Efek pada umumnya merupakan fenomena alergi dan pada keadaan tertentu kadang-kadang
menyebabkan syok anafilaksis yang dapat berakibat fatal. Syok anafilaksis terjadi karena histamin
yang dilepaskan sedemikian banyak sehingga menyebabkan terjadinya vasodilatasi (pelebaran
pembuluh darah), sehingga terjadi penurunan tekanan darah yang drastis dan menyebabkan
pingsan (syok).
MEKANISME KERJA HISTAMIN
• Histamnin dapat menimbulkan efek bila beinteraksi dengan reseptor histaminrgik yakni
reseptor H1,H2,H3 dan H4.
- Interaksi histamin dengan reseptor H1 menyebabkan kontraksi otot polos usus dan
bronki,meningkatkan permeabilitas vascular dan meningkatkan sekresi muscus,menyebabkan
vasodilatasi arteri sehingga menyebabkan sembab,pruritik,dermatitis dan urtikaria.efek ini
diblok oleh antagonis H1.
- Interaksi histamin dengan reseptor H2 , Meningkatkan sekresi asam lambung
menyebabkan tukak lambung dan kecepatan kerja jantung. Efek ini diblok oleh antagonis H2.
- Interaksi histamin dengan reseptor H3, reseptor histamin yang baru ditemukan pada
tahun 1987 oleh Arrang dkk,yang terletak pada ujung saraf jaringan otak dan jaringan perifer
yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamin,mediator alergi lain dan peradangan. Efek ini
diblok oleh antagonis H3.
- Interaksi histamin dengan reseptor H4, paling banyak ditemukan pada sel basofil
dan sumsum tulang,ditemukan juga di kalenjar timus,usus halus,limfa dan usus besar.
Perannya hingga saat ini belum banyak diketahui.Reseptor ini tampaknya terlibat dalam
differensial sel hematopetic (myeloblast dan promyelocytes) dan memodulasi fungsi system
imun.
2 RESEPTOR HISTAMIN :
Selain bersifat sebagai antihistamin, obat ini juga memiliki berbagai khasiat lain yakni sebagai
antikolinergika, antiemetic dan daya menekan SSP (sedatif). Sedangkan beberapa diantaranya memiliki
efek sebagai anti serotonin dan lokal anestetik.
1. Turunan eter amino alkil
• Rumus : Ar(Ar-CH2) CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2
• Hubungan struktur dan aktifitas
a. Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin aromatic akan meningkatkan
aktivitas dan menurunkan efek samping.
b. Pemasukan gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatic juga dapat meningkatkan aktivitas
tetapi pemasukan pada posisi o- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan
meningkatkan aktifitas antikolinergik
c. Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup
bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa
pemblok kolinergik
• Contoh senyawa turunan eter amino alkil :
1. Difenhidramin HCl, merupakan antihistamin kuat yang mempunyai efek sedative dan
antikolonergik
2. Dimenhidrinat, adalah garam yang terbentuk dari difenhidramin dan 8- kloroteofilin.
3. Karbinoksamin maleat, mengandung satu atom C asimetrik yang mengikat 2 cincin aromatik.
4. Klemasetin fumarat, merupakan antagonis H1 kuat dengan masa kerja panjang.
5. Pipirinhidrinat digunakan terutama untuk pengobatan rhinitis, alergi konjungtivitis dan demam
karena alergi.
6. Klorodifenhidramin
7. Klorfenoksamin
8. Medrilamin
9. Metildifenhidramin
2. Turunan etilendiamin
Rumus umum ; Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup tinggi, meskipun penekan system saraf dan
iritasi lambung cukup besar.
Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilen diamin dijelaskan sebagai berikut :
a. Tripelnamain HCl, mempunyai efek antihistamin sebanding dengan difenhidramin dengan efek
samping lebih rendah.
b. Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding turunan etilendiamin lain.
c. Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai samping amiopropil dalam system
heterosiklik karbolin dan bersifat kaku.
d. Fenbenzamin
e. Pirilamin
f. Bamipin
3. Turunan alkil amin
Rumus umum ; Ar (Ar’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antihistamin dengan indeks terapetik cukup baik dengan efek samping dan
toksisitasnya sangat rendah.
Hubungan struktur antagonis H1 dengan turunan alkil amin dijelaskan sebagai berikut :
a) Feniramin maleat, merupakan turunan alkil amin yang memunyai efek antihistamin H1
terendah.
b) CTM, merupakan antihistamin H1 yang popular dan banyak digunakan dalam sediaan
kombinasi.
c) Dimetinden maleat, aktif dalam bentuk isomer levo.
d) Bromfeniramin
e) Deksklorfeniramin
4. Turunan piperazin
Turunan ini mempunyai efek antihistamin sedang dengan awal kerja lambat dan masa kerjanya
relatif panjang.
Hubungan struktur antagonis H1 turunan piperazin dijelaskan sebagai berikut :
a) Homoklorsiklizin, mempunyai spectrum kerja luas, merupakan antagonis yang kuat
terhadap histamin serta dapat memblok kerja bradkinin dan SRS-a
b) Hidroksizin, dapat menekan aktivitas tertentu subkortikal system saraf pusat.
c) Oksatomid, merupakan antialergi baru yang efektif terhadap berbagai reaksi alergi,
mekanismenya menekan pengeluaran mediator kimia dari sel mast, sehingga dapat
menghambat efeknya.
d) Siklizin
e) Buklizin
5. Turunan fenotiazin
Selain mempunyai efek antihistamin, golongan ini juga mempunyai aktivitas tranquilizer, serta
dapat mengadakan potensiasi dengan obat analgesik dan sedatif.
• Hubungan struktur antagonis H1 turunan fenontiazin dijelaskan sebagai berikut :
a. Prometazin, merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas cukupan dengan masa kerja
panjang.
b. Metdilazin
c. Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan digunakan untuk
memperbaiki gejala alergi
d. Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin
e. Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai perangsang nafsu makan.
• Antagonis reseptor histamin 2 Adalah senyawa yang secara bersaing menghambat interaksi
histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat asam lambung. Senyawa Antagonis H2
mempunyai struktur serupa dengan histamin yaitu mengandung cincin imidazol, tetapi yang
membedakan adalah panjang gugus rantai sampingnya. Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh
histamin, gastrin, dan asetilkolin.
• Antagonis H2 menghambat secara langsung kerja histamin pada sekresi asam lambung dan
menghambat kerja potensial histamin pada sekresi asam yang dirangsang oleh gastrin atau asetilkolin,
sehingga histamin mempunyai efikasi intrinsik dan efikasi potensial, sedang gastrin dan asetilkolin
hanya mempunyai efikasi potensial.
• Organoleptis
- Bentuk : Serbuk Hablur
- Warna : Putih
- Bau : Tak Berbau
- Rasa : Rasa Pahit, menebal
• Kelarutan
Mudah larut dallam air,dalam etanol (95%) dan dalam kloroform,sangat sukar larut dalam
eter dan agak sukar larut dalam aseton.
• Reaksi Identifikasi
Analisis Kualitatif Chlorpheniramin Maleat (Ctm)
• Organoleptis
- Bentuk : Serbuk hablur
- Warna : Putih
- Bau : tidak berbau
- Rasa : Pahit
• Kelarutan
Larut dalam 4 bagian air,dalam 10 bagian etanol (95%) dan dalam 10 bagian
kloroform,sukar larut dalam eter.
• Reaksi Identifikasi
ANTAZOLIN HCl Serbuk kristal putih, rasa pahit. Larut dalam 50 bagian air, 16
bagian etanol, sangat sukar larut dalm CHCl3 dan eter.
PROMETHAZIN HCl
DAFTAR PUSTAKA
• http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kimia-Farmasi-Kom
prehensif.pdf
• https://id.scribd.com/doc/291378222/analisis-kualitatif-antihistamin