Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN KADAR HbA1c DENGAN PERSENTASE MONOSIT

PADA OBESITAS
Edward KSL, Purwanto AP, Imam BW
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Latar belakang: HbA1c merupakan salah satu parameter yang dapat berguna dalam
diagnosis diabetes melitus yang dapat terjadi pada keadaan obesitas. Monosit sebagai
sel radang banyak diteliti dalam kaitannya dengan diabetes melitus dan obesitas.
Perlu diketahui hubungan antara HbA1c dengan persentase monosit pada obesitas.
Tujuan: Menganalisis hubungan kadar HbA1c dengan persentase monosit pada
obesitas.
Metode: Penelitian belah lintang pada 30 mahasiswa kedokteran di laboratorium
swasta kota Semarang pada bulan Maret-April 2017. Persentase monosit termasuk di
dalam darah lengkap diperiksa dengan alat analiser hematologi Sysmex XS-800i,
sedangkan HbA1c diperiksa menggunakan Hemocue HbA1c 501 System. Analisis
data dilakukan menggunakan uji Spearman dengan signifikansi p<0,05.
Hasil: Median kadar HbA1c sebesar 5,8 0,23%. Hasil pemeriksaan leukosit
responden yaitu jumlah leukosit yaitu 8.600 339,77/l, persentase limfosit 33
1,19%, persentase neutrofil 56 1,35%, dan persentase monosit sebesar 9,0 0,26%.
Hasil uji Spearman didapatkan nilai korelasi (r) sebesar 0,131 dengan p=0,489.
Simpulan dan saran: Tidak terdapat hubungan antara HBA1c dengan persentase
monosit pada obesitas. Jumlah monosit meningkat dapat digunakan sebagai
parameter monitoring dan evaluasi pada obesitas yang dapat berkembang ke arah
diabetes melitus. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pada populasi obesitas
dengan usia yang lebih tua maupun parameter lainnya berkaitan dengan obesitas dan
diabetes melitus.

Kata kunci: kadar HbA1c, persentase monosit, obesitas

1
CORRELATION BETWEEN HbA1c LEVEL AND MONOCYTE
PERCENTAGE IN OBESITY
Edward KSL1, Purwanto AP1, Imam BW1
1
Clinical Pathology Department of Medical Faculty, Diponegoro University Semarang

ABSTRACT

Background
HbA1c is one of the parameters that can be useful for diagnosing diabetes mellitus
that can occure in obesity. Monocyte as inflammatory cell is widely studied in
relation with diabetes mellitus and obesity. The purpose of this study is to analyze the
correlation between HbA1c levels and monocyte percentage in obesity.
Methods
Cross-sectional study of 30 medical students at private laboratory in Semarang on
March April 2017 was done. The monocyte percentage included in complete blood
count was examined with Sysmex XS-800i hematology analyzer, while HbA1c levels
was examined with Hemocue HbA1c 501 System. Spearman test was done for
analyzing data with p <0.05 was considered statistically significant.
Result and discussion
Median HbA1c levels was 5.8 0.23%. The results of leukocyte examination of
respondents were median of leukocyte count 8,600 339,77 / l, lymphocyte
percentage 33 1.19%, neutrophil percentage 56 1.35%, and monocyte percentage
of 9.0 0.26%. Spearman test showed that correlation value (r) = 0.131; p = 0.489.
Conclusion and suggestion
There was no correlation between HbA1c levels and monocyte percentage in obesity.
The increased of monocyte percentage can be used as monitoring and evaluation
parameter in obesity that can lead to diabetes mellitus. Further study can be done in
obese population with older age as well as other parameters related to obesity and
diabetes mellitus.
Keyword
HbA1c level, monocyte percentage, obesity

2
PENDAHULUAN
Obesitas adalah suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal
atau berlebihan dijaringan adiposa.1 Obesitas terjadi akibat lebih banyaknya kilokalori
yang masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan
energi tubuh. Akumulasi lemak yang lebih banyak di daerah abdominal disebut
dengan obesitas sentral atau obesitas android.2
Obesitas di dunia pada tahun 2030 diperkirakan 20% dari penduduk dunia
mengalami obesitas dan 38% dari penduduk dunia akan mengalami overweight.
Obesitas di Amerika Serikat mencapai 30% dari populasinya yang berusia dewasa. 3
Indonesia seperti di Pekanbaru, memiliki angka obesitas cukup tinggi yaitu (63,4%)
terutama obesitas sentral.4 Prevalensi obesitas berdasarkan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Utara
memiliki prevalensi obesitas tertinggi yaitu 24% dan untuk prevalensi obesitas sentral
tertinggi ditempati oleh Provinsi DKI Jakarta yaitu mencapai 39,7%.5
Individu dengan obesitas akan mudah terkena berbagai penyakit yang
muncul secara kronis. Berbagai organ akan terkena gangguan akibat kondisi obesitas
tersebut. Salah satu abnormalitas yang dapat terjadi adalah munculnya diabetes
melitus selain kelainan-kelainan yang mungkin muncul pada pembuluh darah berupa
penyumbatan (aterosklerosis). Kelainan tersebut terjadi sebagai akibat inflamasi
kronis pada tubuh individu obesitas.
Inflamasi terjadi pada obesitas yang mempengaruhi seluruh sistem tubuh.
Inflamasi memicu terjadinya peningkatan sitokin proinflamasi yang akan menentukan
proses selanjutnya. Sitokin proinflamasi akan membuat terjadinya gangguan pada
organ target terkait hormon insulin yang berperan dalam ressistensi insulin. Proses
inflamasi juga mengakibatkan gangguan dalam jaringan lemak. Resistensi insulin
akan mengakibatkan kondisi diabetes yang selanjutnya akan meningkatkan kadar
HbA1c sebagai salah satu parameter dalam diagnosis diabetes melitus.6
Inflamasi yang terjadi juga akan mengaktifkan sel leukosit sebagai sel
radang terutama monosit sebagai sel radang kronis. Monosit berperan pada sel yang

3
mengalami stres akibat inflamasi tersebut dan menimbulkan respon inflamasi yang
berlanjut. Peningkatan monosit terjadi dalam keadaan tersebut yang akan
memperparah keadaan inflamasi dan semakin berpengaruh pada resistensi insulin
pada obesitas.7,8,9
Penelitian oleh Onal et al. (2014) dan Lee et al. (2012) menunjukkan bahwa
HbA1c dapat digunakan sebagai petanda dalam mendeteksi resistensi insulin atau
gangguan metabolisme glukosa pada anak yang mengalami obesitas.10,11 Kadar
HbA1c meningkat pada usia dewasa obesitas baik yang mengalami diabetes maupun
tidak diabetes melitus seperti yang diungkapkan oleh Emeribe et al. (2015). Hal ini
menunjukkan bahwa kadar HbA1c merupakan parameter petanda penting yang
digunakan dalam mengevaluasi seseorang obesitas mengarah pada diabetes melitus.12
Penelitian yang dilakukan oleh Breslin et al. (2012) menunjukkan bahwa
kadar monosit dan petanda inflamasi dapat menjadi petanda untuk anak-anak obesitas
dalam risiko berkembang pada penyakit kronis seperti diabetes melitus.13 Terdapat
berbagai subpopulasi monosit yang berkaitan dengan obesitas. Subpopulasi tersebut
berperan dalam perkembangan menuju penyakit kronis seperti yang diungkapkan
oleh Devevre et al. (2015).14 Mattos et al. (2016) menjabarkan hal yang sama bahwa
monosit berperan dalam proses inflamasi dan terjadinya respon imun lanjutan pada
anak-anak yang mengalami obesitas.15
Penelitian tentang hubungan antara kadar HbA1c dengan monosit belum
banyak dilakukan, lebih lanjut berkaitan dengan obesitas pada usia dewasa muda.
Keadaan ini membuat perlunya dilakukan penelitian mengenai kedua parameter
tersebut berkaitan obesitas usia dewasa muda.

METODE PENELITIAN
Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan belah lintang dilakukan
terhadap 30 mahasiswa kedokteran obesitas di laboratorium swasta Semarang.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2017. Sampel diambil secara accidental
sampling dengan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu usia

4
18-24 tahun, sehat jasmani, IMT 27 kg/m2, dan bersedia mengikuti penelitian.
Kriteria eksklusi yaitu responden sedang hamil, sampel lipemik dan hemolisis.
Variabel bebas penelitian ini adalah kadar HbA1c dengan skala rasio dan
variabel tergantung adalah persentase monosit dengan skala rasio. Persentase monosit
termasuk di dalam darah lengkap diperiksa dengan alat analiser hematologi Sysmex
XS-800i, sedangkan HbA1c diperiksa menggunakan Hemocue HbA1c 501 System.
Analisis data menggunakan uji parametrik yaitu uji Spearman. Signifikansi
dinyatakan pada p<0,05. Ijin penelitian didapatkan ethical clearance dari Komisi Etik
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dengan nomor
259/EC/FK-RSDK/V/2017.

HASIL

Karakteristik subjek penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian
Karakteristik N (%) Mean SD Median
(Min- Maks)
Jenis Kelamin 30 (100%) - -
Laki-Laki 18 (60 %)
Perempuan 12 (40 %)
Usia (tahun) - 20,30 1,418 20 (18-23)
Tinggi Badan (cm) - 166,6 7,98 167,5 (149-180)
Berat Badan (kg) - 88,91 15,79 90,20(63,1118,6)
Indeks Massa Tubuh (kg/m2) - 31,85 3,77 31,20 (27 38,7)

Tabel 1. menunjukkan bahwa subjek penelitian dengan jenis kelamin pria


lebih besar daripada perempuan yaitu 18 responden (60%) dibandingkan 12
responden (40%). Rata-rata usia responden adalah 20 tahun dengan kisaran usia 18
sampai dengan 23 tahun.
Penghitungan Indeks Massa Tubuh memerlukan data tinggi badan dan berat
badan. Tinggi badan pada responden memiliki rata-rata sebesar 166,6 7,98 cm
dengan tinggi badan minimal 149 cm dan maksimal 180 cm. Rata rata berat badan
responden yaitu 88,91 15,79 kg dengan berat badan minimal 63,1 kg dan nilai
maksimal 118,6 kg. Indeks massa tubuh dilakukan penghitungan dan didapatkan

5
rerata sebesar 31,85 3,77 kg/m2 dengan nilai minimalnya 27 kg/m2 dan nilai
maksimalnya 38,7 kg/m2.
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk melihat profil leukosit yang
didapatkan dari pemeriksaan alat analiser dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Profil leukosit responden penelitian
Variabel Median SE
Jumlah leukosit (/l) 8.600 339,77
Persentase limfosit (%) 33 1,19
Persentase neutrofil (%) 56 1,35
Persentase monosit (%) 9,0 0,26

Tabel 2 menunjukkan profil leukosit responden yang diperiksa menggunakan


analiser hematologi. Terlihat bahwa jumlah leukosit pada responden masih dalam
batas normal. Persentase jenis sel leukosit yang memiliki nilai lebih dari nilai batas
normal yaitu monosit, sedangkan limfosit dan neutrofil persentasenya masih dalam
batas normal.
Hasil pemeriksaan HbA1c dengan persentase monosit serta analisis statistik
uji Spearman disajikan dalam tabel 3 berikut.

Tabel 3. Hasil analisis statistik pemeriksaan kadar HbA1c dengan persentase


monosit pada obesitas
Variabel Median SE Korelasi (r) Signifikansi (p)
HbA1c (%) 5,8 0,23
0,131 0,489
Monosit (%) 9,0 0,26

Analisis uji Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara


kadar HbA1c dengan persentase monosit pada responden obesitas tersebut. Nilai
signifikansi sebesar 0,489 dengan koefisien korelasi sebesar 0,131 menunjukkan tidak
signifikan pada analisis uji hubungan tersebut.

PEMBAHASAN

Penelitian ini mengambil responden mahasiswa kedokteran yang mengalami


obesitas. Penelitian ini diambil dengan alasan untuk melihat hubungan obesitas

6
tersebut yang memiliki risiko terjadinya diabetes melitus dengan persentase monosit
yang merupakan sel inflamasi berperan dalam terjadinya diabetes melitus pada
individu obesitas. Hasil pemeriksaan HbA1c pada responden sebagian besar memang
masih berada di bawah nilai rujukan yaitu kurang dari 6,5%, akan tetapi terdapat satu
responden yang memiliki kadar HbA1c tinggi lebih dari nilai rujukan. Persentase
monosit yang diperiksa memiliki nilai tinggi yang lebih dari nilai rujukannya. Lebih
dari 70% responden memiliki hal tersebut, sehingga dapat menimbulkan interpretasi
tersendiri akan terjadinya inflamasi kronis di dalam tubuh individu obesitas tersebut.
Pemeriksaan dilakukan pula pada profil leukosit responden yang berupa
jumlah leukosit, persentase limfosit dan persentase neutrofil. Keseluruhan hasil
pemeriksaan parameter tersebut memiliki nilai berada di dalam nilai rujukan
(normal). Hal ini menunjukkan bahwa leukosit secara keseluruhan memang belum
teraktivasi akan inflamasi kronis yang berjalan di dalam tubuh individu obesitas, akan
tetapi pergerakan dan banyaknya sel radang kronis yaitu monosit sudah mulai terlihat.
Hal ini memungkinkan terjadi secara berkelanjutan dan pada suatu saatnya nanti pada
umur yang lebih dewasa dapat mengakibatkan suatu peradangan yang lebih hebat
atau luas, sehingga dapat menimbulkan penyakit diabetes melitus. Proses selanjutnya
tentunya akan mengakibatkan peningkatan kadar HbA1c pada individu obesitas pada
keadaan tersebut. Keadaan ini yang nantinya akan membuat hasil analisis hubungan
antara kedua variabel tersebut menjadi bermakna.
Penelitian lain banyak membahas mengenai HbA1c pada obesitas begitu pula
kadar monosit pada obesitas. Penelitian mengenai hubungan kedua parameter tersebut
pada obesitas masih belum banyak dilakukan. Penelitian lebih banyak dilakukan pada
kondisi-kondisi penyakit tertentu seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner,
stroke dan kondisi lainnya yang terkait. Penelitian oleh Liu et al. (2015)
menunjukkan bahwa kadar HbA1c dan monosit meningkat pada obesitas tanpa
diabetes melitus dengan tercapainya nilai kemaknaan. Kedua parameter tersebut
dapat menjadi bagian petanda inflamasi pada individu obesitas.16
Hal serupa juga dituliskan oleh Kohut et al. (2014) yang menjelaskan bahwa
terdapat hubungan yang positif bermakna antara HbA1c dengan petanda inflamasi

7
serta monosit melalui pemeriksaan kemokin monosit. Hal ini menunjukkan bahwa
monosit merupakan suatu parameter yang berespon terhadap kontribusi terjadinya
diabetes melitus tipe 2 pada individu obesitas.17
Inflamasi dengan proses yang klasik perlu dibahas pada keadaan sistem
metabolik, dalam hal ini obesitas, untuk menjelaskan proses inflamasi yang
mempengaruhi kondisi metabolik dan abnormalitas yang terjadi pada sel dan
jaringan.18,19 Obesitas merupakan kondisi yang dikatakan sebagai penginduksi
terjadinya inflamasi karena adanya perlukaan pada tubuh obesitas. Keadaan tersebut
memacu timbulnya oksidasi yang berlebihan (terutama oksidasi lipid) pada sel. Hal
selanjutnya terjadi peningkatan terus menerus pada siklus menyebabkan inflamasi.20
Sitokin proinflamasi yang meningkat pada keadaan tersebut akan
mengaktifkan endotelium, leukosit dan menginduksi protein fase akut. Sel maupun
jaringan akan mengalami stres yang akan mengalami kematian sel. Efek selanjutnya
yang muncul yaitu pengaktifan makrofag dalam hal ini monosit sebagai respon
terhadap stres sel dan kematian sel. Pengaktifan monosit ini akan menginduksi respon
inflamasi selanjutnya sehingga proses inflamasi akan berlanjut.21,22
Proses inflamasi ini menyebabkan gangguan pada metabolisme glukosa pada
individu obesitas. Terjadi gangguan pada vaskular dan abnormalitas fungsi dari sel
atau jaringan lemak yang memicu dan meningkatkan resistensi insulin. Kejadian
diabetes melitus tipe 2 akan meningkat dengan terjadinya resistensi insulin. Kadar
HbA1c akan mengalami peningkatan dengan terjadinya resistensi insulin yang
semakin parah.23,24,25
Penelitian tersebut tidak melakukan pemeriksaan parameter protein inflamasi
maupun sitokin proinflamasi, yang mungkin akan meningkat dengan adanya
peningkatan monosit tersebut. Penelitian ini tidak mengukur secara langsung kadar
insulin pada responden yang dapat menyingkirkan kelainan pada pankreas sebagai
organ pembentuk hormon insulin. Perlu penelitian lebih lanjut pada populasi obesitas
dengan usia yang lebih dewasa atau tua tanpa diabetes melitus untuk melihat lebih
lanjut hubungan kedua variabel pada penelitian ini. Penelitian terhadap monosit
maupun parameter biomolekuler terkait monosit dalam inflamasi atau obesitas perlu

8
dilakukan untuk mengetahui hubungan lebih lanjut serta diperlukan penelitian dengan
parameter lain yang berkembang dengan populasi obesitas tersebut.

SIMPULAN
Tidak terdapat hubungan antara HBA1c dengan persentase monosit pada obesitas.
Jumlah monosit meningkat dapat digunakan sebagai parameter monitoring dan
evaluasi pada obesitas yang dapat berkembang ke arah diabetes melitus. Penelitian
lebih lanjut dapat dilakukan pada populasi obesitas dengan usia yang lebih tua
maupun parameter lainnya berkaitan dengan obesitas dan diabetes melitus.

DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Obesity and overweight. WHO technical report
series. Geneva.WHO; 2013.
2. Soegih R, Kunkun. Obesitas (permasalahan dan terapi praktis). Jakarta. Sagung
Seto; 2009.
3. Hruby A., Hu FB. The Epidemiology of obesity: A Big Picture.
Pharmacoeconomics. 2015. 33(7): 67389.
4. Sundari E., Masdar H., Rosdiana D. Angka Kejadian obesitas sentral
pada masyarakat kota Pekanbaru. JOM FK. 2015. 2(2);1-16
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar nasional 2013.
6. Jian PY. Mechanism of insulin resistance in obesity. Front Med. 2013. 7(1):14-24
7. Robert VC. Activated monocytes: yet another link between
systemic inflammation and obesity. J Clin Endocrinol Metab. 2014. 99(7):2347
9.
8. Gael B., Robert C., Bruno D, Corinne C, Violeta R., Marie P., et al. Impaired
alternative macrophage differentiation of peripheral blood
mononuclear cells from obese subjects. Diab Vasc Dis Res. 2015. 30:1-7.
9. Amano, SU, Cohen JL, Vangala P., Tencerova M., Nicoloro SM, et al. Local
proliferation of macrophages contributes to obesity-associated adipose tissue
inflammation. Cell Metabolism. 2014. 19:16271.
10. Onal ZE, Atasayan V., Gurbiz T, Hepkaya E, Nuhoglu C. Association of
glycosylated hemoglobin (HbA1c) levels with Iinsulin resistance in obese
children. Afr Health Sci. 2014. 14(3): 5338.
11. Lee HS, Park HK, Hwang JS. HbA1c and glucose intolerance in obese children
and adolescents. Diabet Med. 2012. 29(7):e102-5.
12. Emeribe AU, Elochukwu AC, Nasir1 IA, Bassey IE, Udoh EA. Clinical
significance of glycated hemoglobin testing in obese subjects attending a tertiary

9
hospital at Calabar, Nigeria. Sub-Saharan African Journal of Medicine. 2015.
2(3):134-41.
13. Breslin WL, Johnston CA, Strohacker K., Carpenter KC, Davidson TR, Moreno
JP. Obese mexican american children have elevated MCP-1, TNF-a, monocyte
concentration, and dyslipidemia. Pediatrics. 2015. 129(5):e1180-6.
14. Devvre EF, Renovato-Martins M, Clment K, Sauts-Fridman C, Cremer
I, Poitou C.Profiling of the three circulating monocyte subpopulations in human
obesity. J Immunol. 2015. 194(8):3917-23.
15. Mattos RT, Medeiros NI, Menezes CA, Fares RCG, Franco EP, Dutra WO.
Chronic low-grade inflammation in childhood obesity is associated with
decreased IL-10 expression by monocyte subsets. PLoS ONE. 2016. 11(12):
e0168610.
16. Liu S., Hempe JM, McCarter RJ, Li S, Foseca VA. Association between
Inflammation and biological variation in Hemoglobin A1c in U.S. nondiabetic
adults. J Clin Endocrinol Metab. 2015;100(6):2364-71.
17. Kohut M., Hallam J., Hodgkins S, Hurt T., Russell D., Lannginham-Foster L., et
al. Association between immune response and the physiological and
psychosocial factors that may predict development of type 2 diabetes in African
American women. Brain, Behavior and Immunity. 2014;40:e52.
18. Medzhitov, R. Origin and physiological roles of inflammation. Nature.
2008:454(7203):42835.
19. Un JJ., Myung SC., Obesity and its metabolic complications: the role of
adipokines and the relationship between obesity, inflammation, insulin resistance,
dyslipidemia and nonalcoholic fatty liver disease. Int J Mol Sci. 2014. 15(4):
6184223.
20. Anna R., Jordi C., Carlos AV, Jorge J. Insulin resistance, inflammation, and
obesity: role of monocyte chemoattractant protein-1 (or CCL2) in the Regulation
of metabolism. Hindawi Publishing Corporation. 2010:1-11.
21. Henson, PM. dan Hume, HA. Apoptotic cell removal in
development and tissue homeostasis. Trends in Immunology. 2006. 27(5):244
50.
22. Thomas AW, Kevin MV. Macrophages in tissue repair, regeneration, and fibrosis.
Immunity. 2016. 44(3): 45062.
23. Stephens M, Ludgate M, Rees DA. Brown fat and obesity: the
next big thing? Clin Endocrinol (Oxf). 2011. 74:661-70.
24. Juonala M, Magnussen CG, Berenson GS, et al. Childhood adiposity, adult
adiposity, and cardiovascular risk factors. N Engl J Med. 2011. 365:1876-85.
25. Shimizu I., Yoshida Y., Minamino T. Pathological role of adipose tissue
dysfunction in cardio-metabolic disorders. Int Heart J. 2015. 56(3):255-9.

10

Anda mungkin juga menyukai