Vera anggraeni Aisyfa ummaya Aiwan Adrian Amanda aliza Anissa suryani Azizah trirahmadani Bagus fiqih Calfyn afrison Antihistamin adalah obat yang menghambat sebagian fungsi histamin. “Anti” artinya melawan, jadi antihistamin adalah obat yang bekerja melawan atau memblokir histamin.. Antihistamin (antihistamine) adalah kelompok obat yang umumnya digunakan untuk mengobati gejala reaksi alergi, seperti biduran, mata merah, hidung gatal, dan bersin-bersin. Obat ini membantu mengobati gejala alergi yang disebabkan oleh tingginya kadar histamin, yakni zat kimia yang dibuat sistem kekebalan saat tubuh terpapar pemicu alergi atau alergen. Mekanisme kerja obat antihistamin dalam menghilangkan gejala-gejala alergi berlangsung melalui kompetisi dengan menghambat histamin berikatan dengan reseptor H atau H di 12 organ sasaran. Histamin yang kadarnya tinggi akan memunculkan lebih banyak reseptor H . Reseptor 1 yang baru tersebut akan diisi oleh antihistamin. Peristiwa molekular ini akan mencegah untuk sementara timbulnya reaksi alergi. H1-blokers (‘antihistaminika’) memblokir reseptor -H1 dengan menyaingi histamin pada reseptornya di otot licin dinding pembuluh dan dengan demikian menghindarkan timbulnya reaksi alergi. Khasiatlainnya menciutkan bronchi, saluran cerna, kandung kemih dan rahim,terhadap ujung saraf (gatal-gatal, flare reaction) serta terhadap efek histamin pada kapiler. Kebanyakan antihistaminka termasuk dalamkelompok ini
2. H2-blokers (penghambat asam). Obat-obat dari kelompok
inimenghambat secara selektif efek histamin terhadap reseptor- H2dilambung dengan jalan persaingan. Efeknya adalah berkurangnya hipersekresi asam klorida, juga mengurangi vasodilatasi dan turunya tekanan darah. Sejauh ini khusus digunakan pada terapi tukak lambung dan usus guna mengurangi sekresi HCl dan pepsin, juga sebagait ambahan pada terapi dengan prednison. Berdasarkan hambatan pada reseptor khas antihistamin digolongkanmenjadi 4 yaitu : 1.Antagonis reseptor Histamin H1 2. Antagonis reseptor Histamin H2 3. Antagonis reseptor Histamin H3 4. Antagonis reseptor Histamin H4 1. H1-blokers (‘antihistaminika) 2. H2-blokers (penghambat asam)
Obat-obat dari kelompok inimenghambat secara
selektif efek histamin terhadap reseptor- memblokir reseptor -H1 denganmenyaingi H2dilambung dengan jalan persaingan. Efeknya histamin pada reseptornya di otot licin dinding adalah berkurangnya hipersekresi asam klorida, pembuluhdan dengan demikian menghindarkan juga mengurangi vasodilatasi dan turunyatekanan timbulnya reaksi alergi. Khasiatlainnya darah. Sejauh ini khusus digunakan pada terapi menciutkan bronchi, saluran cerna, kandung kemih tukak lambungdan usus guna mengurangi sekresi dan rahim,terhadap ujung saraf (gatal- gatal, flare HCl dan pepsin, juga sebagaitambahan pada terapi reaction) serta terhadap efek histamin pada dengan prednison. kapiler. Kebanyakan antihistaminka termasuk Pengahambat asam yang banyak digunakan dalamkelompok ini. adalah AH-1 dalam dosis terapi efektif untuk menghilangkan bersin, rinore, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan pada seasonal hay fever, tetapi tidak dapat melawan efek hipersekresi asam lambung akibat histamin. AH efektif untuk mengatasi urtikaria akut, sedangkan pada urtikaria kronik hasilnya kurang baik. Mekanisme kerja antihistamin dalam menghilangkan gejala-gejala alergi berlangsung melalui kompetisi dalam berikatan dengan reseptor H-1 di organ sasaran. H-1 histamin yang kadarnya tinggi akan memunculkan lebih banyak reseptor H- 1. efek sampingnya. efek yang tidak diinginkan obat ini adalah menimbulkan rasa mengantuk sehingga mengganggu aktifitas dalam pekerjaan, harus berhati-hati waktu mengendarai kendaraan, mengemudikan pesawat terbang dan mengoperasikan mesin-mesin berat. Efek sedatif ini diakibatkan oleh karena antihistamin generasi pertama ini memiliki sifat lipofilik yang dapat menembus sawar darah otak sehingga dapat menempel pada reseptor H di sel-sel otak. antihistamin generasi kedua ini memberi harapan untuk pengobatan ulkus peptikum, gastritis atau duodenitis. Antihistamin generasi kedua mempunyai efektifitas antialergi seperti generasi pertama, memiliki sifat lipofilik yang lebih rendah sulit menembus sawar darah otak. Reseptor H-1 sel otak tetap diisi histamin. efek samping yang ditimbulkan agak kurang tanpa efek mengantuk. Obat ini ditoleransi sangat baik, dapat diberikan dengan dosis yang tinggi untuk meringankan gejala alergi sepanjang hari, terutama untuk penderita alergi yang tergantung pada musim. Obat ini juga dapat dipakai untuk pengobatan jangka panjang pada penyakit kronis seperti urtikaria dan asma bronkial. Peranan histamin pada asma masih belum sepenuhnya diketahui. Pada dosis yang dapat mencegah bronkokonstriksi karena histamin, antihistamin dapat meredakan gejala ringan asma kronik dan gejala-gejala akibat menghirup alergen pada penderita dengan hiperreaktif bronkus. Yang termasuk antihistamin generasi ketiga yaitu feksofenadin, norastemizole dan deskarboetoksi loratadin (DCL), ketiganya adalah merupakan metabolit antihistamin generasi kedua. Tujuan mengembangkan antihistamin generasi ketiga adalah untuk menyederhanakan farmakokinetik dan metabolismenya, serta menghindari efek samping yang berkaitan dengan obat sebelumnya Generasi Generasi k2 : Generasi ke 3 pertama : 1.klorfeniramine 1.Loratadine 1.feksofenadine 2. difenhidramine 2.astemizol 2. Norastemizole 3. prometazin 3. Cetrizine 3. DCL 4.hidroksisin dan lain-lain CONTOH KASUS DAN PENANGANANYA CONTOH KASUS DAN PENANGANANYA KESIMPULAN
Antihistamin adalah zat!zat yang dapat
mengurangi atau menghalangiefek histamin terhadap tubuh den gan jalan memblok reseptor *histamin(pengha mbatan saingan) LINK VIDIO