Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 3

ANTIBIOTIK BETA LAKTAM

Disusun

Oleh

(G 701 14 144)
(G 701 15 125)
LINA RISMAWATI (G 701 15 013)
(G 701 15 043)
REZKY MULYANI (G 701 15 075)
LULU ANDRIANI (G 701 15 099)
(G 701 15 150)
MOH. RIVALDI SETIAWAN (G 701 15 180)
RATNA (G 701 15 200)
(G 701 15 224)
(G 701 15 240)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia Nya kepada tim penulis makalah sehingga dapat terselesaikan tugas
makalah yang berjudul Antibiotik Beta Laktam.

Penulis berharap agar makalah ini dapat digunakan semestinya dan dapat
membantu para mahasiswa yang sedang belajar dijurusan farmasi khususnya yang
menempuh mata kuliah FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 3.

Dalam penyusunan makalah ini pun juga banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Sehingga penyusun mohon
kesediaan dari pembaca makalah agar menyampaikan kritik dan sarannya kepada
penulis sehingga dalam penyusun makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik.

Tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terimah kasih kepada dosen


pembimbing mikrobiologi yang senangtiasa membimbing kami dalam penyelesaian
tugas penulisan makalah ini. Semoga makalah dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan
juga dapat memperkaya pengetahuan pembaca pada umumnya.

Terima Kasih
Palu, 23 September 2017

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................

I.I LATAR BELAKANG...................................................................

I.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................

I.3 TUJUAN...

BAB II : PEMBAHASAN..............................................................................

II.I PENGERTIAN................................................

II.2 MEKANISME KERJA.................................................................

II.3 MEKANISME RESISTENSI..

II.4 OBAT GOLONGAN BETA LAKTAM.....................................

BAB III : PENUTUP .......................................................................................

III.I KESIMPULAN ..........................................................................

III.2 SARAN......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG

I.2 RUMUSAN MASALAH

I.3 TUJUAN
BAB 2

PEMBAHASAN

II.1 PENGERTIAN

Antibiotik beta-laktam adalah golongan antibiotika yang memiliki


kesamaan komponen struktur berupa adanya cincin beta-laktam dan umumnya
digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Terdapat sekitar 56 macam
antibotik beta-laktam yang memiliki antivitas antimikrobial pada bagian
cincing beta-laktamnya dan apabila cincin tersebut dipotong oleh
mikroorganisme maka akan terjadi resistensi terhadap antibiotik tersebut.
Antibiotik beta laktam merupakan golongan antibiotika yang pertama kali
ditemukan. Golongan antibiotika ini secara umum tidak tahan terhadap
pemanasan, mudah rusak suasana asam dan basa serta dapat diinaktifkan oleh
enzim beta laktamase. Antibiotik beta laktam paling banyak diproduksi dan
paling sering digunakan. Antibiotik ini dibagi menjadi beberapa kelas
tergantung struktur dan fungsi, namun seluruh kelas memiliki struktur cincin
beta laktam.

Struktur Antibiotik Beta laktam.

II.2 MEKANISME KERJA

Antibiotik beta-laktamase bekerja membunuh bakteri dengan cara


menginhibisi sintesis dinding selnya. Pada proses pembentukan dinding sel,
terjadi reaksi transpeptidasi yang dikatalis oleh enzim transpeptidase dan
menghasilkan ikatan silang antara dua rantai peptidaglukan.
Enzim transpeptidase yang terletak pada membran sitoplasma bakteri tersebut
juga dapat mengikat antibiotik beta-laktam sehingga menyebabkan enzim ini
tidak mampu mengkatalisis reaksi transpeptidasi walaupun dinding sel tetap
terus dibentuk. Dinding sel yang terbentuk tidak memiliki ikatan silang
dan peptidoglikan yang terbentuk tidak sempurna sehingga lebih lemah dan
mudah terdegradasi. Pada kondisi normal, perbedaan tekanan osmotik di
dalam sel bakteri gram negatif dan di lingkungan akan membuat terjadinya
lisis sel. Selain itu, kompleks protein transpeptidase dan antibiotik beta-
laktam akan menstimulasi senyawa autolisin yang dapat mendigesti dinding
sel bakteri tersebut. Dengan demikian, bakteri yang kehilangan dinding sel
maupun mengalami lisis akan mati.

II.3 Mekanisme resistensi

Mekanisme degradasi antibiotik beta-laktam oleh enzim beta


laktamase. Beberapa bakteri diketahui memiliki resitensi terhadap antibiotik
beta-laktam, salah satu diantaranya adalah golongan Streptococcus
aureus resisten-metisilin (Methicillin resistantStaphylococcus aureus/MRSA).
Bakteri-bakteri yang resisten terhadap antibiotik beta-laktam memiliki 3
mekanisme resistensi, yaitu destruksi antibiotik dengan beta-laktamase,
menurunkan penetrasi antibiotik untuk berikatan dengan protein
transpepidase, dan menurunkan afinitas ikatan antara protein pengikat tersebut
dengan senyawa antibiotik. Beberapa bakteri seperti Haemophilus influenzae,
golonganStaphylococcus, dan sebagian besar bakteri enterik berbentuk batang
memiliki enzimbeta-laktamase yang dapat memecah cincin beta-laktam pada
antibiotik tersebut dan membuatnya menjadi tidak aktif. Secara detail,
mekanisme yang terjadi diawali dengan pemutusan ikatan C-N pada cincin
beta-laktam dan mengakibatkan antibiotik tidak dapat berikatan dengan
protein transpeptdase sehingga terjadi kehilangan kemampuan untuk
menginhibisi pembentukan dinding sel bakteri.

Beberapa studi menyatakan bahwa selain ditemukan secara alami


pada bakteri gram positif dan negatif, gen penyandi enzim beta-laktamase
juga ditemukan pada plasmida dan transposon sehingga dapat ditransfer
antarspesies bakteri. Hal ini menyebabkan kemampuan resistensi akan
antibiotik beta-laktam dapat menyebar dengan cepat. Difusi antibiotik beta
laktam ke dalam sel bakteri terjadi melalui perantaraan protein
transmembran yang disebut porine dan kemampuan difusinya dipengaruhi
oleh ukuran, muatan, dan sifat hidrofilik dari suatu antibiotik.

Mengatasi resistensi antibiotik beta-laktam

Asam klavulanat, inhibitor beta-laktamase. Untuk mengatasi degradasi


cincing beta-laktam, beberapa antibiotik beta-laktam dikombinasikan dengan
senyawa inhibitor enzim beta-laktamase seperti asam clavulanat,tazobactam,
atau sulbactam. Salah satu antibiotik beta-laktam yang resisten beta laktamase
adalah augmentin, kombinasi amoxycillin dan asam klavulanat. Augmentin
terbukti telah berhasil mengatasi infeksi bakteri pada saluran kemih dan kulit.
Asam klavulanat yng diproduksi dari hasil fermentasi Streptomyces
clavuligerus memiliki kemampuan untuk menghambat sisi aktif enzim beta-
laktamase sehingga menyebabkan enzim tersebut menjadi inaktif. Beberapa
jenis antibiotik beta-laktam (contohnya nafcillin) juga memiliki sifat resisten
terhadap beta-laktamase karena memiliki rantai samping dengan letak
tertentu.

II.4 OBAT GOLONGAN BETA LAKTAM.

1. PENISILIN
Penisilin seringkali kelasnya mengandung/akhiran silin. Penisilin
diperoleh dari jamur Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum.
Penisilin diklasifikasikan sebagai obat -laktam karena cincin laktam
mereka yang unik. Mereka memiliki ciri-ciri kimiawi, mekanisme kerja,
farmakologi, efek klinis, dan karakteristik imunologi yang mirip dengan
sefalosporin, monobactam, carbapenem, dan -laktamase inhibitor, yang
juga merupakan senyawa -laktam.
Penisilin dapat terbagi menjadi beberapa golongan :
- Penisilin natural (misalnya, penisilin G)
Golongan ini sangat poten terhadap organisme gram-positif, coccus gram
negatif, dan bakteri anaerob penghasil non--laktamase. Namun, mereka
memiliki potensi yang rendah terhadap batang gram negatif.
- Penisilin antistafilokokal (misalnya, nafcillin)
Penisilin jenis ini resisten terhadap stafilokokal -laktamase. golongan ini
aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus tetapi tidak aktif terhadap
enterokokus, bakteri anaerob, dan kokus gram negatif dan batang gram
negatif.
- Penisilin dengan spektrum yang diperluas (Ampisilin dan Penisilin
antipseudomonas)
Obat ini mempertahankan spektrum antibakterial penisilin dan
mengalami peningkatan aktivitas terhadap bakteri gram negatif (Katzung,
2007).
Mekanisme kerja Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yg
diperlukan utk sintesis dinding sel mikroba.
efek bakterisid pd mikroba yg sedang aktif membelah.
Mekanisme kerja antibiotik betalaktam sebagai berikut :
Obat bergabung dg penicillin- binding protein (PBPs) pada kuman.
hambatan sintesis dinding sel kuman krn proses transpeptidasi
aktivasi enzim proteolitik pd dinding sel.

2. Sefalosporin
Sefalosporin berasal dari fungus Cephalosporium acremonium,
Sefalosporin resisten thd penisilinase, tetapi dirusak oleh sefalosporinase.
Bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan
enzim autolisis pada dinding sel bakteri.
Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Seperti antibiotik
Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan
menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi
transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding
sel.Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun garam negatif,
tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi.
Berdasarkan khasiat antimikroba dan resistensinya terhadap
betalakmase, sefalosporin lazimnya digolongkan sebagai berikut :

a. Generasi ke I, yang termasuk dalam golongan ini adalah Sefalotin dan


sefazolin, sefradin, sefaleksin dan sefadroxil. Zat-zat ini terutama aktif
terhadap cocci Gram positif, tidak berdaya terhadap gonococci, H.
Influenza, Bacteroides dan Pseudomonas. Pada umumnya tidak tahan
terhadap laktamase.

b. Generasi ke II, terdiri dari sefaklor, sefamandol, sefmetazol, dan


sefuroksim lebih aktif terhadap kuman Gram-negatif, termasuk
H.influenza, Proteus, Klensiella, gonococci dan kuman-kuman yang
resisten untuk amoksisilin. Obat-obat ini agak kuat tahan-laktamase.
Khasiatnya terhadap kuman Gram-positif (Staph dan Strep) lebih kurang
sama

c. Generasi ke III, Sefoperazon,sefotaksim, seftizoksim, seftriaxon,


sefotiam, sefiksim, sefpodoksim, dan sefprozil. Aktivitasnya terhadap
kuman Gram-negatif lebih kuat dan lebih luas lagi dan meliputi
Pseudomonas dan Bacteroides, khususnya seftazidim. Resistensinya
terhadap laktamase juga lebih kuat, tetapi khasiatnya terhadap stafilokok
jauh lebih rendah.

d. Generasi ke IV, Sefepim dan sefpirom. Obat-obat baru ini (1993) sangat
resisten terhadap laktamase, sefepim juga aktif sekali terhadap
Pseudomonas.

3. Carbapenem
Hanya terdapat satu agen antibiotik dari golongan carbapenem yang
digunakan untuk perawatan klinis, yaitu imipenem yang memiliki
kemampuan antibakterial yang sangat baik untuk melawan bakteri gram
negatif-basil (termasuk P. aeruginosa, Staphylococcus, dan bacteroides.
Penggunaan imipenem harus dikombinasikan dengan inhibitor enzim
tertentu untuk melindunginya dari degragasi enzim dari liver di dalam
tubuh.
4. Monobactam

Golongan ini memiliki struktur cincin beta-laktam yang tidak


terikat ke cincin kedua dalam molekulnya. Salah satu antibiotik golongan
ini yang umum digunakan adalah aztreonam yang aktif melawan berbagai
bakteri gram negatif, termasuk P. aeruginosa.

Antibiotik beta laktam merupakan antibiotik yang bermanfaat dan


sering diresepkan oleh dokter, memiliki struktur umum dan mekanisme
kerja yang sama yaitu menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel
bakteri. Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam.
Cephalosporium acremonium merupakan sumber awal senyawa
sefalosporin, diisolasi pada tahun 1948 oleh B rotzu dari laut didekat
saluran pembuangan air dipesisir Sardinia. Filtrate kasar jamur ini
diketahui dapat menghambat pertumbuhan s. aureus secara in vitro dan
menyembuhkan infeksi stafilokokus dan demam tifoid pada manusia.
Cairan kultur tempat jamursardinia ini ditumbuhkan mengandug tiga
antibiotik berbeda yang dinamakan sefalosporin P,N, dan C. Dengan
diisolasinya inti akti sefalosporin C, yaitu asam 7-aminosefalosporanat,
dan dengan penambahan rantai samping. Memungkinkan dibuatnya
senyawa semisintetik dengan aktivitas antibakteri yang jauh lebih besar
dibandingkan senyawa induknya.
BAB 3

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

- Antibiotik beta-laktam adalah golongan antibiotika yang memiliki


kesamaan komponen struktur berupa adanya cincin beta-laktam dan
umumnya digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri.

- Antibiotik beta-laktam terbagi menjadi 4 golongan utama, yaitu penisilin,


sefalosporin, carbapenem, dan monobactam.

- Antibiotik beta-laktamase bekerja membunuh bakteri dengan cara


menginhibisi sintesis dinding selnya.

III.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai