KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ,karena
berkat rahmat dan karuniaNya, tim penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Program Pengendalian Resistansi Antimikroba (PPRA) Semester I Tahun
2018 di RSU Islam Harapan Anda KotaTegal
Penemuan antibiotik dan penggunaan secara luas dalam bidang
kesehatan telah banyak memberi manfaat bagi kehidupan manusia berupa
penurunan secara tajam angka kesakitan dan kematian akibat infeksi. Namun
seiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotik secara luas tersebut,
timbul pula masalah baru yang tak kalah pentingnya, yaitu resistensi bakteri
patogen terhadap antibiotik.
Resistensi antimikroba merupakan masalah kesehatan di seluruh
belahan dunia, berkembangnya masalah resitensi antimikroba adalah akibat
proses seleksi yang sangat erat hubungannya dengan penggunaan antibiotik
yang kurang bijak dan penyebaran mikroba reisten melalui kontak antar
penderita dengan petugas kesehatan terutama bila mengabaikan
kewaspadaan standar.
Laporan diharapkan untuk digunakan para farmasis dalam
mengevaluasi dan menyiapkan obat-obat antibiotik yang diminta oleh klinisi
bagi pasien mereka, serta menjadi panduan untuk mengevaluasi kualitas dan
kuantitas penggunaan antibiotik oleh pihak terkait, seperti Komite Medik, Sub-
Komite Mutu, dsb.
Kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi di
dalam penyusunan laporan ini, kami menyampaikan terima kasih atas saran
dan kritik yang sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan di
masa mendatang.
Tim Penyusun
TIM PPRA
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat.Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan( promotif), pencegahan penyakit
( preventif ) penyembuhan penyakit (kuratif ), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif ), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan (Siregar dan Amalia, 2004).
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang rumahsakit, yang dimaksud rumah sakit umum adalah
rumah sakit yang memberikan pelayanankesehatan pada semua bidang
dan jenis penyakit (Anonim, 2009). Tugas rumah sakit umum adalah
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan
pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan
(Siregar dan Amalia, 2004).
Sekarang ini rumah sakit adalah suatu lembaga komunitas yang
merupakan instrument masyarakat yang merupakan titik fokus untuk
mengkoordinasi dan menghantarkan pelayanan pasien pada
komunitasnya. Atas dasar tersebut maka rumah sakit dapat dipandang
sebagaisuatu struktur terorganisasi yang menggabungkan bersama-sama
semua profesi kesehatan fasilitas diagnostik dan terapi, alat dan
perbekalan serta fasilitas fisik ke dalam suatu system terkoordinasi untuk
penghantaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Siregar dan
Amalia, 2004).
1
B. Gambaran Umum Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Islam Harapan Anda Kota Tegal didirikan pada
tahun 1990 dan diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI dr. Adhiyatma.
MPH pada tanggal 9 Desember 1991.
Surat Ijin Penyelenggaraan Rumah Sakit dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. YM. 02.04.2.2.381 tanggal 2 Februari 2001 berlaku
terhitung tanggal 10 Februari 1999 s/d 10 Februari 2004. Perpanjangan
izin penyelenggaraan No. YM. 02.04.3.5.2740 Tanggal 07 Oktober
2004 berlaku terhitung tanggal 10 Februari 2004 s/d 10 Februari 2009
dan perpanjangan selanjuitnya nomor : HK. 07.06/III/1902/09 berlaku
tanggal 28 Mei 2009 s/d 28 Mei 2014 dan Surat keputusan Gubernur
Jawa tengah No. 445/53 tahun 2014 berlaku dari tanggal 18 Juni 2014
s/d 17 Juni 2019.
Sejarah didirikannya RSU Islam Harapan Anda Kota Tegal didorong
oleh keiinginan menolong/membantu pasien di wilayah Tegal dan
sekitarnya, berobat tidak usah terlalu jauh ke Semarang, Solo, atau ke
Cirebon, dengan pendekatan pelayanan akan membantu meringankan
pembiayaan.
Selain itu juga merupakan amalan ibadah melaksanakan dakwah
Islamiyah dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit yang Islami dengan menampilkan sarana fisik/gedung yang
terpelihara dan megah disertai manajemen yang baik dan pelayanan
yang sesuai dengan standar yang berlaku.
Dari data yang ada terkumpul dari tahun ke I sampai sekarang tahun ke
XXVI menunjukan pengguna jasa RSU Islam Harapan Anda Kota Tegal
semakin meningkat.
Saat ini jumlah tempat tidur yang ada 358 terbagi klas III, II, I, VIP,
VVIP, Suite Room dan President Suite. Untuk pelayanan IGD sudah
dekat dengan pelayanan radiologi, laboratorium, juga ada penambahan
Instalasi Rawat Jalan untuk klinik spesialis. Instalasi Hemodialisis ada
15 mesin untuk 13 tempat tidur. Instalasi Bedah Sentral berada di lantai II
gedung medis 5 lantai dengan 7 kamar operasi yang dilengkapi dengan
fasilitas HEPA filter, C-ARM, unit urologi, unit laparascopy,
Phacoemulsifikasi dll. 1 kamar operasi emergency yang ada di Instalasi
2
gawat darurat. Ruang ICU ada 4 TT, selain itu ada fasilitas ICCU ada 3
tempat tidur, PICU ada 4 tempat tidur, HCU ada 11 Tempat Tidur dan
NICU ada 6 Tempat Tidur.
RSU Islam Harapan Anda Kota Tegal sudah mempunyai dokter spesialis
tetap selain dokter spesialis mitra yang berasal dari RSUD Kardinah Kota
Tegal, RSUD Brebes, RSUD Dr. Soeselo Slawi.
Jumlah karyawan saat ini ± 923 karyawan. Terdiri dari tenaga Medis,
Staf Keperawatan, Tenaga Profesional Pemberi Asuhan Lainnya dan Staf
Klinis Lainnya dan non klinisi. Karyawan tersebut sebagian besar
karyawan tetap namun masih ada juga karyawan kontrak dan ada juga
tenaga Outsorcing 159 orang.
RSU Islam Harapan Anda Kota Tegal sampai saat ini sudah
terakreditasi 5 ( lima ) kali, Akreditasi 5 pelayanan tahun 1999, Kedua
untuk 12 pelayanan tahun 2002, ketiga 16 pelayanan tahun 2006, ke
empat 16 pelayanan dengan patien safety tahun 2010 dan Kelima
akreditasi versi tahun 2012 diraih pada tanggal 04 Mei 2015 dengan lulus
tingkat “PARIPURNA” dan sudah diverifikasi pertama pada April
tahun 2016 dan sudah diverifikasi kedua pada bulan April tahun
2017 .serta penghargaan dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia
sebagai Rumah sakit sayang ibu dan bayi ( RSSIB ) terbaik tingkat
Propinsi tahun 2011.
3
3. FALSAFAH
a. Berniat menunaikan dakwah melalui penyelenggaraan Rumah
Sakit dan Pengelolaan pelayanan kesehatan yang berciri Islami
dengan mendasarkan diri kepada Ideologi Pancasila, amanat
Al’Qur’an tentang Hakekat Ibadah dan tugas insan sebagai
khalifah, yang senantiasa berikhtiar demi kesejahteraan sesama
umat.
b. Senantiasa berupaya meningkatkan pelayanan dan
pengelolaannya, mengembangkan profesionalisme,
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan norma
dan tata cara yang sesuai dengan kaidah Islam sebagaimana
diisyaratkan oleh Alqur’an dan sunnah Rossul.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang meliputi upaya-
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan dan rehabilitasi.
4. TUJUAN
a. Terwujudnya pelayanan yang profesional serta Islami.
b. Terselenggaranya pelayanan kesehatan meliputi upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan
dan rehabilitasi.
c. Terwujudnya efektifitas dan efisiensi yang tinggi dari segenap
upaya atau kegiatan yang dila
5. MOTTO
“ CEPAT, TEPAT, PUAS ”
- Cepat dalam pelayanannya
- Tepat diagnose dan terapinya
- Dengan sendirinya akan memberikan kepuasan kepada pasien
dan keluarganya
4
b. Pengumpulan Lembar Pengumpul Data untuk audit kuantititas
dan kualitas
2. Perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik
Rincian kegiatannya adalah sebagai berikut :
a. Sosialisasi tentang cara pengisian lembar pengumpulan data.
b. Pengumpulan data kuantitas penggunaan antibiotika
menggunakan Lembar Pengumpul Data ( LPD )
c. Audit penggunaan antibiotik dalam DDD
5
b. Waktu Laporan audit kuantitatif dan kualitatif penggunaan
antibiotik di RSU Islam Harapan Anda dilakukan setiap 3 bulan
sekali disusun oleh Komite PMKP dan Direktur
7. SDM
Rincian kegiatannya sebagai berikut :
a. Persiapan SDM dengan mengirim pelatihan / workshop / seminar
/ inhouse training tentang PPRA di dalam dan di luar rumah sakit
b. Pelatihan di dalam rumah sakit dan Pelatihan di luar rumah sakit
8. Fasilitas
Rincian kegiatannya sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pengadaan set komputer/laptop
Pengadaan ruangan PPRA
Laboratorium mikro bekerja sama dengan BP4
Penyedian alat pengambilan kultur : Media transpot, botol
urine, kapas lidi steril, object glass, botol feses steri
9. PPI
Rincian kegiatannya sebagai berikut :
a. Penerapan kewaspadaan isolasi (Kewaspadaan standar dan
kewaspaan berdasarkan transmisi)
6
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
RUMAH SAKIT UMUM ISLAM HARAPAN ANDA
7
8
BAB III
DAFTAR DOKUMEN PPRA
9
11. Rumah sakit menetapkan Pedoman Penggunaan Antibiotik (PPAB)
bagi pasien yang dirawat yang meliputi pasien anak dan dewasa,
serta mencakup antibiotik profilaksis dan antibiotik untuk terapi
empirik. Pedoman Penggunaan Antibiotik direvisi secara berkala
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan peta
medan kuman
12. Penanganan kasus infeksi yang berat di tangani secara menyeluruh
termasuk pemberian antibiotiknya dilakukan secara multidisiplin
meliputi pemberian antibiotik empirik dan definitif.
13. Keputusan untuk memulai pemberian antibiotik baik untuk profilaksis
maupun untuk terapi empirik pada seorang pasien harus dilakukan
secara selektif, yaitu kepada pasien yang berisiko tinggi akan
mengalami infeksi bakterial atau pada pasien yang terbukti atau
sangat mungkin sedang menderita infeksi bakterial. Proses seleksi
ini dijabarkan lebih lanjut di dalam Pedoman Penggunaan Antibiotik.
14. Pemberian antibiotik profilaksis bedah diberikan atas indikasi operasi
bersih dan bersih terkontaminasi sebagaimana tercantum dalam
ketentuan yang berlaku.
15. Pemberian antibiotik pada prosedur operasi terkontaminasi dan kotor
tergolong dalam pemberian antibiotik terapi sehingga tidak perlu
ditambahkan antibiotik profilaksis.
16. Setiap pemberian antibiotik untuk tujuan profilaksis harus mengacu
pada Pedoman Penggunaan Antibiotik. Antibiotik yang digunakan
untuk profilaksis tidak boleh digunakan untuk kepentingan terapeutik,
dan sebaliknya antibiotik untuk terapeutik tidak digunakan untuk
profilaksis. Jenis antibiotik untuk profilaksis dan untuk terapi
ditetapkan secara berkala sejalan dengan penetapan Pedoman
Penggunaan Antibiotik dan formularium
17. Keputusan pemberian antibiotik untuk keperluan empirik harus
didahului dengan upaya diagnostik atau identifikasi untuk
menentukan ada tidaknya indikasi pemberian antibiotik (yaitu adanya
infeksi bakterial atau kemungkinan kuat infeksi bakterial). Algoritme
penentuan ada tidaknya indikasi memberikan antibiotik merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Pedoman Penggunaan Antibiotik
terapi empirik.
10
18. Pemeriksaan kultur dilakukan apabila pemberian antibiotik terapi
empirik (sesuai dengan Panduan Praktek Klinik) tidak memberikan
perubahan yang signifikan terhadap pasien dalam waktu 3 X 24 jam .
Apabila hasil kultur telah tersedia, Dokter Penanggung Jawab Pasien
(DPJP) melakukan streamlining antibiotik sesuai dengan hasil kultur.
Apabila hasil kultur tidak dapat digunakan untuk melakukan
streamlining, maka dilakukan konsultasi dengan dokter spesialis
Mikrobiologi Klinik
19. Pemeriksaan laboratorium dan mikrobiologi di lakukan oleh pihak
ketiga (BP4).
20. Laboratorium Mikrobiologi Klinik melakukan pemeriksaan kultur dan
antibiogram menurut standar, dan melaporkan hasilnya serta
melakukan konsultasi klinik kepada DPJP.
21. Pelaporan pola mikroba dan kepekaan antibiotik di keluarkan secara
berkala setiap tahunnya dan di sampaikan kepada semua yang
terkait dan menjadi acuan bagi pemilihan antibiotik
22. Pemberian antibiotik lini I adalah kelompok antibiotik yang boleh
diresepkan oleh dokter umum, dan dokter Penanggung Jawab
Pelayanan Pasien ( DPJP )
23. Pelaporan bukti kegiatan tim PPRA rumah sakit secara berkala setiap
tahunnya kepada KPRA Kemenkes
24. Pemberian antibiotik lini II adalah kelompok antibiotik yang digunakan
oleh semua dokter tetapi hanya untuk indikasi tertentu.
25. Pemberian antibiotik lini III adalah kelompok antibiotik yang
penggunaaanya di batasi dan memerlukan persetujuan Tim
Pengendalian Resistensi Antimikroba rumah sakit ( restricted /
reserved )
26. Pelaporan hasil uji kepekaan terhadap antibiotik generasi mutakhir
berspektrum luas yaitu : meropenem, imipenem, vancomycin
dibatasi (direstriksi) hanya untuk isolat multidrug resistant organism
(MDRO).
27. Pembuatan resep antibiotik berspektrum luas untuk multidrug
resistant organism (MDRO) hanya dilakukan oleh DPJP. Instalasi
Farmasi dapat mengevaluasi kelayakan resep / permintaan antibiotik
berspektrum luas untuk bakteri patogen MDRO dengan berkonsultasi
11
kepada Tim Pengendalian Resistensi Antimikroba atau Wadir
Pelayanan Medik dan Keperawatan.
28. Instalasi Farmasi RSU Islam Harapan Anda menerapkan automatic
stop order apabila permintaan antibiotik dari klinisi tidak sesuai
dengan Pedoman Penggunaan Antibiotik, dengan terlebih dahulu
melakukan komunikasi dengan DPJP sebagai upaya mengendalikan
dan mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak bijak.
29. Indikator mutu Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di
Rumah Sakit meliputi:
a. Perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik;
b. Perbaikan kualitas penggunaan antibiotik;
c. Perbaikan pola kepekaan antibiotik dan penurunan pola
resistensi antimikroba;
d. Penurunan angka kejadian infeksi di rumah sakit yang
disebabkan oleh mikroba multiresisten; dan
30. Indikator mutu PPRA terintegrasi pada indikator mutu PMKP.
31. Untuk melengkapi audit kualitatif dan kuantitatif penggunaan
antibiotik dilakukan pengisian data pada Lembar Pengumpul Data
(LPD)
32. Pengisian nomer kode LPD menggunakan format 6 digit angka yang
berisi nomer kode bagian, bulan dan nomer urut tiap bulan.
33. Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin,
melalui forum kajian kasus infeksi terintegrasi.
34. Tim Pengendalian Resistensi Antimikroba melakukan monitoring dan
evaluasi Program Pengendalian Resistensi Antimikroba dan
menyampaikannya kepada Direktur secara rutin trimester dan
tahunan
35. Tim Pengendalian Resistensi Antimikroba melakukan monitoring dan
evaluasi Program Pengendalian Resistensi Antimikroba dan
menyampaikannya kepada Direktur secara rutin trimester dan
tahunan.
12
B. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PPRA
Standar Prosedur Operasional (SPO) PPRA di Rumah Sakit Umum
Islam Harapan Anda Adalah sebagai berikut :
1. SPO Pertemuan Rutin Tim Pengendalian Resistensi Antimikroba
2. SPO Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pembedahan Umum
3. SPO Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pembedahan Orthopedi
4. SPO Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pembedahan Urologi
5. SPO Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pembedahan Saraf
6. SPO Penggunaan Antibiotik Profilaksis Bedah Obstetri Dan
Ginekologi
7. SPO Audit Penggunaan Antibiotik Kuantitatif
8. SPO Audit Penggunaan Antibiotik Kualitatif
9. SPO Tata Cara Pengisian Lembar Pengumpulan Data (LPD)
10. SPO Indikasi Pengambilan Kultur
11. SPO Antibiotik Restriksi
12. SPO ESBL
13. SPO Penanganan Pasien MRSA
14. SP0 Pengambilan Spesimen Darah
15. SPO Pengambilan Spesimen Urine Untuk Cultur Dan Resistansi
16. SPO Pengambilan Spesimen Di Daerah Luka Untuk Cultur Dan
Resistensi
17. SPO Pengambilan Spesimen Sputum Untuk Cultur Dan Resistensi
13
BAB IV
PELAYANAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
Untuk saat ini, pelayanan laboratorium mikrobiologi dilayani oleh pihak ketiga
dalam hal ini adalah BP4. Apabila ada permintaan uji kultur dari DPJP,
instalasi laboratorium RSUI Harapan Anda Tegal akan mengirimkam
sampelnya ke Laboratorium Mikrobiologi BP4 Kota Tegal.(MoU terlampir)
14
A. DATA PENGIRIMAN KULTUR KE BP4 BULAN JANUARI – JUNI 2018
TANGGAL JENIS
NO. TANGGAL NO. RM NAMA PASIEN DIAGNOSA RUANGAN LAHIR KELAMIN ALAMAT
15
6 Absess pedis JL. H. ILYAS NO. 63
03/03/2018 468562 RUSTININGSIH Dextra, DM MAWAR 06/11/1958 P LARANGAN
7 Grobog Kulon RT 04/05
17/03/2018 463206 KUSRI Ascites POLIKLINIK 01/01/1975 P Pangkah
8 Ostemilytis
10/04/2018 391492 SUHITO kronis DAHLIA 24/09/1963 L
9 SIH Abses Libia
16/04/2018 471406 PANINGSIH Mayora TULIP 01/09/1953 P
10 Abses
16/04/2018 471920 AGUS KHOLID Scrotum BOUGENVILE 15/05/1961 L
11 Ulkus Pedis
23/04/2018 472646 DAROTUN N DM ANYELIR 30/11/1962 P Kebasen RT 11/03 Talang Tegal
12 JL. Pala 25 No.171 RT 4/12
28/04/2018 121760 ASIH A Post OP TKR DAHLIA 22/08/1961 P Mejasem
13 Post
02/06/2018 473093 GIOVANNI CF Laparatomy KA 24/09/2011 L
TANGGAL JENIS
NO. TANGGAL NO. RM NAMA PASIEN DIAGNOSA RUANGAN LAHIR KELAMIN ALAMAT
16
JENIS SPESIMEN : FESES
TANGGAL JENIS
NO. TANGGAL NO. RM NAMA PASIEN DIAGNOSA RUANGAN LAHIR KELAMIN ALAMAT
TANGGAL JENIS
NO. TANGGAL NO. RM NAMA PASIEN DIAGNOSA RUANGAN LAHIR KELAMIN ALAMAT
17
JENIS SPESIMEN : CAIRAN PLEURA
TANGGAL JENIS
NO. TANGGAL NO. RM NAMA PASIEN DIAGNOSA RUANGAN LAHIR KELAMIN ALAMAT
TANGGAL JENIS
NO. TANGGAL NO. RM NAMA PASIEN DIAGNOSA RUANGAN LAHIR KELAMIN ALAMAT
1 Sups.Tonsilitis
21/02/2018 468050 FIROSA differial NUSA INDAH 21/06/2002 P Jl. Kyai As'ari RT 02/05
TANGGAL JENIS
NO. TANGGAL NO. RM NAMA PASIEN DIAGNOSA RUANGAN LAHIR KELAMIN ALAMAT
1 Neo BLR preterm, Krakahan Rt 03/01,
30/01/2018 466088 BY.NY SRI HKD,Asfiksia berat PERISTI 23/01/2018 L Tanjung
18
JENIS SPESIMEN : SEKRET MUKOSA
TANGGAL JENIS
NO. TANGGAL NO. RM NAMA PASIEN DIAGNOSA RUANGAN LAHIR KELAMIN ALAMAT
Uripsumoharjo 73
06/02/2018 467131 MULYADI ANGGREK 17/08/1935 L Pemalang
Odema Mata, JL. HANG TUAH GG
09/03/2018 469035 DAVIRA L Diare AMARILIS 02/06/2017 P KEMARI NO 25 RT 10/3
RUANG AMARILIS
Organisme KET
SAM AMP CSL AMK GEN CZO CTX CFP CRO CXM LVX ERY FOS IPM MEM PEN CIP
%S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S
Escherichia ESBL
0 0 0 100 0 0 100 0 100 0 0
coli
Komentar :
Kotak berwarna merupakan kotak antibiotik yang tidak sensitif lagi (resisten) pada kuman secara in vitro.
Kotak kuning merupakan kuman ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase). Resisten terhadap cephalosporin generasi III. Muncul
akibat sering terpapar cephalosporin generasi III
Pemilihan antibiotik dapat dilakukan sesuai kondisi klinis dan diskusi-diskusi DPJP-Mikrobiologi klinik-farmasi-pihak lain yang
diperlukan pada setiap kasus.
19
Pada kasus ini, beta lactam inhibitor yang menjadi pilihan saat ditemukan ESBL turut resisten, sehingga ini merupakan metallo
beta lactamase.
Pada kasus ini, Imipenem dapat menjadi pilihan terapi
RUANG ANYELIR
Organisme
SAM AMP CSL AMK GEN CZO CTX CFP CRO CXM LVX ERY FOS IPM MEM PEN CIP KET
%S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S
Pseudomonas
100 100 0 100 0 100 100 100 100
aeruginosa
Citrobacter
100 0 100 100 100 0 0 0 0 100 100 100 100
freundii
Komentar :
Kotak berwarna merupakan kotak antibiotik yang tidak sensitif lagi (resisten) pada kuman secara in vitro.
RUANG PICU
Organisme
SAM AMP CSL AMK GEN CZO CTX CFP CRO CXM LVX ERY FOS IPM MEM PEN CIP KET
%S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S
Stapilococcus Sp 100 100 100 0 100 100 100 100 100 100
Burkholderia
cepacia 100 100 0 100 0 100 100 100
20
Komentar :
Kotak berwarna merupakan kotak antibiotik yang tidak sensitif lagi (resisten) pada kuman secara in vitro.
RUANG CASABLANCA
Organisme
SAM AMP CSL AMK GEN CZO CTX CFP CRO CXM LVX ERY FOS IPM MEM PEN CIP KET
%S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S
Acinetobacter
0 100 0 0 0 0 0 0
baumannii
Citrobacter
100 0 100 100 0 0 100 0 0 0 100 100 0
freundii
0 0 100 100 0 0 0 100 100 100 0 ESBL
Escherichia coli
Komentar :
Kotak berwarna merupakan kotak antibiotik yang tidak sensitif lagi (resisten) pada kuman secara in vitro.
Kotak kuning merupakan kuman ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase). Resisten terhadap cephalosporin generasi III. Muncul
akibat sering terpapar cephalosporin generasi III
Pemilihan antibiotik dapat dilakukan sesuai kondisi klinis dan diskusi-diskusi DPJP-Mikrobiologi klinik-farmasi-pihak lain yang
diperlukan pada setiap kasus.
Pada kasus ini, beta lactam inhibitor yang menjadi pilihan saat ditemukan ESBL turut resisten, sehingga ini merupakan metallo
beta lactamase.
Pada kasus ini, karbapenem dapat menjadi pilihan terapi dengan urutan efektifitas sebagai berikut : Meropenem, Imipenem.
21
RUANG DAHLIA
Organisme
SAM AMP CSL AMK GEN CZO CTX CFP CRO CXM LVX ERY FOS IPM MEM PEN CIP KET
%S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S
Acinetobacter
baumannii 100 0 0 100 0 0 100 0 0
Pseudomonas
aeruginosa 0 0 0 100 0 0 100 100 0
Citrobacter
freundii 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 100 0
Komentar :
Kotak berwarna merupakan kotak antibiotik yang tidak sensitif lagi (resisten) pada kuman secara in vitro.
22
Komentar :
Kotak berwarna merupakan kotak antibiotik yang tidak sensitif lagi (resisten) pada kuman secara in vitro.
RUANG TULIP
Organisme
SAM AMP CSL AMK GEN CZO CTX CFP CRO CXM LVX ERY FOS IPM MEM PEN CIP KET
%S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S
Escherichia
coli 0 100 0 0 0 0 0 0 100 100 0 ESBL
Komentar :
Kotak berwarna merupakan kotak antibiotik yang tidak sensitif lagi (resisten) pada kuman secara in vitro.
Kotak kuning merupakan kuman ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase). Resisten terhadap cephalosporin generasi III. Muncul
akibat sering terpapar cephalosporin generasi III
Pemilihan antibiotik dapat dilakukan sesuai kondisi klinis dan diskusi-diskusi DPJP-Mikrobiologi klinik-farmasi-pihak lain yang
diperlukan pada setiap kasus.
Pada kasus ini, beta lactam inhibitor yang menjadi pilihan saat ditemukan ESBL turut resisten, sehingga ini merupakan metallo
beta lactamase.
Pada kasus ini, karbapenem dapat menjadi pilihan terapi dengan urutan efektifitas sebagai berikut : Meropenem, Imipenem.
23
RUANG PERINATOLOGI
Organisme
SAM AMP CSL AMK GEN CZO CTX CFP CRO CXM LVX ERY FOS IPM MEM PEN CIP KET
%S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S
0 0 0 0
Enterococcus faecium
0 0 100 100 0 0 0 0 0 100 100 100 100
Enterobacter cloacae
Stenotrophomonas
0
maltophilia
0 0 0 0
Enterococcus faecium
0 0 100 100 0 0 0 0 0 100 100 100 100
Enterobacter cloacae
Klebsiella pneumoniae
0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ESBL
ss. pneumoniae
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 MDRO
Enterobacter cloacae
Komentar :
Kotak berwarna merupakan kotak antibiotik yang tidak sensitif lagi (resisten) pada kuman secara in vitro.
Kotak hijau merupakan kuman ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase). Resisten terhadap cephalosporin generasi III. Muncul
akibat sering terpapar cephalosporin generasi III
Pemilihan antibiotik dapat dilakukan sesuai kondisi klinis dan diskusi-diskusi DPJP-Mikrobiologi klinik-farmasi-pihak lain yang
diperlukan pada setiap kasus.
24
Pada kasus ini, beta lactam inhibitor yang menjadi pilihan saat ditemukan ESBL turut resisten, sehingga ini merupakan metallo
beta lactamase.
Pada kasus ini, amikasin (aminoglikosida) dapat menjadi pilihan terapi.
Kotak warna ungu muda menunjukan MDRO (Multy Drug Resistant Organism)
Penerapan kewaspadaan standar (kebersihan tangan, APD) untuk mencegah transmisi dari/ke pasien, pasien lain, petugas kesehatan
dan pengunjung.
Hal-hal terkait PPI (seperti isolasi, penanganan outbreak/KLB) dapat dikonsultasikan ke IPCLN/IPCN
KETERANGAN :
SAM %S : AMPICILLIN SULBACTAM LVX %S : LEVOFLOXACIN
AMP %S : AMPICILLIN ERY %S : ERYTHROMICIN
CSL %S : CEFOPERAZONE SULBACTAM FOS %S : FOSFOMYCIN
AMK %S : AMIKACIN IPM %S : IMIPENEM
GEN %S : GENTAMICIN MEM %S : MEROPENEM
CZO %S : CEFAZOLIN PEN %S : PENICILIN
CTX %S : CEFOTAXIME CIP %S : CIPROFLOXACIN
CFP %S : CEFOPERAZONE LVX %S : LEVOFLOXACIN
CRO %S : CEFTRIAXONE ERY %S : ERYTHROMICIN
CXM %S : CEFUROXIME FOS %S : FOSFOMYCIN
IPM %S : IMIPENEM
25
BAB V
INSTALASI FARMASI
26
3. pemanfaatan technology support systems, dan
4. intervensi lain.
Adapun beberapa metode untuk mengendalikan pelayanan antibiotik
yang dilakukan oleh instalasi farmasi bersama dengan tim PPRA antara
lain :
1. Penyusunan Formularium (Antibiotik)
Formularium antibiotik merupakan daftar sederhana obat yang tersedia
untuk digunakan di suatu rumah sakit. Pengendalian formularium
efektif mempengaruhi peresepan antibiotik sekaligus dapat
mengurangi penggunaan dan resistensi terhadap antibiotik. Selain itu,
metode ini tidak menimbulkan dampak/efek negatif terhadap pasien,
serta memberikan edukasi positif pada dokter pemberi resep. Standar
yang harus dipegang dalam menyusun dan menerapkan formularium
antibiotik adalah sebagai berikut.
a. Antibiotik yang akan dimasukkan ke dalam formularium dipilih
terutama berdasarkan bukti efikasi. Pertimbangan lain terkait
dengan kelebihan yang dimiliki oleh suatu antibiotik, seperti tidak
mudah mengalami resistensi, profil baik secara farmakokinetik dan
farmakodinamik, efek samping minimal, dan relatif murah.
Sebaiknya dihindari duplikasi antibiotik sehingga efisien dalam
pengadaannya.
b. Pemilihan antibiotik mengacu pada pola kepekaan kuman
setempat.
c. Antibiotik disusun menurut pembatasan penggunaanya, dimulai
dari antibiotik yang dapat digunakan secara luas hingga antibiotik
yang hanya dapat diresepkan untuk indikasi tertentu.
d. Formularium harus direvisi secara berkala untuk mengeluarkan
antibiotik yang sudah tidak efektif berdasarkan pola kepekaannya
dan memasukkan antibiotik yang dipandang diperlukan.
e. Compliance terhadap penerapan formularium diaudit secara rutin.
2. Restriksi Antibiotik
Restriksi atau pembatasan jenis antibiotik atau kelas antibiotik dalam
formularium rumah sakit telah diakui sebagai salah satu strategi untuk
mengurangi kejadian resistensi antibiotik, menekan biaya antibiotik,
27
serta menurunkan pemakaian berlebihan antibiotik spektrum luas
secara empiris. Hasil studi besar menunjukkan bahwa restriksi
antibiotik mampu menurunkan 32% kebutuhan antibiotik parenteral,
sekaligus meningkatkan kembali kepekaan patogen tanpa diikuti
dengan dampak buruk terhadap outcome klinis, survival dan lama
rawat di rumah sakit. Secara umum, antibiotik yang harus dibatasi
penggunaannya di rumah sakit adalah antibiotik berspektrum luas
(mis. karbapenem), antibiotik yang mudah mengalami resistensi (mis.
sefalosporin) dan antibiotik yang mudah menimbulkan toksisitas (mis.
aminoglikosida). Namun, hal tersebut sulit untuk diterapkan sehingga
pembatasan antibiotik sebaiknya berdasarkan data kejadian outbreak
resistensi terhadap antibiotik tertentu yang diperoleh dari survei
berkala dan laporan dari laboratorium mikrobiologi. Dengan
pembatasan formularium, antibiotik dibedakan menjadi dua, yaitu
unrestricted dan restricted antibiotics. Antibiotik unrestricted dapat
diresepkan oleh tiap dokter tanpa perlu meminta persetujuan
sebelumnya, sedangkan restricted antibiotics hanya boleh diresepkan
atas dasar pedoman yang disusun oleh Tim Pengendalian Resistensi
Antibiotik atau setelah melalui diskusi dengan “pakar” yang telah
ditunjuk. Keberhasilan penerapan restriksi formularium sangat
bergantung pada tingkat kepatuhan (compliance) dokter terhadap
formularium tersebut. Terdapat dua metode untuk meningkatkan
compliance terhadap formularium. Metode pertama, mengharuskan
pemberi resep menggunakan formulir permintaan antibiotik untuk
antibiotik yang penggunaannya dibatasi. Formulir tersebut harus
dilengkapi dengan beberapa informasi, yaitu indikasi penggunaan
(profilaksis, empiris, atau definitif), tempat infeksi, kriteria klinis dalam
menegakkan diagnosis infeksi, patogen yang diduga atau telah
dikonfirmasi sebagai penyebab infeksi, informasi menyangkut pasien
(usia, berat badan, penyakit dasar, fungsi hepar dan ginjal, riwayat
alergi), dan informasi menyangkut antibiotik (dosis, frekuensi dan cara
pemberian, lama pemberian). Masalah dalam penerapan metode ini
adalah dibutuhkan dukungan sistem informasi berbasis teknologi.
Selain itu, sulit untuk dokter pemberi resep melengkapi begitu banyak
informasi yang dibutuhkan sehingga kualitas informasi yang diperoleh
28
menjadi tidak memadai (inadequat). Metode kedua adalah
pemberlakuan persyaratan berupa persetujuan dari “pakar” untuk
menggunakan antibiotik yang restricted. Persetujuan ini umumnya
diminta dari seorang ahli mikrobiologi klinik atau dokter dari divisi
penyakit infeksi. Idealnya, persetujuan dapat diberikan di dalam
ataupun di luar jam kerja. Selama jam kerja, farmasis akan mengirim
resep permintaan tersebut kepada dokter mikrobiologi klinik atau
dokter dari divisi penyakit infeksi, selanjutnya didiskusikan dengan
dokter penulis resep, lalu persetujuan (approval) dapat diberikan, atau
disarankan untuk menggunakan regimen alternatif. Di luar jam kerja,
maka maksimal dalam waktu yang ditentukan (biasanya 24-48 jam),
farmasis yang bertugas terakhir harus meminta tenaga ahli lokal untuk
menyetujui atau menolak permintaan resep tersebut. Masalah yang
berhubungan dengan restriksi antibiotik adalah meningkatnya
resistensi terhadap antibiotik yang tidak dibatasi penggunaannya. Oleh
karena itu, saat ini restriksi antibiotik dijalankan hanya bila terjadi
ledakan (outbreak) infeksi yang disebabkan oleh suatu patogen yang
resisten terhadap antibiotik tertentu atau jika pengendalian infeksi
lainnya tidak berhasil.
29
a. harus dibedakan pedoman peresepan antibiotik untuk profilaksis,
empiris, dan definitif;
b. melibatkan tenaga ahli multidisipilin (sekitar 6- 10 orang) dalam
penyusunannya, termasuk dokter dari berbagai spesialisasi terkait
dan seorang yang mampu melakukan pencarian literatur dan
systematic reviews;
c. masukan pendapat dari stakeholder atau calon pengguna
dipertimbangkan sehingga memudahkan implementasi pedoman
nantinya;
d. tim penyusun mencari pedoman yang sudah ada untuk suatu topik
tertentu, dan selanjutnya mengambil dan menyesuaikannya
dengan kondisi setempat
e. pedoman disusun berdasarkan systematic review dan bukti ilmiah,
dan selanjutnya bukti ilmiah tersebut disusun sesuai dengan
tingkat rekomendasi dan kekuatannya;
f. antibiotik yang dipilih selaras dengan pola patogen dan
sensistivitas lokal dan dilengkapi dengan informasi mengenai
dosis, lama dan cara pemberian, penyesuaian dosis pada
gangguan fungsi ginjal, serta antibiotik alternatif jika pasien alergi
terhadap antibiotik lini pertama;
g. pedoman antibiotik penggunaan profilaksis sebaiknya mengatur
secara spesifik indikasi antibiotik untuk suatu prosedur tertentu,
pilihan optimal, dosis, waktu pemberian, serta cara dan lama
pemberiannya;
h. setelah selesai disusun, pedoman dinilai oleh kelompok lain di luar
tim penyusun yang memiliki keahlian di bidang terkait;
i. secara periodik (misalnya tiap dua tahun) pedoman diperbarui
dengan mengacu pada kemajuan pengetahuan medis, perubahan
praktek klinis dan kondisi lokal, serta hasil evaluasi implementasi
pedoman terdahulu;
j. pedoman antibiotik sebaiknya tidak terlalu panjang (tidak lebih dari
20-25 halaman), sederhana, tidak kontroversial, relevan secara
klinis, fleksibel, aplikatif, dibuat dalam format yang mudah
digunakan.
30
Hal penting lain yang juga perlu diperhatikan adalah mengenai
implementasi pedoman, yang merupakan proses untuk memastikan
bahwa guidelines tersebut diterapkan dalam praktek klinis. Survei
memperlihatkan angka antara 20% hingga >90% untuk compliance
terhadap suatu pedoman, tergantung sifat pedoman, masalah klinis
yang dituju, pasien target, jenis/bentuk implementasi, dan batasan yang
dianut untuk definisi “adherence”. Kenyataan dalam praktek, klinisi yang
paling berpengalaman umumnya justru yang paling tidak patuh terhadap
pedoman. Cabana dkk (1999) menemukan beberapa hal yang menjadi
penghalang (barier) implementasi pedoman, yaitu ketidaktahuan
mengenai adanya pedoman, sikap (kurang setuju dengan pedoman,
tidak percaya pada pedoman, kurang percaya diri, atau
kelemahan/kesalahan pada praktek terdahulu). Kondisi lain yang
menyebabkan klinisi enggan menerapkan pedoman adalah karena
pedoman itu dirasakan tidak cocok untuk praktek klinis. Hal ini dapat
karena pedoman kurang valid secara ilmiah, tidak melibatkan
stakeholder penting saat penyusunannya, atau karena alasan nonklinis
seperti tidak mendapat imbalan jika menerapkan pedoman, takut
dituntut secara hukum, opini dokter lokal yang tidak mendukung, dan
inefisiensi sistem pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut,
faktor penghalang penerapan guidelines dapat dikelompokkan menjadi
3, yaitu yang berhubungan dengan pedomannya, karakter dokter, dan
kondisi sosial dan institusi.Seharusnya suatu pedoman dapat
memberikan perubahan pada praktek klinis dengan cara mengubah
pengetahuan, perilaku, dan keyakinan klinikus. Pedoman yang baik
tidak otomatis dapat diterapkan dengan baik karena sangat bergantung
pada kepatuhan (compliance) penggunanya, dalam hal ini adalah
dokter. Cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepatuhan
terhadap pedoman adalah mencari dukungan organisasi profesi lokal
dan nasional, menyatukan ke dalam praktek klinis oleh “expert” klinis
setempat, diseminasi pedoman oleh kepala departemen, audit
kepatuhan terhadap guidelines dengan memberikan umpan balik hasil
kepada klinisi, menggunakan alat pengingat untuk tiap pasien misalnya
dengan mengintegrasikan pedoman dengan rekam medik atau dengan
alat pengingat umum, menggabungkan guidelines ke program
31
pengambilan keputusan klinis menggunakan komputer, melibatkan
pengguna penting guidelines saat proses penyusunannya,
menggabungkan guidelines ke dalam perjanjian kerja sama antara
pihak pembayar (asuransi) dengan pemberi pelayanan (rumah sakit
atau klinisi), atau dengan program academic detailing secara
perorangan. Penggunaan salah satu atau kombinasi metode tersebut di
atas mampu meningkatkan kepatuhan terhadap guidelines dalam
tingkat yang berbeda. Dari banyak studi terbukti bahwa penggunaan
beberapa intervensi lebih efektif dibandingkan hanya dengan intervensi
tunggal. Implementasi suatu pedoman membutuhkan diseminasi
(penyebarluasan). Terbukti salah satu alasan tidak efektifnya guidelines
adalah ketidaktahuan klinisi mengenai keberadaan pedoman. Dengan
diseminasi, kepedulian klinisi terhadap guidelines dapat ditingkatkan
sehingga berpengaruh pada pengetahuan, sikap dan perilaku mereka.
Cara yang bisa ditempuh untuk diseminasi adalah publikasi melalui
jurnal, news, pelaporan, atau dokumen lokal, handbook dokter junior,
poster di bangsal perawatan dan departemen terkait, program
pendidikan, dan kunjungan perorangan. Hingga kini belum dapat
ditentukan strategi optimal untuk diseminasi pedoman. Publikasi di
jurnal merupakan cara yang paling sering dilakukan, meskipun hasilnya
sering kurang memuaskan. Mengirimkan email ke para klinisi terlihat
lebih efektif, meskipun efikasinya juga terbatas. Secara umum,
intervensi secara pasif dianggap sebagai cara diseminasi yang kurang
memuaskan dan hanya menimbulkan perubahan perilaku
sesaat/sementara. Grishaw dan Russel (1994) mengklaim bahwa
strategi diseminasi guidelines yang paling efektif adalah melalui jalur
pendidikan (misalnya seminar) karena berpotensi kuat untuk diadopsi
dan dampaknya lebih bertahan lama. Suatu pedoman juga perlu dinilai
manfaatnya dalam menimbulkan perubahan dalam praktek klinis dan
outcome klinis. Audit adalah cara yang paling efektif untuk menilai
manfaat penerapan pedoman, namun selayaknya evaluasi dilakukan
untuk semua komponen proses penerapan guidelines, tidak hanya
outcome. Artinya, perbaikan outcome klinis tidak dapat dijadikan
sebagai patokan tunggal untuk menilai keberhasilan penerapan
pedoman.
32
BAB VI
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RUMAH SAKIT
A. PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
1. TRIWULAN 1 (JANUARI-MARET) PADA TAHUN 2018
NO BAGIAN JUMLAH JUMLAH PASIEN
SAMPEL YANG
PASIEN (RM) MENGGUNAKAN
ANTIBIOTIK
N %
1 BAGIAN ANAK 15 12 80 %
2 BAGIAN PENYAKIT 5 2 40 %
DALAM
3 BAGIAN BEDAH 5 5 100 %
4 BAGIAN OBSGYN 5 5 100 %
5 BAGIAN LAIN 5 2 40 %
JUMLAH 35 26
10 5 5 5 5 5 5
5 2 2
0
BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN
ANAK PENYAKIT BEDAH OBSGYN LAIN
DALAM
Analisa :
Penggunaan antibiotik di RSU Islam Harapan Anda Tegal dari bulan
januari – maret 2018 (triwulan I) dengan pengambilan secara acak dari
35 sampel pasien didapatkan angka bagian anak 80%, bagian penyakit
dalam 40%, bagian obsgyn dan bagian bedah 100%, sedangkan bagian
lain 40%.
33
2. TRIWULAN 2 (APRIL-JUNI) PADA TAHUN 2018
NO BAGIAN JUMLAH JUMLAH PASIEN
SAMPEL YANG
PASIEN (RM) MENGGUNAKAN
ANTIBIOTIK
N %
1 BAGIAN ANAK 76 62 81.58%
2 BAGIAN PENYAKIT 245 153 62.45%
DALAM
3 BAGIAN BEDAH 74 68 91.89%
4 BAGIAN OBSGYN 77 76 98.7%
5 BAGIAN LAIN 94 47 50%
JUMLAH 566 406 71.73%
Analisa :
Penggunaan antibiotik di RSU Islam Harapan Anda Kota Tegal dari bulan
April-Juni 2018 dengan pengambilan secara acak dari 566 sampel pasien
didapatkan angka bagian anak 81.58%, bagian penyakit dalam 62.45%,
bagian obgyn 98.7% dan bagian bedah 91.89%, sedangkan bagian lain
(termasuk bagian syaraf, paru-paru, jantung) 50%.
34
2. Sosialisasi Panduan Profilaksis Bedah dan Terapi
Empiris
3. Sosialisasi Panduan Praktek Klinik
4. Pengetahuan tentang pentingnya resiko resistensi
antibiotik harus terus di sosialisasikan kepada seluruh
tenaga medis.
MATERIAL 1. Pedoman Kerja PPRA/ Pedoman Penggunaan
Antibiotik
2. Panduan Profilaksis Bedah
3. Panduan Terapi Empirik
4. Panduan Praktek Klinik
LINGKUNGAN 1. Semua pasien rawat inap
2. Dokter penanggung jawab pasien (DPJP)
DO
TIM PPRA :
Membuat pedoman kerja/ penggunaan antimikroba, panduan
profilaksis bedah, dan panduan terapi empirik dan selalu di
evaluasi isi maupun kepatuhan penerapannya oleh klinisi.
Membuat peta kuman rumah sakit tahun 2018 atau minimal 6
bulan sekali.
Membuat SPO antibiotik restriksi beserta formulir permintaannya
Sosialisasi tentang bahaya resistensi antibiotik
Metode :
Sosialisasi pedoman kerja / penggunaan antimikroba, panduan
profilaksis bedah dan panduan terapi empirik yang sudah
ditetapkan.
35
Sosialisasi hasil peta kuman rumah sakit tahun 2018 / setiap 6
bulan sekali.
Sosialisasi SPO antibiotik restriksi kepada seluruh klinisi dan
tenaga medis lainnya.
Material :
Mengikutsertakan tim PPRA rumah sakit dalam pelatihan PPRA
eksternal maupun internal.
Lingkungan :
Sosialisasi tentang pedoman kerja / penggunaan antibiotik,
panduan profilaksis bedah, dan panduan terapi empiric beserta
SPO terkait PPRA kepada dokter dan tenaga kesehatan lain di
rumah sakit.
STUDI
Pada bulan Januari – maret tahun 2018 diambil sampel secara
acak sejumlah 35 pasien tentang penggunaan antibiotik.
Didapatkan hasil angka bagian anak adalah 80 %, bagian penyakit
dalam adalah 40%, bagian obsgyn dan bagian bedah adalah
100%, sedangkan bagian lain adalah 40% yang dipengaruhi
banyak faktor.
Pada bulan April-Juni 2018 diambil sampel secara acak sejumlah
566 pasien baik yang menggunakan antibiotik maupun tidak.
Didapatkan angka bagian anak 81.58%, bagian penyakit dalam
62.45%, bagian obgyn 98.7% dan bagian bedah 91.89%,
sedangkan bagian lain (termasuk bagian syaraf, paru-paru,
jantung) 50% yang dipengaruhi banyak faktor.
ACTION :
Tindakan perbaikan :
1. Sosialisasikan ulang pedoman dan panduan PPRA, SPO- SPO
terkait PPRA (SPO AB Restriksi, SPO Tata Cara Pengisian LPD)
2. Mengadakan pelatihan eksternal tentang PPRA untuk anggota Tim
PPRA.
36
3. Pengajuan tentang kebutuhan sarana dan prasarana guna
meningkatkan program PPRA.
4. Melibatkan pihak managemen untuk mendukung program PPRA.
No. KODE ANTIBIOTIK signa dosis hari TOTAL DDD NILAI LOS
WHO DDD
1 01.01.01 Amikasin 2 0.035 5 0.35 1 0.35 15
Flagyl Syr 3 0.094 2 0.564 1.5 0.376
Cefotaxim iv 3 0.15 1 0.45 4 0.113
Meropenem iv 3 0.15 5 2.25 2 1.125
2 01.01.02 Taxegram iv 2 0.33 3 1.98 4 0.495 5
Sanprima syr 2 0.18 4 1.44 2.4 0.6
Sporetik syr 2 0.05 2 0.2 0.4 0.5
3 01.01.03 Cefotaxime iv 3 0.4 2 2.4 4 0.6 8
Gentamicin iv 2 0.04 7 0.56 0.24 2.333
Meropenem iv 3 0.25 6 4.5 2 2.25
4 01.01.04 Cefotaxime iv 2 0.33 3 1.98 4 0.495 9
Erithromicin po 4 0.125 3 1.5 1 1.5
Meropenem iv 3 0.25 6 4.5 2 2.25
Isoniazid po 1 0.125 2 0.25 0.3 0.833
Rifampisin po 1 0.2 2 0.4 0.6 0.667
Pyrazinamide 2 0.1 2 0.4 1.5 0.267
po
5 01.01.05 Cefotaxime iv 2 0.1 3 0.6 4 0.15 24
Gentamicin iv 1 0.01 3 0.03 0.24 0.125
Meropenem iv 3 0.04 17 2.04 2 1.02
Fixacef po 2 0.015 4 0.12 0.4 0.3
6 01.01.06 Cefotaxime iv 2 0.1 11 2.2 4 0.55 29
Meropenem iv 3 0.025 10 0.75 2 0.375
Cefspan po 2 0.01 10 0.2 0.4 0.5
7 01.01.07 - 4
8 01.02.01 Cefixime po 2 0.05 7 0.7 0.4 1.75 7
9 01.02.02 Ceftriaxone iv 2 1 5 10 2 5 5
Erithromicin po 3 0.5 4 6 1 6
10 01.02.03 - 5
11 01.02.04 - 3
12 01.03.01 Cefotaxime iv 3 0.25 1 0.75 4 0.188 11
Gentamisin iv 2 0.016 8 0.256 0.24 1.067
Anbacim iv 2 0.333 4 2.664 3 0.888
Meropenem iv 3 0.167 7 3.507 2 1.7535
Metronidazol iv 3 0.075 3 0.675 1.5 0.45
13 01.03.02 Cefotaxim iv 3 0.3 1 0.9 4 0.225 5
37
Flagyl syr 3 0.125 5 1.875 1 1.875
14 01.03.03 - 4
15 01.03.04 - 2
TOTAL LOS 136
No. KODE ANTIBIOTIK signa dosis hari TOTAL DDD NILAI LOS
WHO DDD
1 02.01.01 Ceftriaxone iv 2 1 10 20 2 10 11
Metronidazol iv 3 0.5 10 15 1.5 10
Ciprofloxacin iv 2 0.4 7 5.6 0.5 11.2
Claneksi iv 2 1 2 4 3 1.333
Metronidazol 3 0.5 1 1.5 1.5 1
po
2 02.01.02 - 5
3 02.02.01 Mikasin iv 3 0.25 4 3 1 3 4
4 02.02.02 - 4
5 02.03.01 - 5
TOTAL LOS 29
NO. KODE ANTIBIOTIK signa dosis hari TOTAL DDD NILAI LOS
WHO DDD
1 03.01.01 Cebactam iv 2 1 4 8 4 2 4
2 03.01.02 ceftriaxone iv 2 1 2 4 2 2 3
Gentamicin iv 2 0.08 2 0.32 0.24 1.333
3 03.02.01 Cebactam iv 2 1 4 8 4 2 4
4 03.02.02 anbacim iv 2 1 5 10 3 3.333 5
ciprofloxacin iv 2 0.2 2 0.8 0.5 1.6
5 03.02.03 Ceftriaxone iv 2 1 1 2 2 1 8
cefoperazone iv 2 1 5 10 4 2.5
Trichodazol po 3 0.5 3 4.5 1.5 3
Claneksi po 3 0.625 3 5.625 1 5.625
TOTAL LOS 24
d. Bagian Obsgyn
NO. KODE ANTIBIOTIK signa dosis hari TOTAL DDD NILAI LOS
WHO DDD
1 04.01.02 Cefotaxime iv 2 1 1 2 4 0.5 4
Amoxicillin po 3 0.5 2 3 1 3
2 04.01.03 Ceftriaxone iv 1 2 1 2 2 1 5
3 04.01.01 Ceftriaxone iv 1 2 1 2 2 1 5
4 04.02.01 Ceftriaxone iv 1 2 1 2 2 1 4
5 04.03.01 Ceftriaxone iv 1 2 1 2 2 1 4
TOTAL LOS 22
38
e. Bagian Lainnya
NO. KODE NAMA SIGNA DOSIS HARI TOTAL DDD NILAI LOS
ANTIBIOTIK WHO DDD
1 05.01.01 Isoniazid 1 0.3 5 1,5 0.3 5 5
Rifampisin 1 0.45 5 2,25 0.6 3,75
Ethambutol 2 0.5 5 5 1.2 4,167
Metronidazol 3 0.5 1 1,5 1.5 1
2 05.01.02 Ceftriaxone iv 1 2 3 6 2 3 3
3 05.02.01 - 5
4 05.02.02 - 4
5 05.03.01 - 4
TOTAL LOS 21
39
Rekapitulasi Nilai Total DDD
RIFAMPISIN PO 1,904
PYRAZINAMID PO 0,115
ISONIAZID PO 2,514
ETHAMBUTOL PO 1,796
CIPROFLOXACIN IV 5,517
AMOXICILLIN PO 1,293
AMIKASIN IV 1,444
CEFOPERAZONE 1,078
CEFOPERAZONE… 1,724
MEROPENEM IV 3,297
CO AMOXICLAV PO 2,424
CO AMOXICLAV IV 0,575 JENIS ANTIBIOTIK
CEFIXIME PO 1,315
COTRIMOXAZOL PO 0,259
ERITHROMICIN PO 3,233
GENTAMICIN IV 2,094
AMIKASIN IV 1,444
METRONIDAZOL PO 2,317
METRONIDAZOL IV 0,000
CEFTRIAXONE IV 10,776
CEFOTAXIM IV 1,429
Analisa :
Dari hasil analisa audit secara acak pada 35 sampel pasien dari bulan
januari-maret (triwulan I) tahun 2018 didapatkan nilai tertinggi
penggunaaan antibiotik secara kuantitatif adalah CEFTRIAXONE INJ
dengan total DDD 10.776 %.
40
5 01.05.02 2 4
6 01.05.03 Cefotaxime iv 3 0.25 3 2.25 4 0.563 4
7 01.05.04 3 6
8 01.05.05 Meropenem iv 3 0.333 17 16.983 2 8.492 17
9 01.05.06 Cefotaxime iv 3 0.2 4 2.4 4 0.6 4
Gentamicin iv 1 0.04 4 0.16 0.24 0.667
10 01.05.07 Cefotaxime iv 3 0.5 4 6 4 1.5 5
Gentamicin iv 2 0.04 4 0.32 0.24 1.333
11 01.05.08 Cefxon iv 3 0.333 6 5.994 2 2.997 6
12 01.05.09 Ceftriaxone iv 2 0.5 2 2 2 1 3
13 01.05.10 Ceftriaxone iv 2 0.5 3 3 2 1.5 3
14 01.05.11 Ceftriaxone iv 2 0.2 1 0.4 2 0.2 5
Cefixime iv 2 0.02 4 0.16 0.4 0.4
15 01.05.12 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
16 01.05.13 Cefotaxime iv 3 0.5 2 3 4 0.75 2
17 01.05.14 Ceftriaxone iv 2 1 5 10 2 5 5
18 01.05.15 4 3
19 01.05.16 Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 3
20 01.05.17 Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 3
21 01.05.18 Cefotaxime iv 3 0.4 3 3.6 4 0.9 3
22 01.05.19 Ceftriaxone iv 2 0.5 3 3 2 1.5 3
Gentamicin iv 2 0.03 3 0.18 0.24 0.75 3
23 01.05.20 Cefotaxime iv 2 0.25 3 1.5 4 0.375 4
24 01.05.21 Cefotaxime iv 3 0.333 3 2.997 4 0.749 4
25 01.05.22 Ceftriaxone iv 2 0.65 3 3.9 2 1.95 3
26 01.05.23 Ceftriaxone iv 2 0.5 3 3 2 1.5 3
27 01.05.24 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
28 01.05.25 Cefotaxime iv 3 0.333 4 3.996 4 0.999 4
29 01.05.26 5 4
30 01.05.27 Metronidazol iv 3 0.08 3 0.72 1.5 0.48 3
31 01.05.28 Cefotaxime iv 3 0.4 5 6 4 1.5 5
32 01.05.29 Taxegram iv 3 0.333 6 5.994 4 1.499 6
33 01.05.30 Cefotaxime iv 2 0.5 3 3 4 0.75 3
34 01.06.01 Ceftriaxone iv 2 0.75 3 4.5 2 2.25 4
Cefixime syr 2 0.1 1 0.2 0.4 0.5
35 01.06.02 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 5
36 01.06.03 6 4
37 01.06.04 Sanprima syr 3 0.125 4 1.5 2.4 0.625 4
Taxegram iv 3 0.5 3 4.5 4 1.125
38 01.06.05 Cefotaxim iv 3 0.4 2 2.4 4 0.6 3
39 01.06.06 Cefotaxime iv 3 0.5 4 6 4 1.5 4
40 01.06.07 Cefotaxime iv 3 0.333 2 1.998 2 0.999 3
41 01.06.08 Cefotaxime iv 3 0.5 3 4.5 4 1.125 3
42 01.06.09 Ceftriaxone iv 2 0.5 2 2 2 1 4
Cefixime po 2 0.05 2 0.2 0.4 0.5
43 01.06.10 Ceftriaxone iv 2 0.5 2 2 2 1 2
44 01.06.11 Broadced iv 2 0.6 2 2.4 2 1.2 3
41
45 01.06.12 Anbacim iv 3 0.5 5 7.5 3 2.5 5
46 01.06.13 Cefxon iv 2 0.75 3 4.5 2 2.25 5
Cefspan po 2 0.075 1 0.15 0.4 0.375
47 01.06.14 7 4
48 01.06.15 8 2
49 01.06.16 cefotaxime iv 3 0.25 3 2.25 4 0.563 3
50 01.06.17 Cefotaxim iv 2 0.25 3 1.5 4 0.375 3
51 01.06.18 Kalfoxim iv 3 0.2 2 1.2 4 0.3 3
52 01.06.19 Ceftriaxone iv 2 1 2 4 2 2 3
53 01.06.20 Broadced iv 2 1 2 4 2 2 3
54 01.06.21 9 2
55 01.06.22 Taxegram iv 3 0.5 3 4.5 4 1.125 4
56 01.06.23 10 4
57 01.06.24 11 4
58 01.06.25 12 4
59 01.06.26 13 3
60 01.06.27 Cefotaxime iv 3 0.2 3 1.8 4 0.45 7
Meropenem iv 3 0.125 4 1.5 1.5 1
61 01.06.28 Cefotaxime iv 3 0.175 4 2.1 4 0.525 4
62 01.06.29 Taxegram iv 2 1 2 4 4 1 3
Cefila po 2 0.1 1 0.2 0.4 0.5
63 01.06.30 Taxegram iv 3 0.25 3 2.25 4 0.563 4
Cefspan po 1 0.05 1 0.05 0.4 0.125
64 01.06.31 Taxegram iv 3 0.1 4 1.2 4 0.3 4
65 01.06.32 Cefat syr 2 0.125 1 0.25 2 0.125 4
66 01.06.33 Kalfoxim iv 3 0.4 3 3.6 4 0.9 3
67 01.06.34 14 2
68 01.06.35 Cefxon iv 2 1 4 8 2 4 4
69 01.06.36 Taxegram iv 3 0.333 3 2.997 4 0.749 3
70 01.06.37 Ceftriaxone iv 2 0.4 3 2.4 2 1.2 5
Sanprima po 2 0.24 5 2.4 2.4 1
71 01.06.38 Cefxon iv 2 1 4 8 2 4 4
72 01.06.39 Ceftriaxone iv 2 0.75 3 4.5 2 2.25 3
73 01.06.40 Taxegram iv 2 0.15 8 2.4 4 0.6 8
74 01.06.41 Cefotaxime iv 3 0.2 4 2.4 2 1.2 4
gentamicin iv 2 0.01 3 0.06 0.24 0.25
75 01.06.42 Cefxon iv 2 0.333 2 1.332 2 0.666 4
76 01.06.43 Cefotaxim iv 3 0.4 7 8.4 4 2.1 7
TOTAL LOS 312
42
# Nilai Total DDD Bagian Anak (%)
No. Nama Antibiotik Total DDD Total LOS % Total DDD(%)
1 Ceftriaxone iv 59.063 312 100 18.93
2 Cefotaxime iv 29.2825 312 100 9.39
3 Cefixime po 1.75 312 100 0.56
4 Cefadroxil po 0.125 312 100 0.04
5 Metronidazol iv 3.68 312 100 1.18
6 Metronidazol po 3.25 312 100 1.04
7 Meropenem iv 9.4915 312 100 3.04
8 Amikasin iv 0.5 312 100 0.16
9 Gentamicin iv 3 312 100 0.96
10 Cotrimoxazol po 2.425 312 100 0.78
11 Cefuroxime iv 2.5 312 100 0.80
Bagian Anak
20 18,93
18
16
14
12 9,39
10
8
6 3,04
4 1,18 1,04 Nama Antibiotik
2 0,56 0,04 0,16 0,96 0,78 0,8
0
Analisis :
Dari hasil analisa nilai total DDD (dalam persen) bagian ANAK pada 76
pasien dari bulan April-Juni tahun 2018 didapatkan nilai tertinggi
penggunaaan antibiotik secara kuantitatif adalah CEFTRIAXONE INJ
dengan nilai 18.93 % dan disusul oleh CEFOTAXIM INJ dengan nilai
9.39%.
43
3 02.04.03 Kanamycin iv 1 1 1 1 1 1 3
4 02.05.01 1 5
5 02.05.02 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
6 02.05.03 Amoxicillin iv 3 1 4 12 1 12 4
7 02.05.04 Ciprofloxacin iv 2 0.2 4 1.6 0.5 3.2 4
8 02.05.05 2 7
9 02.05.06 Cefotaxime iv 2 1 4 8 4 2 4
10 02.05.07 Terfacef iv 2 1 2 4 2 2 5
Cravox iv 1 0.5 5 2.5 0.5 5
Thiamet po 3 1 2 6 1.5 4
11 02.05.08 Cefotaxime iv 2 1 2 4 4 1 3
Ceftriaxone iv 2 1 1 2 2 1
12 02.05.09 Ciprofloxacin iv 2 0.4 4 3.2 0.5 6.4 4
13 02.05.10 Cefotaxime iv 2 1 3 6 4 1.5 4
Cefila po 2 0.2 2 0.8 0.4 2
14 02.05.11 3 4
15 02.05.12 Ceftazidime iv 2 1 2 4 4 1 2
Cefixime po 2 0.2 2 0.8 0.4 2 2
16 02.05.13 4 4
17 02.05.14 Terfacef iv 2 1 4 8 2 4 4
18 02.05.15 Ciprofloxacin iv 2 0.2 7 2.8 0.5 5.6 8
Levofloxacin iv 2 0.5 1 1 0.5 2
19 02.05.16 5 3
20 02.05.17 Cravox iv 1 0.5 2 1 0.5 2 3
21 02.05.18 6 4
22 02.05.19 Sanprima po 2 0.96 4 7.68 2.4 3.2 4
23 02.05.20 7 4
24 02.05.22 Cefotaxime iv 2 1 2 4 4 1 8
Ciprofloxacin iv 2 0.2 6 2.4 0.5 4.8
25 02.05.23 Ceftriaxone iv 2 1 5 10 2 5 5
26 02.05.24 Ceftriaxone iv 2 1 5 10 2 5 5
27 02.05.25 Ceftriaxone iv 2 1 1 2 2 1 5
Dexaflox po 1 0.4 4 1.6 0.8 2
28 02.05.26 Ciprofloxacin iv 2 0.4 8 6.4 0.5 12.8 8
29 02.05.27 Ciprofloxacin iv 2 0.4 3 2.4 0.5 4.8 4
Kanamicyn iv 1 1 1 1 1 1
Cefoperazone- 2 1 1 2 4 0.5
sulbactam iv
30 02.05.28 Baquinor iv 2 0.2 2 0.8 0.5 1.6 3
31 02.05.29 8 0 8
32 02.05.30 9 0 5
33 02.05.31 Ceftriaxone iv 2 1 5 10 2 5 5
Ciprofloxacin po 2 0.5 1 1 1 1
34 02.05.32 Metronidazol iv 3 0.5 3 4.5 1.5 3 3
Sanprima F po 2 0.96 3 5.76 2.4 2.4
35 02.05.33 Ceftriaxone iv 2 1 5 10 2 5 6
36 02.05.34 Baquinor po 2 0.5 4 4 1 4 4
44
Trichodazol po 3 0.5 4 6 1.5 4
Sanprima F po 2 0.96 4 7.68 2.4 3.2
37 02.05.35 Baquinor iv 2 0.2 4 1.6 0.5 3.2 4
38 02.05.36 Baquinor iv 2 0.2 4 1.6 0.5 3.2 4
39 02.05.37 10 0 4
40 02.05.38 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
41 02.05.41 Ciprofloxacin po 2 0.5 6 6 1 6 6
42 02.05.42 11 0 6
43 02.05.43 Ceftriaxone iv 2 1 5 10 2 5 5
44 02.05.44 Terfacef iv 2 1 2 4 2 2 2
45 02.05.45 Cravox iv 1 0.5 4 2 0.5 4 5
46 02.05.46 12 0 3
47 02.05.48 13 0 2
48 02.05.49 Lapiflox po 2 0.5 3 3 1 3 3
49 02.05.50 14 0 4
50 02.05.51 15 0 3
51 02.05.52 16 0 4
52 02.05.53 17 0 4
53 02.05.54 Ciprofloxacin iv 2 0.2 3 1.2 0.5 2.4 3
54 02.05.55 amoxicillin iv 3 1 3 9 1 9 3
55 02.05.56 18 0 5
56 02.05.57 19 0 6
57 02.05.58 20 0 3
58 02.05.59 21 0 4
59 02.05.60 Levofloxacin iv 2 0.5 7 7 0.5 14 7
60 02.05.61 Sanprima po 2 0.96 4 7.68 2.4 3.2 4
61 02.05.62 Levofloxacin iv 1 0.5 2 1 0.5 2 6
62 02.05.64 22 0 4
63 02.05.66 Baquinor iv 2 0.2 3 1.2 0.5 2.4 3
64 02.05.67 cefotaxime iv 2 1 3 6 4 1.5 3
65 02.06.01 23 0 3
66 02.06.02 24 0 4
67 02.06.03 25 0 3
68 02.06.04 ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 3
69 02.06.05 26 0 2
70 02.06.06 levofloxacin iv 1 0.5 3 1.5 0.5 3 4
71 02.06.07 27 0 3
72 02.06.08 ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 5
73 02.06.09 cefotaxime iv 2 1 3 6 4 1.5 5
74 ofloxacin po 2 0.4 2 1.6 0.4 4
75 02.06.10 28 0 2
76 02.06.11 ceftriaxone iv 2 1 2 4 2 2 2
77 02.06.12 29 0 3
78 02.06.13 30 0 3
79 02.06.14 31 0 3
80 02.06.15 levofloxacin iv 1 0.5 4 2 0.5 4 4
81 02.06.16 32 0 5
45
82 02.06.17 ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 5
83 02.06.18 ceftriaxone iv 2 1 2 4 2 2 2
84 02.06.19 ciprofloxacin iv 2 0.5 4 4 0.5 8 5
85 02.06.20 33 0 4
86 02.06.21 ceftriaxone iv 1 2 4 8 2 4 8
levofloxacin iv 1 0.5 2 1 0.5 2
87 02.06.22 34 0 5
88 02.06.23 ceftriaxone iv 2 1 6 12 2 6 7
89 02.06.24 Ciprofloxacin po 2 0.5 5 5 1 5 6
90 02.06.25 35 0 3
91 02.06.26 36 0 3
92 02.06.27 Ceftriaxone iv 2 1 6 12 2 6 6
93 02.06.28 cefotaxim iv 2 1 3 6 4 1.5 3
94 02.06.29 37 0 3
95 02.06.30 38 0 2
96 02.06.31 cefotaxime iv 2 1 3 6 4 1.5 3
97 02.06.32 39 0 4
98 02.06.33 ceftriaxone iv 2 1 5 10 2 5 5
99 02.06.34 40 0 3
100 02.06.35 ceftriaxone iv 2 1 5 10 2 5 6
101 02.06.36 ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
102 02.06.37 41 0 2
103 02.06.38 ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 3
Ciprofloxacin iv 2 0.4 3 2.4 0.5 4.8
104 02.06.39 Anbacim iv 2 1 3 6 3 2 4
105 02.06.40 Claneksi iv 3 1 6 18 3 6 6
Taxegram iv 2 1 6 12 4 3
106 02.06.41 42 0 7
107 02.06.42 Pyrazinamide po 1 1 2 2 1.5 1.333 4
Etambutol po 1 1 2 2 1.2 1.667
Rifampisin po 1 0.45 2 0.9 0.6 1.5
Isoniazid po 1 0.3 2 0.6 0.3 2
108 02.06.43 43 0 3
109 02.06.44 44 0 4
110 02.06.45 cefotaxim iv 2 1 1 2 4 0.5 4
Cefixime 2 0.2 1 0.4 0.4 1
111 02.06.46 45 0 3
112 02.06.47 46 0 3
113 02.06.48 Broadced iv 2 1 3 6 2 3 3
114 02.06.49 Baquinor iv 2 0.2 3 1.2 0.5 2.4 6
Baquinor po 2 0.5 3 3 1 3
115 02.06.50 Cefotaxime iv 2 1 3 6 4 1.5 3
116 02.06.51 47 0 4
117 02.06.52 48 0 6
118 02.06.53 Terfacef iv 2 1 2 4 2 2 3
119 02.06.54 Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 4
120 02.06.55 Cefotaxime iv 3 1 3 9 4 2.25 3
46
121 02.06.56 49 0 4
122 02.06.57 50 0 3
123 02.06.58 levofloxacin iv 1 0.5 4 2 0.5 4 4
124 02.05.68 Sanprima F 3 0.96 3 8.64 2.4 3.6 4
125 02.06.59 Cefotaxim iv 2 1 4 8 4 2 4
126 02.06.60 cetriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
Anbacim iv 2 1 4 8 3 2.667
127 02.06.61 51 0 4
128 02.06.62 Ciprofloxacin iv 2 0.2 5 2 0.5 4 5
129 02.06.63 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
Thiampenicol po 3 1 4 12 1.5 8
130 02.06.64 Cefotaxime iv 2 1 5 10 4 2.5 5
131 02.06.65 52 0 5
132 02.06.66 Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 5
Ciprofloxacin po 2 0.5 2 2 1 2
133 02.06.67 53 0 3
134 02.06.68 54 0 4
135 02.06.69 55 0 4
136 02.06.70 56 0 5
137 02.06.71 cravit iv 1 0.5 9 4.5 0.5 9 12
138 02.06.72 Kalfoxim iv 2 1 3 6 4 1.5 5
Cravit iv 1 0.5 2 1 0.5 2
139 02.06.73 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
140 02.06.74 57 0 3
141 02.06.75 Ciprofloxacin po 2 0.5 1 1 1 1 4
Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4
142 02.06.76 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
143 02.06.77 58 0 3
144 02.06.78 Ceftriaxone iv 2 1 2 4 2 2 3
145 02.06.79 Cefadroxil po 2 0.5 3 3 2 1.5 3
146 02.06.80 59 0 2
147 02.06.81 60 0 4
148 02.06.82 61 0 3
149 02.06.83 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
150 02.06.84 Cefotaxime iv 2 1 3 6 4 1.5 3
151 02.06.85 Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 3
152 02.06.86 cefotaxim iv 2 1 3 6 4 1.5 3
153 02.06.87 Ciprofloxacin po 3 0.5 4 6 1 6 4
154 02.06.88 62 0 4
155 02.06.89 63 0 4
156 02.06.90 ciprofloxacin po 2 0.5 4 4 1 4 4
157 02.06.91 Clindamicin po 3 0.3 1 0.9 1.2 0.75 2
158 02.06.92 64 0 4
159 02.06.93 Amoxicillin po 3 0.5 3 4.5 1 4.5 3
160 02.06.94 65 0 4
161 02.06.95 ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
162 02.06.96 Cravit iv 1 0.5 3 1.5 0.5 3 4
47
163 02.06.97 ceftriaxone iv 2 1 5 10 2 5 5
164 02.06.98 66 0 4
165 02.06.99 67 0 2
166 02.06.100 Ciprofloxacin po 2 0.5 5 5 1 5 6
167 02.06.101 68 0 3
168 02.06.102 Sanprima F po 2 0.96 3 5.76 2.4 2.4 3
Trichodazol po 3 0.5 3 4.5 1.5 3
169 02.06.103 Cefotaxime iv 2 1 2 4 4 1 2
170 02.06.104 ofloxacin po 2 0.4 2 1.6 0.4 4 2
171 02.06.105 Cravit iv 1 0.5 3 1.5 0.5 3 3
172 02.06.106 69 3
173 02.06.107 70 3
174 02.06.108 71 3
175 02.06.109 Metronidazol po 3 0.5 3 4.5 1.5 3 3
176 02.06.110 72 0 3
177 02.06.111 Trichodazol po 3 0.5 3 4.5 1.5 3 3
178 02.06.112 Baquinor po 2 0.5 3 3 1 3 3
179 02.06.113 73 4
180 02.06.114 74 3
181 02.06.115 Cefixime po 2 0.2 2 0.8 0.4 2 5
182 02.06.116 Terfacef iv 2 1 6 12 2 6 6
183 02.06.117 Metronidazol iv 3 0.5 4 6 1.5 4 4
Cotrimoxazol po 3 0.96 4 11.52 2.4 4.8
184 02.06.118 Cravox iv 1 0.5 5 2.5 0.5 5 5
185 02.06.119 Cravox iv 1 0.5 6 3 0.5 6 22
Kanamycin iv 1 1 14 14 1 14
Azithromycin po 1 0.5 3 1.5 0.3 5
Meropenem iv 3 1 11 33 2 16.5
Isoniazid po 1 0.3 19 5.7 0.3 19
Pyrazinamide po 2 0.5 19 19 1.5 12.667
Etambutol po 2 0.5 19 19 1.2 15.833
Rifampisin po 1 0.45 19 8.55 0.6 14.250
186 02.06.120 75 0 7
187 02.06.121 76 0 6
188 02.06.122 77 0 3
189 02.06.123 78 0 3
190 02.06.124 Cravox iv 1 0.5 15 7.5 0.5 15 19
Metronidazol iv 2 0.5 10 10 1.5 6.667
191 02.06.125 79 0 3
192 02.06.126 Claneksi iv 3 1 3 9 3 3 3
193 02.06.127 80 0 8
194 02.06.128 81 0 8
195 02.06.129 ofloxacin po 2 0.4 4 3.2 0.4 8 4
196 02.06.130 82 0 4
197 02.06.131 Ceftriaxone iv 2 1 2 4 2 2 2
198 02.06.132 Cefotaxim iv 2 1 1 2 4 0.5 10
Ciprofloxacin iv 2 0.2 3 1.2 0.5 2.4
48
Meropenem iv 3 1 5 15 2 7.5
Anbacim iv 2 1 4 8 3 2.667
199 02.06.133 Sanprima po 2 0.96 4 7.68 2.4 3.2 4
200 02.06.134 83 0 2
201 02.06.135 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
202 02.06.136 Cebactam iv 2 1 5 10 4 2.5 5
203 02.06.137 Kalfoxim iv 2 1 1 2 4 0.5 2
Cefila po 2 0.2 1 0.4 0.4 1
204 02.06.138 Sanprima po 2 0.96 3 5.76 2.4 2.4 3
205 02.06.139 Cefxon iv 2 1 3 6 2 3 4
206 02.06.140 Ciprofloxacin iv 2 0.2 3 1.2 0.5 2.4 4
Azithromycin po 1 0.5 4 2 0.3 6.667
207 02.06.141 84 0 6
208 02.06.142 Broadced iv 2 1 6 12 2 6 6
209 02.06.143 Broadced iv 2 1 6 12 2 6 6
210 02.06.144 85 0 4
211 02.06.145 Ceftazidime iv 2 1 3 6 4 1.5 7
212 02.06.146 Cravox iv 1 0.5 5 2.5 0.5 5 5
213 02.06.147 Cefotaxime iv 2 1 3 6 4 1.5 3
214 02.06.148 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
215 02.06.149 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
216 02.06.150 Lapiflox po 2 0.5 1 1 1 1 2
217 02.06.151 Ciprofloxacin po 2 0.5 2 2 1 2 2
218 02.06.152 86 0 2
219 02.06.153 Prolic po 3 0.3 4 3.6 1.2 3 4
220 02.06.154 Amoxicillin iv 3 1 2 6 1 6 2
221 02.06.155 Ceftriaxone iv 2 1 2 4 2 2 2
222 02.06.156 Ceftriaxone iv 3 1 4 12 2 6 5
223 02.06.157 Metronidazol iv 3 0.5 2 3 1.5 2 3
224 02.06.158 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
225 02.06.159 Terfacef iv 2 1 4 8 2 4
226 02.06.160 87 0 3
227 02.06.161 Cravit iv 1 0.5 3 1.5 0.5 3 3
228 02.06.162 Rifampisin po 1 0.45 4 1.8 0.6 3 4
Pehadoxin po 1 0.4 4 1.6 0.3 5.333
229 02.06.163 Ceftriaxone iv 2 1 6 12 2 6 6
230 02.06.164 88 0 4
231 02.06.165 89 0 3
232 02.06.166 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 7
233 02.06.167 Ceftriaxone iv 2 1 6 12 2 6 6
234 02.06.168 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
235 02.06.169 Azithromycin po 1 0.5 2 1 0.3 3.333 4
236 02.06.170 Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 4
237 02.06.171 90 0 4
238 02.06.172 Broadced iv 2 1 4 8 2 4 5
239 02.06.173 Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 4
240 02.06.174 Cravit iv 1 0.5 2 1 0.5 2 4
49
Cravox po 1 0.5 1 0.5 0.5 1
241 02.06.175 Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 3
242 02.06.176 91 0 4
243 02.06.177 Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 3
244 02.06.178 Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 4
245 02.06.179 92 9
TOTAL LOS 1029
50
Bagian Penyakit Dalam
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0,000
Meropene…
Cefoperazo…
Co…
Co…
Levofloxacin…
Levofloxacin…
Pyrazinamid…
Azithtromici…
Ciprofloxaci…
Ciprofloxaci…
Metronidaz…
Metronidaz…
Ethambutol…
Thiampenic…
Cotrimoxaz…
Ceftazidime iv
Cefotaxime iv
Ofloxacin po
Ceftriaxone iv
Spiramicin po
Isoniazid po
Rifampisin po
Cefuroxime iv
Cefixime po
Kanamycin iv
Amoxicillin iv
Pefloxacin po
Amoxicillin po
Nama Antibiotik
Analisa :
Dari hasil analisa nilai total DDD (dalam persen) bagian PENYAKIT
DALAM pada 245 pasien dari bulan April-Juni tahun 2018
didapatkan nilai tertinggi penggunaaan antibiotik secara kuantitatif
adalah CEFTRIAXONE INJ dengan nilai 22.255 % dan disusul oleh
LEVOFLOXACIN INJ dengan nilai 9.427%.
c. Bagian Bedah
NO. KODE ANTIBIOTIK signa dosis hari TOTAL DDD NILAI LOS
WHO DDD
1 03.04.01 Levofloxacin iv 1 0.5 3 1.5 0.5 3 3
gentamicin iv 2 0.08 2 0.32 0.24 1.333
Metronidazol iv 3 0.5 3 4.5 1.5 3
2 03.04.02 Anbacim iv 2 1 3 6 3 2 4
ciprofloxacin iv 2 0.2 2 0.8 0.5 1.6
Cefixime po 2 0.2 1 0.4 0.4 1
Clindamicin po 3 0.3 3 2.7 1.2 2.25
3 03.04.03 Anbacim iv 2 1 3 6 3 2 3
Metronidazol iv 3 0.5 3 4.5 1.5 3
Cefixime po 2 0.2 1 0.4 0.4 1
Clindamicin po 3 0.3 1 0.9 1.2 0.75
4 03.04.04 ciprofloxacin po 2 0.5 3 3 1 3 4
5 03.04.05 Meropenem iv 3 0.5 1 1.5 2 0.75 5
Trichodazol iv 3 0.5 1 1.5 1.5 1
Cefxon iv 2 1 4 8 2 4
6 03.05.01 Cefadroxil po 2 0.5 2 2 2 1 2
7 03.05.02 Broadced iv 2 1 3 6 2 3 4
8 03.05.04 Cefazol iv 2 1 2 4 3 1.333 4
cefazol iv 1 1 1 1 3 0.333
9 03.05.05 1 0 6
10 03.05.06 ceftriaxone iv 2 1 2 4 2 2 2
51
11 03.05.07 Ceftriaxone iv 2 1 7 14 2 7 7
12 03.05.08 2 0 2
13 03.05.09 Cefazol iv 2 1 2 4 3 1.333 3
14 03.05.10 ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 3
15 03.06.11 Cefadroxil po 2 0.5 2 2 2 1 2
16 03.05.12 Cefixime po 2 0.1 2 0.4 0.4 1 6
Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3
17 03.05.13 cefotaxime iv 2 1 2 4 4 1 2
18 03.05.14 ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 5
19 03.05.15 ceftriaxone iv 2 0.5 7 7 2 3.5 7
20 03.05.16 ceftriaxone iv 2 1 2 4 2 2 3
21 03.05.17 ciprofloxacin po 2 0.5 5 5 1 5 5
22 03.05.18 Ceftriaxone iv 1 1 1 1 2 0.5 5
Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3
Baquinor po 2 0.5 1 1 1 1
23 03.05.19 cefotaxime iv 2 1 1 2 4 0.5 4
Broadced iv 2 1 3 6 2 3
24 03.05.21 Cefadroxil po 2 0.5 2 2 2 1 2
25 03.05.22 Cebactam iv 2 1 2 4 4 1 2
26 03.05.23 ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 4
anbacim iv 2 1 3 6 3 2
Ciprofloxacin po 2 0.5 3 3 1 3
27 03.05.24 Cefadroxil po 2 0.5 2 2 2 1 2
28 03.05.25 Anbacim iv 2 1 2 4 3 1.333 2
29 03.05.26 Merosan iv 3 0.5 4 6 2 3 10
Mikasin iv 2 0.15 10 3 1 3
Trichodazol iv 3 0.25 10 7.5 1.5 5
Cefoperazone iv 2 1 6 12 4 3
30 03.05.27 cefotaxime iv 2 1 4 8 4 2 4
31 03.05.28 Cefadroxil po 3 0.5 2 3 2 1.5 2
32 03.05.29 Cefxon iv 2 1 4 8 2 4 4
33 03.05.30 Terfacef iv 2 1 3 6 2 3 5
Cefila po 2 0.2 2 0.8 0.4 2
34 03.05.31 ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 3
Clindamicin po 3 0.3 3 2.7 1.2 2.25
35 03.05.32 Ceftriaxone iv 2 1 2 4 2 2 2
36 03.05.33 Amoxan drop 3 0.125 2 0.75 1 0.75 2
37 03.05.34 Ciprofloxacin po 3 0.5 2 3 1 3 2
38 03.05.35 Ceftriaxone iv 2 1 6 12 2 6 6
39 03.06.01 Cefazolin iv 2 1 4 8 3 2.667 4
40 03.06.02 Cefadroxil po 3 0.5 3 4.5 2 2.25 3
41 03.06.03 Ceftriaxone iv 2 1 2 4 2 2 2
42 03.06.04 Ciprofloxacin po 2 0.5 2 2 1 2 2
43 03.06.05 Anbacim iv 2 0.5 4 4 3 1.333 4
44 03.06.06 ceftriaxone iv 2 1 2 4 2 2 3
45 03.06.07 ceftriaxone iv 2 1 2 4 2 2 3
46 03.06.08 Cefazol iv 2 1 3 6 3 2 5
52
47 03.06.09 Ceftriaxone iv 2 0.5 3 3 2 1.5 3
48 03.06.10 Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 3
49 03.06.11 Merotik iv 2 1 7 14 2 7 8
Baquinor po 2 0.5 1 1 1 1 1
50 03.06.12 Cefadroxil po 3 0.5 2 3 2 1.5 2
51 03.06.13 Broadced iv 2 1 4 8 2 4 6
52 03.06.14 3 0 3
53 03.06.15 Ceftriaxone 3 1 2 6 2 3 2
54 03.06.16 cefazoline iv 2 1 5 10 3 3.333 5
55 03.06.17 cefazoline iv 2 1 10 20 3 6.667 20
56 03.06.18 Broadced iv 2 1 1 2 2 1 1
57 03.06.19 dexaflox iv 2 1 4 8 0.8 10 8
58 03.06.20 baquinor iv 2 0.2 4 1.6 0.5 3.2 4
59 03.06.21 Cefxon iv 1 1 5 5 2 2.5 5
60 03.06.22 cebactam iv 2 1 2 4 4 1 2
61 03.06.23 Cefazolin iv 2 1 3 6 3 2 3
62 03.06.24 4 0 3
63 03.06.25 ceftriaxone iv 2 1 2 4 2 2 2
64 03.06.26 Cefadroxile po 3 0.5 2 3 3 1 2
65 03.06.27 Broadced iv 2 1 4 8 2 4 4
66 03.06.28 Ceftriaxone iv 2 0.5 4 4 2 2 4
67 03.06.29 Amoxan drop 3 0.125 2 0.75 1 0.75 2
68 03.06.30 Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3 3
69 03.06.31 cefotaxime iv 2 1 5 10 4 2.5 5
70 03.06.32 5 0 3
71 03.06.33 Ceftriaxone iv 1 2 4 8 2 4 4
72 03.06.34 Amoxan drop 3 0.25 2 1.5 1 1.5 2
73 03.06.35 6 0 3
74 03.06.36 Ceftriaxone iv 2 1 5 10 2 5 5
TOTAL LOS 287
53
14 Ciprofloxacin iv 4.8 287 100 1.672
15 Ciprofloxacin po 18 287 100 6.272
16 Pefloxacin po 10 287 100 3.484
17 Amoxicillin po 3 287 100 1.045
18 Meropenem iv 10 287 100 3.484
Bagian Bedah
40,000
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0,000
Nama Antibiotik
Analisis :
Dari hasil analisa nilai total DDD (dalam persen) bagian BEDAH pada 74
pasien dari bulan April-Juni tahun 2018 didapatkan nilai tertinggi
penggunaaan antibiotik secara kuantitatif adalah CEFTRIAXONE INJ
dengan nilai 33.449% dan disusul oleh CIPROFLOXACIN INJ dengan
nilai 6.272%.
d. Bagian Obsgyn
NO. KODE ANTIBIOTIK signa dosis hari TOTAL DDD NILAI LOS
WHO DDD
1 04.04.01 Cefotaxime iv 1gr 1 1 1 1 4 0.25 4
Amoxicillin po 3 0.5 2 3 1 3
2 04.04.02 cefotaxime iv 2 gr 1 2 1 2 4 0.5 4
Amoxicillin po 3 0.5 2 3 1 3
3 04.04.03 Cefotaxime iv 1gr 1 1 1 1 4 0.25 4
Amoxicillin po 3 0.5 2 3 1 3
4 04.04.04 ceftriaxone iv 1gr 1 1 1 1 2 0.5 4
Amoxicillin po 3 0.5 2 3 1 3
5 04.04.05 Cefadroxil po 2 0.5 4 4 2 2 4
6 04.04.06 Ceftriaxone iv 1gr 1 1 1 1 2 0.5 4
Ciprofloxacin po 2 0.5 2 2 1 2
7 04.04.07 Ceftriaxone iv 1gr 1 1 1 1 2 0.5 4
54
Amoxicillin po 3 0.5 1 1.5 1 1.5
8 04.04.08 Ceftriaxone iv 1gr 1 1 1 1 2 0.5 4
Amoxicillin po 3 0.5 1 1.5 1 1.5
9 04.04.09 Ceftriaxone iv 2gr 1 2 1 2 2 1 5
Amoxicillin po 3 0.5 2 3 1 3
10 04.04.10 Broadced iv 2 1 2 4 2 2 5
Amoxicillin po 3 0.5 1 1.5 1 1.5 5
11 04.04.11 Broadced iv 2 1 3 6 2 3 5
Cefadroxil po 2 0.5 1 1 2 0.5
12 04.05.02 Cefotaxime iv 2 1 2 4 4 1 3
13 04.05.03 Cefotaxime iv 2 1 3 6 4 1.5 3
14 04.05.04 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 3
15 04.05.05 Ceftriaxone iv 2gr 1 2 1 2 2 1 3
16 04.05.06 Cefotaxime iv 1gr 1 1 1 1 4 0.25 3
17 04.05.07 Cefotaxime iv 1gr 1 1 1 1 4 0.25 3
18 04.05.08 Cefotaxime iv 1gr 1 1 1 1 4 0.25 3
Cefotaxime iv 2 1 2 4 4 1
19 04.05.09 Broadced iv 2gr 1 2 1 2 2 1 3
23 04.05.10 Cefotaxime iv 2 1 2 4 4 1 3
Cefadroxil po 2 0.5 2 2 2 1
24 04.05.11 Ceftriaxone iv 2gr 1 2 1 2 2 1 3
25 04.05.12 Cefotaxime 1 gr 1 1 1 1 4 0.25 4
26 04.05.13 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 3
27 04.06.01 Broadced iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
28 04.06.02 Broadced iv 2gr 1 2 1 2 2 1 4
29 04.06.03 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 2
30 04.06.04 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 3
31 04.06.05 Ceftriaxone iv 1 gr 1 1 1 1 2 0.5 3
32 04.06.06 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
33 04.06.07 Clavamox po 3 0.625 1 1.875 1 1.875 2
34 04.06.08 Broadced iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
35 04.06.09 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
36 04.06.10 Broadced iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
37 04.06.11 Cefotaxim iv 2 gr 1 2 1 2 4 0.5 4
38 04.06.12 Cefotaxim iv 2 gr 1 2 1 2 4 0.5 3
39 04.06.13 Cefotaxim iv 2 gr 1 2 1 2 4 0.5 4
40 04.06.14 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
41 04.06.15 Cefotaxime iv 2 gr 1 2 1 2 4 0.5 4
42 04.06.16 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
43 04.06.17 Broadced iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
44 04.06.18 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
45 04.06.19 0 2
46 04.06.20 Amoxicillin po 3 0.5 1 1.5 1 1.5 2
47 04.06.21 Amoxicillin po 3 0.5 2 3 1 3 2
48 04.06.22 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 3
49 04.06.25 Broadced iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
50 04.06.26 Broadced iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
55
51 04.06.27 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
52 04.06.28 Amoxicilin po 3 0.5 2 3 1 3 2
53 04.06.29 Cefotaxime iv 2 gr 1 2 1 2 4 0.5 3
Cefotaxime iv 2 1 3 6 4 1.5
54 04.06.30 Ceftriaxone 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
55 04.06.31 Broadced 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
56 04.06.32 Cefotaxime iv 2 1 3 6 4 1.5 4
Amoxicillin po 3 0.5 1 1.5 1 1.5
57 04.06.33 Cefotaxim iv 2 gr 1 2 1 2 4 0.5 4
58 04.06.34 Cefotaxim iv 2 gr 1 2 1 2 4 0.5 4
59 04.06.35 Cefotaxim iv 2 gr 1 2 1 2 4 0.5 3
60 04.06.36 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
61 04.06.37 Cefotaxime iv 1 1 1 1 4 0.25 4
62 04.06.38 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
63 04.06.39 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
64 04.06.40 Broadced iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
65 04.06.41 Cefotaxime 1 gr 1 1 1 1 4 0.25 4
66 04.06.42 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
67 04.06.43 Cefotaxime iv 1gr 1 1 1 1 4 0.25 4
68 04.06.44 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
69 04.06.45 ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
70 04.06.46 Cefotaxime iv 1 1 2 2 4 0.5 4
71 04.06.47 Terfacef iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
72 04.06.48 Ceftriaxone iv 2 gr 1 2 1 2 2 1 4
73 04.06.49 Cefotaxime iv 1 gr 1 1 1 1 4 0.25 4
74 04.06.50 Cefazolin iv 2 gr 1 2 1 2 3 0.667 4
75 04.06.51 Cefazolin iv 2 gr 1 2 1 2 3 0.667 4
76 04.06.52 Cefazolin iv 2 gr 1 2 1 2 3 0.667 4
Clavamox po 3 0.625 2 3.75 1 3.750
77 04.06.53 Cefazolin iv 2 gr 1 2 1 2 3 0.667 4
TOTAL LOS 275
56
Bagian Obsgyn
16,000 14,727
14,000
12,000
10,000
8,000 5,455
6,000
4,000 1,273 1,146 2,045
0,970 0,727
2,000
0,000
Series1
Analisis :
Dari hasil analisa nilai total DDD (dalam persen) bagian penyakit
OBSGYN pada 77 pasien dari bulan April-Juni tahun 2018 didapatkan
nilai tertinggi penggunaaan antibiotik secara kuantitatif adalah
CEFTRIAXONE INJ dengan nilai 14.727 % dan disusul oleh
AMOXICILLIN PO dengan nilai 11.455 %.
e. Bagian Lainnya
NO. KODE NAMA ANTIBIOTIK Signa Dosis Hari TOTAL DDD NILAI LOS
WHO DDD
1 05.04.01 Terfacef iv 2 1 3 6 2 3 3
2 05.05.01 Cravit iv 1 0.5 12 6 0.5 12 15
Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3
3 05.05.03 1 5
5 05.05.04 2 3
6 05.05.05 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4 4
7 05.05.06 Kanamycin iv 1 1 4 4 1 4 4
Rifampisin 1 0.45 4 1,8 0.6 3
8 05.05.07 Cefadroxil 2 0.5 2 2 2 1 2
9 05.05.08 3 3
10 05.05.09 4 4
11 05.05.10 5 5
12 05.05.11 6 5
13 05.05.12 Cravit iv 1 0.5 4 2 0.5 4 4
Metronidazol iv 3 0.5 3 1,5 1.5 1
14 05.05.13 7 3
15 05.05.14 8 2
16 05.05.15 9 3
17 05.05.16 Kanamycin iv 1 1 2 2 1 2 5
57
Azithtromicin po 1 0.5 3 1,5 0.3 3
18 05.05.17 Pelastin iv 3 1 7 21 2 10.50 7
19 05.05.18 Zistic po 1 0.5 3 1,5 0.3 5 4
20 05.05.19 10 3
21 05.05.20 11 3
22 05.05.21 Cravit iv 1 0.75 2 1,5 0.5 3 3
23 05.05.22 Levofloxacin iv 1 0.5 2 1 0.5 2 2
24 05.05.23 12 5
25 05.05.24 13 4
26 05.05.25 Cravit iv 1 0.5 4 2 0.5 4 4
27 05.05.26 Ceftriaxone iv 1 1 2 2 2 1 3
28 05.05.27 14 4
29 05.05.28 Ciprofloxacin po 2 0.5 2 2 1 1.00 2
30 05.05.29 15 3
31 05.05.30 Taxegram iv 2 1 2 4 2 2.00 2
Amoxicillin po 3 0.5 2 3 1 3.00
32 05.05.31 16 4
33 05.06.01 Ceftriaxone iv 1 1 2 2 2 1.00 3
34 05.06.02 Ceftriaxone iv 2 1 2 4 2 2.00 2
35 05.06.03 Broadced iv 2 1 2 4 2 2.00 5
Cravit po 1 0.5 1 0.5 0.5 1.00
36 05.06.04 Cefizox iv 2 1 9 18 4 4.50 9
Ciprofloxacin iv 2 0.4 7 5.6 0.5 11.20
37 05.06.05 17 3
38 05.06.06 Broadced iv 1 1 3 3 2 1.50 3
39 05.06.07 Ceftriaxone iv 1 1 3 3 2 1.50 3
40 05.06.08 cefotaxime iv 2 1 3 6 4 1.50 3
41 05.06.09 18 5
42 05.06.10 Cefotaxime iv 2 1 4 8 4 2.00 4
43 05.06.11 Ceftriaxone iv 2 1 5 10 2 5.00 6
44 05.06.12 Azithtromicin po 1 0.5 5 2.5 0.3 8.33 5
45 05.06.13 19 4
46 05.06.14 20 4
47 05.06.15 Levofloxacin iv 1 0.5 4 2 0.5 4.00 4
Kanamicyn iv 1 1 1 1 1 1.00
48 05.06.16 Cefixime po 2 0.2 3 1,2 0.4 3.00 3
49 05.06.17 21 3
50 05.06.18 Cefotaxime iv 2 1 4 8 4 2.00 4
51 05.06.19 22 5
52 05.06.20 Ceftriaxone iv 2 1 3 6 2 3.00 4
53 05.06.21 Terfacef iv 2 1 3 6 2 3.00 5
54 05.06.22 Ceftriaxone iv 1 1 9 9 2 4.50 11
Spiramicin po 3 0.5 5 7.5 3 2.50
Ciprofloxacin iv 2 0.4 3 2.4 0.5 4.80
55 05.06.23 Ceftriaxone iv 2 1 8 16 2 8.00 9
Ciprofloxacin iv 2 0.4 3 2,4 0.5 4.80
56 05.06.24 23 4
58
57 05.06.25 24 12
58 05.06.26 25 5
59 05.06.27 26 3
60 05.06.28 Ceftriaxone iv 1 1 4 4 2 2.00 4
61 05.06.29 Cravit iv 1 0.5 4 2 0.5 4.00 5
62 05.06.30 Taxegram iv 2 1 4 8 4 2.00 4
63 05.06.31 27 3
64 05.06.32 Ceftriaxone iv 2 1 10 20 2 10.00 10
65 05.06.33 28 3
66 05.06.34 Ceftriaxone iv 1 1 2 2 2 1.00 2
67 05.06.35 29 2
68 05.06.36 30 4
69 05.06.37 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4.00 4
70 05.06.38 31 2
71 05.06.39 32 4
72 05.06.40 33 6
73 05.06.41 34 2
74 05.06.42 35 3
75 05.06.43 36 4
76 05.06.44 37 3
77 05.06.45 Ceftriaxon iv 2 1 11 22 2 11.00 11
78 05.06.46 38 2
79 05.06.47 Cravit iv 1 0.5 11 5.5 0.5 11.00 11
80 05.06.48 39 9
81 05.06.49 40 4
82 05.06.50 41 8
83 05.06.51 42 8
84 05.06.52 Cefotaxime iv 2 1 3 6 4 1.50 3
85 05.06.53 43 4
86 05.06.54 44 4
87 05.06.55 Rifampisin po 1 0.45 3 1.34 0.6 2.23 3
88 05.06.56 Sagestam iv 2 0.08 5 0.4 0.24 1.67 4
89 05.06.57 45 3
90 05.06.58 46 2
91 05.06.59 47 4
92 05.06.60 Ceftriaxone iv 2 1 7 14 2 7.00 7
93 05.06.61 Ceftriaxone iv 2 1 4 8 2 4.00 5
94 05.06.62 Cefotaxime iv 2 1 3 6 4 1.50 5
TOTAL LOS 416
59
6 Gentamicin iv 1.667 416 100 0.401
7 levofloxacin iv 44.00 416 100 10.577
8 Levofloxacin po 1 416 100 0.240
9 Ciprofloxacin iv 20.8 416 100 5.000
10 Ciprofloxacin po 1 416 100 0.240
11 Azithromycin po 16.33 416 100 3.925
12 Pelastin iv 10.5 416 100 2.524
13 Amoxicillin po 3 416 100 0.721
14 Rifampisin po 5.233 416 100 1.258
15 Spiramycin po 2.5 416 100 0.601
Bagian Lainnya
25,000 19,591
20,000
15,000
10,000 5,000 3,9252,524
3,0051,082
5,000 0,7211,6830,4011,0580,240 0,240 0,7211,2580,601
0,000
Nama Antibiotik
Analisis :
Dari hasil analisa nilai total DDD (dalam persen) bagian PENYAKIT
LAINNYA (Paru-paru, Syaraf, Jantung) pada 94 pasien dari bulan April-
Juni tahun 2018 didapatkan nilai tertinggi penggunaaan antibiotik secara
kuantitatif adalah CEFTRIAXONE INJ dengan nilai 19.591 % dan disusul
oleh LEVOFLOXACIN INJ dengan nilai 10.577 %.
60
Nilat Total DDD
Tertinggi 2 Tertinggi 1
Levofloxacin IV
LAINNYA
Ceftriaxone
Amoxicillin Po
OBSGYN
Ceftriaxone
Ciprofloxacin Po
BEDAH
Ceftriaxone
PD Levofloxacin Iv
Ceftriaxone
Cefotaxime
ANAK
Ceftriaxone
Analisis :
Dari hasil perhitungan nilai DDD total pada seluruh bagian besar penyakit
didapatkan nilai Ceftriaxone inj tertinggi pada bagian bedah, hal ini
mengindikasi bahwa penggunaan terapi empiris cukup banyak diberikan.
61
21 Pyrazinamide po 14 2319 100 0.604
22 Rifampisin po 23.983 2319 100 1.034
23 Amoxicillin iv 27 2319 100 1.164
24 Amoxicillin po 42 2319 100 1.811
25 Co amoxiclav iv 9 2319 100 0.388
26 Co amoxiclav po 5.625 2319 100 0.243
27 Thiampenicol po 12 2319 100 0.517
28 Cotrimoxazol po 30.825 2319 100 1.329
29 Azithtromicin po 31.33 2319 100 1.351
30 Meropenem iv 28.992 2319 100 1.250
31 Pelastin iv 10.5 2319 100 0.453
32 Metronidazol iv 31.347 2319 100 1.352
33 Metronidazol po 12.25 2319 100 0.528
34 Amikasin iv 3.5 2319 100 0.151
35 Gentamycin iv 6 2319 100 0.259
62
Rekapitulasi Nilai Total DDD (%)
JENIS ANTIBIOTIK
21,822
6,210
4,055 4,519
2,760 1,8110,388
0,7650,1080,2160,7980,5550,8770,482 0,0860,6900,5170,2260,1511,0351,1360,7550,6041,0341,164 0,2430,5171,3291,3511,2500,4531,3520,5280,1510,259
63
Analisa :
Dari hasil analisa audit secara acak pada 566 pasien dari bulan April-Juni
tahun 2018 didapatkan nilai tertinggi penggunaaan antibiotik secara
kuantitatif adalah CEFTRIAXONE INJ dengan total DDD 21.822% dan
disusul oleh LEVOFLOXACIN INJ dengan nilai total DDD 6.21%
DO
TIM PPRA :
Sosialisasikan terus Pedoman Penggunaan Antibiotik, Panduan
Profilaksis Bedah, dan Panduan Terapi Empirik dan selalu di
evaluasi isi maupun kepatuhan penerapannya oleh klinisi.
64
Membuat peta kuman rumah sakit, dengan pengisian ke program
WHO Net, dengan pembuatan peta kuman minimal tiap 6 bulan
sekali dan sosialisasikan ke tenaga medis terkait.
Sosialisasikan SPO antibiotik restriksi beserta formulir
permintaannya
Sosialisasi tentang program pencegahan dan pengendalian
resistensi antibiotik
Metode :
Menyusun, merevisi dan mensosialisasikan pedoman penggunaan
antibiotik, panduan profilaksis bedah, dan panduan terapi empirik
yang sudah ditetapkan.
Sosialisasi hasil peta kuman rumah sakit tiap minimal 6 bulan
sekali
Sosialisasi SPO antibiotic restriksi kepada seluruh klinisi dan
tenaga medis lainnya.
Melakukan pembaharuan berkala Pedoman Penggunaan
Antibiotik berdasarkan data peta kuman dan resistensi terbaru.
Material :
Mengikutsertakan tim PPRA rumah sakit dalam pelatihan PPRA
eksternal maupun internal.
Lingkungan :
Sosialisasi tentang Pedoman kerja / Penggunaan Antibiotik,
Panduan Profilaksis Bedah, dan Panduan Terapi Empirik kepada
dokter dan tenaga kesehatan lain di rumah sakit.
STUDI
Pada bulan Januari – maret tahun 2018 diambil sampel secara
acak sejumlah 35 pasien tentang penggunaan antibiotik.
Didapatkan hasil tertinggi pada penggunaan antibiotik secara
kuantitatif adalah CEFTRIAXONE INJ dengan total DDD 10,776%.
Dari hasil analisa audit secara acak pada 566 pasien dari bulan
April-Juni tahun 2018 didapatkan nilai tertinggi penggunaaan
65
antibiotik secara kuantitatif adalah CEFTRIAXONE INJ dengan
total DDD 21.822%.
ACTION :
Tindakan perbaikan :
1. Sosialisasikan ulang pedoman dan panduan PPRA
2. Mengadakan pelatihan eksternal tentang PPRA untuk anggota Tim
PPRA.
3. Pengajuan tentang kebutuhan sarana dan prasarana guna
meningkatkan program PPRA.
4. Melibatkan pihak managemen untuk mendukung program PPRA.
66
I - -
O 1 20
JUMLAH 5 100
c. Bagian Bedah
KATEGORI JUMLAH (N) PRESENTASE (%)
VI - -
V 1 12.5
IVD - -
IVC - -
IVB - -
IVA 3 37.5
IIIB 1 12.5
IIIA 2 25
IIC - -
IIB - -
IIA - -
I - -
O 1 12.5
JUMLAH 8 100
d. Bagian Obsgyn
KATEGORI JUMLAH (N) PRESENTASE (%)
VI - -
V 1 16.67
IVD - -
IVC - -
IVB - -
IVA 5 83.33
IIIB - -
IIIA -
IIC - -
IIB - -
IIA - -
I - -
O - -
JUMLAH 6 100
e. Bagian Lainnya
KATEGORI JUMLAH (N) PRESENTASE (%)
VI 3 60
V 1 20
IVD - -
IVC - -
IVB - -
67
IVA -
IIIB 1 20
IIIA - -
IIC - -
IIB - -
IIA - -
I - -
O - -
JUMLAH 5 100
15
11
10 7 7
3 4
5
0 0 0 0 0 0 0
0
VI V IVD IVC IVB IVA IIIB IIIA IIC IIB IIA I O
KATEGORI
Analisa :
Dari hasil analisa audit secara acak pada 30 pasien sampel dari bulan
januari-maret (triwulan I) tahun 2018 didapatkan nilai penggunaaan
68
antibiotik secara kualitatif paling tinggi pada kategori IVA yang artinya
bahwa Ada antibiotik lain yang lebih efektif dengan nilai 36 % dan
disusul pada kategori 0 yang artinya ada Penggunaan antibiotik
tepat/bijak yang artinya dengan nilai 22 %.
Kategori
Analisis :
Dari hasil analisa audit secara acak pada bagian anak pada 6 pasien
sampel dari bulan April-Juni (triwulan II) tahun 2018 didapatkan nilai
penggunaaan antibiotik secara kualitatif paling tinggi pada kategori IVA
yang artinya bahwa ada antibiotic lain yang lebih efektif dengan nilai
69
54.54 %. Meskipun begitu penggunaan antibiotik secara bijak sudah
berjalan.
Kategori
Analisis :
Dari hasil analisa audit secara acak pada bagian penyakit dalam pada
6 pasien sampel dari bulan April-Juni (triwulan II) tahun 2018
didapatkan nilai penggunaaan antibiotik secara kualitatif paling tinggi
pada kategori IVC yang artinya bahwa ada antibiotic lain yang lebih
murah dengan nilai 27.27 %. Meskipun begitu penggunaan antibiotik
secara bijak sudah berjalan.
70
c. Bagian Bedah
20
10 10 10
10 5
0 0 0 0 0 0 0
0
VI V IVD IVC IVB IVA IIIB IIIA IIC IIB IIA I O
Kategori
Analisis :
Dari hasil analisa audit secara acak pada bagian Bedah pada 6 pasien
sampel dari bulan April-Juni (triwulan II) tahun 2018 didapatkan nilai
penggunaaan antibiotik secara kualitatif paling tinggi pada kategori IVA
yang artinya bahwa ada antibiotic lain yang lebih efektif dengan nilai
35%. Meskipun begitu penggunaan antibiotik secara bijak sudah
berjalan.
71
d. Bagian Obsgyn
KATEGORI JUMLAH (N) PRESENTASE (%)
VI - -
V 4 40
IVD -
IVC - -
IVB - -
IVA 3 30
IIIB - -
IIIA -
IIC - -
IIB - -
IIA - -
I - -
O 3 30
JUMLAH 10 100
Kategori
Analisis :
Dari hasil analisa audit secara acak pada bagian obsgyn pada 6
pasien sampel dari bulan April-Juni (triwulan II) tahun 2018 didapatkan
nilai penggunaaan antibiotik secara kualitatif paling tinggi pada
kategori V yang artinya bahwa tidak ada indikasi penggunaan antibiotic
dengan nilai 40 %. Meskipun begitu penggunaan antibiotik secara bijak
sudah berjalan.
72
e. Bagian Lainnya
KATEGORI JUMLAH (N) PRESENTASE (%)
VI 1 14.29
V 5 71.43
IVD - -
IVC - -
IVB - -
IVA - -
IIIB - -
IIIA - -
IIC - -
IIB - -
IIA - -
I - -
O 1 14.28
JUMLAH 7 100
60
40
20 14,29 14,28
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
VI V IVD IVC IVB IVA IIIB IIIA IIC IIB IIA I O
Kategori
Analisis :
Dari hasil analisa audit secara acak pada bagian lainnya pada 6
pasien sampel dari bulan April-Juni (triwulan II) tahun 2018 didapatkan
nilai penggunaaan antibiotik secara kualitatif paling tinggi pada
kategori V yang artinya bahwa tidak ada indikasi penggunaan antibiotic
dengan nilai 71.43 %. Meskipun begitu penggunaan antibiotik secara
bijak sudah berjalan.
73
Audit Kualitatif Penggunaan Antibiotik Irna Secara Acak triwulan II
(April-Juni) Tahun 2018
Series1
Analisa :
Dari hasil analisa audit secara acak pada 30 pasien sampel dari bulan
April-Juni (triwulan II) tahun 2018 didapatkan nilai penggunaaan
antibiotik secara kualitatif paling tinggi pada kategori IVA yang artinya
bahwa ada antibiotic lain yang lebih efektif dengan nilai 28.81% dan
disusul pada kategori V yang artinya tidak ada indikasi penggunaan
antibiotik dengan nilai 22.03 %.
74
Keterangan :
Kategori hasil penilaian kualitatif penggunaan antibiotik sebagai berikut
(Gyssens IC, 2005):
• Kategori 0 = Penggunaan antibiotik tepat/bijak
• Kategori I =Penggunaan antibiotik tidak tepat waktu
• Kategori IIA =Penggunaan antibiotik tidak tepat dosis
• Kategori IIB = Penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian
• Kategori IIC =Penggunaan antibiotik tidak tepat cara/rute pemberian
• Kategori IIIA =Penggunaan antibiotik terlalu lama
• Kategori IIIB =Penggunaan antibiotik terlalu singkat
• Kategori IVA =Ada antibiotik lain yang lebih efektif
• Kategori IVB =Ada antibiotik lain yang kurang toksik/lebih aman
• Kategori IVC =Ada antibiotik lain yang lebih murah
• Kategori IVD =Ada antibiotik lain yang spektrumnya lebih sempit
• Kategori V = Tidak ada indikasi penggunaan antibiotik
• Kategori VI =Data rekam medik tidak lengkap dan tidak dapat
dievaluasi
75
Redesain akar masalah
PLAN
Tujuan : Meningkatnya penggunaan antibiotik secara rasional (kategori
0, Gyssens) dan menurunnya penggunaan antibiotik tanpa indikasi
(kategori lima, Gyssens)
DO
TIM PPRA :
Melakukan sosialiasi Pedoman Penggunaan Antibiotik, Panduan
Praktek Klinik, Panduan Profilaksis Bedah, dan Panduan Terapi
Empiris
Membuat peta kuman rumah sakit, dengan pengisian ke program
WHO Net, dengan pembuatan peta kuman minimal tiap 6 bulan
sekali
Sosialisasi cara pengisian Lembar Pengumpul Data PPRA
Sosialisasi tentang program pencegahan dan pengendalian
resistensi antibiotik
Metode :
Sosialisasi Pedoman dan Panduan
Sosialisasi cara pengisian Lembar Pengumpul Data PPRA kepada
perawat unit pelayanan rawat inap, dan hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan (pengisian antibiotik (nama, dosis, rute, waktu
pemberian, jenis), nilai lab (leukosit), monitoring TTV (terutama
suhu)
Sosialisasi hasil peta kuman Rumah Sakit minimal tiap 6 bulan
sekali kepada kelompok staf medis maupun tenaga medis lainnya.
Sosialisasi tentang bahaya resistensi antibiotik dengan cara
memberikan brosur/leaflet PPRA
Material :
Mengikutsertakan tim PPRA rumah sakit dalam pelatihan PPRA
eksternal.
76
Lingkungan :
Sosialisasi tentang pedoman penggunaan antibiotik, panduan
profilaksis bedah dan panduan terapi empirik kepada dokter dan
tenaga kesehatan lain di rumah sakit.
STUDI
Dari hasil analisa audit secara acak pada 30 pasien sampel dari
bulan januari-maret (triwulan I) yang menggunakan antibiotik, baik
untuk tujuan profilaksis, empiris maupun definitive didapatkan nilai
penggunaaan antibiotik secara kualitatif paling tinggi pada kategori
IVA yang artinya bahwa Ada antibiotik lain yang lebih efektif
dengan nilai 36 % dan disusul pada kategori 0 yang artinya ada
Penggunaan antibiotik tepat/bijak yang artinya dengan nilai 22 %.
Pada bulan April-Juni tahun 2018 diambil sampel secara acak
sejumlah 30 pasien yang terdiri dari 6 kasus dari 5 bagian yang
menggunakan antibiotik, baik untuk tujuan profilaksis, empiris
maupun definitive. Didapatkan nilai penggunaaan antibiotik secara
kualitatif paling tinggi pada kategori IVA yang artinya bahwa ada
antibiotik lain yang lebih efektif dengan nilai 28.81 % dan disusul
pada kategori V yang artinya tidak ada indikasi penggunaan
antibiotik dengan nilai 22.03 %. Sedangkan untuk kategori 0 yang
artinya penggunaan antibiotic sudah tepat/bijak pada nilai 16.95%.
ACTION :
Tindakan perbaikan :
1. Sosialisasi pedoman dan panduan PPRA.
2. Mengikuti pelatihan-pelatihan eksternal tentang PPRA
3. Sosialisasi hasil pelatihan PPRA
4. Pengajuan tentang kebutuhan sarana dan prasarana guna
meningkatkan program PPRA
5. Melibatkan pihak managemen untuk mendukung program PPRA.
77
BAB VII
KEGIATAN YANG BELUM TERLAKSANA DAN RENCANA TINDAK
LANJUT
78
6. Perbaikan pola sensitivitas antibiotik dan penurunan mikroba
multiresisten yang tergambar dalam pola kepekaan antikibiotik secara
periodic setiap tahun.
7. Analisa dan revisi pedoman penggunaan antibiotik berdasarkan data
peta kuman dan masukan dari KSM terkait.
8. Penurunan angka infeksi rumah sakit yang disebabkan oleh mikroba
multiresisten contoh MRSA dan ESBL
9. Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin,
melalui forum kajian kasus infeksi terintegrasi.
79
BAB VIII
PENUTUP
80