SKRIPSI
Oleh :
FARADIVA AYU DAMAYANTI
NIM. 10115116
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
Oleh :
FARADIVA AYU DAMAYANTI
NIM. 10115116
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Bhayangkara Kediri”.
Skripsi ini disusun tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
1. Dra. Ec. Linawati, MBA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Wiyata
Kediri.
2. Prof. Dr. Muhamad Zainuddin, Apt selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan
3. Dewy Resty Basuki, M.Farm., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut
4. Krisna Kharisma Pertiwi, M.Sc., Apt selaku Kepala Program Studi S-1
Skripsi ini.
6. Erni Anika Sari, M. Farm. Klin., Apt selaku Dosen Pembimbing II yang
v
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
8. Kedua orang tua tercinta, Bapak Agus Pudjo Sukarsono dan Ibu Anis Dwi
Wuryanti, kakak, adik dan keluarga besar atas doa, dukungan moral, materil,
9. Yana Risky Nurwahid yang selalu memberikan bantuan tenaga, semangat, dan
perhatian secara langsung maupun tidak langsung dengan penuh kasih sayang.
10. Teman-teman seperjuangan program studi S-1 Farmasi angkatan 2015 yang
turut berpartisipasi.
Penulis sadar bahwa Skripsi ini jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan Skripsi ini sangat penulis harapkan. Akhir
kata, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik mahasiswa maupun
Penulis
vi
ABSTRAK
Sectio Caesarea atau bedah sesar adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Sectio
Caesarea merupakan tindakan operasi yang tergolong operasi bersih
terkontaminasi yang mempunyai resiko tinggi terjadinya infeksi. Pada Sectio
Caesarea sangat membutuhkan antibiotik profilaksis untuk pemberian pre operasi
dan antibiotik terapi untuk pemberian post operasi. Penggunaan antibiotik yang
tidak bijak merupakan faktor resiko berkembangnya resistensi. Evaluasi kuantitas
antibiotik merupakan salah satu upaya untuk menghindari penggunaan antibiotik
yang overuse dan underuse. Penelitian ini untuk mengetahui penggunaan
antibiotik secara kuantitatif yang merupakan penelitian deskriptif dengan desain
penelitian prospektif yang datanya akan di analisis menggunakan metode DDD
(Defined Daily Dose). Kuantitas penggunaan antibiotik pada terapi Sectio
Caesarea cukup tinggi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan jumlah sampel 30
pasien. Pasien yang mendapat antibiotik profilaksis 27 dan yang mendapat
antibiotik terapi 14 pasien. Jenis antibiotik yang paling banyak digunakan adalah
ceftriaxone 32,20 DDD/100 patient-days dan cefazoline 8,08 DDD/100 patient-
days, dan cefadroxil 1,89 DDD/100 patient-days. Antibiotik yang masuk dalam
segmen DU 90% adalah Ceftriaxone dan Cefazoline. Sedangkan, yang masuk
dalam segmen DU 10 % adalah Cefadroxil. Hasil evaluasi penggunaan antibiotik
pada pasien Sectio Caesarea adalah rasional.
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
2. Infeksi Luka Operasi pada Sectio Caesarea ............................................ 40
F. Tinjauan Tentang Evaluasi Penggunaan Antibiotik ...................................... 43
1. Klasifikasi ATC ...................................................................................... 43
2. Perhitungan DDD .................................................................................... 45
3. Perhitungan DU 90% .............................................................................. 48
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II. 1 Antibiotik Golongan Penisilin ................................................... 20
Tabel II. 2 Antibiotik Golongan Sefalosporin ............................................ 21
Tabel II. 3 Klasifikasi Kelas Operasi ......................................................... 30
Tabel II. 4 Tingkat Rekomendasi Pemberian Antibiotik Profilaksis ......... 32
Tabel II. 5 Regimen Dosis Antibiotik Profilaksis yang Umum Digunakan 33
Tabel IV. 1 Tabel Kerja ............................................................................. 60
Tabel V. 1 Distribusi Pasien Berdasarkan umur ........................................ 62
Tabel V. 2 Distribusi Paien Berdasarkan Usia Kehamilan ........................ 62
Tabel V. 3 Distribusi Pasien Berdasarkan Indikasi SC .............................. 64
Tabel V. 4 Distribusi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Pasien
Bedah Sesar ................................................................................ 66
Tabel V. 5 Distribusi Penggunaan Antibiotik Terapi pada Pasien Bedah
Sesar .......................................................................................... 66
Tabel V. 6 Perhitungan Nilai DDD Penggunaan Antibiotik di Rumah
Sakit Bhayangkara Kediri ......................................................... 67
Tabel V. 7 Profil DU 90 % Penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit
Bhayangkara Kediri .................................................................. 68
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar III. 1 Kerangka Konsep ............................................................. 49
Gambar IV. 1 Skema Rancangan Pengumpulan Data ............................ 56
Gambar IV. 2 Prosedur Kerangka Kerja ................................................. 59
Gambar V. 1 Distribusi Pasien Berdasarkan Indikasi SC ..................... 63
Gambar V. 2 Distribusi Pasien Berdasarkan Lama Rawat Inap ........... 64
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
= Centang
Daftar Singkatan :
DDD = Defined Daily Dose
DU 90% = Drug Utilization 90%
Permenkes = Peraturan Menteri Kesehatan
WHO = World Health Organization
ASHP = American Society of Health – System Pharmacists
SC = Sectio Caesarea
SIGN = Scottish Intercollegiate Guidelines Network
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di
atas 500 gram (Sarwono, 2009). Bedah sesar terbagi menjadi dua, yaitu
bedah sesar yang dilakukan secara terencana (elektif) maupun bedah sesar
yang dilakukan secara cito (non elektif) (Rasjidi, 2009). Meskipun pada
pada saat ini persalinan melalui operasi kerap menjadi alternatif pilihan
1
2
persalinan operasi sesar di sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000
di Indonesia dari tahun 1991 – 2007 yaitu 1,3 – 6,8 %. Persalinan sesar di
9,8% dari total 49,603 kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai dengan
(25,1%).
Operasi sesar memiliki resiko infeksi lebih besar 5-20 % kali lipat
terjadi, yaitu demam, endometritis, infeksi luka, dan infeksi saluran kemih
(Rasjidi, 2009). Resiko infeksi dari tindakan bedah sesar tersebut dapat
menurunkan resiko luka infeksi sebesar 30 – 65% (Prasetya, 2013). Hal ini
juga akan menurunkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi.
semua wanita yang menjalani sectio caesarea baik elektif maupun darurat
paling lama 24 jam pasca operasi pada kasus yang secara klinis tidak
(Permenkes, 2015).
diberikan pada pasien pasca sectio caesarea. Hal ini dikarenakan pasien
sesar rentan terhadap bakteri yang timbul dari luar maupun dalam.
infeksi atau diduga infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebab
dan pola kepekaannya. Pada pasien bedah sesar infeksi sudah jelas terjadi
dan sedikitnya 40% berdasar indikasi dan penggunaan yang kurang tepat.
Daily Dose). Dimana, DDD merupakan salah satu metode yang telah
ditetapkan oleh WHO sebagai standar untuk pengukuran jenis dan jumlah
metode DDD adalah unit tetap yang tidak dipengaruhi perubahan harga,
mata uang dan bentuk sediaan. Selain itu, mudah diperbandingkan skala
ditunjukkan dengan sangat rendahnya nilai DDD per 100 pasien – hari dari
masing – masing antibiotik yang tepat, yaitu sefotaksim dan baktesin, dan
sebaliknya DDD per 100 pasien – hari dari antibiotika yang tidak tepat
B. Rumusan Masalah
ruang operasi ditinjau dari DDD (Defined Daily Dose) periode Mei –
C. Tujuan Penelitian
sesardi ditinjau dari DDD (Defined Daily Dose) periode Mei – Juni
D. Manfaat Penelitian
bedah sesar.
7
bedah sesar.
TINJAUAN PUSTAKA
Law (Lex Regia) dan janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal
depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
Dewasa ini seksio sesarea jauh lebih aman dari pada dulu
teknik operasi yang lebih sempurna. Karena itu saat ini terdapat
8
9
cukup kuat. Namun perlu diingat, bahwa seorang wanita yang telah
mengalami operasi pasti akan menimbulkan cacat dan luka parut pada
1998).
(Mochtar, 1998).
Keuntungan :
mengurangi pendarahan
Kerugian :
besar.
Keuntungan :
2010).
12
Indikasi :
Kerugian :
lebih tinggi
13
e. Histerektomi Caesarea
Indikasi :
Komplikasi :
pembentukkan fistula
2010).
terhadap ibu atau janin, dengan pertimbangan hal – hal yang perlu
tindakan bedah sesar, yaitu proses persalinan normal yang lama atau
1. Indikasi Mutlak
a. Indikasi Ibu
adekuatnya stimulasi
5) Plasenta pervia
6) Disporposi sefalopelvik
b. Indikasi Janin
1) Kelainan letak
2) Gawat janin
3) Prolapus Plasenta
(Rasjidi, 2009).
2. Indikasi Relatif
b. Presentasi bokong
c. Distosia
d. Fetal distress
3. Indikasi sosial
sebelumnya
yang tidak begitu jelas, maka resiko keuntungan dari masing – masing
permintaan seksio sesarea apabila tidak ada indikasi yang jelas untuk
2009).
17
antara lain :
memakai kontrasepsi
baik
kehamilan berikutnya.
(Mochtar, 1998).
6. Komplikasi
terlalu lama.
2) Antonia uteri
(Mochtar, 1998).
B. Tinjauan Antibiotik
1. Definisi Antibiotik
2. Penggolongan Antibiotik
a) Penisilin
(Permenkes, 2011).
b) Sefalosporin
2011)
(Permenkes, 2011)
c) Monobaktam (beta-laktammonosiklik)
Contoh: aztreonam.
(Permenkes, 2011).
23
d) Karbapenem
terhadap beta-laktamase.
dan kejang pada dosis tinggi yang diberi pada pasien dengan
e) Inhibitor beta-laktamase
2011).
1) Aminoglikosid
(Permenkes, 2011).
25
2) Tetrasiklin
2011).
3) Kloramfenikol
(Permenkes, 2011).
roksitromisin)
5) Klindamisin
2011).
6) Mupirosin
(Permenkes, 2011).
7) Spektinomisin
bila obat lini pertama tidak dapat digunakan. Obat ini tidak
27
(Permenkes, 2011).
Nukleat
1) Kuinolon
a) Asam nalidiksat
Enterobacteriaceae.
b) Fluorokuinolon
2) Nitrofuran
2011).
3. Penggunaan Antibiotik
a. Antibiotik Profilaksis
(Permenkes, 2015):
3) Toksisitas rendah.
anastesi.
5) Bersifat bakterisidal
2011).
dari 3 jam (SIGN, 2014., Bratzler et. al, 2013., Permenkes, 2015).
32
Keterangan :
𝑎
: Dosis dewasa diperoleh dari hasil penelitian , ketika dosis yang digunakan
yangdigunakan.
c
: Untuk antibiotik yang memiliki waktu paruh pendek, (contoh: Cefazolin,
antibiotik yang digunakan oleh pasien dengan fungsi ginjal normal. Untuk
d
: Meskipun FDA menyetujui besar dosis adalah 1g, namun para ahli
e
: Ketika digunakan dosis tunggal dalam kombinasi dengan metronidazol
f
: Ketika fluoroquinolon sudah dihubungkan dengan peningkatan resiko
badan pasien. Jika pasien memiliki BB lebih dari 20% dari berat badan
yang ideal (IBW), maka berat dosis (DW) dapat ditentukan dengan cara
b. Antibiotik Terapi
1) Antibiotik Empiris
antibiotik pada kasus infeksi atau diduga infeksi yang belum diketahui
Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik untuk terapi empiris adalah :
3) Ketersediaan antibiotik.
yang terinfeksi.
2) Antibiotik definitif
antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri penyebab
2015). Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik untuk terapi definitif:
2) Sensitivitas.
3) Biaya.
yang terkini.
(Permenkes, 2015).
Menurut ASHP (2013) flora normal dari vagina sendiri terdiri dari
biasanya diperoleh dari endometrial dan pada saat bedah (ASHP, 2013).
analisis yang lebih besar dari 81 percobaan secara acak dengan sampel
(ASHP, 2013).
spektrum sempit, dan biaya rendah. Rekomendasi ini didukung oleh meta-
sebagai berikut:
2. Level II (bukti dari penelitian kecil, dilakukan dengan baik, diacak, uji
klinis terkontrol)
3. Level III (bukti dari penelitian kohort yang dilakukan dengan baik),
rekomendasi), atau
untuk semua wanita yang menjalani sesar adalah dosis tunggal cefazolin,
diberikan sebelum sayatan bedah (Tabel II. 5). (Kekuatan bukti untuk
setelah menjalani pembedahan. Oleh karena itu, pasien bedah sesar juga
pasca bedah sesar dapat diberikan antibiotik intra vena dengan spektrum
tiap 6 jam dapat ditambahkan bila dicurigai infeksi enterokokus atau tidak
ada perbaikan klinis selama 48 jam. Bila terapi berhasil, maka tidak perlu
Infeksi luka operasi (ILO) adalah infeksi dari sayatan atau organ
ILO semakin penting, hal ini dikarenakan jumlah prosedur bedah yang
2. Infeksi Luka
apakah fasia masih intak atau telah terjadi dehisensi luka (Rasjidi,
2009).
3. Endometritis
berupa nyeri dan nyeri tekan perut. Demam terjadi pada 24 – 72 jam
menggigil, sakit kepala, malas, dan sulit makan sering terjadi (Rasjidi,
2009).
42
dinding pelvis disertai dengan nyeri yang hebat dan demam yang
(Rasjidi, 2009).
4. Peritonitis
luka pasca seksio atau ruptur abses. Manifetasi klinis yang muncul
dari nekrosis pada luka bekas operasi atau lesi pada usus, diperlukan
5. Trombofeblitis
(Permenkes, 2015) :
rumah sakit
dan melalui studi validasi. Studi validasi adalah studi yang dilakukan
a. ATC
sesuai dengan organ atau sistem dimana obat tersebut bekerja dan
C Cardiovascular system
D Dermatologicals
insulines
M Musculo-skeletal system
N Nervous system
R Respiratory system
S Sensory organs
V Various
Contoh :
(WHO, 2018)
pada kondisi pasien tersebut (berat badan, dan lain – lain ). Untuk
dosis obat secara global tanpa dipengaruhi oleh variasi genetik dari
Perhitungan numerator :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝐷𝐷
𝑗𝑚𝑙 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑥 𝑗𝑚𝑙 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑥 𝑗𝑚𝑙 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 𝑥 100
=
𝐷𝐷𝐷 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑏𝑖𝑜𝑡𝑖𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚
Perhitungan denominator :
pasien :
47
100 patient-days atau DDD per 100 bed-days adalah yang paling
c. DU (Drug Utilization)90%
2018).
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Operasi
Penggunaan Antibiotik
Rasionalitas Antibiotik
Overuse Underuse
Terapi
Keterangan : = Yang diteliti = Yang tidak diteliti
49
50
antibiotik yang diberikan sebelum (pre operasi), selama, dan paling lama
melakukan operasi (post operasi) dan sudah jelas terjadi infeksi meskipun
DDD (Define Daily Dose). Dengan metode ini dapat diketahui jumlah
antibiotik yang dapat dilihat dari overuse atau underuse pada suatu
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
faktor risiko, kemudian diikuti akibatnya pada waktu yang akan datang
(Notoatmodjo, 2012).
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
52
53
2. Sampel
Kriteria inklusi :
data yang lengkap meliputi umur pasien, status kehamilan, tanda vital,
Kriteria eksklusi :
yang tidak dapat diambil sebagai sampel karena tidak memenuhi syarat
3. Teknik Sampling
yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat – sifat
C. Variabel Penelitian
sesar.
Dose).
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2012).
55
2. Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,
dan paling lama 24 jam pasca operasi pada kasus yang secara klinis
atau diduga infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebab dan
pola kepekaannya.
rendah (underuse) yang dilihat dari nilai DDD dan klasifikasi segmen
setempat.
E. Instrumen Penelitian
Pengambilan Data
Pengolahan Data
jenisnya.
4. Cleaning data
5. Analisis Data
digunakan
58
segmen 90%.
59
H. Kerangka Kerja
Populasi
Pasien bedah sesar di RS Bhayangkara Kediri
Teknik Sampling
Dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
Desain Penelitian
Desain penelitian berupa observasional descriptive dengan pendekatan
prospektif
Kriteria Sampel
Pengumpulan Data
Dengan cara mengambil data melalui data rekam medis pasien
Pengelolaan Data
Dengan cara editing, coding, tabulating, clear data
Analisa Data
Penyajian Hasil
Penyajian dalam bentuk diagram, tabel, grafik
Kesimpulan
Gambar IV. 2 Prosedur KerangkaKerja
60
I. Tabel Kerja
Alur Kerja Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Pembuatan Proposal
Studi Pendahuluan
Pengumpulan data
Penyajian Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
BAB V
HASIL PENELITIAN
antibiotik pada pasien bedah sesar (Sectio Caesarea) pada periode Mei – Juni
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi penggunaan antibiotik profilaksis dan pada
secara prospektif dengan jumlah populasi 34 pasien dan total sampel yang
A. Karakteristik Pasien
instalasi rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Kediri periode Mei – Juni
61
62
Umur
No Jumlah Pasien Presentase (%)
(Tahun)
1 < 20 0 0
2 20 – 35 25 83,3
3 > 35 5 16,7
– Juni 2019 diperoleh pasien dengan umur < 20 tahun sebanyak 0 (0%),
umur 20 – 35 tahun sebanyak 25 (83,3 %), dan pasien umur > 35 tahun
instalasi rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Kediri periode Mei – Juni
periode Mei – Juni 2019 diperoleh data pasien dengan usia kehamilan <
Sectio Caesarea pasien bedah sesar di instalasi rawat inap Rumah Sakit
Bhayangkara Kediri periode Mei – Juni 2019 dapat dilihat pada gambar
V. 1.
3% Letak Sungsang
3% 7% 3%
Oligohidramnion
3% Post Date
27% Bekas SC
Kegagalan fase 1 laten
13% Letak Lintang
Ketuban Pecah Dini (KPD)
Pre Eklampsia
7%
14% Inpartus
Jumlah
No Indikasi SC Presentase (%)
Pasien
1 Letak Sungsang 1 3,3
2 Oligohidramnion 8 26,7
3 Post Date 2 6,7
5 Bekas SC 4 13,3
6 Kegagalan fase 1 laten 1 3,3
7 Letak Lintang 1 3,3
8 Ketuban Pecah Dini (KPD) 4 13,3
9 Pre Eklampsia 4 13,3
10 Inpartus 1 3,3
11 Gerakan janin menurun 1 3,3
12 Fetal distress 1 3,3
13 Tanpa ada indikasi 2 6,7
rawat inap pasien bedah sesar di instalasi rawat inap Rumah Sakit
Bhayangkara Kediri periode Mei – Juni 2019 dapat dilihat pada gambar
V. 4.
16 15
14
Jumlah Pasien
12 10
10
8
6
4 3
2
2
0
3 4 5 >5
Lama Rawat Inap (Hari)
Juni 2019 diperoleh data pasien dengan lama rawat inap 3 hari sebanyak
3 (10 %) pasien, lama rawat inap 4 hari sebanyak 15 (50 %) pasien, lama
rawat inap 5 hari sebanyak 10 (33, 3 %) pasien, dan lama rawat inap > 5
penggunaan antibiotik pada pasien bedah sesar dengan satuan DDD / 100
patient – days. LOS (length of stay) merupakan lama hari rawat inap
pasien terhitung sejak pasien masuk rumah sakit sampai dengan hari
Juni 2019 didapatkan total LOS dari 30 pasien sebanyak 132 hari dengan
Bhayangkara Kediri pada periode Mei – Juni 2019 terdiri dari 2 macam,
Bedah Sesar
Jumlah
No Antibiotik Presentase (%)
Pasien
1 Cefazoline 16 53,3
2 Cetriaxone 11 36,7
3 Tanpa Antibiotik 3 10
Sesar
Jumlah Presentase
No Terapi Antibiotik Jenis Antibiotik
Pasien (%)
Ceftriaxone 11 36,7
1 Antibiotik tunggal
Cefadroxil 1 3,3
Cetriaxone +
2 Antibiotik Kombinasi 2 6,7
Cefadroxil
3 Tanpa Antibiotik - 16 53,3
periode Mei – Juni 2019 terdapat 2 macam antibiotik, yaitu cefazolin dan
Total
Total DDD Total
Kode Total DDD/ 100
No Antibiotik Dosis WHO LOS
Antibiotik DDD patient-
(g) (g) (hari)
days
1 J01DD04 Ceftriaxone 85 2 42, 50 32,20
2 J01DB04 Cefazoline 32 3 10, 00 132 8, 08
3 J01DB05 Cefadroxil 5 2 2,50 1, 89
jenis – jenis obat yang masuk segmen DU 90 % yang dapat dilihat pada
tabel V. 6.
Bhayangkara Kediri
Total
DDD DDD/
Kode Penggunaan Segmen
No Antibiotik WHO 100
ATC (%) DU
(g) patient-
days
1 J01DD04 Ceftriaxone 2 32,20 76,3
90 %
2 J01DB04 Cefazoline 3 8, 08 19,2
3 J01DB05 Cefadroxil 2 1, 89 4,5 10 %
Jumlah 42,17 100
Pada tabel V. 6 dapat dilihat bahwa hasil nilai DDD/ 100 patient-
jenis antibiotik pada pasien bedah sesar yang paling banyak digunakan.
PEMBAHASAN
Sectio Caesarea atau bedah sesar adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2009).
Defined Daily Dose (DDD) di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri pada periode
Mei – Juni 2019 di ruang rawat inap pasien bedah sesar dengan jumlah populasi
sebanyak 34 pasien, dan yang masuk kriteria inklusi sebanyak 30 pasien dan 4
pasien dieksklusi, dikarenakan data tidak lengkap. Data sekunder yang digunakan
berupa rekam medik, dan metode pengambilan data secara prospektif. Evaluasi
meliputi umur pasien, usia kehamilan, indikasi Sectio Caesarea, dan lama rawat
inap. Bila dilihat dari umur pasien yang melakukan Sectio Caesarea di Rumah
Sakit Bhayangkara Kediri, umur yang paling banyak melakukan Sectio Caesarea
pada usia 20 – 35 tahun yaitu 25 (83,3 %) pasien, kemudian untuk usia > 35 tahun
5 (16,7 %) pasien, dan untuk pasien dengan umur < 20 tahun 0 (0 %).
69
70
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa pada umur 20 – 35 tahun banyak
Menurut penelitian Rohan dan Siyoto (2013) pada umur 20 -35 tahun
bukan merupakan umur yang mempunyai resiko tinggi untuk dilakukannya bedah
sesar. Hal ini dikarenakan pada umur tersebut rahim dan bagian tubuh lainnya
sudah siap untuk menerima kelahiran dan diharapkan dapat lebih memperhatikan
kehamilannya. Sedangkan, pada umur < 20 tahun memiliki resiko 4 kali lipat
mengalami luka serius dan meninggal saat melahirkan. Selain itu, organ – organ
dan persalinan akan lebih mudah mengalami komplikasi persalinan dan kekuatan
otot perineum dan otot perut belum bekerja secara optimal sehingga sering terjadi
pesalinan lama atau macet yang memerlukan tindakan, salah satunya Sectio
Caesarea (Kusumawati, 2006). Dan untuk umur >35 tahun tingkat kesuburan dari
ibu semakin menurun sehingga hanya memiliki kesempatan untuk hamil sebanyak
5 % dibandingkan kehamilan pada wanita dengan umur < 35 tahun yaitu sebesar
20 % (Rohan dan Siyoto, 2013). Selain itu, 4 kali lebih beresiko untuk terjadi
2006).
bedah sesar dapat diketahui bahwa pada rentang umur tersebut sering terjadi
ketuban pecah dini (KPD) 4 (13,3%) pasien. Dimana, hal tersebut tidak
memutuskan untuk melakukan bedah sesar. Dari hasil peneltian tersebut dapat
diketahui bahwa meskipun umur pasien sudah sesuai, tidak menjadi jaminan
minggu 9 (33, 3 %) pasien, dan untuk usia kehamilan > 40 minggu 7 (26 %)
pasien.
kehamilan ini merupakan usia kehamilan yang normal. Pada usia < 38 minggu
bayi prematur yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor ibu, faktor janin
dan plasenta atau faktor lain seperti faktor sosial ekonomi. Sedangkan, pada usia >
kematian pada janin. Dimana, kehamilan postterm mempunyai resiko yang lebih
tinggi dibandingkan kehamilan aterm. Selain itu, pada saat persalinan juga akan
%) pasien. Selain itu, ketuban pecah dini (KPD) juga menjadi indikasi paling
72
sebanyak 4 (13,3%) pasien. Oligohidramnion adalah air ketuban kurang dari 500
cc, dimana keadaan ini kurang baik untuk pertumbuhan janin karena pertumbuhan
2004). Oligohidramnion terjadi karena 2 sebab, yaitu secara primer dan sekunder.
Secara primer karena pertumbuhan amnion yang kurang baik dan secara sekunder
dikarenakan ketuban pecah dini (Marmi, dkk, 2011). Sedangkan, ketuban pecah
dapat menentukan lama rawat inap pasien Sectio Caesarea di rumah sakit.
Berdasarkan lama rawat inap pasien Sectio Caesarea paling banyak adalah
4 hari yaitu sebanyak 15 (50 %) pasien, kemudian untuk lama rawat inap 5 hari 10
(33, 3 %) pasien, lama rawat inap 3 hari sebanyak 3 (10%) pasien, dan > 5 hari
sebanyak 2 (6,7 %) pasien. Menurut penelitian Baston dan Hall (2010) bahwa
lama rawat inap pada pasien bedah sesar adalah 2 – 4 hari, tanpa memperhatikan
apakah pembedahan yang dilakukan bersifat elektif atau tidak. Selain itu, lama
rawat inap ditentukan berdasarkan kondisi klinis pasien sendiri apakah sudah
rumah sakit adalah 3 – 4 hari, lebih lama dibandingkan dengan paska kelahiran
pervaginam (1 – 2 hari). Namun, jika pasien telah dianggap pulih tanpa demam
dan tidak memiliki komplikasi apapun, dapat dipulangkan lebih dini dari rumah
73
sakit dan diikuti perkembangannya selama dirumah. Dari penelitian ini dapat
diketahui bahwa lama rawat inap pasien Sectio Caesarea paling banyak adalah 4
Bhayangkara Kediri periode Mei – Juni 2019 diperoleh total hari rawat inap
(Length Of Stay) dari 30 pasien adalah 132 hari. Dalam metode DDD, total LOS
digunakan sebagai pembagi dengan nilai standar DDD dari WHO. Berdasarkan
rumus metode DDD, nilai LOS berbanding terbalik dengan hasil nilai DDD yang
akan didapat. Nilai DDD yang didapat akan semakin kecil apabila nilai total LOS
semakin besar. Akan tetapi besarnya nilai LOS tidak selalu berarti nilai DDD
akan lebih kecil dan sesuai dengan nilai standar (Hadi et al, 2008). Sesuai dengan
pernyataan tersebut, hasil LOS dan nilai DDD pada penelitian ini sebesar 132 hari
dan total nilai DDD sebesar 55,00. Pada dasarnya, DDD adalah metode untuk
bedah sesar periode Mei – Juni 2019 adalah ceftriaxone. Perhitungan DDD untuk
74
pengobatan infeksi yang disebabkan oleh berbagai bakteri Gram positif dan Gram
antibiotik terapi pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan dengan kelas
kurang efektif apabila diberikan sebagai antibiotik profilaksis pada pasien bedah
sesar. Hal ini dikarenakan pada pasien bedah sesar, infeksi disebabkan oleh
generasi pertama yang efektif terhadap Gram positif dan memiliki aktivitas
sedang terhadap Gram negatif (Permenkes, 2011). Antibiotik ini efektif digunakan
sebagai profilaksis, khususnya pada pasien bedah sesar. Menurut ASHP (2013)
75
bakteri penyebab infeksi pada bedah sesar adalah bakteri dari spesies
dosis yang direkomendasikan untuk pasien bedah sesar adalah dosis tunggal
dan hal ini sudah sesuai dengan standar yang ditentukan oleh ASHP dan pedoman
yang tepat sebagai terapi bedah sesar, khususnya sebagai profilaksis menunjukkan
Bhayangkara Kediri.
generasi pertama yang efektif terhadap Gram positif dan memiliki aktivitas
sedang terhadap Gram negatif (Permenkes, 2011). Pada penelitian ini, cefadroxil
digunakan sebagai antibiotik terapi. Dimana antibiotik ini kurang efektif untuk
Gram positif. Dimana, seharusnya dapat efektif terhadap semua bakteri baik Gram
Dari nilai DDD/ 100 patient-days dapat ditentukan segmen DU 90% yang
rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya. Drug Utilization (DU) 90%
dengan total DDD/100 patient-days dari semua antibiotik pasien bedah sesar yang
Obat yang masuk dalam segmen DU 90% adalah obat yang masuk akumulasi
90% penggunaan.
sedangkan yang masuk segmen 10% adalah cefadroxil 4,5%. Dari hasil tersebut
PENUTUP
A. Kesimpulan
tinggi. Hal ini dapat dilihat dari nilai DDD/100 patient-days. Jenis
rasional. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan antibiotik yang overuse
B. Saran
77
78
Ilmiah.
3. Bagi Mahasiswa
antibiotik di lapangan.
efektif
DAFTAR PUSTAKA
Ashp, & BHH. 2013. Clinical Practice Guidelines for Antimicrobial Prophylaxis
Bratzler, D. W., Dellinger, E. P., Olsen, K. M., Perl, T. M., Auwaerter, P. G.,
System Pharmacy.
Goodman dan Gilman. 2012. Dasar Farmakologi Terapi Edisi X. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Section Rates In China Between 1988 and 2008. Bull World Health
Organ.
79
80
Imam Rasjidi. 2009. Manual Seksio Sesarea dan Laparatomi Kelainan Adneksa.
Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil. Yogyakarta: Penerbit Pelajar
Oxorn H dan Forte W.R. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan.
EssentiaMedika (YEM).
Kesehatan.
Rachimadhi, T & Wiknjosastro, G.H. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi IV. Jakarta. PT.
Nuha Medika.
Jakarta : EGC
Clinical Guideline.
82
criteria.
Tjay, Tan Ha, R. K. 2010. Obat-obat penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek
World Health Organization. 2018. Guideline for ATC Clasification and DDD
Methodology
83
LAMPIRAN
21/05/2019 36 110⁄ 84 20
GII P1001 Ab000 uk 39 – 40 70
5 Ny. Suxxx 39 mgg T/H + CPD + bekas SC 7 22/05/2019 36 110⁄ 84 20 21/05/2019 24/05/2019 5
80
th 110⁄
23/05/2019 36 70 82 20
22/05/2019 36 128⁄ 80 20
73
23/05/2019 36 110⁄ 88 20
70
GI P0000 Ab000 uk 39 – 40 110⁄
6 Ny. Sixxx 26 24/05/2019 36 70 88 20 22/05/2019 26/05/2019 5
mgg T/H + kala fase 1 laten
25/05/2019 36 110⁄ 86 20
70
26/05/2019 36 110⁄ 82 20
80
23/05/2019 37 115⁄ 82 20
88
GIII P1102 Ab000 uk 37 – 38 110⁄
7 Ny. Yuxxx 33 24/05/2019 36 80 20 23/05/2019 27/05/2019 5
mgg T/H + oligohidramnion 70
25/05/2019 36 110⁄ 86 20
70
26/05/2019 36 110⁄ 84 20
70
GII P0000 Ab100 uk 37 – 38 120⁄
8 Ny. Lixxx 24 27/05/2019 36 80 84 20 26/05/2019 29/05/2019 4
mgg
28/05/2019 36 120⁄ 82 20
70
27/05/2019 36 110⁄ 80 20
GI P0000 Abooo uk 39 – 40 70
9 Ny. Yoxx 27 27/05/2019 29/05/2019 3
mgg + KPD 28/05/2019 36 110⁄ 82 20
70
27/05/2019 36 117⁄ 88 20
86
GII P1001 Ab000 uk 39 – 40 110⁄
10 Ny. Dixxx 38 28/05/2019 36 70 82 20 27/05/2019 30/05/2019 4
mgg T/H + bekas SC
29/05/2019 36 110⁄ 82 20
60
11 Ny. Adxxx 35 GII P0000 Ab000 uk 37 – 38 28/05/2019 36 110⁄ 84 20 28/05/2019 30/05/2019 3
70
91
12/06/2019 37 130⁄ 87 20
80
17. Ny. Kuxxx 34 GII P1001 Ab000 + KPD 13/06/2019 37 110⁄ 80 20 12/06/2019 15/06/2019 4
70
14/06/2019 36 110⁄ 86 20
70
10/06/2019 36 120⁄ 82 20
80
GII P0000 Ab000 uk 31 – 32 11/06/2019 36 120⁄ 84 20
18. Ny. Suxxx 27 mgg T/H + KPD + 70 09/06/2019 14/06/2019 5
12/06/2019 36 110⁄ 88 20
oligohidramnion 70
13/06/2019 37 120⁄ 80 20
80
11/06/2019 36 120⁄ 88 20
80
GII P1001 Ab000 uk 37 – 38 110⁄
19. Ny. Sixxx 38 12/06/2019 36 80 88 20 11/06/2019 14/06/2019 4
mgg T/H + KPD + bekas SC
13/06/2019 36 110⁄ 80 20
70
12/06/2019 36 112⁄ 88 20
80
13/06/2019 36 110⁄ 80 20
GII P1001 Ab000 uk 41 mgg 70
20. Ny. Dexxx 24 12/06/2019 15/06/2019 5
T/H + gerakan janin menurun 14/06/2019 37 110⁄ 80 20
70
15/06/2019 36 110⁄ 86 20
70
13/06/2019 36 129⁄ 83 20
GIII P0201 Ab000 uk 38 – 39 90
21. Ny. Dexxx 23 mgg dengan inpartus + fetal 14/06/2019 36 130⁄ 88 20 13/06/2019 16/06/2019 4
88
distress 110⁄
15/06/2019 36 84 20
70
12/06/2019 36 110⁄ 98 20
GIII P2001 Ab000 uk 35 – 36 69
22. Ny. Wixxx 37 mgg T/H + APB ec placenta 13/06/2019 36 112⁄ 90 20 12/06/2019 16/06/2019 4
71
previa totalis + letak lintang 110⁄
14/06/2019 37 84 20
70
93
15/06/2019 36 110⁄
70 84 20
14/06/2019 36 120⁄
23. Ny. Urxxx 32
GII P1001 Ab000 uk 40 – 41 80 88 20
14/06/2019 16/06/2019 3
mgg T/H + KPD + bekas SC 15/06/2019 36 110⁄
70 80 20
17/06/2019 36 136⁄
93 78 20
GII P1001 Ab000 uk 40 mgg 130⁄
24. Ny. Lixxx 31 18/06/2019 36 70 84 20 17/06/2019 20/06/2019 4
T/H + post date
19/06/2019 36 110⁄
70 80 20
17/06/2019 36 110⁄
79 80 20
GIII P2002 Ab000 uk 41 – 42 110⁄
25. Ny. Alxxx 24 18/06/2019 36
mgg + inpartu 75 88 20 17/06/2019 20/06/2019 4
19/06/2019 36 110⁄
70 80 20
19/06/2019 36 110⁄
72 88 20
GI P0000 Ab000 uk 39 mgg 120⁄
26. Ny. Gexxx 26 20/06/2019 36 80 84 20 19/06/2019 22/06/2019 4
T/H + letak sungsang
21/06/2019 36 120⁄
70 86 20
19/06/2019 36 120⁄
80 82 20
GIII P1001 Ab100 uk 37 mgg 110⁄
27. Ny. An 35 20/06/2019 37
T/H + floating + bekas SC 70 80 20 19/06/2019 22/06/2019 4
21/06/2019 36 110⁄
70 80 20
19/06/2019 36 117⁄
GII P1001 Ab000 uk 41 – 42 68 84 20
28. Ny. Rixxx 32 mgg T/H + oligohidramnion + 20/06/2019 36 110⁄
70 88 20 19/06/2019 22/06/2019 4
oblig 110⁄
21/06/2019 36 70 84 20
19/06/2019 36 121⁄
29. Ny. Rixxx 29
GIII P2003 Ab000 T/H + 87 84 20
19/06/2019 22/06/2019 4
oligohidramnion 20/06/2019 36 110⁄
70 80 20
94
21/06/2019 36 110⁄ 80 20
80
21/06/2019 36 169⁄ 90 20
93
22/06/2019 36 147⁄ 88 20
82
GIII P2002 Ab000 uk 39 – 40 159⁄
30. Ny. Hexxx 29 23/06/2019 37 80 20 21/06/2019 26/06/2019 6
mgg T/H + PE 89
24/06/2019 37 160⁄ 80 20
100
25/06/2019 37 110⁄ 88 20
82
95
1. CEFTRIAXONE
Diketahui :
Jumlah Gram Antibiotik yang digunakan oleh pasien = 3 g
Standar DDD WHO dalam gram = 2 g
Total LOS (Length Of Stay) = 132
Perhitungan :
3 100
= x
2 132
= 1, 14 DDD/100 patient-days
2. CEFAZOLINE
Diketahui :
Perhitungan :
2 100
= x
3 132
3. CEFADROXIL
Diketahui :
Perhitungan :
1,5 100
= x
2 132