antihistamin
Pertemuan 7 : analgetik narkotik
dan nsaid
2
HISTAMIN
• Histamin adalah suatu alkoloid yang disimpan di dalam mast sel dan menimbulkan berbagai
proses faal dan patologik.
• Pelepasan histamin terjadi akibat reaksi antitigen-antibodi atau kontak antara lain dengan obat,
makanan, kemikal dan venom.
MEKANISME KERJA 3
HISTAMIN
• Menimbulkan efek ketika berinteraksi dengan reseptor histaminergik yaitu reseptor
H1,H2 dan H3.
• Histamin berinteraksi dengan H1 menyebabkan sembab, pruritik, dermatis dan
urtikaria.
• Histamin berinteraksi dengan H2 menyebabkan peningkatan sekresi asam lambung
yang menyebabkan tukak lambung.
• Reseptor H3 yang terletak pada ujung syaraf jaringan otak dan jaringan perifer
mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi dan peradangan.
ANTAGONIS H1
• Antagonis H1 (antihistamin klasik) adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara
bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1.
• Di Rumah Sakit digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena musim atau cuaca, misalnya kradang selaput
lender hidung, bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan, dan gejala alergi pada kulit, seperti pruritik,
urtikaria, ekzem dan dermatitis.
5
ANTAGONIS H1
Antagonis H1 sering disebut juga antihistamin klasik, adalah senyawa yang dalam kadar
rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang
mengandung reseptor H1. Digunakan untuk ; alergi, antiemetic, antimabuk, antiparkinson,
antibatuk, sedative, antipsikotik, dan anastesi setempat.
Hubungan struktur dan aktifitas 6
antagonis H1
7
AMINO ALKIL
Rumus : Ar(Ar-CH2) CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2
Hubungan struktur dan aktifitas
a. Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin aromatic akan meningkatkan aktivitas dan
menurunkan efek samping.
b. Pemasukan gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatic juga dapat meningkatkan aktivitas tetapi
pemasukan pada posisi o- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan meningkatkan aktifitas
antikolinergik
c. Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena
mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok kolinergik.
2. TURUNAN ETILEN
9
DIAMIN
Rumus umum ; Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup tinggi, meskipun
penekan system saraf dan iritasi lambung cukup besar.
Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilen diamin
a. Tripelnamain HCl, mempunyaiefek antihistamin sebanding dengan
dufenhidramin dengan efek samping lebih rendah.
b. Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding
turuan etilendiamin lain.
c. Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai samping amiopropil
dalam system heterosiklik karbolin dan bersifat kaku.
10
3. TURUNAN ALKILAMIN
Rumus umum ; Ar (Ar’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antihistamin dengan indeks terapetik cukup baik dengan efek samping
dan toksisitasnya sangat rendah.
Hubungan struktur antagonis H1 dengan turunan alkil amin
a. Feniramin maleat, merupakan turunan alkil amin yang memunyai efek antihistamin
H1 terendah.
b. CTM, merupakan antihistamin H1 yang popular dan banyak digunakan dalam
sediaan kombinasi.
c. Dimetinden maleat, aktif dalam bentuk isomer levo
4. TURUNAN 11
PIPERAZIN
Turunan ini memunyai efek antihistamin sedang dengan awal kerja lambat dan masa
kerjanya relatif panjang
Hubungan struktur antagonis H1 turunan piperazin
a. Homoklorsiklizin, mempunyai spectrum kerja luas, merupakan antagonis yang
kuat terhadap histamine serta dapat memblok kerja bradkinin dan SRS-a
b. Hidroksizin, dapat menekan aktivitas tertntu subkortikal system saraf pusat.
c. Oksatomid, merupakan antialergi baru yang efektif terhadap berbagai reaksi
alerhi, mekanismenya menekan pengeluaran mediator kimia dari sel mast, sehingga
dapat menghambat efeknya.
ANTAGONIS H-2
MEKANISME KERJA H2
Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh histamin, gastrin dan asetilkolin .
Antagonis H2 menghambat secara langsung kerja histamin pada sekresi asam
(efikasi intrinsik) dan menghambat kerja potensial histamin pada sekresi asam,
yang dirangsang oleh gastrin atau asetilkolin (efikasi potensial) .
Jadi, histamin mempunyai efikasi intrinsik dan efikasi potensial, sedang gastrin dan
asetilkolin hanya mempunyai efikasi potensial . Hal ini berarti bahwa hanya
histamin yang dapat meningkatkan sekresi asam, sedang gastrin atau asetilkolin
hanya meningkatkan sekresi asam karena efek potensial nya dengan histamin
16
17
Mekanisme kerja
antihistamin
21
kesimpulan