Anda di halaman 1dari 40

ANALISA OBAT

ANTIHISTAMIN

Disusun oleh :
Anisa primastuti ( 1643050161)
Cahya
Farah diba
Suri isnaini
Salsa
HISTAMIN

• Histamin merupakan senyawa yang normal berada dalam


tubuh, yang akan dikeluarkan dari sel mast bila terjadi
rangsangan senyawa alergen. Reaksi antara histamin dan
reseptornya akan menimbulkan gejala yang dikenal
sebagai alergi.
MEKANISME KERJA HISTAMIN

• Menimbulkan efek ketika berinteraksi dengan reseptor


histaminergik, yaitu reseptor H1, H2, dan H3
• Histamin berinteraksi dengan H1 menyebabkan sembab,
pruritik, dermatis, dan urtikaria.
• Histamin berinteraksi dengan H2 menyebabkan
peningkatan sekresi asam lambung yang menyebabkan
tukak lambung
• Reseptor H3 yang terletak pada ujung syaraf jaringan otak
dan jaringan perifer mengontrol sintesis dan pelepasan
histamin, mediator alergi, dan perdangan.
ANTIHISTAMIN
• Obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan histamin dalam tubuh melalui
mekanisme penghambatan bersaing pada sisi
reseptor H1, H2, dan H3
• Berdasarkan hambatan pada reseptor khas,
antihistamin dibagi menjadi tiga kelompok yaitu;
antagonis H1, antagonis H2, dan antagonis H3
Ar : gugus aril (fenil, fenil tersubsitusi, dan
heteroaril)
Ar’ : gugus aril kedua
R dan R’ : gugus alkil
X : gugus isosterik, seperti O, N, dan CH
HUBUNGAN STRUKTUR DAN
AKTIVITAS
Turunan eter
aminoalkil

Turunan
etilendiamin

Turunan
alkilamin
Antagonis H1
Turunan
piperazin

Turunan
fenotiazin

Turunan
lain-lain
TURUNAN ETER AMINOALKIL

• Pemasukan gugus Cl, Br, dan OCH3 pada posisi para cincin
aromatik juga meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek
samping
• Pemasuka gugs CH3 pada posisi para cincin aromatik
meningkatkan aktivitas. Pada posisi orto menghilangkan efek
antagonis H1 dan meningkatkan aktivitas antikolinergik
• Memiliki aktivitas antikolinergik karena mempunyai struktur
mirip dengan eter aminoalkohol (senyawa pemblok kolinergik)
CONTOH SENYAWA TURUNAN
ETER AMINO ALKIL

1. Difenhidramin HCl, merupakan antihistamin kuat yang


mempunyai efek sedative dan antikolonergik
2. Dimenhidrinat, adalah garam yang terbentuk dari
difenhidramin dan 8- kloroteofilin.
3. Karbinoksamin maleat, mengandung satu atom C
asimetrik yang mengikat 2 cincin aromatik.
4. Klemasetin fumarat, merupakan antagonis H1 kuat
dengan masa kerja panjang.
5. Pipirinhidrinat digunakan terutama untuk pengobatan
rhinitis, alergi konjungtivitis dan demam karena alergi
DIFENHIDRAMIN HCL

• Efek : antihistamin, antiemetik, antitusif, dan sedatif


• Penggunaan :
• Antihistamin: urtikaria, rinitis musiman (hay fever),
dermatosis
• Antispasmodik
TURUNAN ETILENDIAMIN

• N (X) : atom penghubung


• Rantai 2 atom C : penghubung gugus diaril inti dengan gugus
amino tersier
Merupakan antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup
tinggi, meskipun penekan system saraf dan iritasi lambung
cukup besar.
Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilen diamin
dijelaskan sebagai berikut :
a. Tripelnamain HCl, mempunyaiefek antihistamin
sebanding dengan difenhidramin dengan efek samping
lebih rendah.
b. Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih
rendah dibanding turuan etilendiamin lain.
c. Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai
samping amiopropil dalam system heterosiklik karbolin
dan bersifat kaku.
TURUNAN ALKILAMIN

• Feniramin : gugus fenil, gugus 2-piridil aril & gugus


dimetilamino terminal
• Merupakan antihistamin H1 paling aktif, efek sedasi rendah
• Memiliki sedikit kerja antiemetik
• Aktivitas antikolinergik signifikan (< aminoalkil eter)
CONTOH SENYAWA
TURUNAN ALKIL AMIN
3. Turunan alkil amin Rumus umum ; Ar (Ar’)CH-CH2-CH2-
N(CH3)2

Merupakan antihistamin dengan indeks terapetik cukup baik


dengan efek samping dan toksisitasnya sangat rendah.
Hubungan struktur antagonis H1 dengan turunan alkil amin
dijelaskan sebagai berikut :
a) Feniramin maleat, merupakan turunan alkil amin yang
memunyai efek antihistamin H1 terendah.
b) b) CTM, merupakan antihistamin H1 yang popular dan
banyak digunakan dalam sediaan kombinasi.
c) c) Dimetinden maleat, aktif dalam bentuk isomer levo
• Pemasukan gugus klor/brom pada posisi para
cincin aromatik feniramin maleat akan
meningkatkan aktivitan antihistamin

• Isomer dekstro klorfeniramin maleat mempunyai


aktivitas yang lebih besar dibanding campuran
rasematnya
TURUNAN PIPERAZIN

X: gugus H, Cl
R : CH2 – R2
CONTOH SENYAWA
TURUNAN PIPERAZIN
4. Turunan piperazin Turunan ini memunyai efek antihistamin
sedang dengan awal kerja lambat dan masa kerjanya relatif
panjang. Hubungan struktur antagonis H1 turunan piperazin
dijelaskan sebagai berikut :
a) Homoklorsiklizin, mempunyai spectrum kerja luas,
merupakan antagonis yang kuat terhadap histamin serta
dapat memblok kerja bradkinin dan SRS-a
b) Hidroksizin, dapat menekan aktivitas tertntu subkortikal
system saraf pusat.
c) Oksatomid, merupakan antialergi baru yang efektif
terhadap berbagai reaksi alerhi, mekanismenya menekan
pengeluaran mediator kimia dari sel mast, sehingga
dapat menghambat efeknya.
TURUNAN FENOTIAZIN

Pemasukan gugus halogen atau C pada posisi 2


dan perpanjangan atom C rantai samping akan
meningkatkan aktivitas tranquilizer dan menurunkan
efek antihistamin
CONTOH SENYAWA TURUNAN
FENOTIAZIN
a. Prometazin, merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas
cukupan dengan masa kerja panjang.
b. Metdilazin
c. Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja
panjang dan digunakan untuk memperbaiki gejala alergi
d. Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin
e. Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai
perangsang nafsu makan

Prometazin HCl Metdilazin HCl


TURUNAN LAIN-LAIN

1. Siproheptadin HCl 2. Azatadin maleat


• Struktur berhubungan • Aza isomer dari
dengan fenotiazin; atom S siproheptadin dengan cara
pada cincin trisiklik diganti mereduksi ikatan rangkap
dengan -CH=CH- dan N C10 dan C11
diganti dengan atom C sp2
• Efek: antiserotonin,
antimigrain, perangsang
nafsu makan, dan
transquilizer.
ANTAGONIS H1 GENERASI
KEDUA

• ≠ efek sedasi pd dosis tx penetrasi SSP buruk & afinitas terhadap


reseptor histamin pusat, kolinergik & adrenergik rendah
• Antagonis H1 kerja lama (> 12 jam) selektif karena disosiasi
lambat pada reseptornya.
• Sedikit afinitas terhadap reseptor muskarinik, serotonik / adrenergik
(gugus difenilmetilpiperidin).
• Interaksi : antifungi imidazol (ketokonazol, itrakonazol, flukonazol) & AB
makrolida (Eritromisin, Klaritromisin) Menghambat metabolisme:
kadar obat proaritmia
• Blocker reseptor H1 selektif (antihistamin ≈ terfenadin)
• Efek antikolinergik ≠ signifikan.
• Interaksi : ≠ abnormalitas ritme jantung
• Hanya 5 % dari total dosis yg dimetabolisme sisanya
diekskresi dalam empedu & urin
2. Akrivastin (Semprex) merupakan senyawa dengan
lipofilisitas yang rendah sehingga senyawa sulit menembus
sawar darah otak, oleh karena itu tidak menimbulkan efek
samping sedasi. Akrivastin digunakan untuk alergi kulit yang
kronis.

3. Astemizol, merupakan AH1 selektif yang kuat dan relative


tidak menimbulkan efek penekan system saraf pusat (sedasi)
karena tidak mampu menembus sawar darah otak. Astemizol
efektif untuk menekan gejala alergi rhinitis, alergi
konjungtivitis dan urtikaria kronik.

Setirizin merupakan turunan benzhidril piperazin yang


mengandung gugus etoksi karboksilat, mempunyai masa
kerja yang panjang dengan aktivitas antagonis perifer yang
selektif.
LORATADIN

• Antagonis H1 periferal selektif.


• Aktivitas serotonergik lebih kuat dari efek
SSP/otonom
• Loratadin, memiliki masa kerja panjang
dengan efek sedasi dan efek antikolinergik
yang rendah.
• untuk meringankan gelaja alergi rhinitis,
urtikaria kronik dan lain-lain.
ANTAGONIS H2

• Struktur serupa dengan histamin; mengandung


cincin imidazol atau bioisosteriknya, tetapi
berbeda pada panjang gugus rantai samping.
• Pada interaksi obat dengan reseptor H2, cincin
imidazol atau bioisosteriknya terikat pada sisi
reseptor khas melalui ikatan dipol, sedang rantai
samping yang panjang dan tidak bermuatan
terikat melalui ikatan hidrofob dan kekuatan van
der Waals pada reseptor tidak khas.
HUBUNGAN STRUKTUR DAN
AKTIVITAS
a. Modifikasi pada cincin Cincin imidazol dapat membentuk
2 tautomer yaitu ; ‘N-H dan “N-H. bentuk ‘N-H lebih
dominan dan diperlukan untuk aktivitas antagonis H2 dan
mempunyai aktifitas 5 kali lebih kuat daripada “N-H

b. Modifikasi pada rantai samping Untuk aktivitas optimal


cincin harus terpisah dari gugus N oleh 4 atom C atau
ekivalennya. Pemendekan rantai dapat menurunkan
aktivitas antagonis H2, sedangkan penambahan panjang
pada metilen dapt meningkatkan antagonis H2.
Pengantian 1 gugus metilen pada rantai samping dengan
isosteriktioeter maka dapat meningkatkan aktivitas
antagonis.
c. Modifikasi pada gugus N
Penggantian gugus amino rantai samping dengan gugus
guanidine yang bersifat basa kuat maka akan menghasilkan
efek antagonis H2 lemah dan masih bersifat parsial agonis.
Penggantian gugus guanidine yang bermuatan positif
dengan gugus tiorurea yang tidak bermuatan atau tidak
terionisasi pada pH tubuh dan bersifat polar serta maih
membentuk ikatan hydrogen maka akan menghilangkan efek
agonis dan memberikan efek antagonis H2 100 x lebih kuat
dibanding “N-H.

CONTOH SENYAWA ANTIHISTAMIN H2 YAITU SIMETIDIN (CIMET),


RANITIDIN HCL (RANIN, RANTIN), FAMOTIDIN (FACID), ROKSATIDIN
ASETAT HCL (ROXAN)
5
1
4
2
3
IDENTIFIKASI SENYAWA
GOL. ANTI HISTAMIN
Sifat Antihistamin
Sifat-sifat yang dimiliki antihistamin antara lain sebagai berikut :
Umumnya histamin seperti alkaloida mempunyai pH 8-11
Tidak larut dalam air, larut dalam asam encer dan alkalis

Identifikasi Antihistamin
Antihistamin dapat diidentifikasikan dengan beberapa cara :
Titik leleh, contoh titik leleh dari Difenhidramin berkisar 1660 C –
1670 C
Reaksi Warna (gunakan asam pekat) :
DERIVAT ETANOLAMIN
diphenhidramin HCl
Dimenhidrat
– kelarutan : mudah larut dalam air,
spiritus,kloroform, asoton, dan benzen.
– kelarutan ( larut dalam 1 : 95 air, 1 : 2
alkohol, dan 1 : 2 kloroform) – Reaksi :
– Reaksi : · 20 mg zat + KMNO4 → dipanaskan →
bau
· zat + H2SO4 p → jingga merah
dimetilamin
· zat + HCl p → rosa lemah · 10 mg zat dilarutkan dalam HNO3 +
· zat + FeCl3 → merah coklat daging H2SO4
→ merah violet + air + CHCL3 + kocok →
· zat + HNO3 p → –
lapisan CHCl3 (ungu)
· zat + aqua brom → –
· zat + pereaksi marquis → kuning · zat + H2SO4 p → jingga-merah, coklat
coklat · zat + pereaksi marquis → kuning
· zat + pereaksi frohde → kuning jingga · reaksi mayer → ungu muda
· zat + aqua iod→ hitam dan keunguan
· zat + calomel → reduksi
· reaksi Kristal → asam pikrat
DERIVAT
ETILENDIAMIN
Pribenzamin HCl, Tripelenamin HCl

– kelarutan Þ larut di dalam air dan di


dalam
Antazolin HCl
spiritus
– Reaksi :
– kelarutan Þ larut dalam 1 : 50 air, 1 : 65
· zat + HNO3 p → –
spiritus, praktis tidak larut dalam · zat + H2SO4 p → kuning + air →
eter, benzene, dan kloroform kelabu putih Kehijaun
– Reaksi :
· zat + HNO3 p → merah + air → merah · zat + FeCl3 → coklat-kuning-hijau-
coklat
hilang
· zat + H2SO4 p → gelembung-gelembung
gas,
bagian pinggirnya merah jingga/ungu · zat dipanaskan dengan KMNO4 →
· zat + AgNO3 → mereduksi bau benzaldehid
· zat + HgCl2 → Kristal
· zat + aqua brom → warna hilang
· zat + pereaksi frohde → kuning
· zat + pereaksi merquis → kecoklatan
· zat + pereaksi bellstein → +
· zat berfluoresensi → ungu merah
· zat + pereaksi marquis → kuning (lama)
· zat + pereaksi frohde → merah lemah
DERIVAT ALKILAMIN

Pheniramin

– kelarutan Þ tidak larut di dalam air, larut di


dalam asam encer, alkohol, dan benzene

– Reaksi :
· zat + FeCl3 → merah violet coklat (tidak
stabil di dalam alkohol)
· zat + aqua brom → kuning jingga
· zat + DAB-HCl → jingga
· zat + H2SO4 p + Cr2O7 → hijau
· zat + CuSO4→ coklat
· zat + HNO3 p → – (coklat-kuning lemah)
· zat + H2SO4 p → – (coklat kuning lemah)
· reaksi korek api → jingga
DERIVAT FENOTIAZIN
prometazin HCl

– kelarutan Þ mudah larut dalam air, spiritus,


dan kloroform

– Reaksi :
· zat + FeCl3 → rosa jingga
· zat + HNO3 p → merah marganta →
panaskan di W.B akan berwarna kuning
· zat + H2SO4 p → rosa merah + air → rosa
· zat + KMNO4 + NaOH → hijau
· zat + pereaksi frohde → merah violet
· zat + pereaksi nillon → rosa (kekuningan)
· zat + pereaksi marquis → merah marganta
· zat berfluroresensi → kuning
ANTIHISTAMIN ANTAGONIS H1
3. LORATADIN
1. ASTEMIZOL
Sifat: bubuk putih atau hampir putih,
bubuk kristal; praktis tidak larut dalam
Sifat: bubuk putih atau hampir air, mudah larut dalam aseton dan
putih; praktis tidak larut dalam metanol; terjadi polimorfisme.
air, larut dalam alkohol, mudah
larut dalam diklorometan dan
metanol; terlindung dari cahaya.

4. SETRIZIN
2. FEKSOFENADIN
Sifat: bubuk putih atau hampir putih;
mudah larut dalam air, praktis tidak
Sifat: bubuk putih atau hampir
putih; sedikit larut dalam air, larut dalam aseton dan diklorometan;
mudah larut dalam metanol, larutan 5% dalam air memiliki pH 1,2-
sangat sedikit larut dalam ,1,8
aseton; terjadi polimorfisme.
ANTIHISTAMIN H2

1. SIMETIDIN
Sifat
bubuk putih atau hampir putih; sedikit larut dalam air, larut dalam
alkohol, praktis tidak larut dalam diklorometan; bubuk polimorfisme;
larutan dalam asam mineral encer
Indentifikasi
Dengan reagen Nessler pada suhu 1000C berwarna hitam
Dengan Natrium pikrat berwarna merah.

0,1 ml sampel yang diperoleh dari melarutkan 1 mg Simetidin dalam 1


ml etanol ditambah 5 ml larutan dari 1 g asam sitrat dalam asam
anhidrat sampai 50 ml dipanaskan di atas water bath sekitar 10-15
menit maka akan diperoleh warna merah violet

0,1 ml sampel yang diperoleh dari melarutkan 1 mg Simetidin dalam 1


ml etanol ditambah 5 ml HCl 0,1 N dipanaskan dan ditambahkan 3 ml
NaOH mengubah kertas lakmus warna merah menjadi biru.
Obat lainnya: famotidin & Ranitidin
PENETAPAN KADAR
ANTIHISTAMIN
SEKIAN &
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai