Anda di halaman 1dari 30

ANTI

HISTAMIN
FA R M A S I D K E L O M P O K 1
DAFTAR NAMA ANGGOTA :
Nirmala A. HI. Hanan 201210410311015

Alfriadi Pratama 201210410311043

Syamsul Hadi 201210410311080

Nurghaisani Hendra Adlina 201410410311044

Meilyn Puspita Sari 201410410311057

Leoni Putri Wimantari 201410410311089


HISTAMIN
Histamin adalah suatu zat mediator yang terdapat di dalam sel-sel mast dan leukosit
basofil, yang dapat mencetuskan alergi dan inflamasi,dan di tempat tersebut tesimpan dalam
bentuk terikat pada heparin dan protein besar. Selain itu, juga terdapan hipofisis, hipotalamus,
mukosa saluran gastrointestinal dan di tempat-tempat lain dengan laju perubahan yang cepat. Per
oral tidak diabsorpsi, karena cepat dirusak oleh diaminoksidase (DAO) yang terdapat di usus; juga
setelah pemberian i.v. akan dimetabilisme dengan cepat (t1/2 :beberapa menit). (Gery Schmitz
,dkk.2009)
BIOSINTESIS DAN DISTRIBUSI
Histamin melakukan kerja biologisnys
berkombinasi dengan reseptor selular yang
terdapat pada permukaan membrane. Ada tiga
jenis reseptor histamine yang dikenal disebut H1,
Histamine disintesis dalam granul H2, dan H3. Di dalam otak reseptor H1 dan H2
sitoplasma sel penyimpanan utama, sel mast terdapat pada pascasinaptik, sedangkat H3
dan basofilnya. Histamine dibuat secara alamiah berada di membrane parasinaptik. Aktifitas
dari asam amino, yakni S-histidin, melalui reseptor H1 menyebabkan efek penurunan
katalisis enzim histidin dikarboksilase tekanan vascular perifer, peningkatan venula
bergantung-piridoksal fosfat (HDC, EC pascakapiler, vasokontruksi arteri koroner dan
4.1.1.22) atau asam amino, dekarboksilase arteri basiler, bronkospasmae, kontraksi otot
aromatic. Spesifik substrat lebih tinggi untuk polos ileum, rasa sakit, dan gatal pada ujung saraf
HDC. Inhibitor HDC (HDCI) mengandung - kulit, serta pada dosis tinggi, histamine
fluorometil histidin (FMH) dan flavonoid merangsang pelepasan katekolamin dari medulla
tertentu, meskipun tak ada HCDI yang telah adrenalis. (Depertemen Farmakologi Fakultas
terbukti berguna secara klinis. (Wilson & kedokteran Universitas Sriwijaya.2009)
Gisvold,2012)
ANTAGONIS HISTAMIN H 1 ( SENYAWA ANTIHISTAMIN )

Ar : gugus aril ( fenil, fenil tersubsitusi,


dan heteroaril )
Ar : gugus aril kedua
R dan R : gugus alkil
X : gugus isosterik, seperti O, N, dan CH

Mekanisme Kerja :
Antagonis H1 didefinisikan sebagai obat yang secara kompetitif menghambat kerja
histamine pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Dahulu, antagonis H1 dievaluasi secara in
vitro karena kemampuannya untuk menghambat spasme yang diinduksi oleh histamine dalam
sepotong ileummarmot yang diisolasi. Antihistamin dapan dievaluasi secara in vivo karena
kemampuannya untuk melindungi hewan terhadap efek letal dari histamine yang diberikan secara
intravena atau melalui aerosol. (Wilson & Gisvold,2012)
Turunan eter
aminoalkil

Turunan
etilendiamin

Turunan
alkilamin
Antagonis H1
Turunan
piperazin

Turunan
fenotiazin

Turunan lain
-lain
TURUNAN ETER AMINOALKIL

Pemasukan gugus Cl, Br, dan OCH3 pada posisi para cincin aromatik juga meningkatkan
aktivitas dan menurunkan efek samping
Pemasuka gugs CH3 pada posisi para cincin aromatik meningkatkan aktivitas. Pada posisi
orto menghilangkan efek antagonis H1 dan meningkatkan aktivitas antikolinergik
Memiliki aktivitas antikolinergik karena mempunyai struktur mirip dengan eter
aminoalkohol (senyawa pemblok kolinergik)
DIFENHIDRAMIN HCL

Efek : antihistamin, antiemetik, antitusif, dan sedatif


Penggunaan :
Antihistamin: urtikaria, rinitis musiman (hay fever),
dermatosis
Antispasmodik
Efek samping : kantuk, penggunaan bersama dg minuman beralkohol & depresan
SSP harus dihindari
Dosis: Dosis lazim dewasa oral: 2550 mg; I.M/ I.V : 1050 mg
Bentuk Sediaan : kapsul, eliksir, sirup, tablet, injeksi
TURUNAN ETILENDIAMIN

N (X) : atom penghubung


Rantai 2 atom C : penghubung gugus diaril inti dengan gugus amino tersier
TURUNAN ALKILAMIN

Feniramin : gugus fenil, gugus 2-piridil aril & gugus dimetilamino terminal
Merupakan antihistamin H1 paling aktif, efek sedasi rendah
Memiliki sedikit kerja antiemetik
Aktivitas antikolinergik signifikan (< aminoalkil eter)
Pemasukan gugus klor/brom pada posisi para cincin aromatik feniramin
maleat akan meningkatkan aktivitan antihistamin
Isomer dekstro klorfeniramin maleat mempunyai aktivitas yang lebih besar
dibanding campuran rasematnya
TURUNAN PIPERAZIN

X: gugus H, Cl
R : CH2 R2

Efek antihistamin sedang dengan awal kerja lambat dan masa kerja
panjang 9-24 jam
Penggunaan: Antiemetik, antimual, antivertigo, serta mengurangi
gejala alergi seperti urtikaria
TURUNAN FENOTIAZIN

Pemasukan gugus halogen atau C pada posisi 2 dan perpanjangan


atom C rantai samping akan meningkatkan aktivitas tranquilizer dan
menurunkan efek antihistamin.
Prometazin HCl Metdilazin HCl
TURUNAN LAIN-LAIN

Siproheptadin HCl
Struktur berhubungan dengan fenotiazin; atom S pada cincin trisiklik diganti dengan -
CH=CH- dan N diganti dengan atom C sp2
Efek: antiserotonin, antimigrain, perangsang nafsu makan, dan transquilizer
Azatadin maleat
Aza isomer dari siproheptadin dengan cara mereduksi ikatan rangkap C10 dan C11
ANTAGONIS H 1 GENERASI KEDUA
efek sedasi pada dosis ternyata penetrasi SSP buruk & afinitas terhadap reseptor
histamin pusat, kolinergik & adrenergik rendah

Pertama di Amerika

Antagonis H1 kerja lama (> 12 jam) selektif karena disosiasi lambat pd reseptornya.
Sedikit afinitas thd reseptor muskarinik, serotonik / adrenergik (gugus difenilmetilpiperidin).
Interaksi : antifungi imidazol (ketokonazol, itrakonazol, flukonazol) & AB makrolida (Eritromisin,
Klaritromisin) Menghambat metabolisme : kadar obat proaritmia
Metabolit oksidatif
primer terfenadin

Blocker reseptor H1 selektif (antihistamin terfenadin)


Efek antikolinergik signifikan.
Interaksi : abnormalitas ritme jantung
Hanya 5 % dari total dosis yg dimetabolisme sisanya diekskresi dalam empedu & urin
T 14 jam
Dosis lazim, Oral : 60 mg b.i.d
Loratadin Cetirizine

Sangat poten (>> terfenadin)


Kelebihan : dosis 1 x sehari, onzet cepat
(2060 menit), efek SSP << & efek aritmia
jantung < (bersama antifungi imidazol & AB
Antagonis H1 periferal selektif.
makrolida).
Aktivitas serotonergik >> Efek SSP ESO : sifat tidur dosis, lelah, mulut kering,
/ otonom << faringitis, pusing, punya insufisiensi ginjal
T 815 jam (eliminasi lewat ginjal).
Dosis lazim : oral, 1040 mg sehari Makanan memperlambat laju absorpsinya
Dosis, Oral : 5-10 mg q.d
ANTAGONIS H 2
ANTAGONIS H 2
Struktur serupa dengan histamin; mengandung cincin imidazol atau
bioisosteriknya, tetapi berbeda pada panjang gugus rantai samping.
Pada interaksi obat dengan reseptor H2, cincin imidazol atau
bioisosteriknya terikat pada sisi reseptor khas melalui ikatan dipol, sedang
rantai samping yang panjang dan tidak bermuatan terikat melalui ikatan
hidrofob dan kekuatan van der Waals pada reseptor tidak khas.

Hubungan struktur & aktivitas :


1) Modifikasi pada cincin
2) Modifikasi pada rantai samping
3) Modifikasi pada gugus N
5
1
4
2
3
ANTAGONIS H 2 ( INHIBITOR POMPA PROTON )
Omeprazol

Sediaan kapsul (lepas-lambat/salut enterik) tahan asam


Mekanisme kerja: inhibitor pompa proton
Kerja antisekretori : 2472 jam, t 1 jam
Penggunaan: tx resiko kambuhan tukak duodenal, refluks
gastroesofageal, tukak lambung, hipersekretori patologis
Dosis, lazim dewasa : oral 20 mg q.d
Lanzoprazol

Seperti Omeprazol
Prodrug dlm biofase sel parietal (asam) metabolit aktif
yg berinteraksi dg secara permanen dg ATPase pompa.
Formulasi : sbg granul salut-enterik per oral (terlindungi oleh
asam lambung)
Dosis, tukak duodenum : 15 mg sekali sehari
Esofagitis erosif : 30 mg
ANTAGONIS H 3
Reseptor histamin H3 -> pelepasan
neurotransmitter neuron peptidergik
Hisitaminergik
Noradrenergik
Dopaminergik
Kolinergik
Serotonin
Peran tx antagonis reseptor histamin H3
Gangguan ingatan
Gangguan hiperaktivitas
Obesitas
Epilepsi
Tioperamida
Antagonis H3 pertama yg poten
Efek : membangunkan (hewan)
Tx kemungkinan: tidur berlebihan
(narkolepsi)
Verongamin

Produk alami ( bunga karang


laut )
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Agung Endro nugroho,M.Si.,Apt. 2012. Farmakologi. Pustaka pelajar. Jakarta.
Dr. A. A. Kd.Harmita,Apt,dkk. 2011.Kimia Medisinal.EGC. Jakarta.
Gery Schmitz ,dkk.2009. Farmakologi dan Toksikologi Edisi 3. EGC. Jakarta.
Janet L. Stringer. 2008. Konsep Dasar Farmakologi.EGC. Jakarta.
Joel G.Hardman,dkk. 2012. Dasar Farmakologi Terapi.EGC. Jakarta.
Staf pengajar Depertemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.2009. Kumpulan
Kuliah Farmakologi. EGC. Jakarta.
Wilson & Gisvold. 2012. Kimia Medisinal Organok dan Kimia Farnasi. EGC.Jakarta.
Wilson & Gisvold, 2013, Buku Ajar Kimia Medisinal Organik dan Kimia Farmasi, Edisi 11
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai