Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KORUPSI DI INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAKNYA

Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester

Nama : Ayub Adii


NPP : 31.1020
Kelas : B-6

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN
STUDI KEBIJAKAN PUBLIK
2023
Daftar Isi
BAB I. Pendahuluan.......................................................................................................1.1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1.1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1.2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................1.3
D. Manfaat Penulisan,..................................................................................................1.4
E. Metodologi Penulisan..............................................................................................1.5

BAB II. Tinjauan Pustaka..............................................................................................2.1


A. Definisi Korupsi......................................................................................................2.1
B. Kebijakan Pemberantasan Korupsi di Indonesia.....................................................2.2
C. Dampak Korupsi pada Pembangunan Nasional......................................................2.3
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kebijakan Pemberantasan
Korupsi..........................................................................................................................2.4

BAB III. Analisis Kebijakan Pemberantasan Korupsi di Indonesia..........................3.1


A. Sejarah Kebijakan Pemberantasan Korupsi di Indonesia........................................3.1
B. Evaluasi Kebijakan Pemberantasan Korupsi di Indonesia......................................3.2
C. Dampak Implementasi Kebijakan Pemberantasan Korupsi pada Pembangunan
Nasional........................................................................................................................3.3
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kebijakan Pemberantasan
Korupsi.........................................................................................................................3.3

BAB IV. Pembahasan.....................................................................................................4.1


A. Peran Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi..................................................4.1
B. Peran Pemerintah dalam Pemberantasan Korupsi...................................................4.2
C. Implementasi Kebijakan Pemberantasan Korupsi yang Efektif..............................4.3
D. Strategi Pencegahan Korupsi........................................................................................4.4

BAB V. Kesimpulan dan Saran.....................................................................................5.1


A. Kesimpulan..............................................................................................................5.1
B. Saran........................................................................................................................5.2
Daftar Pustaka................................................................................................................6

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pemberantasan Korupsi di Indonesia: Evaluasi Kebijakan dan Peran Masyarakat”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Anti Korupsi pada
semester ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulisan makalah ini. Penulis juga ingin
menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada dosen pengampu mata kuliah
Anti Korupsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulisan makalah ini.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang
pemberantasan korupsi di Indonesia, khususnya dalam hal evaluasi kebijakan dan peran
masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Selain itu, makalah ini juga memberikan
gambaran tentang implementasi kebijakan pemberantasan korupsi yang efektif. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya
dan dapat memberikan kontribusi yang positif dalam upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 8 Maret 2023

Ayub adii
Npp 31.1020

BAB I.
Pendahuluan
1.1 . Latar Belakang
Korupsi telah menjadi masalah yang serius di Indonesia. Selama ber-Tahun tahun,
Indonesia seringkali dianggap sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi yang
cukup tinggi. Hal ini tercermin dalam hasil survei indeks persepsi korupsi dari
Transparency International yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-102 dari 180
negara pada tahun 2021 dengan skor 36 dari 100. Masalah korupsi tidak hanya merugikan
negara dan masyarakat secara finansial, tetapi juga merusak sistem politik dan
menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Korupsi juga
memperparah ketimpangan sosial dan menghalangi pembangunan ekonomi dan sosial.
Menurut Dr. Sofyan Sjaf, seorang ahli hukum tata negara dari Universitas Indonesia,
korupsi dapat merusak sistem demokrasi dan menghambat pembangunan ekonomi serta
kemajuan sosial.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai
upaya untuk memerangi korupsi, seperti pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) pada tahun 2002 dan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Meskipun demikian, korupsi masih
menjadi masalah yang belum sepenuhnya teratasi dan terus menjadi masalah yang besar di
Indonesia. Beberapa kasus korupsi yang terjadi di Indonesia, seperti kasus e-KTP yang
merugikan negara hingga miliaran rupiah, kasus BLBI yang mengakibatkan kerugian
negara hingga triliunan rupiah, dan kasus korupsi pengadaan vaksin Covid-19 yang
menimbulkan kerugian negara sebesar ratusan miliar rupiah, menunjukkan bahwa upaya
pemberantasan korupsi masih belum optimal.
Dengan memperhatikan situasi korupsi yang masih tinggi di Indonesia, maka
diperlukan analisis kebijakan pemberantasan korupsi yang efektif dan tepat guna. Oleh
karena itu, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk melakukan analisis kebijakan
pemberantasan korupsi di Indonesia dan dampak implementasinya pada pembangunan
nasional.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam pemberantasan korupsi di Indonesia?
2. Bagaimana efektivitas kebijakan dan strategi pemberantasan korupsi yang telah
dilakukan oleh pemerintah Indonesia?
3. Apa saja rekomendasi dan langkah konkret yang dapat diambil untuk meningkatkan
efektivitas pemberantasan korupsi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


dari analisis kebijakan pemberantasan korupsi di Indonesia adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat korupsi di Indonesia,
mengevaluasi efektivitas kebijakan dan strategi yang telah dilakukan oleh pemerintah
dalam upaya pemberantasan korupsi, mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi
dalam pemberantasan korupsi, serta memberikan rekomendasi dan langkah-langkah
konkrit untuk meningkatkan efektivitas pemberantasan korupsi di Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Memberikan gambaran yang jelas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
korupsi di Indonesia
2. Mengevaluasi efektivitas kebijakan dan strategi yang telah dilakukan oleh
pemerintah Indonesia dalam upaya pemberantasan korupsi
3. Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pemberantasan korupsi di
Indonesia
4. Memberikan rekomendasi dan langkah-langkah konkrit untuk meningkatkan
efektivitas pemberantasan korupsi di Indonesia

1.5 Metodologi Penulisan


1. Studi kepustakaan untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai faktor-faktor
penyebab tingginya tingkat korupsi di Indonesia, kebijakan dan strategi
pemberantasan korupsi yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, kendala-
kendala yang dihadapi, serta rekomendasi dan langkah-langkah konkrit untuk
meningkatkan efektivitas pemberantasan korupsi di Indonesia.
2. Analisis data yang dikumpulkan untuk mengidentifikasi pola dan tren yang ada
dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
3. Penyusunan rekomendasi dan langkah-langkah konkrit untuk meningkatkan
efektivitas pemberantasan korupsi di Indonesia, berdasarkan analisis data dan
informasi yang telah dikumpulkan.

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Korupsi
Korupsi merupakan suatu perbuatan melanggar hukum dan etika yang
melibatkan pengambilan keuntungan pribadi oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan memanfaatkan kekuasaan atau wewenang yang dimiliki. Korupsi
dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti suap, mark-up harga, penggelapan
uang, nepotisme, kolusi, dan penyalahgunaan kewenangan.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), korupsi didefinisikan sebagai
penyalahgunaan kekuasaan publik atau kepercayaan dalam posisi pribadi untuk
memperoleh keuntungan finansial atau keuntungan pribadi lainnya. Korupsi dapat
dilakukan oleh siapa saja, termasuk pejabat pemerintah, pengusaha, politisi, atau
bahkan masyarakat biasa.
Secara umum, korupsi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu korupsi aktif
dan korupsi pasif. Korupsi aktif terjadi ketika seseorang memberikan suap atau
memberikan hadiah untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan tindakan yang
merugikan pihak lain. Sedangkan korupsi pasif terjadi ketika seseorang menerima
suap atau hadiah untuk melakukan tindakan yang merugikan pihak lain.
Menurut Transparency International, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis
di Berlin yang mempelajari dan memantau korupsi di seluruh dunia, korupsi dapat
dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
1. Korupsi grand atau besar: terjadi pada level tertinggi pemerintahan dan
melibatkan jumlah uang yang sangat besar. Korupsi jenis ini biasanya
melibatkan pejabat pemerintah, pengusaha, dan politisi.
2. Korupsi menengah: terjadi pada level menengah pemerintahan dan
melibatkan jumlah uang yang sedang. Korupsi jenis ini biasanya
melibatkan pegawai negeri sipil dan pihak swasta.
3. Korupsi kecil atau sektoral: terjadi pada level terendah pemerintahan dan
melibatkan jumlah uang yang kecil. Korupsi jenis ini biasanya melibatkan
petugas pelayanan publik seperti polisi, pegawai di kantor pelayanan
publik, dan sebagainya.
Dalam rangka mengatasi korupsi, dibutuhkan upaya pencegahan dan
penanganan yang serius dan berkelanjutan. Salah satu cara untuk mengatasi
korupsi adalah dengan memberikan pendidikan dan kesadaran kepada masyarakat
tentang bahaya korupsi dan dampak negatifnya pada pembangunan nasional.
Selain itu, perlu juga ada penegakan hukum yang tegas dan adil serta peningkatan
kualitas dan integritas pelayanan publik dan birokrasi

2.2 Kebijakan Pemberantasan Korupsi di Indonesia


Kebijakan pemberantasan korupsi adalah tindakan dan upaya yang dilakukan
oleh pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan memberantas tindakan
korupsi. Kebijakan ini bertujuan untuk membangun sistem yang bersih, transparan,
dan akuntabel dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di Indonesia.
Kebijakan pemberantasan korupsi di Indonesia diatur dalam berbagai
peraturan perundang-undangan, seperti Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta berbagai kebijakan dan program
pemerintah dalam pemberantasan korupsi.
Beberapa bentuk kebijakan pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh
pemerintah di Indonesia antara lain:
1) Pembentukan lembaga antikorupsi, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) dan Ombudsman Republik Indonesia, yang memiliki tugas dan
wewenang untuk melakukan pengawasan, pencegahan, dan penindakan
tindak pidana korupsi.
2) Penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana korupsi, seperti
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pengadilan terhadap pelaku
tindak pidana korupsi.
3) Penerapan sistem pengawasan dan akuntabilitas, seperti sistem pengadaan
barang dan jasa yang transparan, sistem pelaporan keuangan yang jelas dan
terbuka, serta sistem pengawasan internal yang efektif di dalam instansi
pemerintah.
4) Pendidikan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya
mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi serta upaya-upaya yang
dapat dilakukan oleh masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
5) Kerja sama antarlembaga pemerintah dan masyarakat dalam mencegah dan
memberantas tindak pidana korupsi, seperti kerja sama antara KPK dan
kepolisian dalam melakukan penyidikan dan penindakan tindak pidana
korupsi, serta kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam
pengawasan terhadap pelayanan publik dan penggunaan anggaran
pemerintah.
Tujuan dari kebijakan pemberantasan korupsi adalah membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel, serta mendorong
pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. Dengan adanya kebijakan
pemberantasan korupsi yang efektif, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah dan menciptakan lingkungan usaha yang sehat
dan adil bagi pelaku usaha di Indonesia.

2.3 Dampak Korupsi pada Pembangunan Nasional


Korupsi merupakan masalah serius yang dapat menghambat kemajuan
pembangunan nasional. Dampak dari korupsi pada pembangunan nasional dapat
dirasakan pada berbagai sektor, seperti ekonomi, sosial, dan politik. Berikut adalah
beberapa dampak korupsi pada pembangunan nasional:
A. Dampak pada Sektor Ekonomi
Korupsi dapat merusak tata kelola ekonomi suatu negara dan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Korupsi dapat mengurangi investasi dan menciptakan
ketidakpastian bagi investor, karena pelaku korupsi seringkali meminta suap untuk
memberikan izin dan fasilitas untuk investasi. Hal ini dapat menghambat
pertumbuhan sektor industri dan perdagangan, serta mengurangi lapangan kerja
bagi masyarakat.
Korupsi juga dapat menyebabkan alokasi sumber daya yang tidak efisien dan
mengurangi kualitas barang dan jasa yang dihasilkan. Misalnya, dalam proyek
infrastruktur, korupsi dapat menyebabkan proyek tersebut tidak selesai atau
kualitasnya rendah, sehingga tidak dapat berkontribusi secara signifikan pada
pembangunan nasional.
B. Dampak pada Sektor Sosial
Korupsi juga memiliki dampak yang signifikan pada sektor sosial. Korupsi
dapat mengurangi kualitas pelayanan publik, seperti kesehatan, pendidikan, dan
keamanan. Korupsi dapat membuat biaya pelayanan publik menjadi lebih mahal,
sehingga masyarakat tidak dapat menikmati pelayanan yang layak. Hal ini dapat
memperburuk kondisi kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Selain itu, korupsi dapat memperparah masalah lingkungan hidup dan
merugikan masyarakat yang tinggal di sekitar proyek yang korupsi. Korupsi dapat
membuat perusahaan tidak memperhatikan dampak lingkungan yang disebabkan
oleh kegiatan produksi, sehingga merusak lingkungan hidup dan kesehatan
masyarakat.
C. Dampak pada Sektor Politik
Korupsi juga dapat mempengaruhi sektor politik suatu negara. Korupsi dapat
memperburuk kualitas demokrasi, karena pelaku korupsi seringkali menggunakan
kekuasaan dan uang untuk mempengaruhi proses politik. Hal ini dapat
menyebabkan korupsi menjadi sistemik dan memperkuat kekuatan oligarki yang
berkuasa.
Selain itu, korupsi dapat mempengaruhi stabilitas politik suatu negara.
Korupsi dapat memicu ketidakpuasan dan protes masyarakat terhadap pemerintah
yang tidak dapat memberikan pelayanan publik yang baik dan adil. Hal ini dapat
memicu kerusuhan dan konflik politik yang merugikan masyarakat.
Dalam hal ini, pemberantasan korupsi sangat penting untuk membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih dan mampu memberikan pelayanan publik yang
baik dan adil bagi masyarakat

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kebijakan Pemberantasan


Korupsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kebijakan pemberantasan
korupsi sangatlah kompleks dan beragam. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan kebijakan tersebut antara lain adalah:
a. Political will: Political will atau kemauan politik merupakan faktor penting
dalam pemberantasan korupsi. Kebijakan pemberantasan korupsi yang efektif
membutuhkan dukungan dan komitmen dari para pemimpin politik, baik di
tingkat pusat maupun daerah. Apabila kemauan politik tidak kuat, maka
implementasi kebijakan tersebut juga akan terganggu.
b. Kualitas institusi dan sistem hukum: Kualitas institusi dan sistem hukum
yang baik juga merupakan faktor penting dalam pemberantasan korupsi.
Institusi yang kuat dan sistem hukum yang dapat menjamin independensi dan
akuntabilitas lembaga penegak hukum akan mempermudah pelaksanaan tugas-
tugas pemberantasan korupsi.
c. Keterbukaan informasi: Keterbukaan informasi atau transparency menjadi
salah satu faktor penting dalam pemberantasan korupsi. Keterbukaan informasi
dapat mendorong terciptanya akuntabilitas dan pengawasan publik terhadap
kebijakan dan tindakan pemerintah. Oleh karena itu, peran media massa dan
masyarakat dalam memberikan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
pemberantasan korupsi sangatlah penting.
d. Sistem pengawasan yang efektif: Sistem pengawasan yang efektif menjadi
faktor penting dalam pemberantasan korupsi. Dalam hal ini, peran Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga independen yang bertugas
melakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi sangatlah penting. Selain
itu, sistem pengawasan internal di lembaga pemerintah juga harus diperkuat
agar tercipta akuntabilitas dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintah.
e. Partisipasi masyarakat: Partisipasi masyarakat menjadi faktor penting dalam
pemberantasan korupsi. Peran masyarakat dalam memberikan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijakan pemberantasan korupsi sangatlah penting.
Partisipasi masyarakat juga dapat membantu meningkatkan kesadaran dan
pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pemberantasan korupsi.
f. Kondisi ekonomi: Kondisi ekonomi yang buruk dan kemiskinan dapat
memperburuk tingkat korupsi di suatu negara. Oleh karena itu, pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi
faktor penting dalam pemberantasan korupsi.

BAB III
Analisis Kebijakan
Pemberantasan Korupsi di Indonesia

3.1 sejarah kebijakan pemberantasan korupsi di Indonesia


Sejarah kebijakan pemberantasan korupsi di Indonesia
dimulai pada tahun 1960-an dengan dikeluarkannya beberapa peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai tindak pidana korupsi,
seperti Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1952 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 1961 tentang Larangan Penerimaan Hadiah
atau Janji oleh Pegawai Negeri.
Pada tahun 1970-an, pemerintah Indonesia mulai mengambil
tindakan lebih serius dalam memerangi korupsi dengan membentuk
Lembaga Pemberantasan Korupsi (LPK) pada tahun 1971. Namun, LPK
tidak berjalan dengan baik karena kurangnya dukungan dari pemerintah dan
masyarakat.Pada tahun 1999, pemerintah Indonesia membentuk Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga independen yang bertugas
menangani kasus-kasus korupsi di Indonesia. KPK berhasil membuka
banyak kasus korupsi yang melibatkan pejabat pemerintah dan pengusaha,
serta berhasil mengadili banyak pelaku korupsi yang dihukum dengan
hukuman penjara dan denda yang signifikan.Namun, KPK juga mengalami
berbagai kendala dan tantangan dalam menjalankan tugasnya, seperti
upaya-upaya untuk melemahkan kewenangan dan independensi KPK yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan pemberantasan
korupsi yang efektif.
Secara keseluruhan, sejarah kebijakan pemberantasan korupsi di
Indonesia menunjukkan adanya peran yang signifikan dari lembaga-
lembaga pemerintah dan masyarakat dalam memerangi korupsi. Namun,
masih dibutuhkan upaya yang lebih besar untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang bebas dari korupsi dan mengembangkan budaya anti-
korupsi di masyarakat.

3.2 Evaluasi kebijakan pemberantasan korupsi di Indonesia


Evaluasi kebijakan pemberantasan korupsi di Indonesia menjadi sangat
penting dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dari kebijakan yang telah
dijalankan selama ini. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh mana kebijakan pemberantasan korupsi yang telah diimplementasikan
dapat menekan tingkat korupsi di Indonesia. Pada tahun 2002, pemerintah
Indonesia meluncurkan National Strategy for Corruption Prevention and
Eradication (Stranas PPK), yang merupakan sebuah strategi nasional untuk
mencegah dan memberantas korupsi di Indonesia. Namun, meskipun telah
diluncurkan, tingkat korupsi di Indonesia masih cukup tinggi dan menjadi
permasalahan yang kompleks.
Selain Stranas PPK, pemerintah Indonesia juga telah membentuk
lembaga-lembaga pemberantasan korupsi seperti Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), Ombudsman Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK). Namun, meskipun telah dibentuk, efektivitas dari lembaga-
lembaga tersebut dalam memberantas korupsi di Indonesia masih perlu
dievaluasi.Beberapa evaluasi telah dilakukan terhadap kebijakan
pemberantasan korupsi di Indonesia, salah satunya adalah evaluasi terhadap
kinerja KPK. Beberapa temuan dari evaluasi tersebut adalah masih rendahnya
tingkat pengungkapan tindak korupsi, belum optimalnya kerjasama antara
KPK dan lembaga penegak hukum lainnya, serta belum adanya
pengembangan strategi baru dalam memberantas korupsi.
Selain evaluasi terhadap lembaga pemberantasan korupsi, evaluasi juga
perlu dilakukan terhadap efektivitas dari kebijakan pemberantasan korupsi
yang telah diimplementasikan, seperti penggunaan e-procurement untuk
mencegah korupsi dalam pengadaan barang dan jasa. Evaluasi dapat
memberikan masukan untuk pengembangan strategi baru dalam memberantas
korupsi di Indonesia.
Secara keseluruhan, evaluasi kebijakan pemberantasan korupsi di
Indonesia perlu dilakukan secara rutin dan terus menerus untuk mengetahui
efektivitas dari kebijakan tersebut dalam menekan tingkat korupsi di
Indonesia.

3.3 Dampak Implementasi Kebijakan Pemberantasan Korupsi pada


Pembangunan Nasional.
Ada beberapa dampak yang dapat diidentifikasi sebagai akibat dari
efektivitas kebijakan pemberantasan korupsi yang diterapkan oleh pemerintah.
Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
 Meningkatnya Kualitas Pembangunan
Korupsi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
pembangunan di Indonesia. Dengan adanya kebijakan pemberantasan
korupsi yang efektif, maka akan terjadi peningkatan kualitas pembangunan
nasional. Dana yang semestinya digunakan untuk pembangunan dapat
digunakan dengan lebih efisien dan tepat sasaran, sehingga pembangunan
dapat berjalan lebih lancar dan berkualitas.
 Meningkatnya Kepercayaan Investor
Investor merupakan salah satu pihak yang sangat sensitif terhadap korupsi.
Adanya kebijakan pemberantasan korupsi yang efektif dapat
meningkatkan kepercayaan investor terhadap pemerintah Indonesia. Hal
ini akan berdampak pada masuknya investasi ke Indonesia, yang pada
gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
 Meningkatnya Kepercayaan Publik
Keberhasilan pemerintah dalam memberantas korupsi akan memberikan
dampak positif pada kepercayaan publik terhadap pemerintah. Dalam
jangka panjang, kebijakan pemberantasan korupsi yang efektif akan
membantu membangun tata kelola pemerintahan yang lebih baik,
akuntabel dan transparan.
 Menurunnya Angka Kemiskinan
Korupsi menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka kemiskinan
di Indonesia. Dengan adanya kebijakan pemberantasan korupsi yang
efektif, diharapkan dapat menekan angka kemiskinan di Indonesia. Dana-
dana yang seharusnya untuk mengentaskan kemiskinan dapat digunakan
dengan tepat sasaran, sehingga dapat mengurangi jumlah penduduk miskin
di Indonesia.
 Meningkatnya Peringkat Indonesia dalam Indeks Persepsi Korupsi
Indeks Persepsi Korupsi (CPI) adalah salah satu tolok ukur yang
digunakan oleh lembaga internasional untuk menilai tingkat korupsi di
suatu negara. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia terus mengalami
peningkatan peringkat dalam CPI. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan
pemberantasan korupsi yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia
semakin efektif dan berhasil.
 Menurunnya Tingkat Korupsi di Indonesia
Dampak paling fundamental dari efektivitas kebijakan pemberantasan
korupsi adalah menurunnya tingkat korupsi di Indonesia. Dalam beberapa
tahun terakhir, Indonesia berhasil menurunkan tingkat korupsi yang
signifikan, baik dalam ranah pemerintahan maupun sektor swasta. Hal ini
menunjukkan bahwa kebijakan pemberantasan korupsi yang diterapkan
oleh pemerintah semakin efektif dan berhasil.

3.4 faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kebijakan pemberantasan


korupsi di Indonesia
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kebijakan pemberantasan korupsi di
Indonesia. Beberapa faktor tersebut antara lain:
 Kesadaran dan partisipasi masyarakat: Kesadaran dan partisipasi masyarakat sangat
penting dalam memberantas korupsi. Masyarakat dapat membantu dalam
mendeteksi tindakan korupsi dan memberikan laporan kepada pihak berwenang.
Dengan adanya kesadaran dan partisipasi masyarakat yang tinggi, maka pihak
berwenang akan lebih mudah dalam melakukan tindakan pencegahan dan
pemberantasan korupsi.
 Kepemimpinan yang bersih dan transparan: Kepemimpinan yang bersih dan
transparan sangat penting dalam memberantas korupsi. Para pemimpin harus
menunjukkan integritas dan teladan yang baik dalam melakukan tugasnya sehingga
dapat menginspirasi bawahan dan masyarakat untuk melakukan tindakan yang
sama.
 Penegakan hukum yang tegas: Penegakan hukum yang tegas dan adil juga sangat
penting dalam memberantas korupsi. Para pelaku korupsi harus diadili sesuai
dengan hukum yang berlaku dan mendapatkan hukuman yang seadil-adilnya.
Dengan adanya penegakan hukum yang tegas dan adil, maka para pelaku korupsi
akan berpikir dua kali sebelum melakukan tindakan korupsi.

BAB IV
Pembahasan

4.1 Peran Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi


Dalam konteks Indonesia, peran masyarakat sangat penting dalam pemberantasan
korupsi karena korupsi telah menjadi masalah sistemik yang meluas di semua sektor dan
tingkat pemerintahan. Masyarakat sebagai pihak yang terdampak langsung oleh korupsi
memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah dan memberantas korupsi.
Beberapa peran masyarakat dalam pemberantasan korupsi antara lain:
 Mengawasi dan melakukan pengawasan terhadap kinerja pejabat publik dan
penggunaan anggaran publik.
 Melaporkan tindak korupsi yang terjadi pada institusi-institusi pemerintah dan
swasta ke lembaga yang berwenang, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) atau Ombudsman.
 Mendorong institusi-institusi publik untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran publik.
 Mengedukasi masyarakat tentang dampak negatif dari korupsi dan pentingnya
mencegah serta memberantas korupsi.
 Memperjuangkan hak-hak mereka yang terdampak oleh korupsi melalui aksi-aksi
protes dan demonstrasi.
Dalam konteks pemberantasan korupsi, peran masyarakat juga dapat
diintegrasikan dengan program-program pemerintah dan lembaga-lembaga yang
berwenang seperti KPK. Program-program tersebut mencakup penyuluhan dan
pelatihan tentang pemberantasan korupsi, pelaporan tindak korupsi, serta peningkatan
keterlibatan masyarakat dalam pengawasan dan partisipasi dalam upaya
pemberantasan korupsi.
Dalam prakteknya, terdapat beberapa kendala dalam melibatkan masyarakat
dalam pemberantasan korupsi, seperti minimnya kesadaran masyarakat tentang peran
mereka dalam pemberantasan korupsi, ketakutan terhadap balas dendam atau
ancaman dari pihak-pihak yang terlibat dalam korupsi, dan kurangnya akses informasi
dan sumber daya untuk melaporkan tindak korupsi.Meskipun demikian, dengan
kesadaran masyarakat yang semakin meningkat tentang pentingnya pemberantasan
korupsi dan dukungan yang terus menerus dari pemerintah dan lembaga-lembaga
yang berwenang, diharapkan peran masyarakat dalam pemberantasan korupsi dapat
semakin efektif dan berhasil dalam mengatasi korupsi di Indonesia.

4.2 Peran Pemerintah dalam Pemberantasan Korupsi.


Pemerintah memiliki peran penting dalam mengatasi permasalahan korupsi di
Indonesia. Beberapa peran yang dapat dilakukan oleh pemerintah antara lain:
 Merumuskan kebijakan dan regulasi yang mendukung pemberantasan korupsi:
Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk membuat kebijakan dan regulasi yang
dapat mendukung upaya pemberantasan korupsi. Contohnya adalah kebijakan
pengadaan barang dan jasa yang transparan dan adil, penggunaan sistem e-
procurement, dan kebijakan anti-korupsi di sektor publik.
 Meningkatkan efektivitas penegakan hukum: Pemerintah harus memastikan
bahwa penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi berjalan secara efektif
dan adil. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas
penyidikan, peradilan, dan eksekusi dalam kasus-kasus korupsi
 Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas: Pemerintah harus memastikan
bahwa lembaga-lembaga publik memiliki tingkat transparansi dan akuntabilitas
yang tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong lembaga-lembaga publik
untuk menyediakan informasi yang mudah diakses oleh masyarakat, serta dengan
memperkuat sistem pengawasan dan pengendalian internal.
 Mendorong partisipasi masyarakat: Pemerintah harus mendorong partisipasi
masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memberikan masukan dan
kritik terhadap program-program anti-korupsi, serta dengan memberikan
perlindungan dan insentif kepada whistleblower.
 Meningkatkan pendidikan dan kesadaran anti-korupsi: Pemerintah harus
meningkatkan pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya korupsi serta
dampaknya terhadap pembangunan. Hal ini dapat dilakukan melalui kampanye-
kampanye anti-korupsi, pendidikantentang nilai-nilai integritas dan anti-korupsi di
sekolah, serta melalui pelatihan bagi aparatur pemerintah dan pejabat publik.

4.3 Implementasi Kebijakan Pemberantasan Korupsi yang Efektif.


Bagian ini membahas tentang pentingnya implementasi kebijakan pemberantasan
korupsi yang efektif agar tujuan dari kebijakan tersebut dapat tercapai. Salah satu hal
penting yang harus dilakukan adalah memastikan adanya dukungan politik dan
anggaran yang memadai untuk kebijakan pemberantasan korupsi. Selain itu,
dibutuhkan pula koordinasi dan kolaborasi yang baik antara institusi-institusi terkait
dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.
4.4 Strategi Pencegahan Korupsi.
Bagian ini membahas tentang strategi pencegahan korupsi yang dapat dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat. Salah satu strategi yang penting adalah peningkatan
transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan publik. Selain itu, juga
perlu dilakukan penguatan lembaga pengawasan seperti Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dan Ombudsman agar dapat melakukan pengawasan secara efektif.
Pemerintah juga dapat melakukan pendidikan dan kampanye anti-korupsi untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya korupsi dan pentingnya
pemberantasan korupsi.

BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Dalam menghadapi masalah korupsi di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan
berbagai kebijakan dan program pemberantasan korupsi, baik melalui regulasi hukum,
lembaga anti-korupsi, maupun kampanye sosialisasi. Namun, masih banyak tantangan
yang dihadapi dalam implementasi kebijakan tersebut, seperti faktor politik,
kelemahan sistem hukum, dan tingginya tingkat korupsi struktural. Oleh karena itu,
diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk masyarakat, pemerintah, dan
lembaga anti-korupsi, untuk mengatasi masalah korupsi ini.
5.2 Saran
Dalam menghadapi masalah korupsi, pemerintah perlu meningkatkan efektivitas
implementasi kebijakan pemberantasan korupsi, seperti dengan meningkatkan kualitas
sistem hukum dan pengawasan, serta mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
pemberantasan korupsi. Selain itu, penting juga untuk terus memperkuat lembaga
anti-korupsi, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), agar dapat menjalankan
tugasnya dengan lebih efektif dan transparan.
Daftar Pustaka
Hadiwijoyo, Yohanes S., dkk. 2019. Pemberantasan Korupsi di Indonesia: Tantangan
dan Strategi. Jakarta: Kompas Gramedia.

Mardiasmo. 2018. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset.


Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang


Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak pidana korupsi

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai