Struktur Histamin
( -imidazoliletilamin atau 1-H-imidazol-4-etanamin)
Histamin
NH2
5 4
1 3
N N
H
2
Histamine
Sisi reseptor
Ion histamonium
• Tersebar di alam, terdapat di ergot dan
tanaman lain, serta disemua organ dan
jaringan tubuh manusia.
Betazol HCl
Selain itu senyawa lain yang merupakan agonis
histamin adalah :
H NH 2
Histamine
HN N
H NH 2
2-methyl histamine
HN N H1 Agonist
CH 3
H3 C NH 2 4-methylhistamine
H2 Agonist
HN N
H NH 2
(R)-methyl histamine
H H3 Agonist
HN N H3C
Histamin fosfat
Dalam klinik dipakai untuk diagnosa ketidak-beresan sel
penghasil asam ( sel parietal) dalam lambung.
Antergan
Pengikatan histamin pada reseptornya memacu beberapa aksi
seperti respon inflamasi. Oleh karena itu aktivitas antagonistik
pada reseptor histamin ditandai pada pengikatan secara
antagonis dan kompetitif mengeblok substrat alam dari ikatan.
Antagonis H -1
Ar = Aril R = Alkil
X = C, N atau O
• Secara umum atom N ujung harus merupakan amina
tersier supaya maksimal aktivitasnya, atau dapat pula
bagian dari struktur heterosiklik.
Reseptor H1 = 4,55 Ao
Reseptor H2 = 3,6 Ao
Subtipe reseptor histamin
Protein reseptor dalam manusia:
Reseptor H1 : 487 asam amino, 56 kd
Reseptor H2 : 359 asam amino , 40 kd
Reseptor H3 : 445 asam amino, 70 kd
Reseptor H4 : 390 asam amino,
Aktivasi reseptor H1 oleh histamin
berakibat:
CH-CH2-CH2 NH (CH3)2
CH-O-CH2-CH2 NH (CH3)2
klorfeniramin karboksamin
N
N
Isomer levo karbinoksamin yang lebih aktif
mempunyai konfigurasi absolut S dan dapat
superimposabel dengan isomer klorfeniramin
yang mempunyai konfigurasi absolut S.
2. Astemizole
Struktur Astemizole
Triprolidin
Senyawa analog triprolidin yang mempunyai lipofilitas
rendah karena ada gugus karboksilat (asam akrilat),
sehingga sukar menembus SSP dan kerja obat
menjadi lebih cepat.
Akrivastin digunakan untuk alergi kulit yang kronis.
Pemakaiannya sering dikombinasi dengan obat
dekongestant.
5. Cetirizine
Azatadin
Loratadin
Merupakan turunan antihistamin trisiklik azatadin yang
poten, mempunyai masa kerja yang panjang dengan
aktivitas antagonis perifer yang selektif.
Loratadin dimetabolis melalui proses oksidasi dan bukan
hidrolisis menjadi deskarboetoksi loratadin.
Loratadin digunakan untuk meringankan gejala alergi
rinitis urtikaria kronik dan kelainan alergi dermatologis.
Antagonis H2
Antagonis H2 menjadi alternatif yang penting dalam
terapi borok peptic. Denominator umum dalam
etilogi borok peptic adalah adanya enzim proteolitik
aktif, yaitu pepsin.
Oleh karenanya mekanisme untuk mengobati dan
mencegah sakit borok peptik adalah mekanisme
penghambatan pepsin.
Mekanisme penghambatan aktivitas pepsin :
Struktur Histamin
( -imidazoliletilamin atau 1-H-imidazol-4-etanamin)
Struktur burimamida menyukai tautomer N-H, sedang-
kan metiamida menyukai tautomer N-H.
Metiamida lebih poten 5x dibanding burimamida.
Jika gugus R diatas adalah metil (donor é), tautomer N-
H juga lebih disukai dengan demikian, efek tautomer
suatu rantai penarik elektron diperkuat oleh substituen
metil.
Rantai
Untuk memperoleh aktivitas optimal, cincin harus
dipisahkan dari gugus N oleh rantai setara dengan
rantai empat karbon.
Rantai yang lebih pendek menurunkan secara drastis
aktivitas antagonis H-2 nya.
Rantai harus mengandung substituen penarik elektron.
Senyawa yang lebih aktif mengandung rantai tio eter
isosterik (-S-) menggantikan gugus metilena (-CH2)
Gugus N
Untuk mendapatkan aktivitas antagonis yang
maksimum, gugus N-ujung harus merupakan
substituen non basis yang polar, misal gugus guanidin
yang terprotonkan pada pH fisiologik menghasilkan
senyawa yang antagonis lemah dan agonis parsial.
Struktur kimia dari antagonis H1 berbeda dengan
antagonis H2.
Antagonis H1 mempunyai gugus aril yang tidak perlu
mempunyai hubungan struktural dengan cincin
imidazol histamin, tetapi memberikan lipofilitas yang
besar kepada molekul.
Kemiripannya dengan histamin adalah memiliki gugus
rantai samping umumnya ammonium yang
bermuatan positif pada pH fisiologis.
Pada antagonis-H2 : merupakan molekul hidrofilik yang
mempunyai cincin imidazol yang mampu mengalami
tautomeri 1,3-proto tropik.
Mereka berbeda dengan struktur histamin pada rantai
samping yang meskipun polar, tetapi tidak
bermuatan.
Dengan demikian tidak menirukan aksi stimulasi
histamin.
H3C CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
S
Metiamida
N N
H
H3C CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
N-CN
N N Simetidin
H
(CH3)2 N-CH2 O
CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
CH-NO2
Ranitidin
(Z)
CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
S N-SO2NH2
Metiamida
N N
H
H3C CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
N-CN
N N Simetidin
H
(CH3)2 N-CH2 O
CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
CH-NO2
Ranitidin
(Z)
CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
S N-SO2NH2
Metiamida
N N
H
H3C CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
N-CN
N N Simetidin
H
(CH3)2 N-CH2 O
CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
CH-NO2
Ranitidin
(Z)
CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
S N-SO2NH2
Metiamida
N N
H
H3C CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
N-CN
N N Simetidin
H
(CH3)2 N-CH2 O
CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
CH-NO2
Ranitidin
(Z)
CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
S N-SO2NH2
Metiamida
N N
H
H3C CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
N-CN
N N Simetidin
H
(CH3)2 N-CH2 O
CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
CH-NO2
Ranitidin
(Z)
CH2-S-CH2-CH2-NH-C-NH-CH3
S N-SO2NH2