Anda di halaman 1dari 46

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

DENGAN METODE ATC/DDD

Dra. Yulia Trisna, Apt., M.Pharm


Curriculum Vitae
Dra. Yulia Trisna, Apt., M.Pharm
Pendidikan:
• Apoteker (Universitas Indonesia), Master Farmasi Klinik (Universiti Sains
Malaysia)

Pekerjaan:
• Apoteker Instalasi Farmasi, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
• Surveior Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Pengalaman Kerja:
• Koordinator Produksi dan Diklitbang Farmasi, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
(2015-2019)
• Kepala Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (2007-2015)
• Sekretaris Panitia Farmasi dan Terapi RSCM (1999-2017)
• Ketua Pokja MPO/MMU RSCM (2011-2016)
• Pengajar pada: Program Apoteker UI, Unand, Magister Farmasi UI, Magister
Farmasi Klinik UGM, Program CPD HISFARSI, IAI

Pengalaman Organisasi:
• Ketua Bidang Diklit PP HISFARSI (sejak 2015)
• Ketua Bidang Diklat HISFARSI PD IAI DKI Jakarta (sejak 2016)
• Anggota Kompartemen Manajemen Farmasi Rumah Sakit PP PERSI (Sejak 2009)
SNARS Edisi 1.1:
Program Nasional Sasaran IV
Pengendalian Resistensi Antimikroba

Kegiatan Pengendalian Resistensi Antimikroba:


a. Sosialisasi dan pelatihan staf tentang PRA
b. Pengendalian penggunaan antibiotik di rumah sakit
c. Surveilans pola penggunaan antibiotik
d. Surveilans pola resistensi antimikroba
e. Forum kajian penyakit infeksi terintegrasi
INDIKATOR MUTU PPRA:

1. Perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik


2. Perbaikan kualitas penggunaan antibiotik
3. Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi
secara multidisiplin dan terintegrasi
4. Penurunan angka infeksi rumah sakit yang
disebabkan oleh mikroba resisten
5. Indikator mutu PPRA terintegrasi pada indikator
mutu PMKP
Tim PPRA
(= Program Pengendalian Resistensi Antimikroba)

➢ Klinisi perwakilan spesialisasi


➢ Keperawatan
➢ Tim Farmasi dan Terapi
➢ Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah
Sakit (PPIRS)
➢ Farmasi Klinik
➢ Mikrobiologi Klinik
PERAN APOTEKER DALAM TIM PPRA

• Pemilihan antibiotik yang masuk dalam Formularium RS


• Penyusunan Pedoman Penggunaan Antibiotik
• Penyusunan kebijakan restriksi antibiotik
• Evaluasi penggunaan antibiotika (kuantitatif, kualitatif, cost-
effectiveness)
• Pemantauan terapi antimikroba
•Analisis Laporan Efek Samping Antibiotik
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT = EPO
(Drug Use Evaluation = DUE)

Proses sistematis dan berkesinambungan dalam


menilai kerasionalan terapi obat melalui evaluasi
data penggunaan obat pada suatu sistem
pelayanan dengan mengacu pada kriteria dan
standar yang telah ditetapkan

(ASHP)
JENIS DUE
◼ Kuantitatif :
- pola peresepan obat
- pola penggunaan
◼ Kualitatif:
- kerasionalan penggunaan (indikasi, dosis,
rute pemberian, hasil terapi)
◼ Ekonomi
- biaya vs manfaat (CEA, CUA, CBA)
DUE as a component of QA

Hospital-wide
QA

Pharmacy Service Medical Staff Other Departments


QA QA QA

Drug distribution
Manufacturing Drug Use Evaluation
Drug Information
etc.
MODEL for IMPROVEMENT

Future cycles

Cycle 3

Cycle 2
P D
A S
Cycle 1
Langley, G.J.; Nolan, K.M.; Nolan, T.W.; Norman, C.L.;
and Provost, L.P. (1996). The Improvement Guide,
San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers

14
Siklus PDSA untuk Pembelajaran dan Perbaikan

PLAN
ACT -Pemilihan obat yang
-Evaluasi akan dievaluasi
Program - Penetapan kriteria
- Penetapan standar

STUDY DO
-Program -Pengumpulan data
Perbaikan - Evaluasi data
METODE ATC/DDD

Direkomendasikan oleh WHO untuk


mengevaluasi penggunaan obat

ATC = Anatomical Therapeutic Chemical


DDD = Defined Daily Dose
ATC
◼ Sistem klasifikasi obat yang membagi obat ke
dalam kelompok berbeda sesuai dengan
kerja utamanya pada organ atau sistem
organ, struktur kimia, sifat farmakologis dan
terapi. Kemudian obat diklasifikasikan ke
dalam kelompok pada lima tingkatan
berbeda.
(WHO Collaborating Centre for Drugs Statistics
Methodology, 2001). Website: www.whocc.no
Level 1: Anatomical groups (14)
A ALIMENTARY TRACT AND METABOLISM
B BLOOD AND BLOOD FORMING ORGANS
C CARDIOVASCULAR SYSTEM
D DERMATOLOGICALS
G GENITO -URINARY SYSTEM AND SEX HORMONES
H SYSTEMIC HORMONAL PREPARATIONS, EXCL.
J ANTI-INFECTIVES FOR SYSTEMIC USE
L ANTINEOPLASTIC AND IMMUNOMODULATING AGENTS
M MUSCULO-SKELETAL SYSTEM
N NERVOUS SYSTEM
P ANTIPARASITIC PRODUCTS, INSECTICIDES AND REPELLENTS
R RESPIRATORY SYSTEM
S SENSORY ORGANS
V VARIOUS
Anatomical main group

Therapeutic main group

Therapeutic subgroup
Website: www.whocc.no
DDD
(Defined Daily Dose)
Dosis pemeliharaan harian rata-rata yang
diasumsikan untuk pengobatan indikasi utama pada
orang dewasa yang ditentukan secara global untuk
masing-masing obat oleh WHO Collaborating
Centre for Drugs Statistics Methodology, 2001 di
Oslo, Norway.
◼ DDD adalah unit pengukuran dan tidak
merefleksikan dosis harian yang diresepkan
atau direkomendasikan
◼ Data konsumsi obat yang disajikan dalam
DDD hanya memberikan perkiraan kasar dari
konsumsi dan bukan gambaran pasti dari
pengukuran nyata.
◼ DDD tidak tergantung harga dan formulasi
→ menilai kecenderungan dalam konsumsi
obat dan untuk melakukan perbandingan
antara kelompok populasi dan perbandingan
secara internasional.
◼ Obat yang ada DDD-nya hanya obat yang
sudah memiliki kode ATC
◼ DDD belum ditetapkan untuk produk topikal,
serum, vaksin, obat kanker, ekstrak allergen,
anestetik lokal/umum, zat untuk indikasi
penyakit langka dan dosisnya individual,
herbal
◼ Obat yang belum ditetapkan DDD-nya dapat
digunakan satuan gram zat aktif
◼ Obat yang bioavailabilitasnya berbeda
bermakna antara O dan P, maka nilai
DDDnya berbeda
◼ Produk kombinasi terpisah: dihitung nilai
DDD-nya secara terpisah
Obat A + obat B= 1 DDD + 1 DDD = 2 DDD
◼ Fixed-combination: dihitung nilai DDD-nya
sebagai 1 tablet = 1 DDD
◼ Produk kombinasi yang kode ATCnya
menunjukkan zat aktif utamanya, maka nilai
DDD-nya mengikuti zat aktif utama (kecuali
obat antihipertensi)
◼ Produk kombinasi antihipertensi, nilai DDD-
nya berdasarkan jumlah interval dosis per
hari, contoh: obat yang diberikan 1X sehari,
maka nilainya: 1 DDD, 2X sehari: 2 DDD
◼ Sediaan lepas lambat (sustained release),
nilai DDD-nya sama dengan sediaan biasa.
◼ Dosis intermittent, contoh: hormon, nilai DDD-
nya = jumlah dosis dibagi jumlah hari
pengobatan
◼ Durasi pengobatan tidak diperhitungkan
sewaktu menetapkan DDD
◼ Pemilihan satuan
g, mg, mcg
ml, mmol, unit, TU (thousand units),
MU (million units)
Unit dose (UD) digunakan jika DDD tidak dapat
digunakan:
Jika sediaan:
- tablet, suppositoria: 1 UD= 1 tablet, 1 suppositoria
- Oral powder: 1 UD = 1 g powder
- Oral powder dalam single dose=1UD
- Sediaan cair oral: 1 UD = 5 ml
- Sediaan cair parenteral: 1 UD = 1 ml
- Sediaan rektal: 1 UD = 1 ml
- Sediaan inhalasi: 1 UD= 1 ml
- Enema: 1 UD = 1 enema
- Plester: 1 UD = 1 plester
- Krim vagina: 1 UD = 1 dosis
INDIKATOR DENGAN MENGGUNAKAN DDD

◼ Penggunaan di RS (rawat inap):


DDD/ 100 pasien-hari
Contoh:
penggunaan antibiotik 70 DDD/100 pasien-hari

Artinya: diperkirakan ada 70% pasien mendapatkan


1 DDD antibiotik setiap hari
INDIKATOR DENGAN MENGGUNAKAN DDD
(… lanjutan)

◼ Penggunaan di komunitas:
DDD/ 1000 penduduk per hari (untuk obat
kronis)
DDD/ penduduk per tahun (untuk obat jangka
pendek, misal: antibiotik)

5 DDD/penduduk per tahun, artinya: pengobatan


tiap 1 penduduk dengan 5 hari kuur pengobatan
selama setahun
◼ Untuk pasien anak tidak menggunakan DDD,
tetapi PDD (Prescribed Daily Dose) yang
ditetapkan oleh masing-masing RS
◼ Jika penggunaan obat antara dewasa dan
pediatrik sulit dipisahkan, maka DDD umum
dapat digunakan sebagai alat untuk
perbandingan secara keseluruhan
◼ PDD (Prescribed Daily Dose)
Dosis rata-rata yang diresepkan per hari
untuk indikasi utama di RS
Jumlah gram
PDD (dalam gram)
• Tidak dapat dibandingkan antar RS
◼ Contoh perhitungan DDD:
Amoxicillin (ATC/DDD = J01CA04/ DDD oral: 1,5 g;
parenteral: 3 g)
oral:
- Kaplet 500 mg : 1000 butir
- (Sirup 125 mg/5 ml 60 ml = 1,5 g) : 100 botol
Jumlah: {(0,5 X 1.000) + (1,5 X 100)}/ 1,5 g = 433,33 DDD

parenteral:
- Injeksi 1 g : 500 vial
Jumlah: 1 X 500/ 3 g = 166,67 DDD
Jumlah hari rawat : 54.300
Jumlah DDD/ 100 pasien-hari = (433,33 + 166,67) X 100/54.300 = 1,1 DDD

Artinya: Sebanyak 1,1% pasien rawat inap mendapatkan 1 DDD


amoksisilin dalam sehari
Penggunaan antibotik di RS X pada tahun 2018 =
110,65 DDD/ 100 pasien-hari

Artinya: 110,61% pasien rawat inap mendapatkan


1 DDD antibiotik dalam sehari, ATAU
1 pasien mendapatkan rata-rata 1,1 DDD antibiotik
setiap harinya
CARA PERHITUNGAN DDD/ 100 PASIEN-HARI
1. Menggunakan data per pasien (patient-level data)

DDD X 100
jumlah hari rawat

2. Menggunakan data agregat (collective-level data)

DDD X 100

jumlah hari selama periode X kapasitas TT X BOR


Menghitung DDD dengan menggunakan data per pasien
(patient-level data)

• Sumber data: catatan pemberian obat/ kardeks


• Dapat mengetahui persentase pasien yang menggunakan
antibiotik
• Banyak menyita waktu untuk mengumpulkan data per
pasien, sehingga biasanya hanya dilakukan sampling
• Hanya digunakan untuk penelitian dengan jangka waktu
terbatas, co: audit resep, mendata prevalensi infeksi
nosokomial
Menghitung DDD dengan menggunakan data hari rawat
(patient-level data)
Langkah-langkah:
1. Tentukan periode pengambilan data. Contoh: bulan
Januari 2019
2. Kumpulkan rekam medik pasien yang keluar RS di bulan
Januari 2019
3. Ambil data untuk tiap pasien: Lama rawat (LOS), nama
antibiotik, dosis, lama penggunaan (hari)
4. Hitung DDD tiap antibiotik
5. Jumlahkan DDD semua antibiotik yang digunakan
6. Jumlahkan LOS
7. Hitung DDD/100 hari rawat=
jumlah DDD (5) X 100
jumlah LOS (6)
Pasien LOS Antibiotik Dosis Durasi DDD Jumlah DDD/ 100
(hari) WHO DDD hr rwt
A 7 Levofloxcain Tiap 24 7 0,5 10,5 31,82
750 mg jam
B 10 Cefotaxim 1 g Tiap 8 2 4 1,5 4,55
jam
Meropenem 1 g Tiap 8 7 2 10,5 31,82
jam
C 5 Ceftriaxone 1 g Tiap 24 4 2 2 6,06
jam
D 3 -
E 8 Ceftriaxone 1 g Tiap 12 7 2 7 21,21
jam
Azithromycin Tiap 24 7 0,3 11,67 35,36
500 mg PO jam
33 130,82

DDD/ 100 hari rawat = jumlah DDD AB X 100


jumlah LOS
Menghitung DDD dengan menggunakan data agregat
(collective-level data)

• Sumber data: Laporan Distribusi antibiotik dari Instalasi


Farmasi
• Tidak menyita banyak waktu, apalagi jika Instalasi Farmasi
sudah menggunakan sistem IT
• Digunakan untuk laporan rutin
• Resep yang harus dieksklusi: resep pasien anak*, resep
pasien rawat jalan, resep pulang, sediaan topikal, obat tetes
• Data lain yang diperlukan: BOR, kapasitas Tempat Tidur,
jumlah hari periode perhitungan

* Jika tidak memungkinkan memisahkan resep anak dan


dewasa, maka dapat digunakan keseluruhan, tetapi harus
konsisten dari waktu ke waktu
Menghitung DDD dengan menggunakan data BOR
(collective-level data)
Langkah-langkah:
1. Tentukan periode pengambilan data. Contoh: Juli-
Desember 2018
2. Tarik data distribusi antibiotik dari Instalasi Farmasi
3. Lakukan eksklusi untuk resep pasien anak, pasien rawat
jalan, pasien pulang, sediaan topikal, obat tetes
4. Buat tabel penggunaan antibiotik sampai perhitungan DDD
5. Hitung DDD/100 pasien-hari=
jumlah DDD X 100
jumlah hari periode X kapasitas TT X BOR
Antibiotik Satuan Kandungan zat Kuantitas DDD WHO Jumlah DDD DDD/ 100 hr
(A) terkecil aktif dalam sediaan distribusi (E) (F) rwt
(B) (g) (D) (CXD/E)
(C)
Contoh menggunakan cara 2:

Jumlah penggunaan Amoksisilin di ruang rawat “Mawar”


sebanyak 435 DDD selama periode Juli-Desember
2018 (184 hari). Ruang “Mawar” memiliki kapasitas 200
tempat tidur dengan BOR (Bed Occupied Rate)= 60%
Maka jumlah penggunaan Amoksisilin dalam DDD per
100 pasien per hari adalah:

435 X 100
184 X 200 X 0,6

= 1,97 DDD
DATA DISAJIKAN DALAM BENTUK GRAFIK
10 antibiotik dengan DDD/100 hari rawat terbesar di bulan Januari-Desember 2018

Nama Antibiotik Rute DDD/100 Hari


No
(Kandungan/Zat Aktif) Administrasi Rawat Inap
1 Ceftriaxon iv 15.97
2 Meropenem iv 13.24
3 Levofloxacin iv 10.13
4 Cefepime Hydrochloride iv 6.59
5 Metronidazole iv 5.39
6 Azithromycin po 5.21
7 Cefixime po 4.80
8 Ampicillin, Sulbaktam iv 4.67
9 Cefotaxime iv 4.51
10 Amikacin iv 4.14
Sepuluh antibiotik dengan DDD/100 hari rawat terbesar tahun
2018
18
16
14
12
10
8
6 DDD/100
Series1
4
hari rawat

2
0
Analisis Data DDD
◼ Tingkat konsumsi di berbagai level:
tiap jenis antibiotik: amoksisilin, meropenem, ceftriaxone
tiap golongan antibiotik: penisilin, sefalosporin,
aminoglikosida
◼ Trend tingkat konsumsi antar periode (per semester, per
tahun) → disandingkan dengan peta kuman
(antibiogram)
◼ Peningkatan konsumsi suatu jenis antibiotik mungkin
adanya penurunan konsumsi antibiotik jenis lain
◼ Membandingkan antar ruang rawat inap, antar
spesialisasi
◼ Membandingkan dengan RS lain yang setara

Anda mungkin juga menyukai