Anda di halaman 1dari 115

EVALUASI RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIK

PADA PASIEN PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH


DI INSTALASI RAWAT JALAN DI RS X CILACAP
TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi skripsi sarjana farmasi

Program Studi S1 Farmasi

Disusun oleh :

NAIKH WIDIYA

207116016

PROGAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI IMU KESEHATAN
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
Juni, 2020

i
ii
iii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul


“EVALUASI RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN
PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT JALAN
DI RS X CILACAP TAHUN 2019” belum pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga
belum pernah ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Cilacap, 04 Juni 2020

NAIKH WIDIYA

iv
EVALUASI RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIK
PADA PASIEN PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH
DI INSTALASI RAWAT JALAN DI RS X CILACAP
TAHUN 2019

Naikh Widiya
Progam Studi S1 Farmasi
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

ABSTRAK

Salah satu penyakit yang biasa mendapatkan obat antibiotik adalah infeksi
saluran kemih. Infeksi saluran kemih juga penyumbang resistensi antibiotik
tertinggi di dunia dan di Indonesia infeksi saluran kemih juga menjadi infeksi
nosokomial dengan angka kejadian paling tinggi. Ketidakrasionalan bisa terjadi
tidak hanya dalam pelayanan kesehatan tertentu saja seperti rumah sakit,
puskesmas tetapi bisa juga pada praktek dokter. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi rasionalitas peresepan antibiotik berdasarkan tepat diagnosis, tepat
indikasi penyakit, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian
obat,tepat pasien, waspada efek samping dan cost effectiviness pada pasien rawat
jalan di RS X Cilacap selama tahun 2019. Metode yang di gunakan pada
penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental yang di rancang secara
deskriptif bersifat retrospektif berdasarkan rekam medik pasien ISK. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini secara purposive sampling dimana
populasi pasien yang terdiagnosa ISK yang menjalani rawat jalan diambil sebagai
populasi. Populasi pasien penderita ISK di instalasi rawat jalan sebanyak 219 data
pasien. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien infeksi saluran kemih di RS X
di Cilacap 2019 yang memenuhi kriteria inklusi didapatkan 174 dengan tepat
diagnosis (59,8%), tepat indikasi penyakit (100%), tepat pemilihan obat (40,2%),
tepat dosis (94,25%), tepat cara pemberian obat (100%), tepat pasien (100%),
waspada efek samping (4,60%) dan cost effectiviness (100%).

Kata kunci : Antibiotik, Infeksi Saluran Kemih, Rasionalitas

v
THE EVALUATION OF ANTIBIOTIC RECEPTION RATIONALITYIN
URINARY TRACT INFECTION PATIENTS ATOUTPATIENTS
TREATED INSTALATION RS X CILACAP IN 2019

Naikh Widiya
Department of Pharmacy
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

ABSTRACT

Urinary tract infections is one of the diseases that commonly get antibiotics.
Urinary tract infections also contribute to the highest antibiotic resistance in the
world and in Indonesia urinary tract infections also become nosocomial infections
with the highest incidence rates. Irrationality can occur not only in certain health
services such as hospitals, health centers but also in the practice of doctors. This
study aims to evaluate of antibiotic rationality prescribing based on the right
diagnosis, the right indication of the disease, the right choice of drug, the right
dose, the right way of administering the drug, the right patient, alert to the side
effects and cost effectivity in outpatients in X Cilacap Hospital during 2019.
Method of the study is a non-experimental with descriptively retrospectively
designed based on UTI patients medical record. The sampling technique of study
is purposive sampling wherein the population of patients diagnosed with UTI of
outpatients. The population of UTI patients in outpatient installations was 219
patient data. The results of study showed that patients with urinary tract
infections at X Hospital in Cilacap 2019 who met the inclusion criteria found 174
with the right diagnosis (59.8%), the right indication of the disease (100%), the
right choice of drug (40,2%), the right dose (94,25 %), the right method of drug
administration (100%), the right patient (100%), alert to side effects (4,60%) and
the cost effectiviness (100%)

Keywords: Antibiotics, Urinary Tract Infections, Rationality

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarakatuh


Alhamdulillahirobbil’ alamian, puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Evaluasi Rasionalitas Peresepan Antibiotik
Pada Pasien Penderita Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Jalan Di RS X
Cilacap Tahun 2019”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi Di Stikes Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap. Dalam
penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunannya sehingga
penulis dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu, tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih atas bantuan kepada:
1. Bapak Sarwa, AMK., S.Pd., M.Kes selaku ketua STIKES Al-Irsyad Al-
Islamiyyah Cilacap
2. Ibu apt. Mika Tri Kumala Swandari, M.Sc. selaku Ketua Program Studi S1
Farmasi STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
3. Bapak apt. Ikhwan Dwi Wahyu Nugroho., M.Farm selaku Dosen Penguji I
yang telah memberikan perhatian, bimbingan dan arahan dalam
penyusunan Skripsi ini.
4. Ibu apt. Nikmah Nuur Rochmah., M.Farm selaku Dosen Pembimbing I
dan Penguji II yang telah memberikan perhatian, bimbingan dan arah
dalam penyusunan Skripsi ini.
5. Ibu apt. Yuniariana Pertiwi S.Farm M.M selaku Dosen Pembimbing II dan
Penguji III yang telah memberikan perhatian, bimbingan dan arahan dalam
penyusunan Skripsi ini.
6. Seluruh staf dosen dan karyawan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Cilacap.
7. Kepala Direktur Rumah Sakit X Cilacap yang turut membantu dan
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

vii
8. Seluruh staf Rumah Sakit X Cilacap yang telah membantu dan
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Bapak Ibu dosen Program Studi S1 Farmasi, STIKES Al-Irsyad Al-
Islamiyyah Cilacap
10. Bapak, ibu dan kakak tercinta yang senantiasa memberikan dukungan baik
moral maupun materil serta doa yang tak putus agar selalu dalam
lindunganNya.
11. Rekan-rekan prodi S1 Farmasi 2016 STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Cilacap yang memberikan semangat untuk meraih cita-cita.
12. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.


Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan.
Namun demikian, saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam
pengembangan ilmu.
Wassalamualaikum’alaikum Warrahmatullohi Wabarakatuh

Cilacap, 4 Juni 2020

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ..xii
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Rumusan Penelitian ...........................................................................4
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................5
BAB II. LANDASAN TEORI ..........................................................................7
A. Tinjauan Pustaka ...............................................................................7
1. Rasionalitas...................................................................................7
a. Pengertian ................................................................................7
b. Kriteria Penggunaan Obat Rasional ........................................8
2. Peresepan ...................................................................................10
a. Pengertian ...............................................................................10
b. Bagian dari resep ...................................................................11
3. Antibiotik ...................................................................................12
a. Pengertian ..............................................................................12
b. Klasifikasi Antibiotik .............................................................12
c. Mekanisme Kerja Antibiotik ..................................................13
4. Infeksi Saluran Kemih ...............................................................18
a. Pengertian...............................................................................18

ix
b. Etiologi...................................................................................19
c. Faktor Risiko Infeksi Saluran Kemih .....................................19
d. PatofisiologiInfeksi Saluran Kemih .......................................20
e. Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih .........................................21
f. Pengobatan ............................................................................23
B. kerangka pemikiran ........................................................................25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................26
A. Metodologi Penelitian .......................................................................26
B. Tempat Dan Waktu Penelitian .........................................................26
C. Populasi Dan Sampel .......................................................................27
D. Variabel Penelitian............................................................................27
E. Batasan Oprasional Variabel/Definisi Variabel ................................28
F. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................28
G. Pengolahan Dan Analisis Data ........................................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................32
A. Karakteristik pasien ..........................................................................33
1. Umur ..........................................................................................33
2. Jenis kelamin ............................................................................34
B. Pola pengobatan ................................................................................35
C. Rasionalitas penggunaan antibiotik ..................................................37
1. Tepat diagnosis ...........................................................................37
2. Tepat indikasi penyakit ...............................................................38
3. Tepat pemilihan obat ..................................................................39
4. Tepat dosis ..................................................................................39
5. Tepat cara pemberian..................................................................41
6. Tepat pasien ................................................................................42
7. Waspada efek samping ...............................................................43
8. Cost effectiviness ........................................................................46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................49
A. Kesimpulan .......................................................................................49
B. Saran ................................................................................................49

x
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................51
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..............................................................................56

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Antibiotik Golongan Penisilin ........................................13


Tabel 2. Klasifikasi dan Aktivitas Sefalosporin ..............................................14
Tabel 3. Jenis Antibiotik untuk ISK bawah tanpa komplikasi ........................22
Tabel 4. Jenis Antibiotik peroral untuk ISK atas tanpa komplikasi ................22
Tabel 5. Jenis Antibiotik parentral untuk ISK atas tanpa komplikasi ............23
Tabel 6. Jadwal kegiatan penelitian ................................................................25
Tabel 7. Distribusi sampek per bulan setelah dilakukan penapisan data .......32
Tabel 8. Distribusi frekuensi karakteristik pasien ISK berdasarkan umur ......33
Tabel 9. Distribusi frekuensi karakteristik pasien ISK berdasarkan jenis
kelamin ...........................................................................................34
Tabel 10. Distribusi Terapi Obat Antibiotik pada Penderita ISK di Instalasi
Rawat Jalan RS X Cilacap periode 2019 ........................................35
Tabel 11. Distribusi obat antibiotik pada pasien ISK di instalasi rawat jalan
RS X Cilacap periode 2019 ............................................................36
Tabel 12. Distribusi tepat diagnosa pada pasien ISK di instalasi rawat jalan
RS X Cilacap periode 2019 ............................................................37
Tabel 13. Distribusi tepat indikasi pada pasien ISK di instalasi rawat jalan
RS X Cilacap periode 2019 ............................................................38
Tabel 14. Distribusi tepat pemilihan obat pada pasien ISK di instalasi rawat
jalan RS X Cilacap periode 2019 ...................................................39
Tabel 15. Distribusi tepat dosis pada pasien ISK di instalasi rawat jalan RS X
Cilacap periode 2019 ......................................................................39
Tabel 16. Distribusi tepat cara pemberian pada pasien ISK di instalasi rawat
jalan RS X Cilacap periode 2019 ...................................................41
Tabel 17. Distribusi tepat pasien pada pasien ISK di instalasi rawat jalan RS X
Cilacap periode 2019 ......................................................................42
Tabel 18. Distribusi waspada efek samping pada pasien ISK di instalasi rawat
jalan RS X Cilacap periode 2019 ...................................................43
Tabel 19. Distribusi cost effectiviness pada pasien ISK di instalasi rawat jalan
RS X Cilacap periode 2019 ............................................................44

xii
Tabel 20. Distribusi efektifitas cost effectiviness pada pasien ISK di instalasi
rawat jalan RS X Cilacap periode 2019..........................................47

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................24

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat izin penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ..56
Lampiran 2. Surat izin penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan
Penelitian dan Pengembangan Daerah .......................................57
Lampiran 3. Surat Komisi Etik Penelitian Kesehatan .....................................58
Lampiran 4. Data Peresepan Obat Pada Pasien ISK Di Instalasi Rawat
Jalan RS X Cilacap Tahun 2019 ..............................................58
Lampiran 5. Data Peresepan Obat Berulang Pada Pasien ISK Di Instalasi
Rawat Jalan RS X Cilacap Tahun 2019 ...................................70
Lampiran 6. Data Karakteristik Pasien ISK Di Instalasi Rawat Jalan RS X
CilacapTahun 2019 ..................................................................74
Lampiran 7. Data Rasionalitas Peresepan Antibiotik Pada Pasien ISK
Di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap Tahun 2019 ...............80
Lampiran 8. Analisis Data Menggunakan Komputerisasi ..............................82

xv
DAFTAR SINGKATAN

BAK : Buang Air Kecil

BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan

Dinkes : Dinas Kesehatan

DNA : Deoxyribo Nucleic Acid

ESBL : Extended Spectrum Beta Lactamase

E. Coli : Escherichia coli

IGD : Instalasi Gawat Darurat

ISK : Infeksi Saluran Kemih

MRSA : Metisilin

RI : Republik Indonesia

RS : Rumah Sakit

SSP : Sistem Syaraf Pusat

UTI : Urinary Tract Infection

WHO : World Health Organization

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh

mikroba yang menjadi salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan

kematian, terutama di negara–negara berkembang termasuk Indonesia. Salah

satu mikroba penyebab infeksi adalah bakteri, dimana penatalaksanaan

pengobatan dengan pemberian antibiotik (Kemenkes RI, 2011).

Menurut penelitian WHO (2014), infeksi saluran kemih merupakan

salah satu infeksi yang memiliki proporsi tinggi sebagai penyumbang

resistensi antibiotik di dunia. Infeksi saluran kemih merupakan salah satu

jenis infeksi nosokomial yang angka kejadiannya paling tinggi di Indonesia

yaitu sekitar 39%-60%. Pengobatan infeksi saluran kemih sebagian besar

menggunakan antibiotik (Kemenkes RI, 2011). Terdapat 17% kejadian

bakteremia nosokomial yang disebabkan oleh infeksi saluran kemih dan

menyebabkan kematian sekitar 10% (Jaggi dan Sissodia, 2012).

Berdasarkan data WHO pada tahun 2011, ISK termasuk dalam

kumpulan infeksi paling sering diderita oleh pasien yang sedang menjalani

perawatan di pelayanan kesehatan (Health care-associated infection).

Sedangkan di Amerika serikat ISK menyebabkan lebih dari 7 juta kunjungan

dokter setiap tahun dan sekitar 15% Antibiotik di Amerika Serikat digunakan

untuk penyakit ISK (Grabe M, et al, 2015). Sedangkan di Indonesia

1
2

prevalensinya juga terbilang tinggi, sekitar 222 juta jiwa dan menurut

perkiraan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita ISK

di Indonesia adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya atau

sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Kemenkes RI, 2011).

Prevalensi ISK meningkat secara signifikan dari 5%-10% pada usia 70

tahun dan menjadi 20% pada usia 80 tahun. Pada umumnya wanita lebih

sering mengalami ISK dari pada pria karena uretra wanita lebih pendek dari

pada pria sehingga lebih mudah terkontaminasi oleh kuman-kuman perianal.

Namun pada neonatus ISK lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki dari pada

bayi perempuan (Purnomo, 2012).

Peresepan antibiotik bertujuan mengatasi penyakit infeksi (terapi) dan

mencegah infeksi pada pasien yang berisiko tinggi untuk mengalami infeksi

bekteri. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit non-infeksi dan penyakit

infeksi yang dapat sembuh sendiri (self-limited) seperti infeksi virus

(Kemenkes RI, 2015).

Penggunaan antibiotika yang rasional, merujuk pada ketepatan dosis,

pemilihan antibiotika, cara pemberian, lama pemberian yang tepat, bentuk

sediaan yang seharusnya diberikan kepada pasien, serta harga yang

terjangkau (WHO, 2010). Di negara berkembang penggunaan terapi

antibiotik dianggap tidak tepat. Penggunaan yang tidak tepat dapat

menimbulkan masalah resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki

(Lestari, et al, 2011).


3

Kuman yang resisten terhadap antibiotika tersebut terjadi akibat

penggunaan antibiotika yang tidak bijak, baik dalam lingkungan masyarakat

maupun di fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberi peresepan obat.

Sering dijumpai peresepan yang tidak perlu, penggunaan dosis yang tidak

tepat dan penerapan durasi yang salah (Kemenkes RI, 2011).

Penelitian yang dilakukan Dian (2018), bahwa dari 207 kasus,

perempuan paling sering terkena infeksi dibanding laki laki. Didapatkan

perempuan dengan umur 15-24 tahun sebanyak 57 kasus (28%). Dari 207

kasus, tepat pemilihan antibiotik yang paling banyak diperoleh sebesar 98%,

tepat dosis 84%, tepat interval waktu pemberian 66%, tepat lama pemberian

66% dan tepat penilaian kondisi pasien 87%. Hasil survei di RS X Cilacap

diketahui jumlah pasien yang terinfeksi saluran kemih di instalasi rawat jalan

pada bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2019 sebanyak 219 data

pasien.

Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan penelitian terbaru

tentang evaluasi rasionalitas peresepan antibiotik pada pasien penderita

infeksi saluran kemih (ISK) di instalasi rawat jalan RS X Cilacap pada tahun

2019.

B. RUMUSAN PENELITIAN

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana evaluasi

rasionalitas peresepan yang meliputi tepat diagnosis, tepat indikasi penyakit,

tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian obat, tepat pasien,
4

waspada efek samping, cost effectiviness pada pasien penderita infeksi

saluran kemih di instalasi rawat jalan di RS X Cilacap selama tahun 2019?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengevaluasi rasionalitas peresepan

yang meliputi tepat diagnosis, tepat indikasi penyakit, tepat pemilihan obat,

tepat dosis, tepat cara pemberian obat, tepat pasien, waspada efek samping,

cost effectiviness pada pasien penderita infeksi saluran kemih di instalasi

rawat jalan di RS X Cilacap selama tahun 2019.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitan yang dilakukan diharapkan dapat memperoleh manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil observasi ini diharapkan dapat memberi masukan

pemikiran, menambah pustaka bagi khasanahimu pengetahuan dan

referensi dalam kaitannya dengan pola peresepan antibiotik pada

pasien rawat jalan di RS X Cilacap.

b. Bagi STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Hasil observasi ini diharapkan menjadi salah satu tambahan

referensi keilmuan dalam bidang farmasi, khususnya mengenai pola

peresepan antibiotik pada pasien rawat jalan dan dapat dijadikan

referensi dalam melakukan observasi selanjutnya.


5

c. Bagi masyarakat

Dapat menambah informasi serta pengetahuan mengenai pola

peresepan antibiotik

2. Manfaat praktis

a. Bagi mahasiswa

Mahasiswa yang melakukan observasi dapat memperoleh

pengetahuan dan bisa memberikan masukan pada pembaca serta

sebagai referensi tentang pola peresepan antibiotik pada pasien rawat

jalan di RS X Cilacap sekaligus mengaplikasikan ilmu yang sudah di

dapat selama perkuliahan

b. Bagi RS X Cilacap

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan

manfaat pada tenaga kerja farmasi dan dokter mengenai pola

peresepan antibiotik pada pasien rawat jalan di RS X Cilacap tahun

2019. Hasil tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dalam evaluasi

peresepan pada pasien penderita infeksi saluran kemih antibiotik di

instalasi rawat jalan agar tidak terjadinya resistensi secara drastis.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Rasionalitas

a. Pengertian

Penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien mendapat obat

sesuai dengan indikasi penyakitnya, dalam dosis sesuai dengan kondisi

masing-masing, untuk jangka waktu yang cukup dan dengan harga

paling terjangkau untuk mereka dan masyarakat. Faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional antara

lain karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman peresepan

(prescriber) dalam pemberian obat bagi pasien. Penyebab lain adalah

proses penyerahan (dispensing) obat, pasien itu sendiri dan sistem

kesehatan yang berlaku (Kemenkes RI, 2011).

Penggunaan obat yang tidak rasional merupakan masalah penting

yang dapat menimbulkan dampak cukup besar dalam penurunan mutu

pelayanan kesehatan, misalnya peningkatan resistensi akibat

penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Penggunaan obat dikatakan

tidak rasional jika tidak dapat dipertanggungjawabkan secara medik

(medically in appropriate), baik menyangkut ketepatan jenis, dosis, dan

cara pemberian obat (Ditjen Binfar dan Alkes, 2010).

6
7

b. Kriteria Penggunaan Obat Rasional

Kementrian Kesehatan RI (2011), kriteria penggunaan obat yang

rasional terutama terkait peresepan obat meliputi :

1) Tepat Diagnosis

Penggunaan obat dapat dikatakan rasional apabila diberikan

untuk diagnosis yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan secara

tepat maka pemilihan obat tidak sesuai dengan indikasi yang

seharusnya.

2) Tepat Indikasi Penyakit

Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik, misalnya

Antibiotik yang diindikasikan untuk infeksi bakteri, dengan

demikian pemberian obat ini tidak dianjurkan untuk pasien yang

tidak menunjukkan adanya gejala infeksi bakteri.

3) Tepat Pemilihan Obat

Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah

diagnosis ditegakkan dengan benar, dengan demikian obat yang

dipilih haruslah yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum

penyakit.

4) Tepat Dosis

Agar suatu obat dapat memberikan efek terapi yang maksimal

diperlukan penentuan dosis, cara dan lama pemberian yang tepat.

Besar dosis, cara dan frekuensi pemberian umumnya didasarkan

pada umur dan berat badan pasien.


8

5) Tepat Cara Pemberian Obat

Obat harus digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan,

waktu dan jangka waktu terapi sesuai anjuran.

6) Tepat Pasien

Mengingat respon individu terhadap efek obat sangat beragam

maka diperlukan pertimbangan yang seksama, mencakup

kemungkinan adanya kontraindikasi, terjadinya efek samping, atau

adanya penyakit lain yang menyertai. Hal ini lebih jelas terlihat pada

beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida. Pada

penderita dengan kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida

sebaiknya dihindarkan karena risiko terjadinya nefrotoksik pada

kelompok ini meningkat secara bermakna.

7) Waspada Terhadap Efek Samping

Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu

efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis

terapi.

8) Cost Effectiviness

Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas, atau pemberian

obat untuk keadaan yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat,

jelas merupakan pemborosan dan sangat membebani pasien. Disini

termasuk pula peresepan obat yang mahal padahal alternative obat

yang lain dengan manfaat dan keamanan sama dan harga lebih

murah tersedia.
9

2. Peresepan

a. Pengertian

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 9 Tahun 2017,

menyebutkan bahwa “Resep adalah permintaan tertulis dari dokter,

dokter gigi atau dokter hewan, kepada Apoteker, baik dalam bentuk

paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat

bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Resep memiliki nama lain

yaitu Formulae Medicae.

Menurut Permenkes No.30 tahun 2014. Adapun proses persyaratan

administrasi meliputi:

1) Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien

2) Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter

3) Tanggal Resep

4) Ruangan/unit asal Resep.

Persyaratan farmasetik meliputi:

1) Nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan

2) Dosis dan Jumlah Obat

3) Stabilitas

4) Aturan dan cara penggunaan.

Persyaratan klinis meliputi:

1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat

2) Duplikasi pengobatan

3) Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)


10

4) Kontraindikasi

5) Interaksi Obat

b. Berdasarkan buku perihal resep dan dosis serta latihan menulis

resep, (2009). Resep terdiri dari 6 bagian :

1) Inscriptio : Nama dokter, no. SIP, alamat/ telepon/HP/kota/tempat,

tanggal penulisan resep. Sebagai identitas dokter penulis resep.

Format inscriptio suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda

dengan resep pada praktik pribadi.

2) Invocatio: permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ =

resipe” artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka

komunikasi dengan apoteker di apotek.

3) Prescriptio/ Ordonatio : nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan

yang diinginkan

4) Signatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute

dan interval waktu pemberian harus jelas untuk keamanan

penggunaan obat dan keberhasilan terapi.

5) Subscrioptio : yaitu tanda tangan/ paraf dokter penulis resep berguna

sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.

6) Pro (diperuntukkan) : dicantumkan nama dan umur pasien.

Teristimewa untuk obat narkotika juga hatus dicantumkan alamat

pasien (untuk pelaporan ke Dinkes setempat).


11

3. Antibiotik

a. Pengertian

Antibiotik adalah senyawa yang digunakan untuk mencegah dan

mengobati suatu infeksi karena bakteri. Infeksi bakteri terjadi bila

bakteri mampu melewati barrier mukosa atau kulit dan menembus

jaringan tubuh. Pada umumnya tubuh memiliki respon imun untuk

mengeliminasi bakteri atau mikroorganisme yang masuk. Jika

perkembangbiakan bakteri lebih cepat dari respon imun yang ada, maka

akan terjadi penyakit infeksi yang ditandai dengan adanya inflamasi

(Kemenkes RI, 2011).

b. Klasifikasi Antibiotik

Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya,

yaitu:

1) Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri, antara lain

beta-laktam (penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem,

inhibitor beta-laktamase), basitrasin, dan vankomisin.

2) Memodifikasi atau menghambat sintesis protein antara lain,

aminoglikosid, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida (eritromisin,

azitromisin, klaritromisin), klindamisin, mupirosin, dan

spektinomisin.

3) Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat antara

lain, trimetoprim dan sulfonamid.


12

4) Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat antara lain,

kuinolon, nitrofurantoin (Kemenkes RI, 2011).

c. Mekanisme kerja antibiotik

Obat yang menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri.

1) Antibiotik Beta-Laktam

Antibiotik beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat yang

mempunyai struktur cincin beta-laktam, yaitu penisilin,

sefalosporin, monobaktam, karbapenem, dan inhibitor beta-

laktamase. Obat-obat antibiotik beta-laktam umumnya bersifat

bakterisid, dan sebagian besar efektif terhadap organisme Gram-

positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis

dinding sel bakteri, dengan menghambat langkah terakhir dalam

sintesis peptidoglikan, yaitu heteropolimer yang memberikan

stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri (Kemenkes RI, 2011).

a) Penisilin

Golongan penisilin mempunyai persamaan sifat kimiawi,

mekanisme kerja, farmakologi, dan karakteristik imunologis

dengan sefalosforin, monobaktam, karbapenem, dan

penghambat beta-laktamase. Semua obat tersebut merupakan

senyawa beta laktam yang dinamakan demikian karena

mempunyai cincin laktam beranggota empat yang unik

(Katzung, 2012).
13

Golongan penisilin diklasifikasikan berdasarkan spektrum

aktivitas antibiotiknya, antara lain penislin G dan penislin V,

penislin yang resisten terhadap beta-laktamase, aminopenislin,

karboksipenislin, ureidopenislin. Terdapat pada tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Antibiotik Golongan Penisilin.


Golongan Contoh Aktivitas
Penisilin G dan Penisilin G dan Sangat aktif terhadap kokus
penislin penislin V Gram positif, tetapi cepat
V dihidrolisis oleh penislina atau
beta laktamase, sehingga tidak
efektif terhadap S.aureus
Penisilin yang Metisilin, nafsilin, Merupakan obat pilhan pertama
resisten oksasilin, untuk terapi S.aureus yang
terhadap beta- kloksasilin, memproduksi penisilinase.
laktamase/ dan dikloksasilin Aktivitas antibiotik kurang
penisilinase poten terhadap mikroorganisme
yang kurang sensitiv terhadap
penisilin G.
Aminopenisilin ampisilin, Selain mempunyai aktivitas
amoksisilin terhadap bakteri Gram positif,
juga mencakup mikroorganisme
Gram negatif, seperti
Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, dan
Proteusmirabilis. Obat-obat ini
sering diberikan bersama
inhibitor beta laktamase (asam
klavulanat, sulbaktam,
tazobaktam) untuk mencegah
hidrolisis oleh beta laktamase
yang semakin banyak
ditemukan pada bakteri Gram
negatif ini.
Karboksipenisilin karbenisilin, Antibiotik untuk Pseudomonas,
tikarsilin Enterobacter, dan Proteus.
Aktivitas antibiotik lebih rendah
dibanding ampisilin terhadap
kokus Gram- positif, dan kurang
aktif dibanding piperasilin
dalam melawan Pseudomonas.
Golongan ini dirusak oleh beta-
laktamase.
Ureidopenislin mezlosilin, Aktivitas antibiotik terhadap
azlosilin,dan Pseudomonas, Klebsiella, dan
piperasilin Gram negatif lainnya.
Golongan ini dirusak oleh beta-
laktamase
Sumber : Kemenkes RI, (2011)
14

b) Sefalosporin

Mekanisme kerja sefalosporin dan sefamisin yaitu

menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan cara yang sama

seperti penisilin. Sefalosporin tidak aktif terhadap bakteri

Enterococcus dan L. monocytogenes.

Golongan sefalosporin diklasifikasikan berdasarkan

generasi, yang terdiri dari generasi I, generasi II, generasi III,

dan generasi IV Terdapat pada tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi dan Aktivitas Sefalosporin


Generasi Contoh Aktivitas

I Sefaleksin Antibiotik yang efektif terhadap Gram


Sefalotin positif dan memiliki aktivitas sedang
Sefazolin terhadap Gram negatif
Sefradin
Sefadroksil
II Sefaklor Aktivitas antibiotik Gram negatif yang
Sefamandol lebih aktif dari pada generasi I
Sefuroksim
Sefoksitin
Sefotetan
Sefmetazol
Sefprozil
III Sefotaksim Aktivitas kurang aktif terhadap kokus
Seftriakson Gram positif dibandingkan generasi I,
Seftazidim tapi lebih aktif terhadap
Sefiksim Enterobacteriaceae, termasuk strain
Sefoperazon yang memproduksi beta laktamase.
Sefrizoksim Seftazidim dan sefoperazon juga aktif
Sefpodoksim terhadap P. Aeruginosa, tapi kurang
Moksalaktam aktif dibandingkan generasi III lainnya
terhadap kokus Gram positif
IV Sefepim Aktivitas lebih luas dibandingkan
Sefpirom generasi II dan tahan terhadap beta-
laktamase
Sumber : Kemenkes RI, (2011)
c) Monobaktam (beta-laktam monosiklik)

Yang termasuk kedalam golongan adalah aztreonam.

Aktivitas resisten terhadap beta-laktamase yang dibawa oleh


15

bakteri Gram- negatif. Aktif terutama terhadap bakteri Gram-

negatif. Aktivitasnya sangat baik terhadap Enterobacteriacease,

P. aeruginosa, H. Influenzae dan gonokokus. Pemberian secara

parenteral, terdistribusi baik ke seluruh tubuh, termasuk cairan

serebrospinal. Sebagian besar obat diekskresi utuh melalui urin

contoh obat golongan monobaktam adalah aztreonam

(Kemenkes RI, 2011).

d) Karbapenem

Karbapenem merupakan antibiotik lini ketiga yang

mempunyai aktivitas antibiotik yang lebih luas dari pada

sebagian besar beta-laktam lainnya. Spektrum dengan aktivitas

menghambat sebagian besar Gram-positif, Gram-negatif, dan

anaerob (Kemenkes RI, 2011).

Obat yang termasuk karbapenem adalah meropenem.

Antibiotik ini diindikasikan pada pasien dengan infeksiberat

oleh kuman gram negatif yang resisten terhadap antibiotik

turunan penisilin dan sefalosporin generasi ketiga serta resisten

terhadap bakteri yang memproduksi extended spectrum beta

lactamase (ESBL). Antibiotik ini dikontraindikasikan pada

pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan riwayat kejang. Dosis

yang diberikan untuk infeksi standar adalah IV 20

mg/kgBB/dosis, sedangkan untuk infeksi berat adalah IV 40

mg/kgBB/dosis pada meningitis yang disebabkan


16

Pseusomonassp contoh obat golongan karbapenem adalah

meropenem dan imipenem (IDAI, 2012)

e) Inhibitor beta-laktamase

Inhibitor beta-laktamase melindungi antibiotik beta-laktam

dengan cara menginaktivasi beta-laktamase. Golongan

antibiotik ini adalah asam klavulanat, sulbaktam, dan

tazobaktam. Asam klavulanat merupakan suicide inhibitor yang

mengikat beta-laktamase dari bakteri Gram-positif dan Gram-

negatif secara ireversibel. Obat ini dikombinasi dengan

amoksisilin untuk pemberian oral dan dengan tikarsilin untuk

pemberian parenteral. Sulbaktam dikombinasi dengan ampisilin

untuk penggunaan parenteral, dan kombinasi ini aktif terhadap

kokus Gram-positif, termasuk S. Aureus penghasil beta-

laktamase aerob Gram-negatif (tapi tidak terhadap

Pseudomonas) dan bakteri anaerob. Sulbaktam kurang poten

dibanding klavulanat sebagai inhibitor beta-laktamase.

Tazobaktam dikombinasi dengan piperasilin untuk penggunaan

parenteral. Waktu paruhnya memanjang dengan kombinasi dan

ekskresinya melalui ginjal (Kemenkes RI, 2011).

2) Basitrarin

Basitrasin adalah kelompok yang terdiri dari antibiotik

polipeptida, yang utama adalah basitrasin A. Berbagai kokus dan

basil Gram-positif, Neisseria, H. influenzae, dan Treponem


17

apallidum sensitif terhadap obat ini. Basitrasin tersedia dalam

bentuk salep mata dan kulit, serta bedak untuk topikal. Basitrasin

jarang menyebabkan hipersensitivitas. Pada beberapa sediaan,

sering dikombinasi dengan neomisin dan atau polimiksin.

Basitrasin bersifat nefrotoksik bila memasuki sirkulasi sistemik

(Kemenkes RI, 2011).

3) Vankomisin

Vankomisin merupakan antibiotik lini ketiga yang terutama

aktif terhadap bakteri Gram-positif. Vankomisin hanya

diindikasikan untuk infeksi yang disebabkan oleh S. Aureus yang

resisten terhadap metisilin (MRSA). Semua basil Gram-negatif dan

mikobakteria resisten terhadap vankomisin. Vankomisin diberikan

secara intravena, dengan waktu paruh sekitar 6 jam (Kemenkes,

2011). Vankomisin kurang diabsorbsi disaluran cerna dan di

berikan peroral hanya untuk terapi enterokolitis akibat C. difficile

yang disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang berlebihan

contoh obat golongan vankomisin adalah vancep (Katzung, 2012).

4. Infeksi saluran kemih

a. Pengertian

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering menyerang

pria maupun wanita dari berbagai usia dengan berbagai tampilan klinis

dan episode. ISK sering menyebabkan morbiditas dan dapat secara

signifikan menjadi mortalitas. Saluran kemih normalnya bebas dari


18

pertumbuhan bakteri, bakteri yang umumnya naik dari rektum dapat

menyebabkan terjadinya ISK. Infeksi pada saluran kemih dapat terjadi

ketika virulensi meningkat atau pertahanan inang menurun, adanya

inokulasi bakteri dan kolonisasi (Mochtar and Noegroho, 2015).

b. Etiologi

Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan

oleh kuman gram negatif. Escherichia coli merupakan mikroorganisme

penyebab terbanyak baik pada yang simtomatik maupun yang

asimtomatik yaitu 50-90%, diikuti oleh Klebsiella atau Enterobacter

10-40%. Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti

Proteusspp (33% ISK anak laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiellaspp

dan Staphylococcus dengan koagulase negatif. Infeksi yang disebabkan

oleh Pseudomonasspp dan mikroorganisme lainnya seperti

Staphylococcus aureus jarang dijumpai, kecuali pasca kateterisasi

(Lindayanti, 2014).

c. Faktor Risiko ISK

Faktor risiko sistitis sporadis dan berulang tanpa komplikasi dan

pielonefritis penderita dewasa antara lain adalah: Akibat hubungan

seksual, penggunaan spermisida, dan riwayat ISK sebelumnya. Faktor

lain yang memiliki hubungan kuat dengan ISK adalah predisposisi

genetik. Dari penelitian diketahui penderita dengan pielonefritis akut

memiliki hubungan erat dengan penurunan CXCR1, reseptor

interleukin-8. Pada penderita wanita dewasa dan anak dengan ISK,


19

ditemukan hubungan presentasi berlebih dari blood-group antigen non

secretor phenotype dan P1 phenotype (Suwarto, 2014).

Faktor predisposisi ISK pada usia lanjut antara lain karena faktor

usia yang menyebabkan penurunan sistim imun, sehingga penyakit

infeksi lebih mudah terjadi. Faktor predisposisi lain yang meningkatkan

risiko ISK adalah: penggunaan alat-alat bantu, penggunaan prosedur

invasif, alat prostetik, dan penggunaan kateter urin jangka pendek

maupun panjang. Selain hal-hal yang dibahas di atas, penderita usia

lanjut yang diuraikan di fasilitas kesehatan dalam jangka waktu yang

lama, yang akan meningkatkan risiko infeksi nosokomial dan kuman

yang resisten terhadap antibiotika (Suwarto, 2014).

d. Patofisiologi

Patofisiologi ISK, juga dikenal sebagai cystitis, secara signifikan

lebih umum pada wanita dibandingkan pada pria. Hal ini terutama

karena perbedaan anatomi, termasuk panjang uretra yang lebih pendek

dan lingkungan periuretra lembab pada wanita. Infeksi saluran kemih

biasanya dimulai dengan kontaminasi periuretra oleh uropathogen yang

berada di usus, diikuti oleh kolonisasi uretra dan, akhirnya, migrasi

dengan flagella dan pili dari patogen ke kandung kemih atau ginjal.

kepatuhan bakteri ke uroepithelium adalah kunci dalam patogenesis

ISK. Infeksi terjadi ketika mekanisme virulensi bakteri mengatasi

mekanisme pertahanan tuan rumah efisien (Lee and Le, 2018).


20

ISK juga dikenal sebagai pielonefritis, berkembang ketika

uropathogens ascend ke ginjal oleh ureter. Infeksi dapat terjadi ketika

bakteri mengikat kateter kemih, ginjal, atau batu kandung kemih atau

ketika mereka ditahan di saluran kemih oleh obstruksi fisik.

Staphylococcus aureus bakteremia atau endokarditis dapat

menyebabkan pembenihan hematogen dari bakteri ke ginjal,

menyebabkan nekrosis supuratif atau pembentukan abses dalam

parenkim ginjal. Sebaliknya, basil Gram negatif jarang menyebabkan

infeksi ginjal dengan rute hematogen. Menurut eksperimental

pielonefritis, kelainan ginjal utama yang dilaporkan adalah

ketidakmampuan untuk secara maksimal berkonsentrasi urin (Sobel,

2014).

e. Klasifikasi ISK

Infeksi saluran kemih diklasifikasikan meliputi

1). ISK Bawah

a). Sistitis akut adalah radang selaput mukosa kandung kemih

(Vesica urinaria) yang timbulnya mendadak, bisa ringan dan

sembuh spontan (self-limited disease) atau berat di sertai

penyulit infeksi saluran kemih atas (pielonefritis akut).

b). Sistitis kronis adalah radang kandung kemih yangmenyerang

berulang-ulang (recurrent attact of cystitis) dan dapat

menyebabkan kelainan-kelainan atau penyulit-penyulit dari

saluran kemih bagian atas dan ginjal.


21

c). Urethritis adalah infeksi/inflamasi dari urethra, bisa terjadi pada

laki-laki yang disebabkan sexually transmitted disease dan wanita

bisa timbul karena acut urethral syndrome.

d). Prostatitis adalah inflamasi dari glandula prostat

e). Epididimytis adalah inflamasi dari epididimis.

f). Orchitis adalah inflamasi dari 1 atau 2 testis pada laki-laki yang

biasanya disebabkan oleh bakteri.

2). ISK Atas.

a). Pielonefritis akut adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer

oleh radang jaringan interstitial, sekunder mengenai tubulus, dan

akhirnya dapat mengenai kapiler glomerulus disertai manifestasi

klinik dan bakteriuria tanpa ditemukan kelainan-kelainan

radiologik.

b). Pielonefritis kronis adalah kelainan jaringan interstitial (primer)

dan sekunder mengenai tubulus dan glomerulus, mempunyai

hubungan dengan bakteriuria (immediate atau late effect) dengan

atau tanpa bacteriuria dan selalu disertai kelainan-kelainan

radiologik (pielonefritis bacterial kronik), mungkin terjadi lanjut

dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.

Obstruksi saluran kemih serta refluk vesikoureter dengan atau

tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat

parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik

(Lindayanti, 2014).
22

f. Pengobatan

Rekomendasi pengobatan antibiotik yang digunakan untuk pasien ISK

bawah (sistitis) tanpa komplikasi dan pasien ISK atas (pielonepritis)

tanpa komplikasi.

Tabel 3. Jenis Antibiotik Untuk ISK bawah Tanpa Komplikasi

(Sumber : Guideline On Urological Infections, 2018)

Tabel 4. Jenis Antibiotik Peroral Untuk ISK atasTanpa Komplikasi

(Sumber : Guideline On Urological Infections, 2018)


23

Tabel 5. Jenis Antibiotik Parentral Untuk ISK atasTanpa Komplikasi

(Sumber : Guideline On Urological Infections, 2018)


24

B. Kerangka Pemikiran

Pasien Penderita ISK di Instalasi


Rawat Jalan RS X Cilacap

Pengobatan farmakologi

Terapi antibiotik

Rasionalitas penggunaan
antibiotik :
1. Tepat diagnosis
2. Tepat indikasi penyakit
3. Tepat pemilihan obat
4. Tepat dosis
5. Tepat cara pemberian obat
6. Tepat pasien
7. Waspada efek samping
8. Cost effectiviness

Hasil
Evaluasi rasionalitas peresepan yang meliputi tepat diagnosis,
tepat indikasi penyakit, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat
cara pemberian obat, tepat pasien, waspada efek samping, cost
effectiviness pada pasien ISK di instalasi rawat jalan di RS X
Cilacap tahun 2019

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental yang di

rancang secara deskriptif bersifat retrospektif yaitu suatu penelitian yang

dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran tentang suatu

keadaan secara objektif dan berdasarkan data-data yang sudah ada tanpa

melakukan perlakukan terhadap subjek uji secara non-analitik yaitu dengan

cara melakukan kajian terhadap penulisan resep-resep pasien yang

mengandung antibiotik di Instalasi Rawat Jalan di RS X Cilacap.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian di lakukan di RS X Cilacap pada tahun 2019 yang di

tuangkan dalam tabel 4 di bawah ini.

Tabel 6. Jadwal Kegiatan Penelitian


No Tahapan Keterangan Bulan ke-
1 2 3 4 5 6
1. Persiapan Pembuatan proposal dan
survey lapangan
2. Tahap Pelaksanaan Perizinan penelitian
penelitian Melakukan penelitian
Pengumpulan Data
3. Tahap Akhir Analisa data
Presentasi hasil penelitian
Publikasi

25
26

C. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita ISK di instalasi

rawat jalan selama tahun 2019 di RS X Cilacap sebanyak 219 data

pasien. Sampel pengambilan data terkait infeksi saluran kemih sebanyak

174 data pasien di Instalasi Rawat Jalan di RS X Cilacap adalah pasien

yang memiliki kriteria inklusi.

a. Kriteria inklusi pasien penderita ISK dalam penelitian ini adalah :

1) Data rekam medik yang lengkap seperti nomor rekam medik,

jenis kelamin, umur.

2) Pasien yang terdiagnosa penyakit infeksi saluran kemih

b. Kriteria eksklusi:

1) Data rekam medikdan pengobatan pasien yang kurang lengkap

2) Pasien yang tidak menderita ISK

3) Data pasien hamil, dan menyusui

D. VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini adalah

1. Variabel bebas

Penelitian bebas adalah seluruh data rekam medis pasien ISK meliputi

umur, jenis kelamin.

2. Variabel terikat

Variabel terikat meliputi : tepat diagnosis, tepat indikasi penyakit,

tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian obat, tepat

pasien, waspada efek samping, cost effectiviness.


27

E. BATASAN OPERASIONAL VARIABEL / DEFINISI VARIABEL

1. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter

hewan, kepada Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic

untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai

peraturan yang berlaku.

2. Infeksi saluran kemih adalah diagnosa dokter pada pasien di Instalasi

Rawat Jalan RS X Cilacap

3. Antibiotik yaitu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan pada

penderita infeksi saluran kemih di RS X Cilacap

4. Tepat indikasi penyakit adalah apabila ada indikasi yang benar (sesuai

dengan diagnosa dokter) umtuk penggunaan obat tersebut dan telah

terbukti manfaat terapetiknya.

5. Tepat pemilihan obat adalah pemilihan yang tepat pemberian obat

yang sesuai dengan kondisi pasien.

6. Tepat pasien adalah ketepatan dalam menilai kondisi pasien dengan

mempertimbangkan adanya penyakit yang menyertai, pasien dengan

riwayat alergi, pasien dengan riwayat gangguan pshycologis.

7. Tepat dosis adalah ketepatan jumlah obat yang diberikan pada pasien,

dimana dosis berada dalam range dosis terapi yang direkomendasikan

serta disesuaikan dengan usia dan kondisi pasien.

8. Tepat diagnosis adalah penggunaan obat yang didasarkan pada tata

cara penggunaan obat yang benar.


28

9. Tepat cara pemberian obat adalah ketepatan pemilihan bentuk sediaan

obat yang diberikan sesuai dengan diagnosa, kondisi pasien dan sifat

obat

10. Waspada efek samping dilakukan dengan memperhatikan informasi

yang ada atau diberikan obat yang ada atau diberikan dari obat yang

diberikan

11. Cost effectiviness adalah biaya pengobatan yang hendaknya dipilih

yang paling terjangkau oleh keungan pasien.

F. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan tahap sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Mengajukan surat perijinan survey dari STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyah

Cilacap ke RS X Cilacap sebagai pengantar Survey awal di RS X

Cilacap, Mengajukan surat perijinan penelitian di RS X Cilacap,

Pembuatan Ethical Clearance ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jendral

Soedirman.

2. Tahap Pelaksanaan

Mengumpulan data data sekunder dari hasil rekam medis dan data

Instalasi Rawat Jalan pada pasien infeksi saluran kemih berdasarkan

umur, jenis kelamin, jenis obat, aturan pakai, dosis, bentuk sediaan.

Pengumpulan resep obat, pengumpulan data obat-obatan yang

digunakan selama pengobatan


29

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini terdiri dari mengolah data penelitian dengan bantuan

komputer untuk memudahkan dalam analisis data dan menyusun hasil

penelitian.

G. PENGOLAHAAN DAN ANALISIS DATA

1. Pengolahan data

Suyanto dan Salamah (2013) menjelaskan bahwa sebelum

melaksanakan analisa data beberapa tahapan yang harus dilakukan

adalah sebagai berikut :

a. Editting (Pemeriksaan Data)

Editting yaitu kegiatan pengecekan data sekunder (nama pasien,

usia, jenis kelamin, jenis obat, aturan pakai, dosis, dan bentuk

sediaan).

b. Coding (Pemberian kode)

Coding adalah suatu kegiatan mengubah data dalam bentuk huruf

menjadi data yang berbentuk angka atau bilangan.

1) Usia

a) Balita (0-4 tahun) = 1

b) Usia muda (5-14 tahun) = 2

c) Usia produktif (15-59 tahun) = 3

d) Lansia (≥60 tahun) = 4

2) Jenis Kelamin

a) Perempuan = 1
30

b) Laki-laki = 2

3) Penggunaan obat Antibiotik

a) Ya = 1

b) Tidak = 2

4) Ketepatan diagnosa, indikasi, pemilihan obat, dosis, tata cara

pemberian obat, tepat pasien dan waspada efek samping

a) Tepat = 1

b) Tidak tepat = 2

5) Cost effectiviness

a) Efektif = 1

b) Tidak efektif = 2

c. Tabulasi

Memasukan data ke dalam tabel.

d. Entry (Memasukkan Data)

Kegiatan yang dilakukan dengan cara memasukkan data dari

lembar observasi melalui program komputer.

2. Analisis data

Langkah terakhir dari suatu penelitian adalah melakukan analisis

data. Analisis data dilakukan secara bertahap dan dilakukan melalui

proses komputerisasi. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan

dengan menggunakan analisis univariat. Menurut Notoatmodjo (2015),

analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis deskriptif ini


31

berdasarkan hasil pengumpulan data meliputi profil pasien (nama

pasien, usia, jenis kelamin), diagnosa, dan peresepan (jenis obat,

bentuk sediaan, aturan pakai). Data yang telah diambil kemudian

dicatat, dikelompokkan dan di analisis. Analisis data dalam penelitian

ini untuk mengetahui evaluasi rasionalitas peresepan antibiotik pada

penderita infeksi saluran kemih di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap

tahun 2019. Adapun karakteristiknya :

a. Karakteristik pasien (subjek) meliputi umur, jenis kelamin.

b. Karakteristik rasionalitas peresepan untuk antibiotik meliputi tepat

diagnosis, tepat indikasi penyakit, tepat pemilihan obat, tepat

dosis, tepat cara pemberian obat, tepat pasien, waspada efek

samping dan cost effectiviness.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang

Evaluasi Rasionalitas Peresepan Antibiotik pada Pasien Penderita Infeksi Saluran

kemih di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap tahun 2019. Jumlah populasi dalam

penelitian ini adalah sebanyak 174 data pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi.

Berikut ini disajikan jumlah data pasien per bulan setelah dilakukan penapisan

data ditetapkan menjadi populasi penelitian.

Tabel 7. Distribusi Sampel Per Bulan Setelah Dilakukan Penapisan Data

No Bulan Jumlah
1 Januari 27
2 Februari 19
3 Maret 18
4 April 10
5 Mei 13
6 Juni 13
7 Juli 10
8 Agustus 8
9 September 9
10 Oktober 20
11 November 16
12 Desember 11
Jumlah 174
Sumber: Data Sekunder Diolah Tahun 2020
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan tekstual yang

didasarkan pada hasil analisa univariat tentang karakteristik dan evaluasi

rasionalitas peresepan antibiotik pada pasien penderita Infeksi Saluran Kemih

(ISK) di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap tahun 2019.

32
33

A. Karakteristik pasien

1. Umur

Distribusi frekuensi karakteristik pasien ISK di Instalasi Rawat

Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019 berdasarkan umur

(Depkes RI, 2015) disajikan dalam Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien ISK Berdasarkan Umur


No Umur n %
1 Balita (0-<5 tahun) 0 0,0
2 Usia muda (5-<15 tahun) 5 2,9
3 Usia Produktif (15-<60 tahun) 117 67,2
4 Lansia ( ≥ 60 tahun) 52 29,9
Jumlah 174 100,0
Sumber: Data Sekunder Diolah Tahun 2020
Karakteristik pasien ISK di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap

Periode Januari-Desember 2019 terbanyak berusia 15-<60 tahun atau

dengan kategori usia produktif yaitu sebanyak 117 orang (67,2%) dan

tidak terdapat pasien berumur di bawah lima tahun. Hal ini sesuai dengan

pendapat Corwin (2012) bahwa ISK sering terjadi pada orang dengan

usia produktif karena pada usia tersebut sudah mulai melakukan aktivitas

seksual. Infeksi saluran kemih pada usia muda sering dipicu oleh faktor

kebersihan organ intim, hubungan seksual dan penggunaan kontrasepsi

atau gel spermisida dapat meningkatkan risiko ISK, akibat perubahan

flora normal vagina dan kolonisasi periuretra oleh bakteri uropathogenic

(Febrianto, et al, 2013).

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Woelandary (2014) di RS X di Klaten menunjukkan bahwa terbanyak

pasien ISK berusia dalam rentang 15-60 tahun atau dengan kategori usia
34

produktif (79,66%). Penelitian lain yang dilakukan Fenty (2013) juga

menunjukkan bahwa terbanyak pasien ISK berusia dalam kategori usia

produktif (56,96%).

2. Jenis kelamin

Distribusi frekuensi karakteristik pasien ISK di Instalasi Rawat

Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019 berdasarkan jenis

kelamin disajikan dalam Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien ISK Berdasarkan Jenis


Kelamin
No Jenis Kelamin N %
1 Perempuan 130 74,7
2 Laki-laki 44 25,3
Jumlah 174 100,0
Sumber: Data Sekunder Diolah Tahun 2020
Karakteristik pasien ISK di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap

Periode Januari-Desember 2019 terbanyak perempuan yaitu sebanyak

130 orang (74,7%) dan sebagian kecil laki-laki yaitu sebanyak 44 orang

(25,3%). Hasil menunjukkan bahwa perempuan lebih lebih rentan

menderita penyakit ISK dibandingkan dengan pasien laki-laki.

Penyebabnya adalah karena uretra perempuan lebih pendek sehingga

mikroorganisme dari luar lebih mudah mencapai kandung kemih yang

letaknya dekat dengan daerah perianal (Febrianto, 2013). Uretra pada

wanita letaknya juga berdekatan dengan rektum sehingga mikroorganime

lainnya dapat dengan mudah menjangkau uretra dan menyebabkan

infeksi. Selain itu cairan prostat pada pria juga memiliki sifat-sifat

bakterisid sehingga menjadi pelindung terhadap infeksi oleh kuman-

kuman uropatogen (Sukandar, 2014).


35

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yusnita (2017) di Rumah Sakit Samarinda Medika Citra (SMC) yang

menunjukkan bahwa terbanyak pasien ISK adalah perempuan (79,31%).

Penelitian lain yang dilakukan Pambudi (2017) di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Islam Klaten juga menunjukkan bahwa terbanyak pasien

ISK adalah perempuan (71,43%).

B. Pola Pengobatan ISK

Pola pengobatan ISK di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap Periode

Januari-Desember 2019 meliputi penggunaan terapi antibiotika dan pola

pengobatan terapi simtomatik serta pengulangan pengobatan.

1. Terapi antibiotik

Distribusi terapi antibiotika pada pasien ISK di Instalasi Rawat

Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019 disajikan dalam

Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10. Distribusi Terapi Obat Antibiotika pada Penderita ISK di Instalasi
Rawat Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019
Prosentase
No Terapi Antibiotik Jumlah
%
1 Tepat 70 40.2
2 Tidak tepat 104 59.8
Jumlah 174 100
Sumber: Data Sekunder 2019 Diolah Tahun 2020

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

pasien ISK di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap Periode Januari-

Desember 2019 diberikan terapi antibiotika yaitu sebanyak 70 orang

(40.2%). Hasil penelitian yang dilakukan di RS X Cilacap dapat


36

diasumsikan bahwa peresepan antibiotik di RS X sudah melalui berbagai

pertimbangan yang matang.

Ketidaksesuaian pemberian antibiotik dengan Guideline On

Urologial Infections 2018 pada pemberian obat urotractin sebanyak 104

pasien. Hal ini dikarenakan pemberian urotractin yang mengandung asam

pipemidat terbukti efektif mengobati pasien ISK sistitis dan

pielonegfritis. Hal ini sesuai dengan pendapat Pertiwi (2018) yang

menyatakan bahwa penggunaan Asam Pipemidat (Pipemidic Acid) pada

pengobatan pasien sistitis dan pielonefritis menunjukkan eradikasi yang

baik sehingga dapat menjadi antibiotik yang efektif dalam pengobatan

ISK.

Asam pipemidat juga sudah pernah dilakukan uji kepekaan bakteri

terhadap bakteri oleh Adzkie (2017) yang menunjukkan bahwa E. Coli

mempunyai zona hambat yang berbeda-beda pada setiap uji yang

menandakan bahwa setiap bakteri mempunyai ketahanan yang berbeda

terhadap antibiotik yang diberikan. Berdasarkan hasil uji sensitivitas

isolat bakteri menunjukkan bahwa isolat bakteri E. Coli 66,7% sensitive

terhadap Pipemidac Acid dan 33,3% intermediet terhadap pipemidac

acid. Hal ini menunjukkan bahwa antibiotik pipemidac acid efektif

diberikan kepada pasien infeksi saluran kemih (ISK) yang menjalani

pengobatan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto.


37

Distribusi obat antibiotika pada pasien ISKdi Instalasi Rawat Jalan

RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019 disajikan dalam Tabel 11

di bawah ini.

Tabel 11. Distribusi Obat Antibiotika pada Pasien ISK di Instalasi Rawat Jalan RS
X Cilacap Periode Januari-Desember 2019
No Golongan Obat Obat Antibiotika F
1 Fluorokuinolon Ciprofloxacin 16
Cefixime 13
Ofloxacin 5
2 Sefalosporin Cefadroxil 30
Ceftriaxone 1
Trimetoprim-
3 Sulfonamida 1
Sulfametoksazol
4 Makrolida. Azithromyciin 1
5 Penisilin Amoxicillin 3
6 Quinolon Asam pipemidat 104
Jumlah 174
Sumber: Data Sekunder 2019 Diolah Tahun 2020

Pemberian antibiotika pada pasien ISK di Instalasi Rawat Jalan RS

X Cilacap Periode Januari-Desember 2019 terdapat 9 jenis antibiotik.

Obat antibotika yang sering digunakan adalah obat Asam pipemidat

sebanyak 104 pasien.

Antibiotik yang sering digunakan untuk terapi ISK yaitu Asam

pipemidat.Asam pipemidat (Pipemidic acid) adalah suatu obat anti

bakteri sintetik untuk mengobati penyakit infeksi saluran kemih, baik

yang monomikrobial maupun yang polymikrobial. Asam pipemidat

(Pipemidic acid) aktif terhadap bakteri gram negatif, serta beberapa

bakteri gram positif. Asam pipemidat (Pipemidic acid) merupakan

antibiotic piridopirimidin derivate dari asam piromidic. Seperti

pyridones lainnya, mekanisme kerja asam pipemidat adalah dengan


38

menghambat DNA girase pada proses sintesis DNA. Asam pipemidat

termasuk golongan quinolone dan mempunyai struktur molekul yang

berkaitan dengan golongan Nalidixic acid, Oxolinic acid dan Piromidic

acid. Turunan kuinolon adalah obat antiinfeksi yang relatif baru sebagai

pengembangan asam nalidiksat, suatu turunan 4 kuinolon yang efektif

terhadap bakteri Gram-negatif dan digunakan untuk anti infeksi saluran

seni. Asam pipemidat menunjukkan aktivitas yang lebih kuat

dibandingkan Piromidic acid atau Nalidixic acid dan menunjukkan

aktivitas moderat terhadap bakteri yang tahan terhadap Piromidic acid

dan Nalidixic acid (Hori et al., 1975).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Adzkie (2017) yang menyatakan bahwa asam pipemidat efektif

digunakan untuk menghambat bakteri E. Coli dan infeksi dalam

menyembuhkan pasien saluran kemih (ISK) yang menjalani pengobatan

di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto.

C. Rasionalisasi Penggunaan Antibiotik

1. Tepat diagnosis

Penggunaan obat dapat dikatakan rasional apabila diberikan untuk

diagnosis yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan secara tepat maka

pemilihan obat tidak sesuai dengan indikasi yang seharusnya (Kemenkes

RI, 2011). Ketepatan diagnosis pada pasien ISK di Instalasi Rawat Jalan

RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019 disajikan dalam Tabel 12

di bawah ini.
39

Tabel 12. Distribusi Tepat Diagnosis pada Pasien ISK di Instalasi Rawat
Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019
Prosentase
No Tepat Diagnosis Jumlah
%
1 Tepat 104 59.8
2 Tidak tepat 70 40.2
Jumlah 174 100
Sumber: Data Sekunder Diolah Tahun 2020
Data penelitian menunjukan 59.8% pasien mendapatkan tepat

diagnosis. Menurut Pawitri (2019), antibiotik saluran kemih yang

diberikan kepada pasien ISK tergantung dari bagian saluran kemih mana

yang terinfeksi (atas atau bawah), jenis bakteri yang menginfeksi, dan

kondisi kesehatannya.

2. Tepat indikasi penyakit

Evaluasi ketepatan indikasi merupakan suatu proses penilaian

terhadap pemilihan obat yang sesuai dengan yang dibutuhkan pasien.

Ketepatan indikasi dalam pemilihan obat antibiotik didasarkan pada

diagnosa yang ditegakkan seorang dokter dengan alasan medis. Evaluasi

ketepatan indikasi dilihat dari perlu atau tidaknya pasien memperoleh

terapi antibiotik (Nisa, 2017). Ketepatan indikasi penyakit pada pasien

ISK di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember

2019 disajikan dalam Tabel 13 di bawah ini.

Tabel 13. Distribusi Tepat Indikasi Penyakit pada Pasien ISK di Instalasi Rawat
Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019
Prosentase
No Tepat Indikasi Penyakit Jumlah
%
1 Tepat 174 100
2 Tidak tepat 0 0
Jumlah 174 100
Sumber: Data Sekunder Diolah Tahun 2020
40

Data penelitian menunjukan 100% pasien mendapatkan terapi

yang tepat indikasi. Ketepatan indikasi penyakit pada penelitian

menunjukkan hasil 100% tepat yang artinya bahwa pasien mendapatkan

tatalaksana terapi antibiotik yang tepat dengan indikasi penyakit.

Pemberian antibiotik yang diberikan sesuai dengan indikasi dapat

menurunkan risiko terjadinya resistensi antibiotik (Kemenkes RI, 2011).

3. Tepat pemilihan obat

Ketepatan pemilihan obat pada pasien ISK di Instalasi Rawat

Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019 disajikan dalam

Tabel 14 di bawah ini.

Tabel 14. Distribusi Tepat Pemilihan Obat pada Pasien ISK di Instalasi
Rawat Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019
Prosentase
No Tepat Pemilihan Obat Jumlah
%
1 Tepat 70 40.2
2 Tidak tepat 104 59.8
Jumlah 174 100
Sumber: Data Sekunder Diolah Tahun 2020
Pemilihan obat secara tepat berdasarkan diagnosis, kondisi pasien,

dan spektrum mikroorganisme penginfeksi (Kemenkes RI, 2011)

Ketepatan dalam pemilihan obat perlu diperhatikan untuk mencegah

terjadinya resistensi antibiotik (WHO, 2014). Penggunaan asam

pipemidat (pipemidic acid) pada pasien cystitis dan pyelonephritis

menunjukan eradikasi yang baik sehingga dapat menjadi antibiotik yang

efektif dalam pengobatan ISK (Pertiwi 2018).


41

4. Tepat dosis

Dosis faktor yang penting dalam penentuan ketepatan pengobatan

pasien. Jika dosis kurang penyembuhan tidak maksimal dan dosis

berlebih akan menimbulkan toksisitas dan efek samping yang tidak

diinginkan pada terapi (Nuryati, 2017). Ketepatan dosis pada pasien ISK

di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019

disajikan dalam Tabel 15 di bawah ini.

Tabel 15. Distribusi Tepat Dosis pada Pasien ISK di Instalasi Rawat Jalan
RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019
Prosentase
No Tepat Dosis Jumlah
%
1 Tepat 164 94,25
2 Tidak tepat 10 5,75
Jumlah 174 100
Sumber: Data Sekunder Diolah Tahun 2020
Berdasarkan tabel 15 diketahui bahwa sebagian besar obat yang

diberikan pasien ISK di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap Periode

Januari-Desember 2019 adalah tepat dosis yaitu sebanyak 164 orang

(94,25%). Menurut Humaida (2014), penatalaksanaan terapi antibiotik

untuk eradikasi infeksi saluran kemih, setiap pasien harus memenuhi

ketepatan dosis sehingga efek terapi yang diharapkan dapat tercapai.

BPOM (2014) menegaskan bahwa dosis antibiotik yang diberikan pada

setiap pasien khususnya usia pediatrik disesuaikan dengan berat badan

dan umur pasien.

Data penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10 resep (5,75%)

dinyatakan tidak tepat dosis karena melebihi dosis sesuai dengan

guideline on urological infections 2018, diantaranya yaitu penggunaan


42

antibiotik cefadroxil pada 4 pasien seharusnya yaitu 2x1 akan tetapi dosis

yang diberikan 3x1, kemudian penggunaan antibiotik ciprofloxacin pada

2 pasien dosis yang seharusnya 2x1 tetapi di berikan 3x1, dan

penggunaan antibiotik cefixime pada 1 pasien obat yang diberikan 2x2

seharusnya 2x1, 3 pasien dosis seharusnya 2x1 tetapi yang diberikan 3x1.

Pemberian antibiotik dengan dosis berlebih dapat meningkatkan

risiko terjadinya efek samping pada pasien. Pemberian antibiotik dengan

dosis yang kurang akan mengakibatkan tidak tercapainya efek terapi

yang diinginkan dan antibiotik menjadi tidak berefek karena tidak

mencapai KHM (Kadar Hambat Minimum) sehingga mikroorganisme

yang menginfeksi tidak mati (Lisni dkk., 2015).

Dalam upaya mencegah resistensi antibiotik, pemberian dosis

antibiotik harus disesuaikan dengan kondisi tiap individu (berat badan,

usia), keparahan infeksi, mikroorganisme yang menyebabkan, profil

farmakokinetik dan farmakodinamik obat tersebut. Selama terapi dengan

dosis tertentu diberikan kepada pasien, perlu dilakukan monitoring

berkelanjutan untuk melihat pencapaian terapi setelah pemberian

antibiotik dengan dosis tersebut sehingga dapat menentukan perlu atau

tidaknya penyesuaian dosis kembali (With, et al., 2016).

5. Tepat cara pemberian obat

Pemberian obat kepada pasien terdapat beberapa carayaitu

melalui rute oral, parenteral, rektal, vaginal, kulit, mata, telinga dan

hidung (Kemenkes RI, 2011). Ketepatan cara pemberian obat pada pasien
43

ISK di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember

2019 disajikan dalam Tabel 16 di bawah ini.

Tabel 16. Distribusi Tepat Cara Pemberian Obat pada Pasien ISK di Instalasi
Rawat Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019
Prosentase
No Cara Pemberian Obat Jumlah
%
1 Oral 170 97,70
2 Injeksi 4 2,30
Jumlah 174 100
Sumber: Data Sekunder Diolah Tahun 2020
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pemberian obat pada

pasien ISK sebagian besar adalah dengan rute pemberian oral (97,70%)

dan sebagian kecil dengan injeksi (2,30%). Dominannya pemberian obat

melalui rute oral disebabkan karena pasien ISK dalam penelitian ini

adalah pasien rawat jalan. Pemberian obat melalui injeksi (2,30%) yaitu

disebabkan karena pasien ISK dalam penelitian ini pasien IGD sehingga

penggunaan injeksi dalam memasukkan obat bertujuan untuk

menyediakan kadar obat yang adekuat dalam darah sehingga

mendapatkan efek sistemik yang cepat. Berbeda dengan penggunaan

secara oral obat dapat rusak oleh cairan lambung atau usus, tidak dapat

dilakukan pada pasien yang muntah-muntah dan tidak sadar (Deni dkk,

2012).

6. Tepat pasien

Respon individu terhadap efek obat sangat beragam maka

diperlukan pertimbangan yang seksama, mencakup kemungkinan adanya

kontraindikasi, terjadinya efek samping, atau adanya penyakit lain yang

menyertai (Kemenkes RI, 2011). Ketepatan pasien dalam pemberian obat


44

pada pasien ISK di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap Periode Januari-

Desember 2019 disajikan dalam Tabel 17 di bawah ini.

Tabel 17. Distribusi Tepat Pasien pada Pasien ISK di Instalasi Rawat Jalan RS X
Cilacap Periode Januari-Desember 2019
Prosentase
No Tepat Pasien Jumlah
%
1 Tepat 174 100
2 Tidak tepat 0 0
Jumlah 174 100
Sumber: Data Sekunder Diolah Tahun 2020
Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat yang diberikan pasien

ISK di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember

2019 semuanya tepat pasien.

ISK dengan penyakit penyerta merupakan keadaan infeksi yang

diderita pasien disertai oleh penyakit lain. Penyakit penyerta dapat

mengakibatkan lesi dalam saluran kemih, obstruksi saluran kemih,

pembentukan batu, pemasangan kateter, kerusakan dan gangguan

neurologi serta menurunnya sistem imun yang dapat mengganggu aliran

normal dan perlindungan saluran urin. Adanya penyakit penyerta

menyebabkan ISK membutuhkan terapi antibiotik yang lebih lama

(Sukandar, 2007).

Penyakit penyerta yang merupakan salah satu faktor risiko ISK

adalah diabetes melitus (DM) yang dapat mengakibatkan naiknya gula

darah dan kadar gula darah dalam urin yang tinggi membuat bakteri lebih

mudah untuk berkembang biak (Yuli, 2015).


45

7. Waspada efek samping

Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek

tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi

(Nuryati, 2017). Waspada efek samping pada pasien ISK di Instalasi

Rawat Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019 disajikan

dalam Tabel 18 di bawah ini.

Tabel 18. Distribusi Waspada Efek Samping pada Pasien ISK di Instalasi Rawat
Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019
Prosentase
No Efek samping Jumlah
%
1 Tepat 166 95,4
2 Tidak tepat 8 4,60
Jumlah 174 100
Sumber: Data Sekunder Diolah Tahun 2020

Efek obat bervariasi bagi setiap orang. Beberapa individu tidak

merasakan efek samping apapun, namun ada juga yang mengalami efek

samping. Hasil pengamatan efek samping diperoleh bahwa obat diketahui

8 pasien yang terdiagnosa ISK di instalasi rawat jalan RS X Cilacap

mengalami efek samping berupa nyeri saat BAK, disuria dan nyeri perut

kiri bagian bawah yang disebabkan oleh penggunaan obat urotractin, efek

samping yang biasanya timbul akibat penggunaan urotractin diantaranya

gangguan gastrointestinal, gangguan SSP, gangguan kulit, lemah otot,

mialgia, hipertensi intraknial, gangguan saluran cerna (MMN, 2019).

Kemudian sakit pinggang yang disebabkan karena penggunaan obat

ciprofloxacin, efek samping yang tidak diinginkan dalam penggunaan

antibiotik ciprofloxacin yaitu mual, muntah, diare (kolitis akibat

antibiotik) sakit perut, sakit kepala, pusing, gangguan tidur, ruam,


46

pruritus, anafilaksis, fotosensitivitas, peningkatan ureum, dan kreatins

serum, gangguan fungsi hati sementara, antralgia, mialgia, gangguan

darah (eosiniofilia, leukopenia, trombositopenia, dan gangguan kadar

protrombin) (MMN, 2019). 8 pasien tersebut diberikan terapi tambahan

obat untuk mengurangi efek sampingnya.

Variasi respon obat di antara pasien tersebut bersifat

multifaktorial, termasuk faktor lingkungan, genetik, dan penyakit yang

mempengaruhi disposisi (penyerapan, distribusi, metabolisme, dan

ekskresi) obat tertentu (Wilkinson, 2012).

8. Cost effectiviness

Cost effectiviness dalam pemberian obat pasien ISK di Instalasi

Rawat Jalan RS X Cilacap disajikan dalam Tabel 19 di bawah ini.

Tabel 19. Distribusi Cost Effectiviness pada Pasien ISK di Instalasi Rawat
Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019
Jumlah Rata-rata Biaya
Total Biaya
No Obat Antibiotika Pasien Pengobatan
(Rp)
(n=174) (Rp)
1 Ofloxacin 3 18x1151,- 20.718,-
1 8x1047,- 8.376,-
1 10x1047,- 10.470,-
2 Ciprofloxacin 11 110x465,- 51.150,-
5 30x1512,- 45.360,-
3 Cefixime dry syr 3 3x16.740,- 50.220,-
Cefixime 100 mg 10 100x1107,- 110.700,-
4 Cefadroxil 14 140x2442,- 341.880,-
Dexadrox® 16 160x1279,- 204.640,-
5 Bactoprime Forte® 1 16x768,- 12.288,-
6 Ceftriaxone 1 2x13.131,- 26.262,-
7 Azithromicin 1 10x6.342,- 63.420,-
8 Amoxicillin dry 1 1x7750,- 7750,-
Amoxicillin 500 mg 2 30x439,- 13.170,-
9 Asam pipemidat 104 1.040x 5815,- 6.047.600,-
Jumlah 174 7.014.004,-
Direct medical cost 40.310,-
Sumber: Data Sekunder Diolah Tahun 2020
47

Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas, atau pemberian obat

untuk keadaan yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat, jelas

merupakan pemborosan dan sangat membebani pasien. Disini termasuk

pula peresepan obat yang mahal padahal alternative obat yang lain

dengan manfaat dan keamanan sama dan harga lebih murah tersedia

(Kemenkes RI, 2011).

Total biaya medis langsung adalah biaya keseluruhan yang

digunakan pasien saat melakukan pengobatan ISK di Instalasi Rawat

Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019. Biaya-biaya

tersebut meliputi biaya antibiotik. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa rata-rata biaya pengobatan antibiotik pada pasien ISK sebesar Rp.

40.310,-. Biaya pengobatan pada pasien ISK di RS X tergolong murah,

hal ini disebabkan karena sebagian besar pasien adalah pasien yang

diberikan obat generik.

Obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non

Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia

atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Obat

generik bermerek/bernama dagang adalah obat generik dengan nama

dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan

(Kemenkes RI, 2010).


48

Tabel 20. Distribusi efektifitas Cost Effectiviness pada Pasien ISK di Instalasi
Rawat Jalan RS X Cilacap Periode Januari-Desember 2019
Prosentase
No Cost effectiviness Jumlah
%
1 Efektif 174 100
2 Tidak efektif 0 0
Jumlah 174 100
Sumber: Data Sekunder Diolah Tahun 2020
Dalam evaluasi ekonomi pengertian efektivitas berbeda dengan

penghematan biaya, dimana penghematan biaya mengacuh pada

persaingan alternatif program yang memberikan biaya yang lebih murah

(Astuti, 2018). Hal ini membuktikan bahwa pengobatan antibiotik pada

pasien ISK dengan biaya rata-rata sebesar Rp. 40.310,- yang dikeluarkan

oleh pasien terjangkau dalam mengobati penyakit ISK yang dideritanya.

Efektifivitas pemberian obat antibiotika ISK berdasarkan biaya rata-rata

yang dikeluarkan Rp. 40.310,- disebabkan karena obat yang diberikan

pada pasien ISK terbukti tidak menyebabkan terjadinya efek samping

yang berbahaya yang dapat menyebabkan biaya perawatan menjadi lebih

besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka simpulan

dalam penelitian ini adalah semua pasien ISK di Instalasi Rawat Jalan RS X

Cilacap Periode Januari-Desember 2019 dengan pasien 174 mendapatkan

tepat diagnosis (59,8%), tepat indikasi penyakit (100%), tepat pemilihan obat

(40,2%), tepat dosis (94,25%), tepat cara pemberian obat (100%), tepat pasien

(100%), waspada efek samping (4,60%) dan biaya pengobatan antibiotik

(100%).

B. SARAN

1. STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Diharapkan penelitian ini dapat menambah kepustakaan khususnya

tentang Evaluasi Rasionalitas Peresepan Antibiotik pada Pasien Penderita

Infeksi Saluran kemih di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap tahun 2019

dan dapat sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. RS X

Diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan pelayanan kepada

seluruh pasien, khususnya dalam pemberian antibiotik pada pasien

penderita ISK agar dikaji kembali sehingga kerasionalan penggunaan

obat dapat tercapai khususnya tepat dosis.

49
50

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat sebagai acuan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dengan mengambil tema yang sama dan

menggunakan menggunakan metode yang berbeda yaitu mengkaji

interaksi obat dan efek samping obat yang digunakan pada pasien

penderita ISKdi instalasi rawat inap atau dengan mengkaji analisis DRPs

pasien ISK dirawat inap.


DAFTAR PUSTAKA

Astuti, W. 2018. Analisis Biaya Terapi dan Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Biaya Riil Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Rawat
Inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2016, diakses dari:
http://ejurnal.setiabudi.ac.id/ojs/index.php/farmasiindonesia/article/do
wnload/353/367

BPOM RI, 2015. Antiseptik Saluran Kemih, diakses dari:


http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-
kemih/74-gangguan-saluran-kemih/744-antiseptik-saluran

BPOM 2014. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), diakses


dari: http://pionas.pom.go.id/ioni

Corwin, E. J. 2012. Handbook of Pathophysiology, 3 Edition,


diterjemahkan oleh Nike Budhi Subekti,Egi Komara Yudha (editor),
Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 9


Tahun 2017 Tentang Apotek. Jakarta.

Darnindro N. & Syam A. F. 2013. Current Diagnosis and Management of


Helicobacter pylori, Faculty of Medicine University of Indonesia
Journal, 14 (3), 165–173

Deni A. A., Ichrojuddin N. dan Andra N. 2012. Studi Deskriptif Antibiotik


Di Rumah Sakit Roemani Periode Januari 2011 Sampai Juni 2011 Di
Instalasi Penyakit Dalam Bangsal Khodijah. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang Jurnal Vol 1(3)

Departemen Kesehatan. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 30


Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Jakarta.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit. 2011. Pedoman


Penanggulangan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen KesehatanRepublik Indonesia. 2014. Survey demografi dan


kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan


Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI

51
52

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Mentri


Kesehatan Republik Indonesia No 775/MENKES/PER/IV/2011
tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.

Dirjen BinfarAlkes, 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di


Instalasi Farmasi Kabupaten Kota. Kementerian Kesehatan RI,
Jakarta.

Febrianto, A.W. 2013. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien


Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata
Palu Tahun 2012, Online Jurnal of Natural Science Vo.2(3): 20-
29,ISSN: 2338-0950

Fenty, S. 2013. Pola Kuman dan Sensitivitas Antimikroba Pada Infeksi


Saluran Kemih, Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, Mei 2013, hlm.
9-13 Vol. 10 No. 1, ISSN : 1693-5683

Grabe M., et al, 2015. Guidelines on Urological Infections, European


Association of Urology (EEU), 11.

G. Bronkat., et al 2018. Guideline on urological infections. European


Association of Urology (EEU) 2018.

Humaida, R., 2014. Strategy to Handle Resistance of Antibiotics. Regional


Health Forum, 15(1), 121-130

Hori, M.; Kohno, S.; Joh. K,; Okamoto, K.; Totani, M,; Clinical
Experience With Pipemidic Acid In Bacterial Infections Of Children
Chemother 23: 2880-2888 (1975).

Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), 2015, Guideline Penatalaksanaan


Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria 2015 edisi 2, Ikatan Ahli
Urologi Indonesia, Surabaya.

Jaggi N, Sissodia P. 2012. Multimodal Supervision Programme To Reduce


Catheter associated Urinary Tract Infection And Its Analysis To
Enable Focus On Laborand Cost Effective Infection Control Measures
In A Tertiary Care Hospital In india. Journal of Clinical and
Diagnostic Reseach, 6 (8): 1372-1376

Jas, A., 2009. Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep. Ed 2.
Medan : Universitas Sumatera Utara Press, 1-15.

Katzung, Bertram G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC,
Jakarta
53

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/Menkes/Per/XII/2011
Tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, Jakarta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Panduan Hari


Kesehatan Sedunia. Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Standard
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. 2004. No
1197/MENKES/SK/X/2004

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Mentri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang
Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit.
Jakarta: Mentri Kesehatan Republik Indonesia

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.02.02/Menkes/068/I/2010
Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta: Mentri Kesehatan
Republik Indonesia

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Umum


Penggunaan Antibiotik, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta, 874

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Keputusan mentri


kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 –
2019, Jakarta

Kurniawati, R. 2012. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien


ISK di Instalansi Rawat Inap RSUD Anutapura Palu Tahun 2010.

Lee Helen S., and Le Jennifer. 2018. Urinary tract infections. PSAP 2018
Book 1

Lestari W., Almahdy A., Zubir N., etal., 2011. Studi Penggunaan
Antibiotik Berdasarkan Sistem ATC/DDD dan Kriteria Gyysens di
Bangsal Penyakit Dalam RSUP DR.M. Djamil Padang. Fakultas
Farmasi Pascasarjana, Universitas Andalas,Padang

Lindayanti. 2014. Pola Resistensi Antimikroba Pada Penyakit Infeksi


Saluran Kemih Yang Disebabkan Oleh Bakteri Penghasil ESBL Dan
Non- ESBL. Tesis, Fakultas Kedokeran Universitas Utara/RSUP H.
Adam Malik Medan.
54

Lisni, I. 2015. Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Faringitis di


Suatu Rumah Sakit di Kota Bandung. Jurnal Farmasi Galenika,
02(01), 43-52

M.K. Lalitha. 2011. Manual on Antimicrobial Susceptibility Testing.


Christian Medical College. Vellore, Tamil Nadu.

MMN. 2019. Basic Pharmacology & Drug Notes. Makassar. MMN


Publishing.

Muhammad Adzkie, Nurulita Aries Nunuk, Budiman Arif. 2017. Uji


Sensitivitas Antibiotik Terhadap Bakteri Penyebab Infeksi Saluran
Kemih Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo
Purwokerto. Jurnal Farmasi Vol. 14 No. 02 Desember 2017

N. Rahajoe N, Supriyanto B, Budi Setyanto D. 2012. Pneumonia. Buku


ajar respirologi anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. hlm:350-64.

Nisa, R. 2017. Evaluasi Penggunaan Antibiotik, diakses dari


http://eprints.ums.ac.id/56043/19/Naskah%20Publikasi%20FIX.pdf

Nuryati. 2017. Buku Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK)
Farmakologi, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan

Pambudi, A. S. 2017. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien


Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam
Klaten Periode Januari-Maret Tahun 2017, diakses dari:
http://repository.setiabudi.ac.id/910/

Pawitri, A. 2019. Panduan Menggunakan Antibiotik Saluran Kemih untuk


Mengobati ISK, https://www.sehatq.com/artikel/panduan-
menggunakan-antibiotik-saluran-kemih

Pertiwi Dian. 2018. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi


Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda, Skripsi
Yogyakarta.

Purnomo BB. 2012. Buku kuliah dasar–dasar urologi. Jakarta: CV


Infomedika

Sobel JD, Kaye D. 2014. Urinary tract infections. In: Mandell GL,
Bennett JE, eds. Principles and Practice of Infectious Diseases, 8th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders,:886-913.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
55

Sukandar, E. 2014. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Hal:553-557

Suwarto. 2014. Implementing the clinical science in tropical medicine


daily practice. Jakarta

Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2007, Obat-obat Penting (Khasiat


Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya), Ediasi IV, Cetakan Pertama,
PT. Elex Media Komputindo Kolompok Kompas-Gramedia, Jakarta.

WHO. 2015. World Health Statistics. World Health Organization; 2015.

WHO. 2010. The World Health Report. World Health Organization; 2010

World Health Organization. 2014. Antimicrobial Resistence, diakses dari:


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs194/en/

With, K.D., et al. 2016. Strategies to Enhance Rational Use of Antibiotics


in Hospital : A Guideline by the German Society for Infectious
Diseases. Infection, 44, 395-439

Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Press

Wilkinson, Grant R., 2012. Drug Metabolism and Variability among


Patient in Drug Response. University Colorado.
Woelandary, W. 2014. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Penyakit
Infeksi Saluran Kemih Pasien Rawat Inap di RS “X” Klaten Tahun
2012, diakses dari: http://eprints.ums.ac.id/28072/

Yuli, W.D., Wahyono, D., & Asdie, R. H. 2015. Infeksi Saluran Kemih
Akibat Kateterisasi Antibiotic Use for Clinic Outcome of Patient
Catheter-Associated Urinary. Jurnal Manajemen dan Pelayanan
Farmasi, 75–82.

Yusnita, R., Meylina, L., Ibrahim, A., & Rijai, L. 2017. Kajian Efektivitas
Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) di
Rumah Sakit Samarinda Medika Citra (Smc) Kota Samarinda.
January 2019. https://doi.org/10.25026/mpc.v5i1.238

.
LAMPIRAN- LAMPIRAN

1. Surat izin peneliian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

56
57

2. Surat izin penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan


Penelitian dan Pengembangan Daerah
58

3. Surat Komisi Etik Penelitian Kesehatan


59

4. Data Peresepan Obat Pada Pasien ISK Di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap Tahun 2019

KELAS TERAPI
Usia
No Inisial JK Tanggal Resep
(Th) SIMTOMATIK
AB
AA AI AFK AH AHS MK OSK OSN OSC ST AD RO AU AF VS
JANUARI
02/01/2019 Irtan 150 Mg Tablet √
1 YS L 60 Mefinal 500 Mg Tablet √
Urotractin 400 Mg Capsul √
03/01/2019 Esvat 20 Mg Tablet √
2 RDP P 48 Mefinal 500 Mg Tablet √
Urotractin 400 Mg Capsul √
03/01/2019 Bactoprime Forte Tablet √
3 RNB P 32
Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
07/01/2019 Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
4 WYP L 54
Mefinal 500 Mg Tablet √
5 JU L 63 07/01/2019 Urotractin 400 Mg Capsul √
6 TA P 63 08/01/2019 Dexadrox 500 Mg Capsul √
7 AA L 34 07/01/2019 Urotractin 400 Mg Capsul √
09/01/2019 Captopril 25 Mg Tab Landson √
Elox 10 Gr Cream √
8 M P 67
Meloxicam 7,5 Mg Tablet √
Urotractin 400 Mg Capsul √
11/01/2019 Mefinal 500 Mg Tablet √
9 S L 58
Urotractin 400 Mg Capsul √
11/01/2019 Aldisa Sr Capsul √
Ikadryl Dmp Tablet √
10 SH P 16
Sanmol 500 Mg Tablet √
Scopamin 10 Mg Tablet √
60

Urotractin 400 Mg Capsul √


13/01/2019 Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
11 YL L 58 Nufaprazol 30 Mg Capsul √
Sanexon 8 Mg Tablet √
Urotractin 400 Mg Capsul √
14/01/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √
12 SH L 70
Urotractin 400 Mg Capsul √
15/01/2019 Esvat 20 Mg Tablet √
Meloxicam 7,5 Mg Tablet √
13 EPR P 48 Pumpitor 20 Mg Capsul √
Sanexon 8 Mg Tablet √
Urotractin 400 Mg Capsul √
15/01/2019 Rindobion Tablet √
14 HKW P 26 Sanmol 500 Mg Tablet √
Urotractin 400 Mg Capsul √
17/01/2019 Aldisa Sr Capsul √
Amlodipine Tab 5 Mg Kf √
15 TS P 50
Becom C Tablet √
Urotractin 400 Mg Capsul √
21/01/2019 Buscopan 10 Mg Tablet √
16 MA L 55
Dexadrox 500 Mg Capsul √
21/01/2019 Furosemide 40 Mg Tab √
17 SM P 31 Meloxicam 7,5 Mg Tablet √
Urotractin 400 Mg Capsul √
21/01/2019 Buscopan 10 Mg Tablet √
18 LA P 57 Dexadrox 500 Mg Capsul √
Ketokonazole 200 Mg Tab √
19 SB P 56 22/01/2019 Meloxicam 7,5 Mg Tablet √
61

Urotractin 400 Mg Capsul √


20 KR L 53 22/01/2019 Urotractin 400 Mg Capsul √
23/01/2019 Cameloc 15 Mg Tablet √
Meloxicam 7,5 Mg Tablet √
21 DS P 29 Rindobion Tablet √
Sagestam Cr 1 % Cream √
Urotractin 400 Mg Capsul √
23/01/2019 Buscopan 10 Mg Tablet √
22 WQ P 59 Sanmol 500 Mg Tablet √
Dexadrox 500 Mg Capsul √
23/01/2019 Amlodipine Tab 5 Mg Kf √
Cameloc 15 Mg Tablet √
Irtan 150 Mg Tablet √
23 TS L 49
Tizacom 2 Mg Tablet √
Urotractin 400 Mg Capsul √
Vibloc Tablet 6.25 Mg √
29/01/2019 Nufaprazol 30 Mg Capsul √
24 MG P 37 Sanmol 500 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
FEBRUARI
01/02/2019 Molasic Tab 500 Mg √
Nifedipin 10 Mg Tablet √
25 SD P 66
Ramipril 5 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
04/02/2019 Bufect 100 Mg/5 Ml Suspensi √
26 SN L 9 Cefixime Dry Syr √
Celestamin Syrup 30 Ml √
08/02/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √
27 RD P 27
Dexadrox 500 Mg Capsul √
62

07/02/2019 Molasic Tab 500 Mg √


28 NV P 49
Urotractine 400 Mg Capsul √
06/02/2019 Cefixime 100 Mg Cap √
Ketricin Orabase 0.1%5 Gr √
29 ZL P 56 Mecobalamin 500 Mcg Injeksi √
Nufaprazol 30 Mg Capsul √
Vastigo 6 Mg Tablet √
11/02/2019 Cefixime 100 Mg Cap √
30 DG P 31 Meloxicam 7,5 Mg Tablet √
Scopamin 10mg Tablet √
12/02/2019 Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
31 EM P 36
Sanmol 500 Mg Tablet √
13/02/2019 Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
32 SS P 60 Meloxicam 7,5 Mg Tablet √
Tizacom 2 Mg Tablet √
14/02/2019 Dexadrox 500 Mg Capsul √
33 SR P 62 Meloxicam 7,5 Mg Tablet √
Tuzalos Kaplet √
15/02/2019 Pumpitor 20 Mg Capsul √
34 AS L 53
Urotractine 400 Mg Capsul √
15/02/2019 Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
35 DR P 54 Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
Methylprednisolone 4 Mg Tab √
22/02/2019 Cefixime 100 Mg Cap √
36 TW P 49
Sanmol 500 Mg Tablet √
22/02/2019 Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
37 CC L 54
Trapasin Tab √
22/02/2019 Asam Mefenamat Tab 500 Mg √
38 RR P 38
Urotractine 400 Mg Capsul √
63

22/02/2019 Ciprofloxacin 500 Mg Tab √


Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
39 HR P 36
Sanexon 8 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
28/02/2019 Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
40 SA P 54
Sanmol 500 Mg Tablet √
MARET
41 FH P 20 04/03/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
06/03/2019 Cetirizine 10 Mg Tab √
Glimepiride 3 Mg Tab √
42 RF P 66
Sanmol 500 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
08/03/2019 Astika 100 Mg Tablet √
Dilavask Tab 5 Mg √
43 HM L 65 Esvat 20 Mg Tablet √
Tuzalos Kaplet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
14/03/2019 Cetirizine 10 Mg Tab √
Desoximetasone 0.25 % Cr √
44 EN P 56 Scabimite 5 % Cream 10 Gr √
Urinter Capsul √
Urotractine 400 Mg Capsul √
15/03/2019 Cefadroxil 500 Mg √
45 AWW P 26 Fluconazole 150 Cap √
Scopamin 10mg Tablet √
46 WC L 29 21/03/2019 Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
22/03/2019 Amlodipine Besylate 5 Mg Tab √
47 BA P 57 Diabemin 500 Mf Fc Tablet √
Glimepiride Tab 4 Mg √
64

Miniaspi Tab 80 Mg √
Urotractine 400 Mg Capsul √
24/03/2019 Erphaflam Tab 50 Mg √
Methylprednisolone 4 Mg Tab √
48 DK L 52
Ofloxacin 400 Mg Tab Novell √
Urotractine 400 Mg Capsul √
25/03/2019 Cefixime Cap 100 Mg √
49 SDR P 53
Scopamin 10mg Tablet √
28/03/2019 Becom C Tablet √
Molapect Syrup 15 Mg/5 Ml √
50 DH P 42
Sanmol 500 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
28/03/2019 Simvastatin Tab 10 Mg √
51 SR P 57
Urotractine 400 Mg Capsul √
29/03/2019 Glimepiride Tab 4 Mg √
52 BR L 62 Paratusin Tab √
Urotractine 400 Mg Capsul √
30/03/2019 Methylprednisolone 4 Mg Tab √
Molafate 500 Mg/5 Ml Susp √
53 AF P 30
Ofloxacin 400 Mg Tab Novell √
Urotractine 400 Mg Capsul √
APRIL
01/04/2019 Asam Mefenamat Tab 500 Mg √
54 NS P 43 Cefixime Cap 100 Mg √
Simvastatin Tab 10 Mg √
01/04/2019 Amoxicillin 500 Mg Tab √
55 U P 35
Molasic Tab 500 Mg √
03/04/2019 Methylprednisolone 4 Mg Tab √
56 DL L 64
Nufaprazol 30 Mg Capsul √
65

Ofloxacin 400 Mg Tab Novell √


Sanmol 500 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
57 YR P 21 08/04/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
13/04/2019 Buscopan 10 Mg Tablet √
Cameloc 15 Mg Tablet √
58 ATU L 55 Ketorolac 30 Mg Inj √
Ranitidine Hcl Inj 50 Mg √
Urotractine 400 Mg Capsul √
18/04/2019 Glimepiride 3 Mg Tab √
Metformin 500 Mg Tab √
59 SS P 58
Sanmol 500 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
30/04/2019 Asam Mefenamat Tab 500 Mg √
Becom C Tablet √
60 SR P 65
Sanmol 500 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
30/04/2019 Furosemide Tab 40 Mg √
61 RWN L 23 Scopamin 10 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
30/04/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √
62 DAL L 65 Scopamin 10 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
MEI
02/05/2019 Ranitidin 150 Mg Tab √
63 K P 36
Urotractine 400 Mg Capsul √
02/05/2019 Cefixime Dry Syr √
64 MI L 8
Proris 100 Mg Suspensi √
65 VG L 18 03/05/2019 Cefadroxil 500 Mg √
66

Loratadine 10 Mg Tab √
Molasic Tab 500 Mg √
05/05/2019 Acetylsisteine Cap 200 Mg √
Methylprednisolone 4 Mg Tab √
66 SM P 33
Scopamin 10 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
09/05/2019 Cefadroxil 500 Mg √
67 US P 59 Meloxicam 15 Mg Tablet √
Simvastatin Tab 10 Mg √
13/05/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √
68 EM P 55
Urotractine 400 Mg Capsul √
15/05/2019 Betametasone Cream 5 Gr √
Graphalac Syrup √
69 TM P 74
Ranitidin 150 Mg Tab √
Urotractine 400 Mg Capsul √
15/05/2019 Antasida Doen Susp √
Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
70 SS P 56
Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
Urotractine 400 Mg Capsul √
27/05/2019 Astika 100 Mg Tablet √
Molasic Tab 500 Mg √
71 SR P 61 Sansulin Log-G 100 Iu/Ml Injeksi √
Simvastatin Tab 10 Mg √
Urotractine 400 Mg Capsul √
27/05/2019 Ambroxol Syrup √
Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
72 LDA P 57
Rhinofed Tablet √
Sanmol 500 Mg Tablet √
73 M P 57 27/05/2019 Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
67

Profenid 100 Mg Supp √


Pumpitor 20 Mg Capsul √
Scopamin 10 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
28/05/2019 Cefadroxil 500 Mg √
Dexamethasone 0,5 Mg Tablet √
74 EB P 55
Ranitidin 150 Mg Tab √
Sanmol 500 Mg Tablet √
JUNI
03/06/2019 Alpara Tab √
Amlodipine Besylate 5 Mg Tab √
75 SS L 72 Astika 100 Mg Tablet √
Meloxicam 15 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
03/06/2019 Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
76 WY P 50 Methylprednisolone 4 Mg Tab √
Urotractine 400 Mg Capsul
04/06/2019 Nerva Plus Tab √
Repimide 100 Mg Tablet √
77 KH P 56
Sanmol 500 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
11/06/2019 Molasic Tab 500 Mg √
78 AW P 64
Urotractine 400 Mg Capsul √
12/06/2019 Molasic Tab 500 Mg √
79 R P 61
Urotractine 400 Mg Capsul √
80 BR L 66 14/06/2019 Cefixime Cap 100 Mg √
10/06/2019 Buscopan 10 Mg Tablet √
81 ZX L 43 Cefadroxil 500 Mg √
Molasic Tab 500 Mg √
68

82 AH L 35 13/06/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √


13/06/2019 Allopurinol 100 Mg Tab √
Amlodipine Besylate 5 Mg Tab √
83 STA P 55
Simvastatin Tab 10 Mg √
Urotractine 400 Mg Capsul √
14/06/2019 Molasic Tab 500 Mg √
84 RTS L 54
Urotractine 400 Mg Capsul √
16/06/2019 Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
Methylprednisolone 4 Mg Tab √
85 DS L 68
Sanmol 500 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
26/06/2019 Astika 100 Mg Tablet √
86 DJ P 63 Metformin 500 Mg Tab √
Urotractine 400 Mg Capsul √
27/06/2019 Alpara Tab √
87 DM P 50 Methylprednisolone 4 Mg Tab √
Urotractine 400 Mg Capsul √
JULI
03/07/2019 Asam Mefenamat Tab 500 Mg √
88 WN P 43
Urotractine 400 Mg Capsul √
89 SP P 35 05/07/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
08/07/2019 Ramipril 5 Mg Tab √
90 PL L 45
Urotractine 400 Mg Capsul √
10/07/2019 Acetylsisteine Cap 200 Mg √
Aldisa Sr Capsul √
Amlodipine 5 Mg Tab √
91 MM P 63
Asam Mefenamat Tab 500 Mg √
Diabemin 500 Mf Fc Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
10/07/2019 Acarbose 50 Mg Tablet √
92 IK L 71 Alpara Tab √
Amlodipine 5 Mg Tab √
69

Astika 100 Mg Tablet √


Diabemin 500 Mf Fc Tablet √
Irbesartan Tab 300 Mg Novel √
Urotractine 400 Mg Capsul √
14/07/2019 Ibuprofen 400 Mg Tablet √
Lexatrans Cap 500 Mg √
93 IN P 64
Scopamin 10 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
94 DF P 27 16/07/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
95 SA P 31 18/07/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
18/07/2019 Prostacom 5 Mg Tablet √
96 BP L 65
Urotractine 400 Mg Capsul √
30/07/2019 Azithromyciin Tab 500 Mg √
97 BT P 36
Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
AGUSTUS
02/08/2019 Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
98 AQ L 32
Urotractine 400 Mg Capsul √
06/08/2019 Amlodipine 5 Mg Tab √
Diabemin 500 Mf Fc Tablet √
99 MT P 61
Nerva Plus Tab √
Ofloxacin 400 Mg Tab Novell √
100 SK L 67 09/08/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
12/08/2019 Betametasone Cream 5 Gr √
Moladerm 2% Cream √
101 LY P 56
Omeprazole 20 Mg Cap Novell √
Urotractine 400 Mg Capsul √
102 PP P 33 16/08/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
18/08/2019 Ambroxol Syrup √
Cinolon N Cream 10 Gr √
103 RH P 63 Kalium Diklofenak Tab 50 Mg √
Methylprednisolone 4 Mg Tab √
Nucral Susp 200 Ml √
70

Urotractine 400 Mg Capsul √


27/08/2019 Cefixime Dry Syr √
Dextamin Syr √
104 RP P 8 Domperidon Susp √
Liprolac Sachet √
Nucral Susp 200 Ml √
31/08/2019 Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
Moladerm 2% Cream √
105 RT P 58
Nucral Susp 200 Ml √
Urotractine 400 Mg Capsul √
SEPTEMBER
02/09/2019 Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
106 AN P 40
Emineton Tablet √
11/09/2019 Dexadrox 500 Mg Capsul √
107 AF P 27
Sanmol 500 Mg Tablet √
12/09/2019 Dexadrox 500 Mg Capsul √
108 KH P 55
Sanmol 500 Mg Tablet √
13/09/2019 Ketokonazole 200 Mg Tab √
109 MB P 29
Urotractine 400 Mg Capsul √
13/09/2019 Asam Mefenamat 500 Mg Tab √
Dexadrox 500 Mg Capsul √
110 IC P 63
Lexatrans Cap 500 Mg √
Scopamin 10mg Tablet √
14/09/2019 Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
Methylprednisolone 4 Mg Tab √
111 OE P 26
Nucral Susp 200 Ml √
Urotractine 400 Mg Capsul √
19/09/2019 Meloxicam 15 Mg Tablet √
112 DW P 50
Urotractine 400 Mg Capsul √
24/09/2019 Dexadrox 500 Mg Capsul √
113 IA P 39 Sanmol 500 Mg Tablet √
Scopamin 10mg Tablet √
71

OKTOBER
02/10/2019 Alleron 4 Mg Tablet-Al01 √
Ambroxol Tab 30 Mg √
Lexcomet Tab 4 Mg √
114 SHY P 56 Salbutamol 4 Mg Tab √
Suprasma 100 Mcg/Puff Inhaler √
Theophylline Pulv √
Urotractine 400 Mg Capsul √
03/10/2019 Asam Mefenamat 500 Mg Tab √
115 RW P 33
Urotractine 400 Mg Capsul √
116 AH P 26 04/10/2019 Cefixime 100 Mg Cap √
04/10/2019 Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
117 NL P 33
Urotractine 400 Mg Capsul √
08/10/2019 Amlodipine Tab 5 Mg √
Dexadrox 500 Mg Capsul √
118 SS L 72
Irbesartan 150 Mg Tab √
Prostacom 5mg Tablet √
09/10/2019 Asam Mefenamat 500 Mg Tab √
119 AA P 34 Scopamin 10 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
10/10/2019 Asam Mefenamat 500 Mg Tab √
120 MFS P 69
Dexadrox 500 Mg Capsul √
13/10/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √
121 RD P 34 Scopamin 10 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
15/10/2019 Nerva Plus Tab √
122 NA L 43
Urotractine 400 Mg Capsul √
17/10/2019 Nerva Plus Tab √
123 S P 69 Ofloxacin 400 Mg Tab Novell √
Sanmol 500 Mg Tablet √
124 H P 54 17/10/2019 Asam Mefenamat 500 Mg Tab √
72

Urotractine 400 Mg Capsul √


18/10/2019 Gliquidone 30 Mg Tab √
Meloxicam Tab 15 Mg √
125 TR P 56
Simvastatin Tab 20 Mg √
Urotractine 400 Mg Capsul √
21/10/2019 Ambroxol Syrup √
Cefadroxil 500 Mg Cap √
126 CS P 63
Cetirizine 10 Mg Tab √
Dexamethasone Tab 0,5 Mg √
22/10/2019 Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
Lexcomet Tab 4 Mg √
127 LM P 28
Omeprazole 20 Mg Cap Novell √
Urotractine 400 Mg Capsul √
22/10/2019 Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
Lexcomet Tab 4 Mg √
128 ER P 64
Scopamin 10 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
24/10/2019 Asam Mefenamat 500 Mg Tab √
129 SM P 53 Cefadroxil 500 Mg Cap √
Furosemide Tab 40 Mg √
28/10/2019 Asam Mefenamat 500 Mg Tab √
130 SY P 61 Cefadroxil 500 Mg Cap √
Scopamin 10mg Tablet √
NOVEMBER
04/11/2019 Astika 100 Mg Tablet √
Cefadroxil 500 Mg Cap √
131 SU P 60 Diabemin 500 Mf Fc Tablet √
Glimepiride Tab 4 Mg √
Scopamin 10mg Tablet √
04/11/2019 Cefadroxil 500 Mg Cap √
132 HT P 60
Scopamin 10mg Tablet √
73

05/11/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √


133 ER P 52
Urotractine 400 Mg Capsul √
05/11/2019 Alpara Tab √
134 HW P 54 Cefadroxil 500 Mg Cap √
Dexamethasone Tab 0,5 Mg √
135 DM P 35 12/11/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
12/11/2019 Amoxicillin 125 Mg Dry Syrup √
136 MHA L 6
Gentalex 0.1 % Cream √
13/11/2019 Gemfibrozil Cap 300 Mg √
137 KH P 55
Urotractine 400 Mg Capsul √
15/11/2019 Cefixime Dry Syr √
Dextamin Syrup √
138 AAZ P 6
Paracetamol Syr √
Rhinos Junior Syrup √
15/11/2019 Asam Mefenamat 500 Mg Tab √
139 SM P 56
Cefadroxil 500 Mg Cap √
15/11/2019 Scopamin 10 Mg Tablet √
140 RPO L 61
Urotractine 400 Mg Capsul √
141 RN P 36 18/11/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
29/11/2019 Amlodipine 5 Mg Tab √
142 TM P 63
Urotractine 400 Mg Capsul √
22/11/2019 Alpara Tab √
143 AM P 61 Meloxicam 7,5 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
28/11/2019 Amlodipine 5 Mg Tab √
Aspar K Tablet √
144 L L 68 Furosemide Tab 40 Mg √
Glimepiride 2 Mg Tab √
Urotractine 400 Mg Capsul √
DESEMBER
145 SG P 75 05/12/2019 Amlodipine 5 Mg Tab √
74

Amoxicillin Tab 500 Mg √


Aspar K Tablet √
Candesartan 8 Mg Tab √
Furosemide Tab 40 Mg √
Pregabalin 75 Mg Capsul Novell √
09/12/2019 Gentalex Cream 5 Gr √
146 KS L 23
Ofloxacin 400 Mg Tab Novell √
147 AR P 30 10/12/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
148 EWS P 31 11/12/2019 Dexadrox 500 Mg Capsul √
19/12/2019 Ambroxol 30 Mg Tab √
Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
149 ES P 42 Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
Nerva Plus Tab √
Sanmol 500 Mg Tablet √
27/12/2019 Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
150 LL P 42 Molagit Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
29/12/2019 Molasic Tab 500 Mg √
151 TA P 32 Scopamin 10 Mg Tablet √
Urotractine 400 Mg Capsul √
30/12/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √
152 SP P 47
Urotractine 400 Mg Capsul √
31/12/2019 Dexadrox 500 Mg Capsul √
Kalmethasone Tab 0,5 Mg √
153 A P 20
Rhinofed Tablet √
Sanmol 500 Mg Tablet √
75

5. Data Peresepan Obat Berulang Pada Pasien ISK Di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap Tahun 2019

KELAS TERAPI

Usia
No Inisial JK Tanggal RESEP
(Th) SIMTOMATIK
AB
AA AI AFK AH AHS MK OSK OSN OSC ST AD RO OW AU AF VS

17/01/2019 Urotractin 400 Mg Capsul √


154 AI P 61 16/04/2019 Cameloc 15 Mg Tablet √
16/04/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
19/01/2019 Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
19/01/2019 Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
19/01/2019 Sanexon 8 Mg Tablet √
19/01/2019 Urotractin 400 Mg Capsul √
155 MFD P 31
16/04/2019 Alpara Tab √
16/04/2019 Asam Mefenamat Tab 500 Mg √
16/04/2019 Scopamin 10 Mg Tablet √
16/04/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
20/02/2019 Cefixime Cap 100 Mg √
20/02/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √
20/02/2019 Scopamin 10mg Tablet √
156 SSU P 33
27/07/2019 Methylprednisolone 4 Mg Tab √
27/07/2019 Scopamin 10 Mg Tablet √
27/07/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
12/02/2019 Cameloc 15 Mg Tablet √
157 SH P 82 12/02/2019 Esvat 20 Mg Tablet √
12/02/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
76

15/02/2019 Atorvastatin 20 Mg Tablet √


15/02/2019 Cameloc 15 Mg Tablet √
15/02/2019 Nufaprazol 30 Mg Capsul √
15/02/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
24/02/2019 Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
24/02/2019 Nufaprazol 30 Mg Capsul √
24/02/2019 Sanexon 8 Mg Tablet √
24/02/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √
158 VK P 58 24/02/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
24/04/2019 Patral Tab √
24/04/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
07/05/2019 Ranitidin 150 Mg Tab √
07/05/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √
04/01/2019 Vesicare 5 Mg Tablet √
25/01/2019 Amlodipine Tab 5 Mg Kf √
25/01/2019 Asam Mefenamat Tab 500 Mg √
25/01/2019 Prostacom 5mg Tablet √
25/01/2019 Santesar 50 Mg Tablet √
159 NU L 83 25/01/2019 Urotractin 400 Mg Capsul √
08/03/2019 Asam Mefenamat Tab 500 Mg √
08/03/2019 Dilavask Tab 5 Mg √
08/03/2019 Prostacom 5mg Tablet √
08/03/2019 Ramipril 5 Mg Tablet √
08/03/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
22/03/2019 Cameloc 15 Mg Tablet √
160 DP P 28
22/03/2019 Nufaprazol 30 Mg Capsul √
77

22/03/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √


22/03/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
15/04/2019 Asam Mefenamat Tab 500 Mg √
15/04/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
18/09/2019 Nerva Plus Tab √
18/09/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
28/03/2019 Amlodipine Besylate 5 Mg Tab √
28/03/2019 Asam Mefenamat Tab 500 Mg √
28/03/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
161 FT P 60
06/12/2019 Allopurinol 100 Mg Tab Kimia F √
06/12/2019 Meloxicam 7,5 Mg Tablet √
06/12/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
27/03/2019 Fungares 2 % Cream 5 Gram √
27/03/2019 Pot 40 Gr
162 HS L 60 27/03/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
26/11/2019 Alpara Tab √
26/11/2019 Cefadroxil 500 Mg Cap √
29/03/2019 Cefadroxil Cap 500 Mg √
163 JH P 77
08/04/2019 Ofloxacin 400 Mg Tab Novell √
14/03/2019 Asam Mefenamat Tab 500 Mg √
14/03/2019 Atorvastatin 40 Mg Tab √
14/03/2019 Diabemin 500 Mf Fc Tablet √
164 VC P 53 14/03/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
03/06/2019 Isosorbide Dinitrate 5 Mg Tab √
03/06/2019 Meloxicam 15 Mg Tablet √
03/06/2019 Permyo 50mg Tab √
78

03/06/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √


22/04/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
19/07/2019 Amlodipine 5 Mg Tab √
165 SU P 50
19/07/2019 Nucral Susp 200 Ml √
19/07/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
06/05/2019 Acarbose 50 Mg Tablet √
06/05/2019 Becom C Tablet √
06/05/2019 Glimepiride Tab 4 Mg √
06/05/2019 Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
06/05/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √
06/05/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
02/09/2019 Acarbose Tab 100 Mg √
166 NL P 57
02/09/2019 Aspar K Tablet √
02/09/2019 Clopidogrel 75 Mg Tab √
02/09/2019 Furosemide 40 Mg Tab √
02/09/2019 Glimepiride Tab 4 Mg √
02/09/2019 Simvastatin Tab 20 Mg √
02/09/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
02/09/2019 Vitamin B6 10 Mg Tab √
13/10/2019 Kalium Diklofenak 50 Mg Tab √
09/08/2019 Amlodipine Besylate 5 Mg Tab √
09/08/2019 Epsonal Tab 50 Mg √
167 THL P 54
09/08/2019 Kalium Diklofenak Tab 50 Mg √
09/08/2019 Simvastatin Tab 10 Mg √
09/08/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
168 TS P 71 28/09/2019 Asam Mefenamat 500 Mg Tab √
79

28/09/2019 Scopamin 10mg Tablet √


28/09/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
07/10/2019 Dexadrox 500 Mg Capsul √
07/10/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √
07/10/2019 Scopamin 10 Mg Tablet √
22/11/2019 Acetylsisteine Cap 200 Mg √
22/11/2019 Allopurinol 300 Mg Tab √
22/11/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √
22/11/2019 Simvastatin Tab 20 Mg √
22/11/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
169 SL P 60
23/10/2019 Amlodipine Tab 5 Mg √
23/10/2019 Magtral Forte Suspensi √
23/10/2019 Omeprazole 20 Mg Cap Novell √
23/10/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √
23/10/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
14/10/2019 Asam Mefenamat 500 Mg Tab √
14/10/2019 Scopamin 10 Mg Tablet √
14/10/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
170 SYS P 63
21/10/2019 Cefixime 100 Mg Cap √
21/10/2019 Magtral Forte Suspensi √
21/10/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √
03/10/2019 Meloxicam Tab 15 Mg √
03/10/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
171 SZ P 56 11/10/2019 Dexadrox 500 Mg Capsul √
11/10/2019 Eperison 50 Mg √
11/10/2019 Sanmol 500 Mg Tablet √
172 ABP P 33 04/11/2019 Cefixime 100 Mg Cap √
80

08/11/2019 Allopurinol 100 Mg Tab Kimia F √


08/11/2019 Simvastatin Tab 20 Mg √
26/11/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
08/12/2019 Asam Mefenamat 500 Mg Tab √
08/12/2019 Scopamin 10 Mg Tablet √
08/12/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
173 WMS L 21 09/12/2019 Ciprofloxacin 500 Mg Tab √
09/12/2019 Scopamin 10 Mg Tablet √
31/12/2019 Azithromyciin Tab 500 Mg √
31/12/2019 Ceftriaxone 1 Gr Inj √
23/12/2019 Aldisa Sr Capsul √
23/12/2019 Cefixime 100 Mg Cap √
23/12/2019 Lexcomet Tab 4 Mg √
174 RAQ L 22
30/12/2019 Molasic Tab 500 Mg √
30/12/2019 Scopamin 10 Mg Tablet √
30/12/2019 Urotractine 400 Mg Capsul √
81

Keterangan :

AA Analgesik dan
Antiperetik
AB Antibitika
AI Antiinflamasi
AH Antihipertensi
MK Mukoitik
OSK obat saluran kemih
OSN Obat saluran nafas
OSC Obat saluran cerna
Vitamin dan
VS Suplemen
ST Statin
AHS Antihistamin
RO Relaxan Otot\
AD Antidiabetes
OW Obat Wasir
AFK anti-fibrinolitik
AF Anti Fungi
82

6. Data Karakteristik Pasien ISK Di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap Tahun 2019

TERAPI ANTIBIOTIKA
JENIS
UMUR
KELAMIN SEDIAAN OBAT
NO INISIAL OBAT ANTIBIOTIKA
ANTIBIOTIKA

Jenis Coding Th Kategori Coding Nama obat Kategori Coding Sediaan Coding
1 YS L 2 60 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
2 RDP P 1 48 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
3 RNB P 1 32 Usia Produktif 3 Bactoprime forte Tunggal 1 Tablet 1
4 WYP L 2 54 Usia Produktif 3 Ciprofloxacin Tunggal 1 Tablet 1
5 JU L 2 63 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
6 TA P 1 63 Lansia 4 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
7 AA L 2 34 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
8 M P 1 67 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
9 S L 2 58 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
10 SH P 1 16 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
11 YL L 2 58 Usia Produktif 3 Ciprofloxacin & urotractin Kombinasi 2 Tablet 1
12 SH L 2 70 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
13 EPR P 1 48 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
14 HKW P 1 26 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
15 TS P 1 50 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
16 MA L 2 55 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
17 SM P 1 31 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
18 LA P 1 57 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
19 SB P 1 56 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
20 KR L 2 53 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
21 DS P 1 29 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
22 WQ P 1 59 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
83

23 TS L 2 49 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1


24 MG P 1 37 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
25 SD P 1 66 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
26 SN L 2 9 Usia Muda 2 Cefixime Tunggal 1 Syrup 2
27 RD P 1 27 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
28 NV P 1 49 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
29 ZL P 1 56 Usia Produktif 3 Cefixime Tunggal 1 Tablet 1
30 DG P 1 31 Usia Produktif 3 Cefixime Tunggal 1 Tablet 1
31 EM P 1 36 Usia Produktif 3 Ciprofloxacin Tunggal 1 Tablet 1
32 SS P 1 60 Lansia 4 Ciprofloxacin Tunggal 1 Tablet 1
33 SR P 1 62 Lansia 4 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
34 AS L 2 53 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
35 DR P 1 54 Usia Produktif 3 Ciprofloxacin Tunggal 1 Tablet 1
36 TW P 1 49 Usia Produktif 3 Cefixime Tunggal 1 Tablet 1
37 CC L 2 54 Usia Produktif 3 Ciprofloxacin Tunggal 1 Tablet 1
38 RR P 1 38 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
39 HR P 1 36 Usia Produktif 3 Ciprofloxacin & urotractin Kombinasi 2 Tablet 1
40 SA P 1 54 Usia Produktif 3 Ciprofloxacin Tunggal 1 Tablet 1
41 FH P 1 20 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
42 RF P 1 66 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
43 HM L 2 65 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
44 EN P 1 56 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
45 AWW P 1 26 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
46 WC L 2 29 Usia Produktif 3 Ciprofloxacin Tunggal 1 Tablet 1
47 BA P 1 57 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
48 DK L 2 52 Usia Produktif 3 Ofloxacin tab Tunggal 1 Tablet 1
49 SDR P 1 53 Usia Produktif 3 Cefixime Tunggal 1 Tablet 1
50 DH P 1 42 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
51 SR P 1 57 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
84

52 BR L 2 62 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1


53 AF P 1 30 Usia Produktif 3 Ofloxacin tab Tunggal 1 Tablet 1
54 NS P 1 43 Usia Produktif 3 Cefixime Tunggal 1 Tablet 1
55 U P 1 35 Usia Produktif 3 Amoxicillin Tunggal 1 Tablet 1
56 DL L 2 64 Lansia 4 Ofloxacin tab Tunggal 1 Tablet 1
57 YR P 1 21 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
58 ATU L 2 55 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
59 SS P 1 58 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
60 SR P 1 65 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
61 RWN L 2 23 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
62 DAL L 2 65 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
63 K P 1 36 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
64 MI L 2 8 Usia Muda 2 Cefixime Tunggal 1 Tablet 1
65 VG L 2 18 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
66 SM P 1 33 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
67 US P 1 59 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
68 EM P 1 55 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
69 TM P 1 74 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
70 SS P 1 56 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
71 SR P 1 61 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
72 LDA P 1 57 Usia Produktif 3 Ciprofloxacin & urotractin Kombinasi 2 Tablet 1
73 M P 1 57 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
74 EB P 1 55 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
75 SS L 2 72 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
76 WY P 1 50 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
77 KH P 1 56 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
78 AW P 1 64 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
79 R P 1 61 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
80 BR L 2 66 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
85

81 ZX L 2 43 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1


82 AH L 2 35 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
83 STA P 1 55 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
84 RTS L 2 54 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
85 DS L 2 68 Lansia 4 Ciprofloxacin Tunggal 1 Tablet 1
86 DJ P 1 63 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
87 DM P 1 50 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
88 WN P 1 43 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
89 SP P 1 35 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
90 PL L 2 45 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
91 MM P 1 63 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
92 IK L 2 71 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
93 IN P 1 64 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
94 DF P 1 27 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
95 SA P 1 31 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
96 BP L 2 65 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
97 BT P 1 36 Usia Produktif 3 Azithromyciin Tunggal 1 Tablet 1
98 AQ L 2 32 Usia Produktif 3 Ciprofloxacin & urotractin Kombinasi 2 Tablet 1
99 MT P 1 61 Lansia 4 Ofloxacin Tunggal 1 Tablet 1
100 SK L 2 67 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
101 LY P 1 56 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
102 PP P 1 33 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
103 RH P 1 63 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
104 RP P 1 8 Usia Muda 2 Cefixime dry syr Tunggal 1 Tablet 1
105 RT P 1 58 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
106 AN P 1 40 Usia Produktif 3 Ciprofloxacin Tunggal 1 Tablet 1
107 AF P 1 27 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
108 KH P 1 55 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
109 MB P 1 29 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
86

110 IC P 1 63 Lansia 4 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1


111 OE P 1 26 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
112 DW P 1 50 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
113 IA P 1 39 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
114 SHY P 1 56 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
115 RW P 1 33 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
116 AH P 1 26 Usia Produktif 3 Cefixime Tunggal 1 Tablet 1
117 NL P 1 33 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
118 SS L 2 72 Lansia 4 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
119 AA P 1 34 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
120 MFS P 1 69 Lansia 4 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
121 RD P 1 34 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
122 NA L 2 43 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
123 S P 1 69 Lansia 4 Ofloxacin Tunggal 1 Tablet 1
124 H P 1 54 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
125 TR P 1 56 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
126 CS P 1 63 Lansia 4 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
127 LM P 1 28 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
128 ER P 1 64 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
129 SM P 1 53 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
130 SY P 1 61 Lansia 4 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
131 SU P 1 60 Lansia 4 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
132 HT P 1 60 Lansia 4 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
133 ER P 1 52 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
134 HW P 1 54 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
135 DM P 1 35 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
136 MHA L 2 6 Usia Muda 2 Amoxicillin Tunggal 1 Syrup 2
137 KH P 1 55 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
138 AAZ P 1 6 Usia Muda 2 Cefixime Tunggal 1 Syrup 2
87

139 SM P 1 56 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1


140 RPO L 2 61 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
141 RN P 1 36 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
142 TM P 1 63 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
143 AM P 1 61 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
144 L L 2 68 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
145 SG P 1 75 Lansia 4 Amoxicillin Tunggal 1 Tablet 1
146 KS L 2 23 Usia Produktif 3 Ofloxacin Tunggal 1 Tablet 1
147 AR P 1 30 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
148 EWS P 1 31 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
149 ES P 1 42 Usia Produktif 3 Ciprofloxacin Tunggal 1 Tablet 1
150 LL P 1 42 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
151 TA P 1 32 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
152 SP P 1 47 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
153 A P 1 20 Usia Produktif 3 Cefadroxil Tunggal 1 Tablet 1
154 AI P 1 61 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
155 MFD P 1 31 Usia Produktif 3 Ciprofloxacin & urotractin Kombinasi 2 Tablet 1
156 SSU P 1 33 Usia Produktif 3 Cefixime & urotractin Kombinasi 2 Tablet 1
157 SH P 1 82 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
158 VK P 1 58 Usia Produktif 3 Ciprofloxacin & urotractin Kombinasi 2 Tablet 1
159 NU L 2 83 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
160 DP P 1 28 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
161 FT P 1 60 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
162 HS L 2 60 Lansia 4 Urotractine & cefadroxil Kombinasi 2 Tablet 1
163 JH P 1 77 Lansia 4 Cefadroxil & ofloxacin Kombinasi 2 Tablet 1
164 VC P 1 53 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
165 SU P 1 50 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
166 NL P 1 57 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
167 THL P 1 54 Usia Produktif 3 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
88

168 TS P 1 71 Lansia 4 Urotractin & cefadroxil Kombinasi 2 Tablet 1


169 SL P 1 60 Lansia 4 Urotractin Tunggal 1 Tablet 1
170 SYS P 1 63 Lansia 4 Urotractin & cefixime Kombinasi 2 Tablet 1
171 SZ P 1 56 Usia Produktif 3 Urotractin & cefadroxil Kombinasi 2 Tablet 1
172 ABP P 1 33 Usia Produktif 3 Cefixime & urotractin Kombinasi 2 Tablet 1
Urotractin, ciprofloxacin, azithromyciin &
173 WMS L 2 21 Usia Produktif 3 Kombinasi 2 Tablet&Injeksi 3
ceftriaxone inj
174 RAQ L 2 22 Usia Produktif 3 Cefixime & urotractin Kombinasi 2 Tablet 1
89

7. Data Rasionalitas Peresepan Antibiotika Pada Pasien ISK Di Instalasi Rawat Jalan RS X Cilacap Tahun 2019
RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIKA
Terapi Tepat diagnosis Tepat indikasi Tepat pemilihan obat Tepat Dosis Tepat cara Tepat pasien Waspada efek Cost effectiviness
No Inisial Dosis
Antibiotika penyakit pemberian samping
Kategori Coding Kategori coding Kategori Coding Kategori Coding Kategori Coding Kategori Coding Kategori Coding Kategori Coding
Tidak Tidak
1 YS 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
2 RDP 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Bactoprime
3 RNB 1 1 1 1 1 1 1
Forte 2x1 Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
4 WYP 1 2 1 1 1 1 1
Ciprofloxacin 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
5 JU 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
6 TA 1 2 1 1 1 1 1
Cefadroxil 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
7 AA 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
8 M 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
9 S 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
10 SH 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Ciprofloxacin Tidak
11 YL 1 2 1 1 1 1 1
& Urotractin 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
12 SH 1 1 2 1 1 1 2
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat tepat Efektif 1
Tidak
13 EPR 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
14 HKW 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
15 TS 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
16 MA 1 2 1 1 1 1 1
Cefadroxil 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
17 SM 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
18 LA Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tidak 2 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
90

tepat
Tidak Tidak
19 SB 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
20 KR 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
21 DS 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
22 WQ Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak
23 TS 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
24 MG 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
25 SD 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
26 SN 1 2 1 2 1 1 1
Cefixime 2x1 Tepat tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
27 RD Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak
28 NV 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
29 ZL 1 2 1 1 1 1 1
Cefixime 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
30 DG 1 2 1 1 1 1 1
Cefixime 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
31 EM Ciprofloxacin 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
32 SS Ciprofloxacin 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
33 SR Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak Tidak
34 AS 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
35 DR 1 2 1 1 1 1 1
Ciprofloxacin 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
36 TW 1 1 1 2 1 1 1
Cefixime 2x2 Tepat Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
37 CC Ciprofloxacin 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak Tidak
38 RR 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Ciprofloxacin
39 HR 1 1 1 1 1 1 1
& Urotractin 2x1 Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
40 SA 1 1 1 2 1 1 1
Ciprofloxacin 3x1 Tepat Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
41 FH 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
91

Tidak Tidak
42 RF 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
43 HM 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
44 EN 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
45 AWW Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak Tidak
46 WC 1 2 1 2 1 1 1
Ciprofloxacin 3x1 Tepat tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
47 BA 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
48 DK Ofloxacin Tab 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak
49 SDR 1 1 1 2 1 1 1
Cefixime 2x2 Tepat Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
50 DH 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
51 SR 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
52 BR 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
53 AF 1 2 1 1 1 1 1
Ofloxacin Tab 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
54 NS Cefixime 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
55 U Amoxicillin 3x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak
56 DL 1 2 1 1 1 1 1
Ofloxacin Tab 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
57 YR 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
58 ATU 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
59 SS 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
60 SR 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
61 RWN 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
62 DAL 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
63 K 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
64 MI Cefixime 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
92

Tidak
65 VG 1 1 1 2 1 1 1
Cefadroxil 3x1 Tepat Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
66 SM 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
67 US 1 2 1 2 1 1 1
Cefadroxil 3x1 Tepat tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
68 EM 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
69 TM 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
70 SS 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
71 SR 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Ciprofloxacin
72 LDA 1 1 1 1 1 1 1
& Urotractin 2x1 Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
73 M 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
74 EB 1 2 1 2 1 1 1
Cefadroxil 3x1 Tepat tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
75 SS 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
76 WY 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
77 KH 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
78 AW 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
79 R 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
80 BR 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
81 ZX 1 1 1 2 1 1 1
Cefadroxil 3x1 Tepat Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
82 AH 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
83 STA 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
84 RTS 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
85 DS Ciprofloxacin 2x1 Tepat 1 Tidak 2 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
93

tepat
Tidak Tidak
86 DJ 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
87 DM 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
88 WN 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
89 SP 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
90 PL 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
91 MM 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
92 IK 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
93 IN 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
94 DF 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
95 SA 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
96 BP 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
97 BT Azithromyciin 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Ciprofloxacin
98 AQ 1 1 1 1 1 1 1
& Urotractin 2x1 Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
99 MT 1 2 1 1 1 1 1
Ofloxacin 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
100 SK 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
101 LY 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
102 PP 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
103 RH 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Cefixime Dry Tidak
104 RP 1 2 1 1 1 1 1
Syr 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
105 RT 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1/2 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
106 AN Ciprofloxacin 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
94

Tidak
107 AF 1 2 1 1 1 1 1
Cefadroxil 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
108 KH Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak
109 MB 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
110 IC 1 2 1 1 1 1 1
Cefadroxil 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
111 OE 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
112 DW 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
113 IA Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak Tidak
114 SHY 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
115 RW 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
116 AH 1 2 1 1 1 1 1
Cefixime 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
117 NL 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
118 SS Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak
119 AA 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
120 MFS Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak Tidak
121 RD 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
122 NA 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
123 S Ofloxacin 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak
124 H 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
125 TR 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
126 CS Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak
127 LM 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
128 ER 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
129 SM Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
130 SY Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
131 SU Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
95

132 HT Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak
133 ER 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
134 HW Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak Tidak
135 DM 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
136 MHA 1 2 1 1 1 1 1
Amoxicillin 3x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
137 KH 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
138 AAZ Cefixime 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
139 SM Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak
140 RPO 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
141 RN 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
142 TM 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
143 AM 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
144 L 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
145 SG 1 2 1 1 1 1 1
Amoxicillin 3x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
146 KS Ofloxacin 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak Tidak
147 AR 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
148 EWS 1 2 1 1 1 1 1
Cefadroxil 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
149 ES 1 2 1 1 1 1 1
Ciprofloxacin 2x1 Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
150 LL 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
151 TA 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
152 SP 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
153 A Cefadroxil 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
Tidak
154 AI 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
155 MFD Ciprofloxacin 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Efektif 1
96

& Urotractin
Cefixime & Tidak
156 SSU 1 1 1 2 1 1 1
Urotractin 3x1 Tepat Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
157 SH 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Ciprofloxacin Tidak
158 VK 1 1 1 1 1 1 2
& Urotractin 2x1 Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat tepat Efektif 1
Tidak Tidak
159 NU 1 2 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
160 DP 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
161 FT 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Urotractine &
162 HS 1 1 1 1 1 1 1
Cefadroxil 2x1 Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Cefadroxil &
163 JH 1 1 1 1 1 1 1
Ofloxacin 2x1 Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
164 VC 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak
165 SU 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Tidak Tidak
166 NL 1 1 2 1 1 1 2
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat tepat Efektif 1
Tidak
167 THL 1 1 2 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Urotractin & Tidak
168 TS 1 1 1 1 1 1 2
Cefadroxil 2x1 Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat tepat Efektif 1
Tidak Tidak Tidak
169 SL 1 2 2 1 1 1 2
Urotractin 2x1 Tepat tepat tepat Tepat Tepat Tepat tepat Efektif 1
Urotractin & Tidak
170 SYS 1 1 1 1 1 1 2
Cefixime 2x1 Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat tepat Efektif 1
Urotractin & Tidak
171 SZ 1 1 1 1 1 1 2
Cefadroxil 2x1 Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat tepat Efektif 1
Cefixime &
172 ABP 1 1 1 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
Urotractin,
Ciprofloxacin,
173 WMS 2x1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 Tepat 1 2 Efektif 1
Azithromyciin Tidak
& Ceftriaxone tepat
Cefixime &
174 RAQ 1 1 1 1 1 1 1
Urotractin 2x1 Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Efektif 1
97

8. Analisis Data Menggunakan Komputerisasi

A. Karakteristik Responden

Frequency Table

Jenis Kelamin Pasien ISK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Perempuan 130 74.7 74.7 74.7

Laki-laki 44 25.3 25.3 100.0

Total 174 100.0 100.0

Umur Pasien ISK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Usia Muda 5 2.9 2.9 2.9

Usia Produktif 117 67.2 67.2 70.1

Lansia 52 29.9 29.9 100.0

Total 174 100.0 100.0

Pemberian Terapi Antibiotika

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid Tanpa Antibiotika 104 59.8 59.8 59.8

Pakai Antibitoka 70 40.2 40.2 100.0

Total 174 100.0 100.0


98

B. Rasionalisasi Antibiotik

Tepat Diagnosis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tepat 104 59.8 59.8 59.8

Tidak tepat 70 40.2 40.2 100.0

Tepat Indikasi Penyakit

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tepat 174 100.0 100.0 100.0

Tepat Pemilihan Obat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tepat 70 40.2 40.2 40.2


Tidak tepat 104 59.8 59.8 100.0

Tepat Dosis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tepat 164 94.25 94.25 94.5

Tidak tepat 10 5.75 5.75 100.0

Total 174 100.0 100.0


99

Tepat Cara Pemberian

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tepat 174 100.0 100.0 100.0

Tepat Pasien

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tepat 174 100.0 100.0 100.0

Waspada efek samping

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tepat 166 95.4 95.4 95.4


Tidak tepat 8 4.60 4.60 100.0

Cost Effectiviness

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Efektif 174 100.0 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai