Anda di halaman 1dari 38

PKPO 8:

PROGRAM PENGENDALIAN
RESISTANSI ANTIMIKROBA

Dra. Yulia Trisna, Apt, M.Pharm, FISQua

Disampaikan pada Acara Workshop Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat


HISFARSI Aceh, 13 Agustus 2022
PROGRAM PENGENDALIAN RESISTANSI ANTIMIKROBA

Standar PKPO 8
Rumah sakit menyelenggarakan program pengendalian resistansi antimikroba (PPRA) sesuai
peraturan perundang-undangan.

Elemen Penilaian PKPO 8

a. Rumah sakit menetapkan kebijakan pengendalian resistansi antimikroba sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Rumah sakit menetapkan komite/tim PPRA dengan melibatkan unsur terkait sesuai regulasi
yang akan mengelola dan menyusun program kerja program pengendalian resistansi
antimikroba dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur rumah sakit,
c. Rumah sakit melaksanakan program kerja sesuai maksud dan tujuan.
d. Rumah sakit melaksanakan pemantauan dan evaluasi kegiatan PPRA sesuai maksud dan
tujuan.
e. Memiliki pelaporan kepada pimpinan rumah sakit secara berkala dan kepada Kementerian
Kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan.
Strategi Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba
PMK No. 8/2015, pasal 3

Mengendalikan Penggunaan
berkembangnya antibiotik secara
mikroba resisten bijak

Peningkatan
Mencegah kepatuhan terhadap
penyebaran mikroba prinsip pencegahan
resisten dan pengendalian
infeksi
Pilar Pengendalian Resistensi Antimikroba

• Klinisi perwakilan SMF


• Keperawatan
• Instalasi Farmasi
• Laboratorium Mikrobiologi Klinik
• Komite/Tim PPIRS
• Komite/Tim Farmasi dan Terapi
PROGRAM KERJA KOMITE/TIM PPRA

a) Peningkatan pemahaman dan kesadaran penggunaan antimikroba bijak bagi seluruh


tenaga kesehatan dan staf di rumah sakit, serta pasien dan keluarga, melalui pelatihan
dan edukasi.
b) Optimalisasi penggunaan antimikroba secara bijak melalui penerapan penatagunaan
antimikroba (PGA).
c) Surveilans penggunaan antimikroba secara kuantitatif dan kualitatif.
d) Surveilans resistansi antimikroba dengan indikator mikroba MDRO.
e) Peningkatan mutu penanganan tatalaksana infeksi, melalui pelaksanaan forum kajian
kasus infeksi terintegrasi (FORKKIT).
EVALUASI KUANTITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
DENGAN METODE ATC/DDD

Direkomendasikan oleh WHO untuk mengevaluasi penggunaan obat

ATC = Anatomical Therapeutic Chemical


DDD = Defined Daily Dose
Website: www.whocc.no
ATC
 Sistem klasifikasi obat yang membagi obat ke dalam
kelompok berbeda sesuai dengan kerja utamanya
pada organ atau sistem organ, struktur kimia, sifat
farmakologis dan terapi. Kemudian obat
diklasifikasikan ke dalam kelompok pada lima
tingkatan berbeda.
(WHO Collaborating Centre for Drugs Statistics Methodology,
2001). Website: www.whocc.no
Level 1: Anatomical groups (14)
A ALIMENTARY TRACT AND METABOLISM
B BLOOD AND BLOOD FORMING ORGANS
C CARDIOVASCULAR SYSTEM
D DERMATOLOGICALS
G GENITO -URINARY SYSTEM AND SEX HORMONES
H SYSTEMIC HORMONAL PREPARATIONS, EXCL.
J ANTI-INFECTIVES FOR SYSTEMIC USE
L ANTINEOPLASTIC AND IMMUNOMODULATING AGENTS
M MUSCULO-SKELETAL SYSTEM
N NERVOUS SYSTEM
P ANTIPARASITIC PRODUCTS, INSECTICIDES AND REPELLENTS
R RESPIRATORY SYSTEM
S SENSORY ORGANS
V VARIOUS
Anatomical main group

Therapeutic main group

Therapeutic subgroup
DDD
(Defined Daily Dose)
Dosis pemeliharaan harian rata-rata yang
diasumsikan untuk pengobatan indikasi utama pada
orang dewasa yang ditentukan secara global untuk
masing-masing obat oleh WHO Collaborating
Centre for Drugs Statistics Methodology, 2001 di
Oslo, Norway.
PERUBAHAN DDD
Substance Previous DDD New DDD* ATC CODE Year
changed

ampicillin 2 g P 6 g P J01CA01 2019


amoxicillin 1 g O 1.5 g O J01CA04 2019
amoxicillin 1 g P 3 g P J01CA04 2019
temocillin 2 g P 4 g P J01CA17 2019
ampicillin and enzyme
2 g P 6 g P J01CR01 2017
inhibitor

amoxicillin and
1 g P 3 g P J01CR02 2005
enzyme inhibitor

amoxicillin and beta-


1 g O 1.5 g O J01CR02 2019
lactamase inhibitor
ceftezole 6 g P 3 g P J01DB12 2008
cefepime 2 g P 4 g P J01DE01 2019
meropenem 2 g P 3 g P J01DH02 2019
ciprofloxacin 0.5 g P 0.8 g P J01MA02 2019
colistin 3 MU P 9 MU P J01XB01 2019
posaconazole 0.8 g O 0.3 g O J02AC04 2017
amprenavir 2.4 g O 1.2 g O J05AE05 2006
Hal-hal yang perlu dipahami tentang DDD

• DDD adalah unit pengukuran dan tidak merefleksikan dosis harian yang
diresepkan atau direkomendasikan.

• Data konsumsi obat yang disajikan dalam DDD hanya memberikan perkiraan
kasar dari konsumsi dan bukan gambaran pasti dari pengukuran nyata.

• DDD tidak tergantung harga dan formulasi  menilai kecenderungan dalam


konsumsi obat dan untuk melakukan perbandingan antara kelompok populasi
dan perbandingan secara internasional.

• Obat yang ada DDD-nya hanya obat yang sudah memiliki kode ATC.

• DDD belum ditetapkan untuk produk topikal, serum, vaksin, obat kanker,
ekstrak allergen, anestetik lokal/umum, zat untuk indikasi penyakit langka dan
dosisnya individual, herbal.
Hal-hal yang perlu dipahami tentang DDD
(…lanjutan)

• Obat yang belum ditetapkan DDD-nya dapat digunakan satuan gram zat aktif.

• Obat yang bioavailabilitasnya berbeda bermakna antara O dan P, maka nilai


DDDnya berbeda.

• Untuk pasien anak tidak menggunakan DDD, tetapi PDD (Prescribed Daily
Dose) yang ditetapkan oleh masing-masing RS.

• Jika penggunaan obat antara dewasa dan pediatrik sulit dipisahkan, maka
DDD umum dapat digunakan sebagai alat untuk perbandingan secara
keseluruhan, namun tidak dapat membandingkan dengan RS lain.
Hal-hal yang perlu dipahami tentang DDD
(…lanjutan)

• Produk kombinasi terpisah: dihitung nilai DDD-nya secara terpisah


Obat A + obat B= 1 DDD + 1 DDD = 2 DDD

• Fixed-combination: dihitung nilai DDD-nya sebagai 1 tablet = 1 DDD

• Produk kombinasi yang kode ATCnya menunjukkan zat aktif utamanya, maka
nilai DDD-nya mengikuti zat aktif utama (kecuali obat antihipertensi)

• Satuan yang digunakan untuk rumah sakit: DDD/ 100 hari rawat
INDIKATOR DENGAN MENGGUNAKAN DDD

 Penggunaan di RS (rawat inap):


DDD/ 100 hari rawat
Contoh:
penggunaan antibiotik 70 DDD/100 hari rawat

Artinya: Dari 100 tempat tidur, setiap harinya ada 70 pasien


yang mendapatkan 1 DDD antibiotik

 Penggunaan pasien rawat jalan/di komunitas:


DDD/ 1000 penduduk
 Contoh perhitungan DDD:
Amoxicillin (ATC/DDD = J01CA04/ DDD oral: 1,5 g;
parenteral: 3 g)
oral:
- Kaplet 500 mg : 1000 butir
- (Sirup 125 mg/5 ml 60 ml = 1,5 g) : 100 botol
Jumlah: {(0,5 X 1.000) + (1,5 X 100)}/ 1,5 g = 433,33 DDD

parenteral:
- Injeksi 1 g : 500 vial
Jumlah: 1 X 500/ 3 g = 166,67 DDD
Jumlah hari rawat : 54.300
Jumlah DDD/ 100 hari rawat = (433,33 + 166,67) X 100/54.300 = 1,1 DDD

Artinya: Dari 100 tempat tidur, setiap harinya ada sebanyak 1,1 pasien
rawat inap mendapatkan 1 DDD amoksisilin
CARA PERHITUNGAN DDD/ 100 HARI RAWAT

1. Menggunakan data per pasien (patient-level data)

DDD X 100
jumlah hari rawat

2. Menggunakan data agregat (collective-level data)

DDD X 100
jumlah hari selama periode X kapasitas TT X BOR
Menghitung DDD dengan menggunakan data per pasien
(patient-level data)

• Sumber data: catatan pemberian obat/ kardeks


• Dapat mengetahui persentase pasien yang menggunakan
antibiotik
• Banyak menyita waktu untuk mengumpulkan data per
pasien, sehingga biasanya hanya dilakukan sampling
• Hanya digunakan untuk penelitian dengan jangka waktu
terbatas, co: audit resep, mendata prevalensi infeksi
nosokomial
Menghitung DDD dengan menggunakan data hari rawat
(patient-level data)

Langkah-langkah:
1. Tentukan periode pengambilan data. Contoh: bulan
Januari 2021
2. Kumpulkan rekam medik pasien yang keluar RS di bulan
Januari 2021
3. Ambil data untuk tiap pasien: Lama rawat (LOS), nama
antibiotik, dosis, lama penggunaan (hari)
4. Hitung DDD tiap antibiotik
5. Jumlahkan DDD semua antibiotik yang digunakan
6. Jumlahkan LOS
7. Hitung DDD/100 hari rawat=
jumlah DDD (5) X 100
jumlah LOS (6)
Pasien LOS Antibiotik Dosis Durasi DDD Jumlah DDD/ 100
(hari) WHO DDD hr rwt
A 7 Levofloxcain Tiap 24 7 0,5 10,5 31,82
750 mg jam
B 10 Cefotaxim 1 g Tiap 8 2 4 1,5 4,55
jam
Meropenem 1 g Tiap 8 7 2 10,5 31,82
jam
C 5 Ceftriaxone 1 g Tiap 24 4 2 2 6,06
jam
D 3 -
E 8 Ceftriaxone 1 g Tiap 12 7 2 7 21,21
jam
Azithromycin Tiap 24 7 0,3 11,67 35,36
500 mg PO jam
33 130,82

DDD/ 100 hari rawat = jumlah DDD AB X 100


jumlah LOS
Menghitung DDD dengan menggunakan data agregat
(collective-level data)

• Sumber data: Laporan Distribusi antibiotik dari Instalasi


Farmasi
• Tidak menyita banyak waktu, apalagi jika Instalasi Farmasi
sudah menggunakan sistem IT
• Digunakan untuk laporan rutin
• Resep yang harus dieksklusi: resep pasien anak*, resep
pasien rawat jalan, resep pulang, sediaan topikal, obat tetes
• Data lain yang diperlukan: BOR, kapasitas Tempat Tidur,
jumlah hari periode perhitungan

* Jika tidak memungkinkan memisahkan resep anak dan


dewasa, maka dapat digunakan keseluruhan, tetapi harus
konsisten dari waktu ke waktu
Menghitung DDD dengan menggunakan data BOR
(collective-level data)

Langkah-langkah:
1. Tentukan periode pengambilan data. Contoh: Juli-
Desember 2020
2. Tarik data distribusi antibiotik dari Instalasi Farmasi
3. Lakukan eksklusi untuk resep pasien anak, pasien rawat
jalan, pasien pulang, sediaan topikal, obat tetes
4. Buat tabel penggunaan antibiotik sampai perhitungan DDD
5. Hitung DDD/100 hari rawat =
jumlah DDD X 100
jumlah hari periode X kapasitas TT X BOR
Antibiotik Satuan Kandungan zat Kuantitas DDD WHO Jumlah DDD DDD/ 100 hr
(A) terkecil aktif dalam sediaan distribusi (E) (F) rwt
(B) (g) (D) (CXD/E)
(C)
Contoh menggunakan cara 2:

Jumlah penggunaan Amoksisilin di ruang rawat “Mawar”


sebanyak 435 DDD selama periode Juli-Desember
2020 (184 hari). Ruang “Mawar” memiliki kapasitas 200
tempat tidur dengan BOR (Bed Occupied Rate)= 60%
Maka jumlah penggunaan Amoksisilin dalam DDD per
100 hari rawat adalah:

435 X 100
184 X 200 X 0,6

= 1,97 DDD
Artinya: Dari 100 tempat tidur, setiap harinya ada
sebanyak 1,97 pasien mendapatkan 1 DDD amoksisilin
DATA DISAJIKAN DALAM BENTUK GRAFIK
10 antibiotik dengan DDD/100 hari rawat tertinggi di bulan Januari-Desember 2020

Nama Antibiotik Rute DDD/100 Hari


No
(Kandungan/Zat Aktif) Administrasi Rawat
1 Ceftriaxon iv 15.97
2 Meropenem iv 13.24
3 Levofloxacin iv 10.13
4 Cefepime Hydrochloride iv 6.59
5 Metronidazole iv 5.39
6 Azithromycin po 5.21
7 Cefixime po 4.80
8 Ampicillin, Sulbaktam iv 4.67
9 Cefotaxime iv 4.51
10 Amikacin iv 4.14
Sepuluh antibiotik dengan DDD/100 hari rawat terbesar tahun
2020
18
16
14
12
10
8
6 DDD/100
Series1
4
hari rawat

2
0
Analisis data DDD

 Tingkat konsumsi di berbagai level:


tiap jenis antibiotik: amoksisilin, meropenem, ceftriaxone
tiap golongan antibiotik: penisilin, sefalosporin, aminoglikosida

 Trend tingkat konsumsi antar periode (per semester, per tahun) 


disandingkan dengan peta kuman (antibiogram)

 Penurunan konsumsi suatu jenis antibiotik mungkin adanya peningkatan


konsumsi antibiotik jenis lain

 Membandingkan antar ruang rawat inap, antar spesialisasi

 Membandingkan dengan RS lain yang setara


Evaluasi kualitatif
penggunaan antibiotik
menggunakan alur Gyssen
INDIKATOR MUTU PPRA

Perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik

Perbaikan kualitas penggunaan antibiotik

Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara


multidisiplin dan terintegrasi
I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
Penurunan angka infeksi rumah sakit yang disebabkan oleh
mikrobaI hope
resisten
and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Get a modern
PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
Indikator mutu PPRA terintegrasi pada indikator mutu PMKP

PMK 8 Tahun 2015, pasal 11


PELAPORAN PPRA DI RUMAH SAKIT
Email: pprareport.kemenkes@gmail.com

A. Profil Umum Rumah Sakit


B. Indikator Program
1. Pola Penggunaan Antibiotik Kuantitatif
2. Pola Penggunaan Antibiotik Kualitatif
3. Data antibiogram RS
4. Surveilans Prevalensi Multidrug Resistant Organism (MDRO)
5. Penanganan kasus infeksi secara multidisiplin, melalui
penyelenggaraan kegiatan forum kajian kasus infeksi
terintegrasi (FORKKIT)
C. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan PPRA
PROGRAM PENGENDALIAN RESISTANSI ANTIMIKROBA

Standar PKPO 8.1


Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan penggunaan antimikroba secara bijak berdasarkan
prinsip penatagunaan antimikroba (PGA).

Elemen Penilaian PKPO 8.1


a. Rumah sakit melaksanakan dan mengembangkan penatagunaan antimikroba
di unit pelayanan yang melibatkan dokter, apoteker, perawat, dan peserta
didik.
b. Rumah sakit menyusun dan mengembangkan panduan praktik klinis (PPK),
panduan penggunaan antimikroba untuk terapi dan profilaksis (PPAB),
berdasarkan kajian ilmiah dan kebijakan rumah sakit serta mengacu regulasi
yang berlaku secara nasional. Ada mekanisme untuk mengawasi pelaksanaan
penatagunaan antimikroba.
c. Rumah sakit melaksanakan pemantauan dan evaluasi ditujukan untuk
mengetahui efektivitas indikator keberhasilan program.
PERMENKES NO. 28 TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai