakan kuning telur,
emulsi dapat membentuk koalesen dan dapat mewarnai lebih dalam.
c) Albumin dan putih telur
Keuntungan adalah serbuk putih telur lebih baik dari pada putih telur
segar karena lebih kental. Kerugian adalah diendapkan oleh banyak bahan.
d) Kasein
Protein dan susu telah banyak digunakan sebagai bahan pengemulsi
tetapi tidak memiliki keuntungan dibandingkan akasia tidak digunakan untuk
tujuan berarti.
e) Susu kondensasi
merupakan emulgator yang memiliki kemampuan mengemulsi
sebanyak 15 kali beratnya sendiri terhadap campuran minyak atau sekitar 5
kali lebih besar dari minyak menguap.
f) Sabun atau basa
Keuntungan adalah sering digunakan dalam dermatologi untuk
penggunaan luar.Sabun adalah emulgator yang lebih kuat khususnya sabun
lembut sebagai bahan yang mengurangi tegangan permukaan dari air.
Kerugian adalah menghasilkan sediaan yang tidak bercampur dengan asam
dengan berbagai tipe.
g) Alkohol
Ada beberapa alkohol berberat molekul tinggi yang ditambahkan
untuk mengemulsi meski tidak digunakan sebagai emulgator.Termassuk etil
dan gliseril nonstearat.

Adapun pembagian emulgator berdasarkan struktur kimiannya (Prescription, Hal.


125).

1) Emulgator alam

Emulgator dapat dibagi menjadi beberapa kelompok :


a) Berasal dari tumbuhan

Karbohidrat (akasia, tragakan, chondrus, pectin) dan Derivat selulosa

b) Berasal dari hewan

Gelatin, Kuning telur dan kasein, Lemak bulu domba dan kolestero

c) Padatan yang terbagi merata


d) Emulgator sintetik : anionik, ninionik, kationik

Berdasarkan struktur kimiannya diklasifikasikan menjadi (Fatmawaty aisyah,


2019 Hal.451)

1) emulgator alam

a) emulagtor alam yang membentuk film multimolekuler misalnnya


akasia,gelatin
b) emulgator alam yang membentuk film monomolekuler misalnnya
lesitin,kolesterol
c) emulgator alam Yang membentuk film berupa partikel padat misalnnya
bentonit dan veegum
2) emulgator sintetik atau surfaktan yang membentuk film monomolekuler.
Kelompok bahan aktif permukaan ini dibagi menjadi anionik,kationik, dan
nonionik tergangung dari muatan yang dimiliki oleh surfaktan
b. Berdasarkan mekanisme kerjanya

Adapun pembagian emulgator berdasarkan mekanisme kerjannya (RPS18th, hal. 300)

1) Lapisan monomolekuler yaitu emulgator ini mampu menghasilkan emulsi


dengan membentuk lapisan tunggal dari molekul atau inti antarmuka air atau
dengan diabsorbsi.
2) Lapisan multimolekuler yaitu lapisan hilotik yang terhidrasi membentuk lapisan
multimolekuler disekeliling tetesan minyak yang terdispersi.
3) Lapisan partikel padat yaitu partikel padat yang kecil dibasahi sampai beberapa
derajat sebagai emulgator. Jika partikel terlalu hidrofilik, partikel tersebut
tinggal dalam fase cair tetapi jika terlalu hidrofilik pertikel tngal dengan
sempurnalah dalam fase minyak.

Adapun pembagian emulgator berdasarkan mekanisme kerjannya (sinila santi, 2016


Hal : 106-107 )

1) Lapisan monomolekuler,emulgator ini mampu menghasilkan emulsi dengan


membentuk lapisan tunggal dari molekul atau ion antar muka iar atau minyak
diabsorbsi
2) Lapisan multimolekuler, lapisan liofilik yang terhidrasi membentuk lapisan
multimolekuler disekeliling tetesan dariminyak yang terdispersi.
3) Lapisan partikel padat ,partake l padat yang kecil dibasahi oleh fase cair dan non
cair yang bereaksi sebagai emulgator. Jika partikel terlalu hidrofilik, partikel
tersebut tinggal dalam fasecair, tetapi jika terlalu hidrofobik partikel tersebut
terdispersi dengan sempurna dalam fase minyak.

12. Rekomendasi dalam pembuatan emulsi ?

Jawab :

Dalam pengembangan emulsi di laboratorium, adalah biasa untuk membuat suatu


fase minyak yang mengandung semua bahan yang larut dalam minyak, dan untuk
memanaskannya pada kira-kira 50 -100C di atas titik lebur dari bahan-bahan yang
mempunyai titik leleh paling tinggi. Fase cair secara normal dipanaskan pada temperature
yang sama, dan kemudian dua fase diacmpur. Dalam pembuatan emulsi M/A anionic atau
kationik, biasanya ditambahkan fase minyak ke fase air, walaupun beberapa ahli teknik
memilih teknik inverse, yakni penambahan fase air ke fase minyak. Dalam hal emusli
nonionic yang memperlihatkan TL , teknik inverse tidak dibutuhkan, karena temperature
sendiri dapat digunakan untuk mengontrol tahap emulsifikasi obat ini (Lachman : 1068)

Jika sabun digunakan sebagai pengemulsi, biasanya dibuat in situ dengan


mengkombinasi dengan alkali dengan fase air dan asam lemak dengan fase minyak.
Serupa pula, pengemulsi yang larut dalam minyak biasanya ditambahkan ke fase fase
lemak, sedangkan pengemulsi yang larut air dilarutkan dalam fase air kadang-kadang
bermanfaat juga memasukkan pengemulsi yang larut air dalam fase minyak. Dalam
pembuatan A/M hampir selalu perlu untuk menambahkan fase air perlahan-lahan ke
campuran minyak/pengemulsi. Untuk mencegah kehilangannya pemberi rasa yang
menguap atau farfum lebih baik ditambahkna pada temperature terendah, dimana
penggabungan menjadi emulsi adalah memungkinkan (biasanya 450C-550C). Jika
digunakan gum, haruslah secara sempurna dihidrasi atau dilarutkan dalam fase air
sebelum tahap emulsifkasi. Jika digunakan gum yang sensitive terhadap panas, mungkin
perlu untuk menggabungkan larutan gum setelah emulsi terbentuk. Penggunaan dua gum
organic yang berbeda dapat menyebabkan ketidaktercampuran. Diketahui pula bahwa
pengemulsi anionic dan kationik dalam kuantitas molar yang setara jarang menghasilkan
emulsi yang memuaskan. Bila suatu emulsi dibentuk pada temperature yang dinaikkan ,
hilangnya air karena penguapan harus terbentuk. Ini paling baik dikerjakan dengan
mengatur “bobot akhir” dengan air bila emulsi mencapai temperature kira-kira 350 C
(Lachman : 1068)

Dalam pengembangan emulsi dilaboratorium, adalah biasa untuk membuat selalu


fase minyak yang mengandung semua bahan yang larut dalam minyak dan untk
0
memanaskan pada kira-kira samapi 10 diatas titik leleh dan bahan yang mempunyai
titik leleh paling tinggi fase cair secara normal dipanaskan dalam tempertur yang sama
dan kemudian dua fase dicampur dalam baker dilaboratorium yang mengandung emulsi
panas dingin cukup cepat sampai temperature kamar, ini merupakan suatu alasan bahwa
pemindahan sederhana dari suatu proses laboratorium ke produksi membutuhkan
pengkajian jadwal pendinginan dan pengadukan yang efektif (fatmawati.2015)

13. Intermitten Shaking ?

jawab:

Waktu seperti variasi dalam temperatur,memberikan pengaruh yang lebih besar


dan kompleks dalam proses emulsifikasi.selama priode awal yang dibutuhkan untuk
emulsifikasi,tetesan-tetesan terbentuk,tetapi oada pengocokan selanjutnnya, kemungkinan
untuk koalesensi antara tetesan terjadi lebih sering sehingga dapat terjadi
ketergantungan ,oleh karena itu disarankan untuk menghindari waktu pengocokan yang
terlalu lama, pada waktu yang sudah terbentuk emulsi. Di lain pihak,adalah tidak
menentunya waktu yang dibutuhkan untuk pengocokan dalam waktu yang optimum yang
diperlukan untuk emulsifikasinnya, ini dasarnnya ditentukan secara empiris.

Interaksi antara pengocokan dan waktu diperlihatkan lebih dari 50 tahun lalu oleh
Brigs. Dalam sebagian cara pembuatan emulsi, dua cairan yang tidak bercampur dengan
wadah yang cocok dengan adannya emulgator kemudian dikocok hingga terbentuk
emulsi.Briggs menunjukan bahwa cara baik pembentukan emulsi dengan menggunakan
teknik pengocokan berselang.dia menemukan bahwa dia dapat mengemulsikan 60%
benzena dalam 1% larutan Na oleat dengan pengocokan mekanik sebanyak 750 kali
dalam priode 4-5 menit. Pencampurannya yang sama dapat, dapat tereliminasi sempurna
dengan hanya 5 kali pengocokan tangan dalam 2 menit,jika emulsi tersebut dibiarkan
selama 20-30 detik seteleh tiap pengocokan. Alasan stabilitas tetesan yang tergantung
waktu, mungkin menyebabkan distribusi pengemulsi antara fase, pembentukan lapisan
(lapisan listrik ganda) pada permukaan tetesan benzena, atau gangguan pembentukan
tetesan dengan pengocokan terus menerus.(fatmawaty aisyah, 2019 Hal.465)

Pengocokan berselang seling lebih efisien dibandingkan dengan pengocokan terus


menerus karena adannya waktu yang singkat dapat memberi keseratan terhadap fase
terdispersi bercampur dengan fase pendispersi. Pengocokan terus menerus dapat
merusak emulsi menjadi retak karena merusak lapisan pelindung antarmuka secara
sempurna dalam air dengan pengocokan mekanis selama 2 menit jika emulsi di diamkan
selama 20-30 detik (Lachman,1994).

14. Metode pembuatan emulsi ?

jawab :

Adapun metode pembuatan emulsi antara lain (Fatmawaty aisyah, 2019 Hal.463-464) :

a. Metode botol
Dalam pembuatan emulsi dari minyak menguap dan minyak-minyak tidak
kental lainnya,metode botol seringkali memberikan prosedur yang paling
efisien,karena metodr botol dapat menghindari percikan secara normal tergantung
dengan lumpang dan stanfer dengan cairan-cairan yang berkonsistensi rendah .dalam
metode yang telah digunakan sebelumnnya,emulgator selalu digunakan dalam
jumlah yang sama untuk 1-4 dari minyak.bagaimanapun kecuali ini di dasarkan pada
komposisi minyak dan emulgator khusus yang digunakan .ini harus diingat bahwa
tragakan yang digunakan dalam jumlah 1-10 dari akasia dan karena minyak
menguap,cairan petrolatum dan minyak biji kapas membutuhkan sejumlah besar
emulgator dari pada lebanyakan minyak lemak
b. Metode beker
Ketika emulgator sintetik di gunakan sediaan dibagi dalam 2 komponen yaitu
yang larut dalam air dan yang larut dalam minyak,kemudian dilarutkan emulgator
dalam fase dimana ia terlarut.jika ini membutuhkan pelelehan beberapa bahan
komponen dari 2 fase diletakkan dalam 2 beker terpisah dalam waterbath dan
dipanaskan 70 derajat selsius.jika temperatur sama di capai,fase internal dimasukkan
ke fase eksternal dengan pengocokan.ini penting bahwa emulsi dikocok selama
proses pendinhinan .laposan minyak dapat mencapai puncak/bagian atas capuran dan
padatan sebagai cake dalam di atas permukaan membuat tidak mungkin untuk
mendisperai minyak secara seragam dalam sediaan akhir.

Pebentukan emulsi dalam skala kecil dapat menggunakan empat metode yaitu
(Anselmdan loyd, 2014) :

a. Metode gom kering (dry gum method) atau juga dikenal sebagai 4:2:1 metode
karena setiapa 4 bagian (volume) minyak, 2 bagian air, dan 1 bagian gom
ditambahkan dalam pembuatan dasar emulsi.
b. Metode gom basah (wet gum method)memiliki proporsi sama untuk minyak, air
dan gomyang digunakan dalam dry gom method.
c. Metode botol (forbes bottle method) digunakan untuk minyak yang kurang
menguap atau kurang kental.
Adapun metode yang digunakan Pembuatan emulsi skala kecil menurut (RPS 18th :
306) :

Ada dua Metode lumpang dan alu yaitu

a. Metode gum basah


Pada metode ini emulgator ditempatkan dalam lumpang dan didispersikan
dalam air untuk membentuk mucilage. Minyak ditambahkan dalam jumlah yang
kecil dengan penggerusan yang kontinyu. Akasia merupakan emulgator yang
paling sering digunakan ketika membuat emulsi dengan lumpang dan alu ketika
mengemulsi minyak. Perbandingan opimum dari minyak, air, akasia dibuat emulsi
awal adalah 4 : 2 : 1.
b. Metode gum kering
Pada metode ini, lebih disukai oleh kebanyakan ahli Farmasi. Gum
ditambahkan ke dalam minyak, lebih baik daripada air seperti metode gum basah.
Pendekatan untuk membuat emulsi dasar dari produk akhir dapat diperoleh
dengan mengencerkan dengan fase kontinyu. Jika emulgatornya akasia, minyak
tertentu harus diemulasikan dengan perbandingan minyak : air : gum adalah 4 : 2 :
1. Dispersi yang disiapkan dari akasia dalam minyak harus cukup, metode gum
kering, hamper dapat dijamin serta ,enghasilkan emulsi yang dapat diterima
karena tidak ada penambahan bertahap dari bahan. Pembuatan emulsi cepat
dengan metode ini.

15. Komposisi emulsi ?


Jawab :

Adapun komposisi emulsi antara lain (fatmawaty aisyah, 2019 Hal.453-454 ):

a. Emulsi yang stabil harus mengandung paling sedikit 3 komponen fase


terdispersi,medium pendispersi dan bahan pengemulsi (emulgator).
b. Emulsi mengandung fase dalam (dispersi dan diskontinyu) dan fase luar ( fase
kontinyu).

Adapun komposisi emulsi menurut (lachman.1994) :


a. Perbandingan fase
Perbandingan fase dalam yang tinggi secara normal memerlukan zat
pengemulsi dengan mutu yang tinggi, halini mempengaruhi kepastian
mengenaiperbandingan fase.
b. Pemilihan zat pengemulsi
Umumnnya dibedakan tiga golongan besar zat pengemulsi surfaktan, koloid
hidrofilik,dan zat padat yang terbagi halus.
c. Pemilihan surfaktan
Jumlah surfaktan yang disediakan untuk membentukelmulsi sangat esar,
sehingga tidak mungkin untuk menguraikannya
DAFTAR PUSTAKA

Alfaso.1980.Rennigton’s Pharmaceutical Science Edisi 18.Mark Publising Company Eston :


Pennyslavania

Badan Pom Ri. 2012. Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak, Volume 1.
Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Republik Indonesia : Jakarta.

Banker, And Rhodes. 1995.Modern Pharmaceutics,Third Edition 576. Marcel Dekker Inc :
New York-Basel

Dirjen Pom.1995.Farmakope Indonesia Edisi III dan IV. Departemen Kesehatan


Republikindonesia : Jakarta

Dirjen Pom. 1978. Formularium Nasional Departemen Kesehatan Republikindonesia : Jakarta

Hisprastin, yasarah dan rina fajri nuwarda.2018.perbedaan emulsi dan mikroemulsi pada minyak
nabati. fakultas farmasi universitas padjajaran. volume 16 nomor 1. Jurnal.unpad.ac.id. 4
agustus 2018

Lachman, Leon, Dkk. 1994.Teori Dan Praktek Farmasi Industriedisi Iii. Universitas Indonesia :
Jakarta

Fatmawaty Aisyah, dkk.2019. teknologi sediaan farmasi. Deepublish publisher. Yogyakarta.

Parrot, Aungenel.1971. Pharmaceutical Technology.Burgess Publishing Company: Mineneapolis

Sinila santi.2016.farmasi fisik.kementrian kesehatan republic indonesia:jakarta selatan.

Sprowls,Joseph B. 1970. Prescription Pharmacy Second Edition. Toronto. Philedelpia

Scoville’s.1975. The Art Of Coumpounding Ninth Edition.Magrow Hill Book Company: New
York

Anda mungkin juga menyukai