Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN HbA1c PADA ULKUS

DIABETIKUM
Risa Tri Umami1*, Herlisa Angraini2, Fitri Nuroini2
1
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang
2
Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang

Info Artikel Abstrak


Ulkus diabetikum merupakan kelainan tungkai kaki bawah akibat
diabetes melitus yang tidak terkendali. Kelainan ini disebabkan adanya
gangguan syaraf pada kaki, gangguan pembuluh darah dan infeksi.
Pencegahan perluasan infeksi akibat ulkus diabetikum dilakukan dengan
pemeriksaan kondisi sistemik pasien yang bertujuan untuk mengontrol
kadar glukosa darah dan HbA1c. Keterkaitan glukosa darah dan HbA1c
ditandai dengan adanya peningkatan pasokan gukosa pada pembuluh
darah akibat dari defisiensi atau resistensi insulin. Insulin tidak mampu
memasukan glukosa ke dalam sel untuk di metabolisme. Peningkatan
glukosa dalam darah akan terjadi proses glikasi terhadap HbA
(Hemoglobin dewasa) sehingga terjadi ikatan antara hemoglobin dan
glukosa darah (HbA1c). Tujuan penelitian untuk mengukur kadar
glukosa darah dan HbA1c serta untuk mengetahui hubungan kadar
glukosa darah dengan HbA1c pada ulkus diabetikum. Jenis penelitian
analitik metode cross sectional. Sampel diperoleh dengan mengambil
data pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak
28 sampel. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa penderita ulkus
diabetikum diperoleh rata-rata kadar glukosa darah adalah 188,68 mg/dL
dan rata-rata kadar glukosa darah adalah 8,164%. Uji normalitas
menggunakan uji Shapiro-Wilk dan dilanjutkan dengan uji statistik
Korelasi Person diperoleh nilai signifikansi 0.000 yang menunjukkan
ada hubungan kadar glukosa darah puasa dengan kadar HbA1c pada
penderita ulkus diabetikum.
Keywords
Ulkus diabetikum, kadar
glukosa darah, kadar HbA1c.

Pendahuluan dan disebabkan oleh penurunan sekresi


WHO menyatakan bahwa Penyakit insulin secara progresif, dilatarbelakangi oleh
Tidak Menular (PTM) masih menjadi resistensi insulin (Suyono,2007). Resistensi
penyebab utama kematian di dunia yaitu insulin yang tidak mampu dikontrol
sekitar 60%, sedangkan sekitar 40% menjadi menyebabkan pravelensi diabetes melitus
kesakitan yang tidak ada akhirnya. Hasil terus mengalami peningkatan. International
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Diabetes Federation (IDF) menyatakan
dari tahun 2001, persentase PTM di bahwa penduduk dunia pada tahun 2013
Indonesia telah mengalami peningkatan dari terdapat 382 juta orang yang hidup dengan
41,7% menjadi 49,9%. PTM yang mengalami diabetes melitus dan pada tahun 2035
peningkatan di Indonesia salah satunya diperkirakan akan meningkat menjadi 529
adalah diabetes melitus (DEPKES RI, 2018). juta orang. World Health Organization
Diabetes melitus merupakan sindrom (WHO) menyatakan bahwa Indonesia
yang ditandai dengan peningkatan gula darah menempati urutan ke-4 jumlah penderita
*
Corresponding Author
Risa Tri Umami
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273
Email : risatriumami@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
diabetes melitus terbesar di dunia setelah 37% (Soewondo, 2011). Sebuah studi dari
India, Cina dan Amerika Serikat (Kemenkes, Dorchy (2015), menyatakan bahwa setiap
2014). penurunanan kadar HbA1c akan
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mengakibatkan 25% terjadinya komplikasi
tahun 2013, pravelensi diabetes melitus di mikrovaskular (Dorchy, 2015). Salah satu
Indonesia mencapai 6,9% atau sekitar 12,1 komplikasi mikrovaskular adalah ulkus
juta orang. Pravelensi diabetes melitus diabetikum (Waspadji, 2011).
berdasarkan hasil wawancara dari riskesdas, Ulkus diabetikum merupakan kelainan
terjadi peningkatan dari 1,1% pada tahun pada tungkai kaki bawah akibat diabetes
2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013 melitus yang tidak terkendali. Kelainan ini
(Riskesdas, 2013). Pravelensi penderita disebabkan adanya gangguan syaraf pada
diabetes melitus di Jawa Tengah mengalami kaki (neuropati perifer), gangguan pembuluh
peningkatan, yaitu berdasarkan diagnosis darah (arteri perifer) dan infeksi (Tambunan,
tanpa gejala yaitu dari 0,8% pada tahun 2007 2011). Pencegahan perluasan infeksi akibat
menjadi 1,6% pada tahun 2013, serta ulkus diabetikum dilakukan dengan
berdasarkan diagnosis dengan gejala pemeriksaan kondisi sistemik pasien yang
meningkat dari 1,3% pada tahun 2007 bertujuan untuk mengontrol kadar glukosa
menjadi 1,9% pada tahun 2013 (Kemenkes, darah dan HbA1c. Kadar glukosa darah yang
2014). tidak terkontrol dan kadar HbA1c melebihi
Upaya untuk menegakkan diagnosis normal akan menghambat penyembuhan luka
diabetes melitus yaitu dengan pemeriksaan (World Jurnal of Diabetes Melitus, 2015).
gula darah dan pengendalian diabetes melitus Tujuan penelitian untuk mengukur kadar
(Soegondo, 2011). Pemeriksaan glukosa glukosa darah dan HbA1c serta untuk
darah penderita diabetes melitus dilakukan mengetahui hubungan kadar glukosa darah
dengan memeriksa glukosa puasa, sewaktu dengan HbA1c pada ulkus diabetikum.
dan 2 jam setelah makan (Maulana, 2008).
Pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam Bahan dan Metode
setelah makan dilakukan untuk melihat Bahan penelitian adalah reagen glukosa,
pengendalian glukosa darah (Waspadji, HbA1c, plasma EDTA da serum. Alat yang
2011). Pengendalian glukosa darah digunakan adalah kimia analyzer. Jenis
dimaksudkan sebagai pengelolaan diabetes Penelitian survei analitik dengan metode
melitus, sehingga gula darah dapat terkontrol cross sectional. Penelitian dilaksanakan di
dalam satuan ukur yang normal dan terhindar Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
dari keadaan hiperglikemia maupun Semarang pada bulan Juli 2018. Populasi
hipoglikemia (Soewondo, 2011). penelitian seluruh pasien ulkus diabetikum
Salah satu pengendalian diabetes melitus yang melakukan pemeriksaan di
adalah dengan pemeriksaan kadar HbA1c. Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit
Kadar HbA1c pada penderita diabetes Roemani Muhammadiyah Semarang bulan
melitus akan meningkat secara proposional Januari-Juni 2018. Sampel penelitian
selama 8-10 minggu terakhir. Peningkatan sebanyak 28, ditentukan menggunakan teknik
kadar HbA1c yang berkepanjangan, purposive sampling, dengan rumus berikut :
menyebabkan tes HbA1c sebagai ( ) ( )
pemeriksaan akurat untuk menilai status
glikemik jangka panjang sehingga dapat Keterangan :
digunakan sebagai prediktor terhadap n = jumlah sampel
kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes (Zα) = tingkat kemaknaan (ditetapkan
(Soewondo, 2011). Hasil penelitian dari the peneliti)
United Kingdom Prespective Diabetes Study P = proporsi penyakit yang akan dicari
(UKPDS), penurunan 1% dari kadar HbA1c (dari kepustakaan)
dapat menurunkan resiko komplikasi sebesar
*
Corresponding Author
Risa Tri Umami
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273
Email : risatriumami@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
d = derajat kesalahan yang masih dapat normal, dan >180 mg/dL dinyatakan
diterima (ditetapkan peneliti) hiperglikemia. Pemeriksaan kadar HbA1c
Pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan metode spektrofotometri.
menggunakan metode GOD-PAP. Hasil Interpretasi Hasil pemeriksaan kadar HbA1c
pemeriksaan <80 mg/dL dinyatakan dinyatakan baik apabila < 6,5 %, sedang
hipoglikemia, 80-120 mg/dL dinyatakan antara 6,5 – 8 % dan buruk apabila > 8 %.

Hasil Penelitian
Tabel 8. Rerata kadar glukosa darah puasa dan HbA1c
Variabel N Mean Median SD Min max
Kadar glukosa darah puasa 28 188,68 175,50 83,591 80 424
Kadar HbA1c 28 8,164 7,400 2,2903 5,3 12,6

Hubungan Kadar Glukosa Darah Dengan HbA1c


14
13
12
11
Kadar HbA1c

10
9
8
7
6
5
4
70 106 142 178 214 250 286 322 358 394 430
Kadar Glukosa Darah

Gambar 1. Grafik hubungan kadar glukosa darah dan HbA1c

Diskusi keduanya. Hiperglikemia yang kronis dapat


Hasil penelitian dari total keseluruhan menyebabkan beberapa kerusakan dan
sampel sebanyak 28 orang yang menderita disfungsi berbagai organ dan jaringan salah
ulkus diabetikum bulan Januari-Juni 2018 di satunya memicu terjadinya kerusakan syaraf,
Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah terutama syaraf kaki. Menurut Tambunan
Semarang menunjukkan rata-rata glukosa (2011) Keadaan hiperglikemia juga
darah puasa berada di atas normal (188,68 menyebabkan kemampuan pembuluh darah
mg/dL). Menurut Sidartawan (2011), kadar tidak berkontraksi dan relaksasi secara
glukosa darah digunakan sebagai diagnosis normal. Dampak keadaan ini mengakibatkan
klinis diabetes melitus. Kadar glukosa darah sirkulasi darah menurun, terutama pada kaki
yang tinggi menunjukkan keadaan sehingga kepekaan kaki juga mulai
hiperglikemia sebagai pemicu penyakit berkurang. Kaki yang mengalami kepekaan
diabetes melitus. Kosasih (2008) menyatakan yang turun dapat menimbulkan luka yang tak
bahwa kadar glukosa yang tinggi pada terasa oleh penderita sehingga
penderita diabetes melitus dapat terjadi mengakibatkan luka. Sirkulasi darah yang
karena resistesi insulin, defisiensi insulin atau turun menyebabkan proses penyembuhan
*
Corresponding Author
Risa Tri Umami
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273
Email : risatriumami@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
luka terhambat, sehingga memperluas luka darah yang meningkat akan diikuti dengan
dan menjadi awal mula timbulnya abses kenaikan kadar HbA1c. Menurut Arisman
sebagai pemicu terjadinya ulkus diabetikum. (2008), kenaikan kadar HbA1c terjadi karena
Maryunani (2013) menyatakan bahwa kontrol glukosa darah yang tidak baik selama
hiperglikemia menjadi penyebab adanya 3 bulan terakhir, sehingga pemeriksaan kadar
kontrol glukosa darah yang tidak baik. HbA1c mencerminkan kadar glukosa darah
Kontrol glukosa darah yang buruk dalam jangka waktu panjang. Hal ini
menyebabkan kenaikan glukosa darah dalam menunjukkan bahwa kadar glukosa darah
kurun waktu yang singkat. Kadar glukosa yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
darah yang tinggi menyebabkan darah komplikasi ulkus diabetikum. Penelitian
memiliki viskositas yang tinggi sehingga Kurniasari (2007) menunjukkan terdapat
digunakan sebagai tempat yang subur bagi perbedaan proporsi yang bermakna terhadap
mikroorganisme patogen yang bersifat kejadian ulkus diabetik antara pasien DM
anaerob untuk berkembangbiak. Keadaan yang rutin melakukan kontrol gula darah
tersebut yang menjadi faktor terjadinya ulkus dengan yang tidak rutin melakukan kontrol
diabetikum. Menurut Rowe (2007), kadar gula darah.
glukosa darah tidak terkontrol ( gula darah Kadar HbA1c tinggi pada individu yang
puasa (GDP) > 100 mg/dL) akan memiliki kadar darah tinggi sejak lama
mengakibatkan komplikasi kronik jangka seperti pada diabetes melitus. The European
panjang, baik makrovaskuler maupun Association for the Study of Diabetes dan
mikrovaskuler salah satunya yaitu ulkus International Diabetes Federation,
diabetikum. menyatakan bahwa dari 600 partisipan
Faktor utama lainnya yang menjadi monitoring glukosa PP dan pemeriksaan
pemicu terjadinya ulkus diabetikum adalah HbA1c menunjukkan hubungan erat antara
kadar HbA1c. Hemoglobin (HbA1c) ≥ 6,5 % glukosa darah dan HbA1c. Data yang
akan menurunkan kemampuan pengikatan dikemukakan adalah kadar HbA1c 6% sama
oksigen oleh sel darah merah yang dengan konsentrasi glukosa darah rata-rata
mengakibatkan hipoksia jaringan yang 126 mg/dL. Peningkatan 1% HbA1c
selanjutnya terjadi proliferasi pada dinding berkorelasi dengan pertambahan kadar
sel otot polos subendotel. Rata-rata kadar glukosa sekitar 30 mg/dL, sedangkan
HbA1c pada penelitian ini sebesar 8,17% dan penurunan HbA1c sebesar 2% berakibat pada
nilai tengah sebesar 7,40%. Hasil ini peningkatan terjadinya komplikasi sebanyak
menunjukkan bahwa total sampel adalah 50-70%. Menurut Arisman (2008), kadar
ulkus diabetikum yang keseluruhannya HbA1c normal adalah kurang dari 6,5%,
memiliki rata-rata kadar HbA1c ≥ 6,5 %. sehingga direkomendasikan untuk
Menurut penelitian oleh Bonara dkk (2001), penyandang diabetes melitus tidak melebihi
simpangan baku dari nilai HbA1c yaitu angka tersebut.
sebesar 8,4 ± 2,4 % dari total sampel ulkus Menurut Rahayu (2014) HbA1c
diabetikum. merupakan komponen minor dari sel darah
Hasil uji korelasi person menunjukkan mausia, normalnya 4% dari total hemoglobin.
bahwa nilai signifikansi (sig.(1-tailed)) yang HbA1c terbentuk antara ikatan hemoglobin
diperoleh yaitu 0,000 (<p 0,05) sehingga dengan glukosa. HbA1c dibentuk melalui
dapat diketahui terdapat hubungan antara penambahan glukosa pada hemoglobin
kadar glukosa darah dengan kadar HbA1c melalui proses non enzimatik, yang
pada penderita ulkus diabetikum. Menurut dinamakan glikasi. Glikasi Hemoglobin tidak
teori kenaikan kadar glukosa darah akan dikatalis oleh enzim, tetapi melalui reaksi
berpengaruh terhadap kenaikan kadar kimia akibat paparan glukosa yang beredar
HbA1c. Hasil uji menunjukkan bahwa dalam darah terhadap sel darah merah. WHO
adanya hubungan kadar glukosa dengan (2011) menyatakan kontrol kadar HbA1c dan
HbA1c, sehingga pemeriksaan kadar glukosa pemeriksaan gula darah yang lain dapat
*
Corresponding Author
Risa Tri Umami
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273
Email : risatriumami@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
menjamin untuk tidak terjadinya komplikasi http://www/depkes/go/id/download/pu
diabetes melitus. Hal ini disebabkan karena slitbang/survailans-ptm-dan-kesehatan-
pemeriksaan HbA1c dapat menunjukkan rumah-tangga-di-indonesia-2010.pdf.
jaminan tes yang berkualitas dan sesuai Diunduh pada tanggal 11 Februari
dengan standar kriteria nilai rujukan 2018.
internasional
Dorchy, Harry.. 2015. One center in Brussels
SIMPULAN has consistently had the lowest HbA1c
Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa values in the 4 studies (1994-2009) by
penderita ulkus diabetikum diperoleh rata- the Hvidoere International Study
rata kadar glukosa darah adalah 188,68 Group on Childhood Diabetes. World
mg/dL. Pemeriksaan kadar glukosa darah Jurnal of Diabetes Melitus. 9(4):66-71.
puasa penderita ulkus diabetikum diperoleh
rata-rata kadar glukosa darah adalah 8,164%. Gaw, A, et al. 2016. Biokimia Klinis :
Terdapat hubungan yang signifikan antara clinical Biochemistry : An illustrated
kadar glukosa darah puasa dengan kadar Color Full. Edisi 4. Jakarta : EGC.
HbA1c pada penderita ulkus diabetikum Ganong, WF. 2012 Buku Ajar Fisiologi
dengan p=0.000 (<0,05). Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : EGC.
Referensi Harefa E. 2010, Peran Hba1c dalam Skrining
Arisman Dr, MB, M. Kes. 2014. Buku Ajar dan Diagnosis Diabetes Meltus.
Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Melitus Informasi Laboratorium Klinik Prodia.
& Disiplidemia. Jakarta : EGC.
Kementrian Kesehatan. 2014. Situasi dan
Chrisnawati Y. 2012. Mekanisme Siklus Analisis Diabetes.
Glukosa dalam Darah dan Gangguan. http://www.depkes.go.id/folder/view/0
http://mekanismesiklusglukosadarah.c 1/structure-publikasi-pusdatin-info-
om. Diunduh pada tanggal 10 datin.html. Diunduh pada tanggal 22
Desember 2016. Februari 2018.
Consesus Development Conference on Kosasih, E.N. 2008. Tafsiran Hasil
Diabetic Food Wound Care. 1999. Pemeriksaan Laboratorium Klinik.
http://ncb.nlm.nih.gov/m/pubmed/1048 Jakarta : Karisma Publishing.
0782. Diunduh pada tanggal 25
Februari 2018. Maidina, T.S. dkk. 2012. Hubungan Kadar
HbA1c dengan Kejadian Kaki Diabetik
David R, David W, John B. 2007. Lecture Pada Pasien Diabetes Melitus Di
Notes Kedokteran Klinis. Edisi 4. RSUD Ulin Banjarmasin. Skripsi.
Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama. Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
Departemen Kesehatan. 2010. Jumlah
Penderita Diabetes Indonesia Ranking Maryunani, A (2013). Step By Step
ke-4 di Dunia. Perawatan Luka Diabetes Dengan
http://www/depkes/go/id/download/pu Metode Perawatan Luka Modern.
sdatin/profil-kesehatan-indonesia- Bogor: In Media.
2010.pdf. Diunduh pada tanggal 22
Februari 2018. Maulana, M. 2008. Mengenal Diabetes
Melitus. Jogjakarta : Katahati.
Departemen Kesehatan. 2016. Surveilans
PTM dan Kesehatan Rumah Tangga di Mc. Wright, Bogdan. 2008. Panduan
Indonesia. Penderita Diabetes. Jakarta : Prestasi.
*
Corresponding Author
Risa Tri Umami
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273
Email : risatriumami@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
Murray, R.K., Granerm D.K., & Rodwell, http://www.depkes.go.id/resource/dow
V.W. 2009. Biokimia Harper. nload/general/hasil-riskesdas.pdf.
Jakarta:EGC. Diunduh pada 28 Februari 2018.

Niken S, Rizky A. 2006. Identifikasi Resiko Rowe, V.L. 2017. Diabetic Ulcers.
Diabetic Foot Ulcer (DFU) Pada http://emedicine.medscape.com/article/
Pasien dengan Diabetes Melitus. -overview. Diakses pada tanggal 23
Jurnal Luka Indonesia. 2 (1):1-10. maret 2018.

Perkeni. 2006. Pendahuluan. Konsesus Sab’ah, S. 2009. Hubungan Kadar HbA1c


Pengelolaan dan Pecegaan Diabetes Yang Tinggi dengan Kejadian Kaki
Melitus Tipe 2 Di Indonesia. Diabetik Pada Pasien DM Tipe 2 Di
http://pbperkeni.or.id/doc/konsesus.pdf RS Lavalette Malang. Medical. 1 (1) :
. Diunduh pada tanggal 28 Februari 1-5.
2018.
Soegondo, S, Soewondo, Sukardji, Suyono,
Permono, Bambang. dkk. 2012. Buku Ajar Tambunan, Waspadji. 2011.
Hematologi – Onkologi Anak. Cetakan Penatalaksanaan Diabetes Melitus
ke-4. Jakarta. Ikatan Dokter Anak Terpadu. Edisi 8. Jakarta : FKUI-
Indonesia. Press.

Rahayu SP. Harsinem S. 2014. Peranan Tandra, Hans. 2013. Life Healthy With
Pemeriksaan Hemoglobin A1c Pada Diabetes. Yogyakarta : Rapha
Pengelolaan Diabetes Melitus. Kalbe- Publishing.
Med. 220 (41):9.
World Health Organization. 2017. Global
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Report on Diabetes. ISBN, 978,88.
https://doi.org?ISBN/9789241565257.
Diakses pada tanggal 25 maret 2018
.

*
Corresponding Author
Risa Tri Umami
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273
Email : risatriumami@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai