Anda di halaman 1dari 18

KELOMPOK 4

1. Edi Julius Dayat


2. Novia Putri Irianti Zain
3. Ika Agustina Kurniawaty
4. Faradiva Ayu Damayanti
5. Erin Inayatul Fitri
Case Study No. 5

Sebuah perusahaan farmasi ABC memiliki produk tablet yang mengandung acetaminophen,
dimana kandungan per tablet nya adalah 500mg. Perusahaan ini hendak melakukan validasi
terhadap metode dari produk tersebut.
Tentukan kondisi analisa dari dari metode tersebut dan susun protokol validasi metode
analisanya
terkait parameter yang harus dikerjakan beserta kriteria keberterimaannya.
Protokol Validasi Harus Mencakup
1 Tujuan

2 Ruang Lingkup

3 Prosedur

5 Metode untuk evaluasi

6 Kriteria keberterimaan

7 Dokumen dan Laporan

8 Rekomendasi
Tujuan Ruang Lingkup

Untuk membuktikan Metode analisis penetapan


bahwa metode analisisa kadar parasetamol dalam
(cara/prosedur sediaan tablet dan uji
pengujian) yang validasinya menggunakan
digunakan dapat metodeSpektrofotometri
menetapkan kadar tablet Ultraviolet
Parasetamol secara
konsisten dan
memberikan hasil yang
akurat.
Parameter Metode Validasi
Minimum
Required
Dilution
( MRD) ;
Pengenceran
Sampel minimal
Agen
Quality Recover yang
kritis Akurasi
Control y dibutuhkan

Standar
Kurva Selektifitas
t Presisi Stabilita
Kalibra dan
Referen s Analit
si Spesifitas
si
Pembuatan Larutan Baku Parasetamol Kosentrasi 330 ppm

Protokol Sebanyak 16,6 mg parasetamol baku dimasukkan dalam labu


takar 50 mL dan dilarutkan dengan metanol sampai tanda batas
sehingga akan diperoleh kosentrasi 330 ppm. Dari larutan baku
Validasi kosentrasi 330 ppm inilah yang akan digunakan untuk
pembuatan seri konsentrasi.
Metode
Analisis Penetapan Panjang Gelombang Maksimum

Dipipet 0,36 mL dari larutan induk kemudian dimasukkan


dalam labu takar 10 mL, diencerkan dengan metanol sampai
tanda batas kemudian larutan tersebut dikocok hingga homogen
dan dimasukkan kedalam kuvet kemudian dibaca absorbansinya
pada panjang gelombang 200-400 nm.
Protokol Penetapan Operating Time

Validasi Dari larutan baku Parasetamol 330 ppm dibuat larutan baku
dengan konsentrasi 12,0 ppm dengan cara seperti pada
Metode pembuatan seri konsentrasi. Larutan baku dengan konsentrasi
12,0 ppm tersebut dikocok hingga homogen dan dimasukkan ke
Analisis dalam kuvet kemudian dibaca absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum sampai diperoleh absorbansi yang relatif
konstan dengan rentangpembacaan setiap 1 menit sekali.
Protokol Pembuatan Kurva Baku
 Larutan baku dengan seri konsentarsi 3,0; 6,0; 9,0; 12,0; dan

Validasi 15,0 ppm didiamkan selama waktu operating time kemudian


dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum.
Dari data hasil absorbansi, selanjutnya dihitung persamaan
Metode kurva bakunya sehingga diperoleh persamaan garis y = bx +
a.
Analisis  Kurva baku merupakan hubungan antara absorbansi dengan
kosentrasi. Pada pembuatan kurva baku ini digunakan
persamaan garis y = bx +a, Persamaan ini akan
menghasilkan koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi
yang memenuhi persyaratan adalah lebih dari 0,9770.
Protokol Ketelitian (Precision)
 Dari larutan baku parasetamol 330 ppm dibuat larutan baku
dengan konsentrasi 12,0 ppm dengan cara seperti pada
Validasi pembuatan seri konsentrasi. Larutan baku parasetamol
dengan konsentrasi 12,0 ppm tersebut didiamkan selama
Metode waktu operating time kemudian dibaca absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum. Uji ketelitian ini dilakukan

Analisis dengan lima kali pengulangan.

 Presisi seringkali diukur sebagai persen Relative Standard


Deviation (RSD) atau Coefficient of Variation (CV) untuk
sejumlah sampel yang berbeda bermakna secara statistik.
Kriteria presisi diberikan jika metode memberikan nilai CV
2% atau kurang (Harmita, 2004).
Ketepatan (Accuracy)
 Ditimbang setara 16,6 mg serbuk tablet parasetamol sampel
secara duplo dan masing-masing dimasukkan ke dalam labu
takar. Pada salah satu labu takar ditambahkan 2 mL larutan
Protokol baku Parasetamol dengan konsentrasi 330 ppm. Kedua sampel
selanjutnya mengalami perlakuan yang sama yaitu ditambahkan
Validasi metanol hingga volumenya 50 mL. Dikocok hingga homogen
kemudian dari masing-masing larutan tersebut diambil 0,09 mL

Metode
dan diencerkan dengan metanol hingga volumenya tepat 10 mL
lalu dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum
dan operating time. Uji ketepatan metode dilakukan dengan
Analisis penambahan larutan baku 330 ppm dengan pengulangan
sebanyak 5 kali. Hasil absorbansi digunakan untuk
menghitungharga perolehan kembali (recovery)

 Ketepatan (Accuracy) pada dasarnya adalah ukuran yang


menunjukan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit
yang sebenarnya. Range nilai persen (%) recovery analit yang
dapat diterima adalah 90-110%. Range tersebut bersifat fleksibel
tergantung dari kondisi analit yang diperiksa berdasarkan
jumlah sampel dan kondisi laboratorium.
Penetapan Kadar Sampel
Protokol  Ditimbang 16,6 mg zat aktif parasetamol lalu larutkan
dengan metanol hingga volumenya 50 mL dari larutan
Validasi tersebut diencerkan dengan metanol seperti pada pembuatan
seri kosentrasi hingga 3 ppm. Selanjutnya, dua puluh tablet
Metode yang telah memenuhi keseragaman bobot kemudian digerus
hingga halus dan homogen. Sampel serbuk ditimbang dan

Analisis dilarutkan, buat perhitungan penimbangan sampel untuk


menentukan berat sampel dan volume larutan yang
dibutuhkan masing-masing sampel dan larutkan hingga
kosentrasi 330 ppm lalu encerkan hingga konsentrasi 3 ppm,
kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum dan operating time. Penetapan kadar dilakukan
dengan pengulangan sebanyak tiga kali.
Protokol Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

Validasi  Setelah mendapatkan kurva kalibrasi yang memenuhi


persyaratan analisis, selanjutnya data yang diperoleh dari
Metode konsentrasi tiap analit yang memberikan absorbansi berbeda
diolah untuk menentukan batas deteksi (LOD) dan batas
Analisis kuantitas (LOQ).
 Pada penetapan kadar parasetamol digunakan limit deteksi
(LOD) untuk melihat kosentrasi terendah yang masih dapat
terdeteksi oleh suatu alat.
Case Study No. 7

Di sebuah lab QC terjadi Hasil Uji di Luar Spesifikasi pada pengujian kadar bahan awal X
dimana pengujian tersebut dilakukan oleh analis Y yang sudah bekerja selama tahun.
Instrumen yang
digunakan adalah HPLC
Susun tahapan investigasi yang perlu dilakukan untuk kejadian HULS tersebut.
Hasil Uji di Luar Spesifikasi (HULS)

Penyebab HULS dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu kesalahan laboratoriun (Lab.
Error), kesalahan di luar proses (kesalahan operator, kegagalan alat produksi, atau
kesalahan pengambilan sampel) serta kesalahan yang berhubungan dengan proses produksi.

Untuk penanganan Hasil Uji di Luar Spesifikasi (HULS) terlebih dulu dilakukan pengecekan
pada laboratorium Pengawasan Mutu, jika tidak terdapat kesalahan laboratorium, maka perlu
investigasi lebih lanjut oleh Pemastian Mutu. Apabila ditemukan HULS, maka harus
dilaksanakan investigasi yang harus diselesaikan dalam waktu 30 hari kerja. Laporan
investigasi harus dibuat secara lengkap mencakup hasil analisa yang akan dipakai, keputusan
yang akan diambil, tindakan perbaikan dan pencegahan serta penyebab HULS atau hasil uji
yang tidak normal. Untuk prosedur investigasinya meliputi investigasi laboratorium, investigasi
diperluas, dan investigasi produksi.
Hasil Uji di Langkah yang dilakukan jika terjadi HULS yaitu:

Luar 1. Melakukan investigasi kemungkinan terjadinya kesalahan di


laboratorium dan kesalahan pengambilan sampel, misalnya

Spesifikasi preparasi sampel, pengenceran, perhitungan, peralatan yang


tidak terkalibrasi dan lain-lain.

(HULS) 2. Jika tidak ditemukan kesalahan di laboratorium maka


dilakukan investigasi diperluas dengan cara memeriksa
catatan bets dan data-data lain, atau kemungkinan ada
kesalahan dalam proses produksi.
Hasil Uji di Apabila terjadi HULS pada saat analisis maka hal yang harus
dilakukan adalah melakukan investigasi kesalahan laboratorium

Luar dan menyiapkan laporan tertulis mengenai hasil investigasi.


Tindakan lanjutan yang dapat diambil sesuai hasil pemeriksaan

Spesifikasi yang diperoleh, antara lain:


1. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama

(HULS) dan produk yang sudah rilis.


2. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama
oleh pemeriksa atau analis yang berbeda.
3. Membandingkan hasil pemeriksaan ulang dengan
persyaratan metode uji danmetode kompendial.
Hasil Uji Bila masih ditemukan ketidaksesuaian (Non Conformance) maka
di Luar dilakukan investigasi ke proses produksi mengenai asal dan
penyebab utamanya. Setelah penyebab utama ditemukan
Spesifikasi selanjutnya dilakukan tindak lanjut (follow up) dan tindakan
pencegahan (preventive action) oleh Pemastian Mutu. Bila
(HULS) hasilnya masih menyimpang baik itu HULS dari kimia maupun
mikrobiologi maka dibuat laporan terhadap kegagalan (Failure
Investigation).
Thank you

Anda mungkin juga menyukai