Anda di halaman 1dari 7

NAMA : ANISA

NIM : NH0519010

KELAS : FARMASI A

1. Contoh obat antihistamin H1


JAWAB :

a. turunan eter amino alkil


b. Turunan etilendiamin

c. Turunan alkil amin


d. Turunan piperazin

e. Turunan fenotiazin
f. Antagonis H1 (AH1) Generasi Kedua
Contoh senyawa AH1 generasi kedua adalah terfenadin,
feksofenadin, astemizol,
sefarantin, loratidin, setirizin, akrivastin, taksifilin, dan sodium
kromolin.

2. Jelaskan hubungan struktur aktivitas obat dari salah satu senyawa obat
antihistamin H1 tersebut
JAWAB :

Ar = gugus aril, termasuk fenil, fenil tersubstitusi dan heteroaril


Ar’ = gugus aril kedua
R dan R’ = gugus alkil
X = O , turunan aminoalkil eter dengan efek sedasi yang besar
= N, turunan etilendiamin, senyawa lebih aktif dan lebih toksik
= CH, turunan alkilamin, senyawa kurang aktif dan kurang toksik.

1. Gugus aril yang bersifat lipofil kemungkinan membentuk ikatan


hidrofob dengan ikatan reseptor H1. Monosubstitusi gugus yang
mempunyai efek induktif (-), seperti Cl atau Br, pada posisi para gugus
Ar atau Ar’ akan meningatkan aktivitas, kemungkinan karena dapat
memperkuat ikatan hidrofob dengan reseptor. Disubstitusi pada posisi
para akan menurunkan aktivitas. Substitusi pada posisi orto atau meta
juga menurunkan aktivitas.
2. Secara umum untuk mencapai aktivitas optimal, atom N pada ujung
adalah amin tersier yang pada pH fisiologis bermuatan positif sehingga
dapat mengikat reseptor H1 melalui ikatan ion.
3. Kuartenerisasi dari nitrogen rantai samping tidak selalu menghasilka
senyawa yang kurang efektif.
4. Rantai alkil antara atom X dan N mempunyai aktifitas antihistamin
optimal bila jumlah atom C = 2 dan jarak antara pusat cincin aromatic
dan N alifatik = 5 -6 A
5. Faktor sterik juga mempengaruhi aktifitas antagonis H1
6. Efek antihistamin akan maksimal jika kedua cincin aromatic pada
struktur difenhidramin tidak terletak pada bidang yang sama.
a. Turunan eter amino alkil
Hubungan struktur dan aktifitas
1) Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin
aromatic akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek
samping.
2) Pemasukan gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatic juga dapat
meningkatkan aktivitas tetapi pemasukan pada posisi o- akan
menghilangkan efek antagonis H1dan akan meningkatkan
aktifitas antikolinergik
3) Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas
antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai
struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa
pemblok kolinergik.
b. Turunan etilendiamin
Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilen diamin dijelaskan
sebagai berikut :
1) Tripelnamain HCl, mempunyaiefek antihistamin sebanding
dengan difenhidramin dengan efek samping lebih rendah.
2) Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah
dibanding turuan etilendiamin lain.
3) Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai
samping amiopropil dalam system heterosiklik karbolin dan
bersifat kaku.
c. Turunan alkil amin
Hubungan struktur antagonis H1 dengan turunan alkil amin
dijelaskan sebagai berikut :
1) Feniramin maleat, merupakan turunan alkil amin yang
memunyai efek antihistamin H1 terendah
2) CTM, merupakan antihistamin H1 yang popular dan banyak
digunakan dalam sediaan kombinasi.
3) Dimetinden maleat, aktif dalam bentuk isomer levo.
d. Turunan piperazin
Hubungan struktur antagonis H1 turunan piperazin dijelaskan
sebagai berikut :
1) Homoklorsiklizin, mempunyai spectrum kerja luas, merupakan
antagonis yang kuat terhadap histamin serta dapat memblok
kerja bradkinin dan SRS-a
2) Hidroksizin, dapat menekan aktivitas tertntu subkortikal system
saraf pusat.
3) Oksatomid, merupakan antialergi baru yang efektif terhadap
berbagai reaksi alerhi, mekanismenya menekan pengeluaran
mediator kimia dari sel mast, sehingga dapat menghambat
efeknya.
e. Turunan fenotiazin
Hubungan struktur antagonis H1 turunan fenontiazin dijelaskan
sebagai berikut :
1) Prometazin, merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas cukupan
dengan masa kerja panjang.
2) Metdilazin
3) Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang
dan digunakauntuk memperbaiki gejala alergi
4) Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin
5) Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai perangsang
nafsu makan.\
f. Antagonis H1 (AH1) Generasi Kedua
AH1 generasi pertama (klasik) pada umumnya menimbulkan efek
samping sedasi dan mempunyai efek seperti senyawa kolinergik
dan adrenergic yang tidak diinginkan. Oleh karena itu
dikembangkan AH1 generasi kedua.

Anda mungkin juga menyukai