KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pemberantasan Korupsi di Indonesia: Evaluasi Kebijakan dan Peran Masyarakat”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Anti Korupsi pada
semester ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulisan makalah ini. Penulis juga ingin
menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada dosen pengampu mata kuliah
Anti Korupsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulisan makalah ini.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang
pemberantasan korupsi di Indonesia, khususnya dalam hal evaluasi kebijakan dan peran
masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Selain itu, makalah ini juga memberikan
gambaran tentang implementasi kebijakan pemberantasan korupsi yang efektif. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya
dan dapat memberikan kontribusi yang positif dalam upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ayub adii
Npp 31.1020
BAB I.
Pendahuluan
1.1 . Latar Belakang
Korupsi telah menjadi masalah yang serius di Indonesia. Selama ber-Tahun tahun,
Indonesia seringkali dianggap sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi yang
cukup tinggi. Hal ini tercermin dalam hasil survei indeks persepsi korupsi dari
Transparency International yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-102 dari 180
negara pada tahun 2021 dengan skor 36 dari 100. Masalah korupsi tidak hanya merugikan
negara dan masyarakat secara finansial, tetapi juga merusak sistem politik dan
menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Korupsi juga
memperparah ketimpangan sosial dan menghalangi pembangunan ekonomi dan sosial.
Menurut Dr. Sofyan Sjaf, seorang ahli hukum tata negara dari Universitas Indonesia,
korupsi dapat merusak sistem demokrasi dan menghambat pembangunan ekonomi serta
kemajuan sosial.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai
upaya untuk memerangi korupsi, seperti pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) pada tahun 2002 dan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Meskipun demikian, korupsi masih
menjadi masalah yang belum sepenuhnya teratasi dan terus menjadi masalah yang besar di
Indonesia. Beberapa kasus korupsi yang terjadi di Indonesia, seperti kasus e-KTP yang
merugikan negara hingga miliaran rupiah, kasus BLBI yang mengakibatkan kerugian
negara hingga triliunan rupiah, dan kasus korupsi pengadaan vaksin Covid-19 yang
menimbulkan kerugian negara sebesar ratusan miliar rupiah, menunjukkan bahwa upaya
pemberantasan korupsi masih belum optimal.
Dengan memperhatikan situasi korupsi yang masih tinggi di Indonesia, maka
diperlukan analisis kebijakan pemberantasan korupsi yang efektif dan tepat guna. Oleh
karena itu, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk melakukan analisis kebijakan
pemberantasan korupsi di Indonesia dan dampak implementasinya pada pembangunan
nasional.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Korupsi
Korupsi merupakan suatu perbuatan melanggar hukum dan etika yang
melibatkan pengambilan keuntungan pribadi oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan memanfaatkan kekuasaan atau wewenang yang dimiliki. Korupsi
dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti suap, mark-up harga, penggelapan
uang, nepotisme, kolusi, dan penyalahgunaan kewenangan.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), korupsi didefinisikan sebagai
penyalahgunaan kekuasaan publik atau kepercayaan dalam posisi pribadi untuk
memperoleh keuntungan finansial atau keuntungan pribadi lainnya. Korupsi dapat
dilakukan oleh siapa saja, termasuk pejabat pemerintah, pengusaha, politisi, atau
bahkan masyarakat biasa.
Secara umum, korupsi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu korupsi aktif
dan korupsi pasif. Korupsi aktif terjadi ketika seseorang memberikan suap atau
memberikan hadiah untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan tindakan yang
merugikan pihak lain. Sedangkan korupsi pasif terjadi ketika seseorang menerima
suap atau hadiah untuk melakukan tindakan yang merugikan pihak lain.
Menurut Transparency International, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis
di Berlin yang mempelajari dan memantau korupsi di seluruh dunia, korupsi dapat
dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
1. Korupsi grand atau besar: terjadi pada level tertinggi pemerintahan dan
melibatkan jumlah uang yang sangat besar. Korupsi jenis ini biasanya
melibatkan pejabat pemerintah, pengusaha, dan politisi.
2. Korupsi menengah: terjadi pada level menengah pemerintahan dan
melibatkan jumlah uang yang sedang. Korupsi jenis ini biasanya
melibatkan pegawai negeri sipil dan pihak swasta.
3. Korupsi kecil atau sektoral: terjadi pada level terendah pemerintahan dan
melibatkan jumlah uang yang kecil. Korupsi jenis ini biasanya melibatkan
petugas pelayanan publik seperti polisi, pegawai di kantor pelayanan
publik, dan sebagainya.
Dalam rangka mengatasi korupsi, dibutuhkan upaya pencegahan dan
penanganan yang serius dan berkelanjutan. Salah satu cara untuk mengatasi
korupsi adalah dengan memberikan pendidikan dan kesadaran kepada masyarakat
tentang bahaya korupsi dan dampak negatifnya pada pembangunan nasional.
Selain itu, perlu juga ada penegakan hukum yang tegas dan adil serta peningkatan
kualitas dan integritas pelayanan publik dan birokrasi
BAB III
Analisis Kebijakan
Pemberantasan Korupsi di Indonesia
BAB IV
Pembahasan
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Dalam menghadapi masalah korupsi di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan
berbagai kebijakan dan program pemberantasan korupsi, baik melalui regulasi hukum,
lembaga anti-korupsi, maupun kampanye sosialisasi. Namun, masih banyak tantangan
yang dihadapi dalam implementasi kebijakan tersebut, seperti faktor politik,
kelemahan sistem hukum, dan tingginya tingkat korupsi struktural. Oleh karena itu,
diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk masyarakat, pemerintah, dan
lembaga anti-korupsi, untuk mengatasi masalah korupsi ini.
5.2 Saran
Dalam menghadapi masalah korupsi, pemerintah perlu meningkatkan efektivitas
implementasi kebijakan pemberantasan korupsi, seperti dengan meningkatkan kualitas
sistem hukum dan pengawasan, serta mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
pemberantasan korupsi. Selain itu, penting juga untuk terus memperkuat lembaga
anti-korupsi, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), agar dapat menjalankan
tugasnya dengan lebih efektif dan transparan.
Daftar Pustaka
Hadiwijoyo, Yohanes S., dkk. 2019. Pemberantasan Korupsi di Indonesia: Tantangan
dan Strategi. Jakarta: Kompas Gramedia.