Anda di halaman 1dari 2

STOP CATCALLING!

Oleh : Nadya Syavaranti

Tindakan kriminalitas bukanlah hal yang baru terjadi di kalangan masyarakat. Salah satu
kriminalitas yang sering terdengar adalah pelecehan seksual. Kasus pelecehan ini bisa terjadi
dimanapun dan kapanpun, dijalanan salah satunya. Tindakan pelecehan seksual dijalanan biasa
disebut Catcalling yang sampai saat ini belum terselesaikan.

Menurut Stop Street Harassment Organization (2015), catcalling adalah tindakan kriminal
berupa verbal yang terjadi di ruang publik dimana seorang laki-laki melakukan komentar
terhadap tubuh atau berusaha menggoda wanita yang berjalan melewatinya. "Hai, Cantik!", "Sini
dong, temenin abang!", "Sombong banget, neng! Nengok dong!", "Assalamualaikum, neng mau
kemana?", merupakan beberapa kata yang sering kali dilontarkan oleh para lelaki yang dapat
menjadi contoh catcalling dan memberi dampak negatif kepada orang yang dituju. Dampak yang
di terima oleh objek diantaranya ialah depresi, kecemasan, rendah diri, dan hal negatif lainnya

Adapun hal yang biasanya dijadikan objek catcall oleh para lelaki ialah wanita. Tidak
hanya wanita yang berpakaian terbuka saja yang menjadi korban, wanita yang berpakaian
tertutup pun ikut merasakan pelecehan seksual ini. Seringkali setiap seorang wanita pergi keluar
rumah, berjalan dipinggir jalan, pasti mereka pernah medapatkan catcalling.

Di Indonesia, kasus catcalling ini masih kurang dianggap serius oleh pemerintah, hingga
peraturannya saja tidak ada. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) hanya mengenal
istilah perbuatan cabul yang diatur pada Pasal 289-296 dengan artian perbuatan yang melanggar
kesusilaan, perbuatan keji dan dalam nafsu birahi (Hukum Online, 2011). Catcalling berada pada
tindakan pelecehan seksual verbal yang masih jauh dari kata perbuatan keji ataupun kekerasan,
namun istilah kesopanan dan kesusilaan ini juga belum diatur oleh KHUP, sehingga belum ada
aturan pasti yang mengatur batasan dan hukuman tindakan ini (Intan Dian Syaputra, 2019).

Sementara itu, beberapa kampanye melawan catcalling terhadap wanita telah dilakukan. Salah
satu kampanyenya bernama "Hands off" yang di ketuai oleh Yacko. Kampanyenya ini
diharapkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berani membantu korban pelecehan
dan melapor pada polisi atau petugas keamanan.
Dari beberapa kampanye melawan catcalling yang dibuat oleh masyarakat Indonesia,
dapat dinyatakan belum sepenuhnya berhasil. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh
HollaBack! Jakarta, Lentera Sintas Indonesia 2019, masih banyak wanita yang mengeluhkan
tentang dirinya yang terkena catcalling.

Undang - Undang yang belum di keluarkan oleh pemerintah menjadi salah satu alasan mengapa
pelaku catcalling masih banyak ditemukan dijalanan. Pelaku belum dapat merasakan jera dari
apa yang mereka lakukan dikarenakan korban catcall tidak dapat melaporkan pelaku ke jalur
hukum.

Dikarenakan mengubah pola pikir seseorang itu sulit, maka mengedukasi anak sejak dini bahwa
semua gender itu setara, serta pembelajaran moral pada anak merupakan salah satu upaya untuk
mencegah anak menjadi pelaku catcalling. Kemudian, dilanjutkan dengan kampanye tentang stop
catcalling. Dengan banyaknya aktivitas seperti itu akan membuat masyarakat sadar tentang
bahaya catcalling.

Belum adanya hukuman dari pemerintah tentang pelecehan seksual verbal non-fisik membuat
pelaku catcalling akan selalu melakukan perbuatan yang meresahkan wanita. Oleh karena itu,
para wanita bisa membuat petisi yang berisikan tentang permohonan pembuatan peraturan yang
memberikan hukuman seberat-beratnya agar pelaku jera terhadap apa yang telah mereka
lakukan.

https://www.kompasiana.com/nadya16321/5d31604a097f363fd8690a42/stop-
catcalling?page=all#sectionall

Anda mungkin juga menyukai