Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KIMIA FARMASI

“ANTIHISTAMIN”

Disusun Oleh kelompok 3

1. Luluq Azizah Prasetya (1848401006)


2. Anggi Amalinda Surya (1848401007)
3. Nia Ardina (1848401017)
4. Marhayati (1848401050)

JURUSAN D3 FARMASI REG I

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG

TAHUN 2019
DEFINISI UMUM ANTIHISTAMIN

Antihistamin adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengobati rinitis


alergi dan alergi lainnya. Antihistamin dapat memberikan rasa lega ketika seseorang
mengalami hidung tersumbat, bersin, atau gatal karena serbuk sari, tungau debu rumah,
atau alergi hewan.

Biasanya orang menggunakan antihistamin sebagai obat pasar generik yang murah, dengan
sedikit efek samping. Sebagai alternatif untuk menggunakan antihistamin, orang yang
menderita alergi malah dapat menghindari zat yang mengiritasi mereka. Namun, ini tidak
selalu mungkin karena beberapa zat, seperti serbuk sari, terbawa di udara, sehingga membuat
reaksi alergi yang disebabkan oleh mereka umumnya tidak dapat dihindari.[1] Antihistamin
biasanya digunakan untuk pengobatan jangka pendek.[1] Alergi kronis meningkatkan risiko
masalah kesehatan yang mungkin tidak dapat diobati oleh antihistamin,
termasuk asma, sinusitis, dan infeksi saluran pernapasan bawah. Dokter menyarankan agar
orang berbicara dengan mereka sebelum penggunaan antihistamin dalam jangka waktu yang
lebih lama.

Meskipun orang-orang biasanya menggunakan kata "antihistamin" untuk mendeskripsikan


obat-obatan untuk mengobati alergi, para dokter dan ilmuwan menggunakan istilah tersebut
untuk mendeskripsikan kelas obat yang menentang aktivitas reseptor histamin di dalam
tubuh.[2] Dalam pengertian kata ini, antihistamin digolongkan berdasarkan
reseptor histamin yang mereka tindak lanjuti. Dua kelas antihistamin terbesar
adalah antihistamin-H1 dan antihistamin-H2. Antihistamin yang menarget reseptor histamin
H1 digunakan untuk mengobati reaksi alergi di hidung (misalnya, gatal, pilek, dan bersin)
serta untuk insomnia. Mereka kadang-kadang juga digunakan untuk mengobati penyakit
gerakan atau vertigo yang disebabkan oleh masalah dengan telinga bagian dalam.
Antihistamin yang menarget reseptor histamin H2 digunakan untuk mengobati kondisi asam
lambung (misalnya, ulkus peptikum dan refluks asam). Antihistamin-H1 bekerja dengan
mengikat pada reseptor histamin H1 dalam sel mast, otot polos, dan endotelium di dalam
tubuh serta di inti tuberomammillar di otak; antihistamin-H2 yang terikat pada reseptor
histamin H2 di saluran pencernaan bagian atas, utamanya di lambung.

Reseptor histamin menunjukkan aktivitas konstitutif, sehingga antihistamin dapat berfungsi


baik sebagai antagonis reseptor netral atau agonis terbalik pada reseptor histamin. Hanya
beberapa antihistamin-H1 yang saat ini dipasarkan diketahui berfungsi sebagai agonis
terbalik. Golongan obat antihistamin ternyata memiliki beberapa jenis tergantung pada hal
tertentu. Obat golongan antihistamin terdiri dari dua jenis berdasarkan pada efek sedasinya.
Ada golongan antihistamin lama dan golongan antihistamin baru.Semua obat dari golongan
antihistamin lama memiliki efek sedasi (sedatif). Obat dari golongan antihistamin lama ini
cenderung memiliki kerja pendek. Efek sedasi bisa bermanfaat untuk mengendalikan rasa
gatal akibat alergi.

Pada jenis kedua, yaitu obat dari golongan antistamin baru tidak memiliki efek sedasi
(nonsedatif). Obat-obatan golongan antihistamin baru relatif memiliki kerja yang panjang dan
bisa menimbulkan efek samping berupa gangguan psikomotor.Antihistamine juga memiliki
dua jenis berdasarkan efek rasa kantuk. Ada antihistamin yang menyebabkan rasa kantuk dan
ada yang tidak. Para pasien perlu waspada jika mengonsumsi obat dari golongan antihistamin
yang menimbulkan rasa kantuk.

Hal ini penting terutama bagi pasien yang harus mengemudikan kendaraan sendiri. Para
pasien yang harus bekerja dengan alat atau mesin berbahaya juga perlu waspada sebelum
melakukan pengonsumsian antihistamin yang memiliki efek rasa kantuk.

Sebelum mempelajari tentang obat-obat antihistamin, ada baiknya terlebih dahulu kita
membahas mengenai histamin. Histamin atau β-imidazoletilamin merupakan senyawa normal
yang ada dalam jaringan tubuh, disintesis dari L-histidin oleh enzim histidin dekarboksilase.
Enzim histidin dekarboksilase merupakan suatu enzim yang banyak terdapat di sel-sel
parietal mukosa lambung, sel mast, basofil dan susunan saraf pusat. Histamin berperan pada
berbagai proses fisiologis penting seperti regulasi system kardiovaskular, otot halus, kelenjar
eksokrin, system imun dan fungsi system saraf pusat. Histamin dikeluarkan dari tempat
pengikatan ion pada kompleks heparin-protein dalam sel mast sebagai hasil reaksi antigen-
antibodi, bila ada rangsangan senyawa alergen. Senyawa alergen dapat berupa spora, debu
rumah, sinar ultra violet, cuaca, racun, tripsin dan ezim proteolitik lainnya, detergent, zat
warna, obat, makanan dan beberapa turunan amin.
ANTIHISTAMIN

Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamine

dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor H1, H2 dan H3.

Efek antihistamin bukanlah suatu reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat menetralkan atau

mengubah efek histamin yang sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat

mencegah produksi histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara

kompetitif (bersaing) interaksi histamin dengan reseptor histaminergik.

PEMBAGIAN ANTIHISTAMIN

Berdasarkan hambatan pada reseptor khas histaminrgik, antihistamin dibagi menjadi

tiga kelompok yakni:

1. Antagonis H1 terutama digunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi

2. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan

penderita tukak lambung

3. Antagonis H3 belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam proses penelitian lebih

lanjut.

ANTAGONIS H1

Antagonis H1 sering disebut juga antihistamin klasik, adalah senyawa yang dalam

kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang

mengandung reseptor H1. Digunakan untuk ; alergi, antiemetic, antimabuk, antiparkinson,

antibatuk, sedative, antipsikotik, dan anastesi setempat.


Hubungan struktur dan aktifitas antagonis H1

Antihistamin yang memblok reseptor H1 secara umum mempunyai struktur sebagai berikut :

Ar = gugus aril, termasuk fenil, fenil tersubstitusi dan heteroaril

Ar’ = gugus aril kedua

R dan R’ = gugus alkil

X = O , turunan aminoalkil eter dengan efek sedasi yang besar

= N, turunan etilendiamin, senyawa lebih aktif dan lebih toksik

= CH, turunan alkilamin, senyawa kurang aktif dan kurang toksik.

A. Gugus aril yang bersifat lipofil kemungkinan membentuk ikatan hidrofob dengan

ikatan reseptor H1. Monosubstitusi gugus yang mempunyai efek induktif (-), seperti

Cl atau Br, pada posisi para gugus Ar atau Ar’ akan meningatkan aktivitas,

kemungkinan karena dapat memperkuat ikatan hidrofob dengan reseptor. Disubstitusi

pada posisi para akan menurunkan aktivitas. Substitusi pada posisi orto atau meta juga

menurunkan aktivitas.

B. Secara umum untuk mencapai aktivitas optimal, atom N pada ujung adalah amin

tersier yang pada pH fisiologis bermuatan positif sehingga dapat mengikat reseptor

H1 melalui ikatan ion.

C. Kuartenerisasi dari nitrogen rantai samping tidak selalu menghasilkan senyawa yang

kurang efektif.

D. Rantai alkil antara atom X dan N mempunyai aktifitas antihistamin optimal bila

jumlah atom C = 2 dan jarak antara pusat cincin aromatic dan N alifatik = 5 -6 A

E. Faktor sterik juga mempengaruhi aktifitas antagonis H1


F. Efek antihistamin akan maksimal jika kedua cincin aromatic pada struktur

difenhidramin tidak terletak pada bidang yang sama.

Secara umum antagonis H1 digunakan dalam bentuk garam-garam HCl, sitrat,

fumarat, fosfat, suksinat, tartrat dan maleat untuk meningkatkan kelarutan dalam air.

BERDASARKAN STRUKTUR KIMIANYA

Antagonis h1 dibagi ke dalam enam kelompok yakni

1) turunan eter aminoalkil

2) turunan etilendiamin

3) turunan alkilamin

4) turunan piperazin

5) turunan fenotiazin

1. Turunan eter amino alkil

Rumus : Ar(Ar-CH2) CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2

Hubungan struktur dan aktifitas :

a) Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin aromatic

akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.

b) Pemasukan gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatic juga dapat

meningkatkan aktivitas tetapi pemasukan pada posisi o- akan menghilangkan efek

antagonis H1 dan akan meningkatkan aktifitas antikolinergik

c) Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang

cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol,

suatu senyawa pemblok kolinergik.


Struktur senyawa turunan eter amino alkil

Contoh senyawa turunan eter amino alkil :

1. Difenhidramin HCl, merupakan antihistamin kuat yang mempunyai efek sedative dan

antikolonergik

2. Dimenhidrinat, adalah garam yang terbentuk dari difenhidramin dan 8- kloroteofilin.

3. Karbinoksamin maleat, mengandung satu atom C asimetrik yang mengikat 2 cincin

aromatik.

4. Klemasetin fumarat, merupakan antagonis H1 kuat dengan masa kerja panjang.

5. Pipirinhidrinat digunakan terutama untuk pengobatan rhinitis, alergi konjungtivitis

dan demam karena alergi

2. Turunan etilendiamin

Rumus umum ; Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2

Merupakan antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup tinggi, meskipun penekan

system saraf dan iritasi lambung cukup besar.


Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilen diamin dijelaskan sebagai berikut :

a) Tripelnamain HCl, mempunyaiefek antihistamin sebanding dengan

difenhidramin dengan efek samping lebih rendah.

b) Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding

turuan etilendiamin lain.

c) Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai samping amiopropil dalam

system heterosiklik karbolin dan bersifat kaku.

Struktur senyawa turunan etilendiamin

3. Turunan alkil amin

Rumus umum ; Ar (Ar’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2

Merupakan antihistamin dengan indeks terapetik cukup baik dengan efek samping dan

toksisitasnya sangat rendah.

Hubungan struktur antagonis H1 dengan turunan alkil amin dijelaskan sebagai berikut :

a) Feniramin maleat, merupakan turunan alkil amin yang memunyai efek antihistamin

H1 terendah.
b) CTM, merupakan antihistamin H1 yang popular dan banyak digunakan dalam sediaan

kombinasi.

c) Dimetinden maleat, aktif dalam bentuk isomer levo.

Struktur senyawa turunan alkil amin

4. Turunan piperazin

Turunan ini memunyai efek antihistamin sedang dengan awal kerja lambat dan masa

kerjanya relatif panjang. Rumus umum senyawa AH1 turunan piperazin .

Hubungan struktur antagonis H1 turunan piperazin dijelaskan sebagai berikut :

a) Homoklorsiklizin, mempunyai spectrum kerja luas, merupakan antagonis yang kuat

terhadap histamin serta dapat memblok kerja bradkinin dan SRS-a

b) Hidroksizin, dapat menekan aktivitas tertntu subkortikal system saraf pusat.

c) Oksatomid, merupakan antialergi baru yang efektif terhadap berbagai reaksi alergi,

mekanismenya menekan pengeluaran mediator kimia dari sel mast, sehingga dapat

menghambat efeknya.
Rumus Umum AH1 turunan piperazin

5. Turunan fenotiazin

Selain mempunyai efek antihistamin, golongan ini juga mempunyai aktivitas

tranquilizer, serta dapat mengadakan potensiasi dengan obat analgesik dan sedatif.

Hubungan struktur antagonis H1 turunan fenontiazin dijelaskan sebagai berikut :

a) Prometazin, merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas cukupan dengan masa kerja

panjang.

b) Metdilazin

c) Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan digunakan untuk

memperbaiki gejala alergi

d) Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin

e) Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai perangsang nafsu makan.

Struktur molekul senyawa turunan fenotiazin


Obat antihistamin generasi pertama

Seperti namanya, obat generasi pertama adalah kelompok obat yang pertama kali dirancang
dan tersedia untuk mengatasi alergi.

Antihistamin generasi pertama adalah obat alergi yang sangat umum ditemukan. Namun di
sisi lain, efek obatnya tidak bisa bertahan lama sehingga Anda perlu minum berulang kali
sampai sembuh. Beberapa orang mungkin butuh dosis yang lebih tinggi agar efeknya bisa
lebih tahan lama.

Beberapa contoh obat dari generasi pertama adalah:

1. Diphenhydramine

Diphenhydramine adalah obat untuk membantu meredakan reaksi alergi seperti bersin, mata
gatal, atau tenggorokan gatal. Diphenhydramine juga dapat digunakan untuk mengobati serta
mengurangi kemerahan akibat gatal di tubuh.

Obat ini bekerja memblokir efek histamin yang menyebabkan gatal. Produk ini juga
mengandung bahan lain (seperti allantoin dan zinc acetate) untuk meredakan masalah kulit,
seperti kering, basah, atau bernanah.

Diphenhydramine bisa didapat bebas di apotek dalam bentuk bentuk topikal, seperti krim dan
gel, serta semprotan hidung. Namun, beberapa jenis dan merek dari obat ini tidak dianjurkan
untuk anak kurang dari 2, 6, atau 12 tahun kecuali bila diresepkan oleh dokter.

Maka itu, baca dulu aturan pakai dan dosisnya yang tertera pada kemasan untuk informasi
lebih lanjut.

2.Chlorpheniramine

Chlorpheniramine adalah antihistamin generasi pertama untuk membantu meredakan pilek,


bersin, mata gatal atau berair, dan hidung dan tenggorokan gatal akibat
alergi. Chlorpheniramin tersedia dalam sediaan tablet kunyah, permen, kapsul, dan suspensi
cair.

Kapsul, tablet telan, tablet kunyah, dan suspensi cair direkomendasikan diminum setiap 4-6
jam sesuai kebutuhan. Sementara unttuk ablet dan kapsul jangka panjang (long acting)
diminum dua kali sehari pada pagi dan sore hari sesuai kebutuhan.

3. Clemastine

Clemastine adalah obat antihistamin generasi pertama untuk meredakan gejala alergi
termasuk bersin, pilek, gatal, dan mata berair.

Versi generik dari Clemastine dalam bentuk tablet dan suspensi cair dapat dibeli di apotek.
Obat ini perlu diminum dua atau tiga kali sehari. Ikuti petunjuk pada label resep dan minum
clemastine persis seperti yang diarahkan dokter atau apoteker.

4. Promethazine
Promethazine juga obat antihistamin generasi pertama untuk mengobati gejala alergi seperti
gatal, pilek, bersin, mata gatal, atau mata berair.

Promethazine dapat dikombinasikan dengan obat-obatan lain untuk mengobati syok


anafilaksis akibat reaksi alergi parah.

Penggunaan obat ini harus dengan resep dan di bawah pengawasan dokter. Pasalnya,
promethazine dapat menyebabkan pernapasan melambat atau berhenti. Promethazine juga
tidak boleh diberikan kepada bayi atau anak-anak karena dapat menyebabkan bahaya yang
fatal.

IDENTIFIKASI ANTIHISTAMIN

Antihistamin dapat diidentifikasikan dengan beberapa cara :

1. Titik leleh, contoh titik leleh dari Difenhidramin berkisar 1660 – 1670
2. Reaksi Warna (gunakan asam pekat) :

 Dengan H2SO4 pekat semua memberikan warna, kecuali antistin dan→chlortrimeton

Beberapa warna yang dihasilkan adalah :

1. Multergan : Rosa
2. Phenergan : Rosa merah
3. Histaphen : Kuning tua
4. Avil : Kuning
5. Neo-antergan: Merah
6. Neo-benodin : Kuning dengan bintik jingga
7. 7. Benadryl : Jingga + coklat + merah
8. Fenatiazin : merah + jingga + hijau

 Dengan HNO3 pekatBeberapa warna yang dihasilkan :

1. Histaphen : Kuning dengan bintik jingga


2. Antergan : Kuning
3. Neo-benodin : kekuningan
4. Avil : Kuning + gas
Masing-masing zat + H2SO4 pekat/HCl pekat/HNO3 pekat -> berwarna +air ->
berubah (kemungkinan alkaloid 80%), jika tetap kemungkinanalkaloid, tapi
beberapa alkaloid juga bisa menyebabkan perubahan warna(tergantung posisi N).
Perlu dilakukan reaksi pendukung lainnya.

 Mandelin

Pereaksi : NH – Vanadat % dalam air + H2SO4 pekat

 Frohde

Pereaksi : Larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekatBeberapa warna yang


dihasilkan :

1. Phenergan : Merah violet


2. Neo-antergan : Merah ungu
3. Neo-benodin : Kuning kenari4. Multergan : Ungu
4. Histaphen : kuning dengan bintik coklat
5. Fenotiazin : Coklat hijau violet
6. Benadryl : Merah jingga

 Marquis

Pereaksi : larutan encer formalin (formalin 0,1% – 1%) + H2SO4 pekat

Beberapa warna yang dihasilkan :

1. Benadryl : ungu
2. Avil : Kekuningan
3. Multergen : Ungu
4. Antistin : lama lama akan berwarna ungu

 FeCl3
 AgNO3
 Reaksi Kristal
Beberapa pereaksi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

1. AuCl3
2. PtCl3
3. Asam Pikrat
4. Asam Pikrolon
5. Garam ReinekatProses kerja : zat dilarutkan dalam HCL 0,2 N kemudian
ditambahkan pereaksi endapan, dipanaskan dalam api kecil hingga larut,
dinginkan→ mengkristal

Pengecualian untuk pereaksi asam pikrat: pada gelas objek, zatdiberi air kemudian
ditetesi asam pikrat, jangan ditambah HCl(dengan HCl, yang keluar adalah kristal
asam pikrat sendiri

Pengecualian untuk asam pikrolon : Tidak perlu dipanaskan dalamapi kecil

 Mayer (pada plat tetes)

Pereaksi : HgCl2 + lautan KI 5% + H2SO4 pekat

Proses kerja : zat + HCl 0,2 N + pereaksi

Contoh : Benadryl→ ungu muda

 Dragendorff

Pereaksi : Larutan bismut nitrat basa dalam air/asam asetat glasial dengan KI dalam
air

Proses kerja : zat + peraksi

 Reaksi Korek Api

Proses kerja ada 2 cara :


Batang korek api dicelupkan kedalam campuran (zat dalam HCl), lalu dibasahi
dengan HCl pekat, atau

Batang korek api dibasahi dengan HCl pekat, keringkan lalu celupkan kedalam
campuran (zat dalam HCl) untuk penentuan amin aromatisprimer (berwarna jingga).
Contoh : avil->jingga
DAFTAR PUSTAKA

https://doktersehat.com/obat-antihistamin/

Cartika, H . 2016 . Kimia Farmasi. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

www.google.co.id/amp/s/dokumen.tips/amp/do

Anda mungkin juga menyukai