Pekerjaan:
• Apoteker Instalasi Farmasi, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
• Surveior Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
Pengalaman Kerja:
• Koordinator Produksi dan Diklitbang Farmasi, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
(2015-2019)
• Kepala Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (2007-2015)
• Sekretaris Panitia Farmasi dan Terapi RSCM (1999-2017)
• Ketua Pokja MPO/MMU RSCM (2011-2016)
• Pengajar pada: Program Apoteker UI, Unand, Magister Farmasi UI, Magister
Farmasi Klinik UGM, Program CPD HISFARSI, IAI
Pengalaman Organisasi:
• Ketua Bidang Diklit PP HISFARSI (sejak 2015)
• Ketua Bidang Diklat HISFARSI PD IAI DKI Jakarta (sejak 2016)
• Anggota Kompartemen Manajemen Farmasi Rumah Sakit PP PERSI (Sejak 2009)
SNARS Edisi 1.1:
Program Nasional Sasaran IV
Pengendalian Resistensi Antimikroba
(ASHP)
JENIS DUE
◼ Kuantitatif :
- pola peresepan obat
- pola penggunaan
◼ Kualitatif:
- kerasionalan penggunaan (indikasi, dosis,
rute pemberian, hasil terapi)
◼ Ekonomi
- biaya vs manfaat (CEA, CUA, CBA)
DUE as a component of QA
Hospital-wide
QA
Drug distribution
Manufacturing Drug Use Evaluation
Drug Information
etc.
MODEL for IMPROVEMENT
Future cycles
Cycle 3
Cycle 2
P D
A S
Cycle 1
Langley, G.J.; Nolan, K.M.; Nolan, T.W.; Norman, C.L.;
and Provost, L.P. (1996). The Improvement Guide,
San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers
14
Siklus PDSA untuk Pembelajaran dan Perbaikan
PLAN
ACT -Pemilihan obat yang
-Evaluasi akan dievaluasi
Program - Penetapan kriteria
- Penetapan standar
STUDY DO
-Program -Pengumpulan data
Perbaikan - Evaluasi data
METODE ATC/DDD
Therapeutic subgroup
Website: www.whocc.no
DDD
(Defined Daily Dose)
Dosis pemeliharaan harian rata-rata yang
diasumsikan untuk pengobatan indikasi utama pada
orang dewasa yang ditentukan secara global untuk
masing-masing obat oleh WHO Collaborating
Centre for Drugs Statistics Methodology, 2001 di
Oslo, Norway.
◼ DDD adalah unit pengukuran dan tidak
merefleksikan dosis harian yang diresepkan
atau direkomendasikan
◼ Data konsumsi obat yang disajikan dalam
DDD hanya memberikan perkiraan kasar dari
konsumsi dan bukan gambaran pasti dari
pengukuran nyata.
◼ DDD tidak tergantung harga dan formulasi
→ menilai kecenderungan dalam konsumsi
obat dan untuk melakukan perbandingan
antara kelompok populasi dan perbandingan
secara internasional.
◼ Obat yang ada DDD-nya hanya obat yang
sudah memiliki kode ATC
◼ DDD belum ditetapkan untuk produk topikal,
serum, vaksin, obat kanker, ekstrak allergen,
anestetik lokal/umum, zat untuk indikasi
penyakit langka dan dosisnya individual,
herbal
◼ Obat yang belum ditetapkan DDD-nya dapat
digunakan satuan gram zat aktif
◼ Obat yang bioavailabilitasnya berbeda
bermakna antara O dan P, maka nilai
DDDnya berbeda
◼ Produk kombinasi terpisah: dihitung nilai
DDD-nya secara terpisah
Obat A + obat B= 1 DDD + 1 DDD = 2 DDD
◼ Fixed-combination: dihitung nilai DDD-nya
sebagai 1 tablet = 1 DDD
◼ Produk kombinasi yang kode ATCnya
menunjukkan zat aktif utamanya, maka nilai
DDD-nya mengikuti zat aktif utama (kecuali
obat antihipertensi)
◼ Produk kombinasi antihipertensi, nilai DDD-
nya berdasarkan jumlah interval dosis per
hari, contoh: obat yang diberikan 1X sehari,
maka nilainya: 1 DDD, 2X sehari: 2 DDD
◼ Sediaan lepas lambat (sustained release),
nilai DDD-nya sama dengan sediaan biasa.
◼ Dosis intermittent, contoh: hormon, nilai DDD-
nya = jumlah dosis dibagi jumlah hari
pengobatan
◼ Durasi pengobatan tidak diperhitungkan
sewaktu menetapkan DDD
◼ Pemilihan satuan
g, mg, mcg
ml, mmol, unit, TU (thousand units),
MU (million units)
Unit dose (UD) digunakan jika DDD tidak dapat
digunakan:
Jika sediaan:
- tablet, suppositoria: 1 UD= 1 tablet, 1 suppositoria
- Oral powder: 1 UD = 1 g powder
- Oral powder dalam single dose=1UD
- Sediaan cair oral: 1 UD = 5 ml
- Sediaan cair parenteral: 1 UD = 1 ml
- Sediaan rektal: 1 UD = 1 ml
- Sediaan inhalasi: 1 UD= 1 ml
- Enema: 1 UD = 1 enema
- Plester: 1 UD = 1 plester
- Krim vagina: 1 UD = 1 dosis
INDIKATOR DENGAN MENGGUNAKAN DDD
◼ Penggunaan di komunitas:
DDD/ 1000 penduduk per hari (untuk obat
kronis)
DDD/ penduduk per tahun (untuk obat jangka
pendek, misal: antibiotik)
parenteral:
- Injeksi 1 g : 500 vial
Jumlah: 1 X 500/ 3 g = 166,67 DDD
Jumlah hari rawat : 54.300
Jumlah DDD/ 100 pasien-hari = (433,33 + 166,67) X 100/54.300 = 1,1 DDD
DDD X 100
jumlah hari rawat
DDD X 100
435 X 100
184 X 200 X 0,6
= 1,97 DDD
DATA DISAJIKAN DALAM BENTUK GRAFIK
10 antibiotik dengan DDD/100 hari rawat terbesar di bulan Januari-Desember 2018
2
0
Analisis Data DDD
◼ Tingkat konsumsi di berbagai level:
tiap jenis antibiotik: amoksisilin, meropenem, ceftriaxone
tiap golongan antibiotik: penisilin, sefalosporin,
aminoglikosida
◼ Trend tingkat konsumsi antar periode (per semester, per
tahun) → disandingkan dengan peta kuman
(antibiogram)
◼ Peningkatan konsumsi suatu jenis antibiotik mungkin
adanya penurunan konsumsi antibiotik jenis lain
◼ Membandingkan antar ruang rawat inap, antar
spesialisasi
◼ Membandingkan dengan RS lain yang setara