Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PPRA RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA TAHUN 2019

YUMERKRIS

Yayasan Untuk Menyelenggarakan Rumah Sakit-Rumah Sakit Kristen Di Sumba

RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA


JL. PROF. DR. W. Z JOHANES NO 6 PAYETI
WAINGAPU-SUMBA TIMUR
Telp : (0387), 610
BAB I
PENDAHULUAN

A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA

Rumah Sakit Kristen Lindimara merupakan rumah sakit kristen dengan pelayanan
kesehatan mulai dari yang bersifat umum sampai dengan yang bersifat spesialistik, yang
dilengkapi dengan pelayanan penunjang medis 24 jam.

Rumah Sakit Kristen Lindimara berlokasi di Jl.P r o f . W.Z Yohanes No. 6 Kelurahan
Prailiu, Kecamatan Kambera Kabupaten Sumba Timur ,Indonesia.Telp (0387)61064.

Rumah Sakit Kristen Lindimara didirikan pada tanggal 12 November 1912 dengan status
berada dibawah kepemilikan Sinode GKS yang diwakili oleh YUMERKRIS (Yayasan Untuk
Menyelenggarakan Rumah Sakit - Rumah Sakit Kristen di Sumba). RS Kristen Lindimara
merupakan rumah sakit yang setara dengan rumah sakit pemerintah tipe D. Pada saat ini RS
Kristen Lindimara dipimpin oleh dr.Alhairani Koni Londa Manu Mesa selaku direktur.

 VISI

Rumah Sakit Kristen Lindimara memiliki visi :

“Menjadi Rumah Sakit yang melayani dengan kasih dan mengutamakan mutu bagi
keselamatan pasien”

 MISI

Rumah Sakit Kristen Lindimara memiliki misi :

a) Memberikan pelayanan kesehatan yang holistik pada setiap orang berlandaskan kasih
kristus tanpa membedakan status sosial, agama, ras, suku, dan golongan.

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berousat pada pasien dengan


mengutamakan mutu dan keselamatan pasien.

b) Mengembangkan dan meningkatkan mutu SDM secara utuh yang berintegritas,


professional dan inovatif.

c) Mengembangkan dan meningkatkan mutu peralatan, sarana dan prasarana.

d) Mengembangkan dan meningkatkan kualitas dministrasi dan manajemen.


e) Menyelenggarakan Rumah Sakit yang aman dan ramah lingkungan.

 NILAI – NILAI

Bekerja dalam kebersamaan jauh lebih baik dari pada bekerja sendri.

 MOTO

Motto Rumah Sakit Kristen Lindimara adalah ”Melayani Dengan kasih “

Untuk mencapai visi misi tersebut telah ditetapkan rencana strategis tahunan 2019-2024
yang didalamnya ditetapkan sasaran strategis, indikator kinerja utama maupun program
strategis. Untuk mewujudkan rencana strategis tersebut maka perlu disusun program kerja
tahunan.

B. LATAR BELAKANG

Resistensi mikroba terhadap antimikroba (disingkat: resistensi antimikroba,


antimicrobial resistance, AMR) telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia, dengan
berbagai dampak merugikan dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan. Muncul dan
berkembangnya resistensi antimikroba terjadi karena tekanan seleksi (selection pressure) yang
sangat berhubungan dengan penggunaan antimikroba, dan penyebaran mikroba resisten
(spread). Tekanan seleksi resistensi dapat dihambat dengan cara menggunakan secara bijak,
sedangkan proses penyebaran dapat dihambat dengan cara mengendalikan infeksi secara
optimal.

Resistensi antimikroba yang dimaksud adalah resistensi terhadap antimikroba yang


efektif untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan parasit. Bakteri
adalah penyebab infeksi terbanyak maka penggunaan antibakteri yang dimaksud adalah
penggunaan antibiotik.

Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) tahun 2000-2005


pada 2494 individu di masyarakat, memperlihatkan bahwa 43% Escherichia coli resisten
terhadap berbagai jenis antibiotik antara lain: ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%) dan
kloramfenikol (25%). Sedangkan pada 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan
81%Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%),
kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), siprofloksasin (22%), dan gentamisin (18%). Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa masalah resistensi antimikroba juga terjadi di Indonesia.
Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa diSurabaya dan Semarang terdapat masalah resistensi
antimikroba, penggunaan antibiotik yang tidak bijak, dan pengendalian infeksi yang belum
optimal. Penelitian AMRIN ini menghasilkan rekomendasi berupa metode yang telah divalidasi
(validated method) untuk mengendalikan resistensi antimikroba secara efisien. Hasil penelitian
tersebut telah disebarluaskan ke rumah sakit lain di Indonesia melalui lokakarya nasional
pertama di Bandung tanggal 29-31 Mei 2005, dengan harapan agar rumah sakit lain dapat
melaksanakan “self-assessment program” menggunakan “validated method” seperti yang
dimaksud di atas. Pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi di masing-
masing rumah sakit, sehingga akan diperoleh data resistensi antimikroba, data penggunaan
antibiotik, dan pengendalian infeksi di Indonesia. Namun, sampai sekarang gerakan
pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit secara nasional belum berlangsung baik,
terpadu, dan menyeluruh sebagaimana yang terjadi di beberapa negara.

Berbagai cara perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah resistensi antimikroba ini
baik di tingkat perorangan maupun di tingkat institusi atau lembaga pemerintahan, dalam kerja
sama antar-institusi maupun antar-negara. WHO telah berhasil merumuskan 67 rekomendasi
bagi negara anggota untuk melaksanakan pengendalian resistensi antimikroba. Di Indonesia
rekomendasi ini tampaknya belum terlaksana secara institusional. Padahal, sudah diketahui
bahwa penanggulangan masalah resistensi antimikroba di tingkat internasional hanya dapat
dituntaskan melalui gerakan global yang dilaksanakaan secara serentak, terpadu, dan
bersinambung dari semua negara. Diperlukan pemahaman dan keyakinan tentang adanya
masalah resistensi antimikroba, yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan nasional melalui
program terpadu antara rumah sakit, profesi kesehatan, masyarakat, perusahaan farmasi, dan
pemerintah daerah di bawah koordinasi pemerintah pusat melalui kementerian kesehatan.
Gerakan penanggulangan dan pengendalian resistensi antimikroba secara paripurna ini disebut
dengan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA). Dalam rangka pelaksanaan
PPRA di rumah sakit, maka perlu disusun pedoman pelaksanaan agar pengendalian resistensi
antimikroba di rumah sakit di seluruh Indonesia berlangsung secara baku dan data yang
diperoleh dapat mewakili data nasional di Indonesia.

A. Rencana strategis 2019 – 2024

Sasaran strategis yang terkait dengan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba


( PPRA ) adalah : Status akreditasi

B. Hasil Evaluasi Kinerja tahun 2018

Hasil evaluasi kinerja tahun 2018 belum dapat dievaluasi karena program baru
diaksanakan pada tahun 2019

a. TUJUAN

1. Tujuan umum

Mengendalikan berkembangya mikroba resisten akibat tekanan seleksi oleh


antibiotik, melalui penggunaan antibiotik secara bijak, dan mencegah penyebaran
mikroba resisten melalui peningkatan ketaatan terhadap prinsip penecegahahn dan
pengendalian infeksi

2. Tujuan khusus

1. Memenuhi kompetensi dasar manusia

2. Meningkatan mutu layanan

3. Mendukung program pencegahan dan pengendalian infeksi

b. MASA BERLAKU

Masa berlaku program pengedalian resistensi antimikroba di RSK Lindimara adalah


selama 5 tahun dan sewaktu – sewaktu dapat direfisi.

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

 Kelebihan pedoman program pengedalian resistensi antimikroba di RSK Lindimara


adalah pedoman ini adalah selalu di di update berdasarkan perkembangan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba di Rumah Sakit.

 Kekurangan pedoman program pengedalian resistensi antimikroba di RSK


Lindimara adalah tidak dapat diterapkannya pemeriksaan mikrobiologi, pelaporan
pola mikroba dan kepekaannya.

D. KEGIATAN POKOK & RINCIAN KEGIATAN


Program kerja PPRA disusun oleh ketua Tim PPRA, dibantu oleh anggota Tim PPRA,
Komite PPI, Instalasi Farmasi, Panitia Farmasi dan Terapi, Instalasi Laboratorium, serta Klinisi di
Kelompok Staff medis masing-masing, yang disahkan serta ditandatangin oleh Direktur Rumah
Sakit untuk selanjutnya dievaluasi berkala setiap tahunnya.
Adapun kegiatan program pengendalian kerja tersebut terdiri dari:
1. Memenuhi kompetensi dasar manusia
a. Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan Tim PPRA
b. Sosialisasi program pengendalian resistensi antimikroba
c. Departemen atau Kelompok Staff Medis menetapkan pedoman penggunaan
antibiotik
d. Melakukan sosialisasi dan memberlakukan pedoman penggunaan antibiotik secara
resmi di masing-masing Departemen / SMF
2. Mengembangkan pelayanan
a. Monitoring penggunaan antibiotik profilaksis bedah pada kasus bedah
b. Perbaikan kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik
3. Mendukung program pencegahan dan pengendalian infeksi
a. Monitoring kepatuhan cuci tangan 6 langkah
b. Monitoring kapatuhan petugas dalam menggunakan APD
E. CARA MELAKSANAKAN KEGITAN
Terlampir
F. SASARAN KEGIATAN
Seluruh elemen rumah sakit terutama klinisi, perawat, bidan, dan petugas medis lainnya
yang berada di lingkungan RSK Lindimara, termasuk pasien itu sendiri.
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
1. Melaksanakan pemeliharaan sarana prasarana

Rincian kegiatan Langkah – langkah Anggar Target Tempat Pelaksana


kerja an waktu pelaksaa dan peserta
n
Pengadaan a. Menginventarisai Rp. Juni Ruang Tim
ruang kerja Tim kebutuhan dan 2.000. 2019 kantor HIV/AIDS
PPRA peralatan ruang 000. RSKL
kerja Tim PPRA
b. Mengajukan
permintaan ke
bagaian pengadaan

2. Memenuhi kompetensi dasar manusia


Rincian Langkah – Anggaran Target Tempat Pelaksana dan
Kegiatan langkah kerja waktu pelaksanaa peserta
n
Pelatihan a. Mengajukan Rp. 25- 26 Juni Harris Komisi
untuk Tim permohonan 6.000.0 2019 Hotel & akreditasi
PPRA pelatihan ke 00 Residence Rumah Sakit
sunset ( KARS )
diklat
Road Kuta
b. Menghubungi
Bali
narasumber
berkompeten.
c. Pelaksanaan
kegiatan
d. Menyusun
laporan kegiatan
pelatihan
e. Sosialisai
kegiatan
3. Peningkatan mutu pelayanan
Rincian Langkah – Anggaran Target waktu Tempat Pelaksana
Kegiatan langkah kerja pelaksanaan dan peserta
Audit kualiats 1. Mengajukan Rp. 2000.000 September Bangsal VIP Tim PPRA
dan kuantitas form audit 2019
kualitas penggunaan
penggunaan
antibiotik
antibiotik
2. Melakukan
audit kualitas
dan kuantitas
penggunaan
Monitoring dan antibiotik
evaluasi kualitas
dan kuantitas
penggunaan 1. Melakukan
antibiotik di VIP
perhitungan
kauntitas
penggunaan
Meningkatkan antibiotik
pengetahuan 2. Melakukan
bagi DPJP evalusi
dalam kualitas
pemberian penggunaan
antibiotik antibiotik

1. Mensosialisa
sikan
Pedoman
Penggunaan
antibiotik
RSK
Lindimara
2. Memebrikan
feedback
hasil dari
monitoring

4.Mendukung program pencegahan dan pengendalian infeksi


Rincian Langkah – langkah Anggaran Target Tempat Pelaksana
Kegiatan kerja waktu pelaksana dan peserta
an

Meningkatakan 1. Refresing 5 Sesuai Januari – Semua Tim PPRA


kepatuhan 5 moment cuci anggaran RS Agustus bangsal dan PPI
momen cuci tangan bersama dalam 2019 perawatan
tangan kepada PPI pengadan
perawat 2. Monitoring APD
Audit kepatuhan kepatuhan 5
cuci tangan momen cuci
Monitoring tangan oleh PPI
kepatuhan
petugas Melakukan
menggunakan observasi saat
APD petugas melakukan
Audit kepatuhan tugasnya
penggunaan
APD

JADWAL PELAKSANAAN

Pelaksanaan / Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Memenuhi kometensi
dasar manusia
1 a. Mencari 
informasi
pelatihan
b. Mengajukan 
permohonan
pelatihan
c. Mengiktui 
pelatihan
d. Mempersentasika 
n hasil pelatihan
Pengembangan
2.
pelayanan :
a. Audit kualitas dan         
kuantitas
penggunaan
antibiotik
b. Perbaikan kaulitas 
penggunaan
antibiotik profilaksis
dan antibiotik bijak
melalui rapat
evaluasi
2. Menerapakan prinsip
pencegahan
3. peneyebaran mikroba
resisten

a. Audit kepatuhan         
cuci tangan
b. Audit kelengkapan        
fasislitas cuci
tangan
c. Audit kepatuhan        
penggunaan APD
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA
II. STRUKTUR ORGANISASI PPRA

DIREKTUR

KETUA
TIM PPRA

SEKRETARIS

ANGGOTA
PPRA
III. PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA

(TERLAMPIR )

VI. KEGIATAN RUMAH SAKIT DALAM MENDUKUNG PPRA

a. Pelatihan PPRA bagi tim


b. Adanya indikator mutu Rumah Sakit dari PPRA
c. Pelaksanaan diskusi kasus infeksi terintegrasi
d. Pencegahan penyebaran mikroba resisten di rumah sakit dilakukan melalui upaya
Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI).
VII. KENDALA DAN RENCANA TINDAK LANJUT
a. RSK Lindimara belum bisa menerapkan penggunaan antibiotik Profilaksis Bedah pada
kasusus operasi bersih karena tidak tersedianya Sefalosporin generasi I-II. Penggunaan
antibiotik pembedahan yang selama ini dilakukan di RSK. Lindimara adalah antibiotik
terapi untuk semua kelas operasi bersih maupun operasi kontaminasi. Pengadaan
Sefalosporin generasi I-II akan dianggarkan pada tahun 2020.
b. Penerapan pemberian antibiotik definitif RSK Lindimara seajauh ini belum sesuai
dengan Standar Prosedur Operasioanl karena hanya mengacu pada pada klinis hasil
pemeriksaan hematologi, sedangkan pemeriksaan mikrobiologi, kimia, serologi tidak
dapat dilaksanankan.
VII. KESIMPULAN DAN PENUTUP
1. PPRA RSK LINDIMARA baru berjalan selama 1 tahun dengan pilot project di runagan
VIP. Meskipun hasil belum memuaskan, tapi Tim PPRA akan berusaha untuk melakukan
program kerja sesuai yang dijadwalkan. Langkah – langkah perbaikan akan tetap
dilakukan untuk penggunaan antibiootik di RSK Lindimara
2. Golongan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah : Sefalosporin generasi III
yaitu ceftriaxone

LAMPIRAN
Waingapu, 18 september 2019

Tim PPRA

Merlin Rambu Djati

Anda mungkin juga menyukai