Anda di halaman 1dari 32

GAMBARAN KADAR HbA1C (HEMOGLOBIN TERGLIKOSILASI)

PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG MENGKONSUMSI


OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL DI RSUD Dr. H CHASAN BOESOIRIE
TERNATE

NOVIRNA KONORAS
NIM :PTE13543 150196

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


JURUSAN D-III ANALIS KESEHTAN
TERNATE
2018
LATAR BELAKANG

Diabetes melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang


timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah secara terus menerus (kronis) sebagai akibat dari
kekurangan insulin baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Peningkatan kadar gula darah pada DM dapat terjadi karena pankreas
yang sakit sehingga tidak dapat menghasilkan insulin, kerja insulin
mengalami hambatan, atau karena pankreas tidak dapat menghasilkan
insulin. Faktor yang menjadi pemicu terjadinya DM adalah kurang
aktifnya produksi hormon insulin dari kelenjar Langerhans pada organ
pankreas karena berkurangnya jumlah sel penghasil hormon insulin
(Nita Rachmawati, 2015)
Diabetes melitus (DM) disebut juga the silent killer merupakan
penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-
21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan daerah yang
paling banyak terkena DM. Indonesia merupakan negara dengan
jumlah penderita diabetes ke-4 terbanyak di dunia setelah Cina, India
dan Amerika Serikat pada tahun 2010. Pada tahun 2017 menurut Dr.
Santi saat ini posisi Indonesia berada di urutan ke 7 negara dengan
jumlah penduduk tertinggi mengidap DM di dunia. Setiap tahun ada 3,2
juta kematian yang disebabkan langsung oleh DM, berarti ada 1 orang
per 10 detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit
yang berkaitan dengan DM (Nita Rachmawati, 2015)
Menurut World Health Organization (WHO), jumlah pasien DM
di Indonesia pada tahun 1995 berjumlah 5 juta orang dan akan
meningkat menjadi 25 juta orang pada tahun 2025. Pasien DM berusia
di atas 20 tahun berjumlah 7 juta orang dengan prevalensi DM sebesar
4%. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh pola makan yang tidak
sehat, kurangnya aktivitas fisik, serta meningkatnya harapan hidup.
(Nita Rachmawati, 2015)
Standar pemeriksaan kadar gula darah di pelayanan
kesehatan idealnya dilakukan minimal tiga bulan sekali setelah
kunjungan pertama, yang meliputi pemeriksaan kadar gula darah
puasa, kadar gula darah 2 jam setelah makan, dan pemeriksaan
HbA1C (Nita Rachmawati, 2015)

HbA1C adalah zat yang terbentuk dari reaksi antara glukosa


dan hemoglobin (bagian dari sel darah merah yang bertugas
mengangkut oksigen ke seluruh bagian tubuh). HbA1c juga merupakan
pemeriksaan tunggal terbaik untuk menilai risiko terhadap kerusakan
jaringan yang disebabkan oleh tingginya kadar gula darah (Nita
Rachmawati, 2015)
Dibandingkan dengan pemeriksaan glukosa puasa dan tes
toleransi glukosa 2 jam, HbA1C memiliki kelebihan: terstandardisasi
sesuai DCCT/UKPDS sedangkan pengukuran glukosa kurang
terstandar, relatif tidak terpengaruh oleh keadaan akut (misalnya stres
atau penyakit yang terkait) dan dapat dilakukan kapan saja dan tidak
membutuhkan puasa atau tes khusus (Paputungan dkk, 2014).
Penelitian yang di lakukan Mohammad R. S. Utomo dkk, pada
bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015 di Puskesmas Bahu
Kota Manado. Responden penelitian ini adalah pasien diabetes melitus
tipe 2 dengan usia 41-60 tahun yang berjumlah 22 orang. Dari Hasil
penelitian 22 responden pasien DM tipe 2 didapatkan 17 responden
(77,3%) memiliki kadar HbA1c yang tidak terkontrol yaitu di atas 7%
(Mohammad dkk, 2015).
Obat oral yang sering digunakan mempunyai mekanisme kerja
yang berbeda-beda seperti : pemicu sekresi insulin, peningkatan
sensitivitas insulin’ penghambat gluconeogenesis, penghambat
glukosidase alfa.
Berdasarkan data rekam medik RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie
Ternate dalam 4 tahun terakhir, sejak 2011 sampai dengan 2014 jumlah
kasus DM mengalami peningkatan. Dari 10 pola penyakit rawat jalan
tahun 2011 jumlah kasus DM berada di peringkat ke tiga dengan
jumlah penderita DM sebanyak 984 kasus, tahun 2012 kasus DM
berada di peringkat yang sama dengan jumlah penderita DM 820
kasus, tahun 2013 jumlah penderita DM 830 kasus dan di tahun 2014
sebanyak 541 kasus, sedangkan jumlah penderita DM yang rawat inap
pada tahun 2018 sejak bulan Januari-Maret sebanyak 34 orang yang
terdiri dari laki-laki 15 orang dan perempuan 19 orang.
Mengingat masih tingginya penderita DM di Provinsi Maluku
Utara serta belum ada data pemeriksaan HbA1C pada penderita DM
tipe 2 di RSUD Dr. H Chasan Boesoirie Ternate, sehingga saya tertarik
untuk melakukan penelitian ini.
RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas , maka rumusan


masalah penelitian adalah “Bagaimana Gambaran kadar HbA1C pada
Penderita DM yang mengkonsumsi obat hipoglikemik oral di RSUD Dr.
H Chasan Boesoirie Ternate”?
TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kadar HbA1C penderita DM yang


mengkonsumsi obat hipoglikemik oral di RSUD Dr. H Chasan
Boesoirie Ternate

2. Tujuan Khusus

1) Diketahuinya kadar HbA1C pada penderita DM yang


terdiagnosis < 10 tahun yang mengkonsumsi obat
hipoglikemik oral secara rutin di RSUD Dr. H Chasan Boesoirie
Ternate
MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Insitusi

Sebagai bahan masukan dalam pelaksaan manajemen rekam


medik mengenai kadar HbA1C pada pasien penderita DM yang
mengkonsumsi obat hipoglikemik oral secara rutin.

2. Bagi Pasien Dan Keluarga

Memberikan informasi tentang pentingnya melakukan kontrol gula


darah dan secara rutin mengkonsumsi obat hipoglikemik oral agar
pasien terhindar dari komplikasi penyakit DM dapat menyerang
seluruh anggota tubuh.
3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan serta wawasan mengenai kontrol gula


darah pada penderita DM dengan pemeriksaan HbA1C secara rutin
mengkonsumsi obat hipoglikemik oral dengan baik agar pasien
terhindar dari komplikasi penyakit DM dapat menyerang seluruh
anggota tubuh.
Kerangka Teori :
Konsep Diabetes Mellitus : Pemeriksaan
1. Meningkatnya kadar mendeteksi adanya
gula darah DM :
2. Menurunnya produksi 1. Tes darah kapiler
insulin 2. Pemeriksaan gula
darah vena
3. Tes toleransi
glukosa
Penderita DM 4. Tes glukosa urin

Strategi pengendalian
Kontrol kadar glukosa kadar glukosa darah :
darah : 1. Diet
1. GDS 2. Olahraga
2. GDP 3. Menjaga berat
3. GD2PP badan
4. HbA1c 4. Obat
5. Pemeriksaan
glukosa darah

Gambar 2.1 Kerangka Teori (sumber : Nita Rachmawati, 2015)


Kerangka konsep :
Penderita DM

KETERANGAN :

Darah

Yang di teliti yang tidak di teliti


Vena Kapiler

Kadar glukosa darah

Kadar glukosa Kadar glukosa Kadar glukosa


darah 2 jam HbA1c
darah sewaktu darah puasa
setelah makan

Hasil kadar glukosa adarah


pemeriksaan HbA1c
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Definisi Operasional

1. Penderita Diabetes Melitus (DM) adalah subjek penelitian, seseorang


yang memiliki kadar gula darah yang tinggi sehingga menyebabkan
komplikasi penyakit DM dapat menyerang seluruh anggota tubuh.

2. Darah vena adalah sampel yang diambil di daerah lengan pada vena
mediana cubiti pada penderita DM dengan volume dispo 3 cc.

3. Pemeriksaan HbA1C adalah objek identifikasi dari penelitian yang


dilakukan untuk mengontrol kadar gula darah penderita DM untuk 3
bulan terakhir dengan nilai normal Baik : 4 - 5,9 %, Sedang : 6-8 %,
Buruk : > 8 %

4. Obat Hipoglikemik Oral adalah obat yang dikonsumsi penderita DM


untuk mengontrol kadar gula darah.
Metode penelitian

Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif


yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif yang terjadi saat
penelitian berlangsung.
Alur penelitian
Penderita DM

Penderita DM < 10 tahun

Pemeriksaan kadar glukosa


darah

Pemeriksaan HbA1c

Hasil

Analisa data

Pembahasan

Kesimpulan
Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian
Waktu dan Lokasi penelitian

1) Waktu

Penelitian ini akan direncanakan pada bulan Mei s/d Juli 2018

2) Lokasi penelitian

Tempat pengambilan sampel dilakukan di RSUD Dr. H Chasan


Boesoirie Ternate.

Populasi, Sampel dan Besar sampel

1) Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah populasi dari Januari sampai


dengan Maret 2018 sebanyak 34 di RSUD Dr. H Chasan Boesorie
Ternate..
2) Sampel

Rumus Slovin :

n= N

1+N (e2)

n= 34

1+34 (0,05)2

n= 34

1+34 (0,0025)

n= 34

1,085

n = 31
3) Besar Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada penelitian ini untuk
pemeriksaan HbA1c jumlah besar sampel sebanyak 31 pasien
Diabetes Melitus (DM) yang mengkonsumsi obat
hipoglikemik oral.
Syarat Inklusi dan Esklusi

1) Syarat Inklusi

a) Penderita Diabetes mellitus dengan diagnosis lama menderita <


10 Tahun dengan lamanya mengkonsumsi obat hipoglikemik
oral.

b) Responden menyetujui menandatangani Informent Consent

2) Syarat Esklusi

a) Darahnya tidak cukup pada saat melakukan pemeriksaan

b) Responden menolak karena merasa ketakutan.

c) Darah yang beku


Cara Pengumpulan Data

1) Data Primer

Data yang diperoleh pada saat penelitian dan diamati pertama


kalinya untuk mengetahui hasil kadar pemeriksaan HbA1C pada
penderita Diabetes Mellitus yang mengkonsumsi obat hipoglikemik
oral

2) Data Sekunder

Data yang diperoleh dari RSUD Dr. H Chasan Boesoirie Ternate


Instrumentasi Penelitian

1) Alat, Bahan dan Prinsip

Prinsip : Titik isoeletrik HbA1c lebih rendah dan lebih cepat


berimigrasi dibandingkan komponenen Hb
lainnya. Apabila menggunakan metode ini harus
dikontrol perubahan suhu reagen dan kolom,
kekuatan ion dan pH dari buffer.

Alat dan Bahan : dispo 3 cc, kapas, tabung kimia, plester dan 1 set
alat cek HbA1c

.
Prosedur kerja
Cara kerja alat HbA1C (Kit Insert Alat HbA1C)
1) Alat dihubungkan dengan arus listrik
2) Alat dinyalakan dengan menekan tombol on/off
3) Alat di running up
4) Setelah running up, alat akan memberi perintah membuka penutup, setelah
membuka penutup lalu tekan tombol down hingga muncul daily cek
5) Daily cek dimasukan hingga waktu selesai
6) Test cartridge di masukkan ke dalam alat, kemudian di siapkan sampel
(sampel diletakan pada slide).
7) Pengambilan sampel dengan menggunakan reagen pack pada posisi tegak
lurus.
8) Masukkan reagen pack ke dalam test catridge yang sudah di masukkan ke
dalam alat.
9) Tunggu hasil akan keluar dalam 5 menit.
Catatan :

1) Pemasangan daily cek maupun test cartridges, barkotnya


menghadap kearah kiri.

2) Jika lepas daily test cartridges geser ke kiri lalu angkat.

Interprestasi hasil

Baik : 4 - 5,9 %

Sedang : 6-8 %

Buruk : > 8 %
Pengolahan data dan analisa data

1) Pengolahan data

Pengolahan data dari penelitian ini terdiri dari proses editing,


labeling, codein, entry dan clearing.

2) Analisa Data

Analisa data menggunakan uji univariat yang bertujuan untuk


mendapatkan gambaran umum dengan cara mengekripsikan
distribusi dan frekuensi data yang diteliti.

Penyajian data

Data dari hasil penelitian akan di tampilkan dalam bentuk table dan
narasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kemas Ya’kub R, Radiyati Umi Partan, Moh.Habib. 2014. Korelasi Antara Gula
Darah 2 Jam Postprandial Danhba1c di Laboratorium Klinik Graha
Spesialis RSMH Palembang (Online), (http://eprints.unsri.ac.id/6560/1/K
orelasi_Antara_Gula_Darah_2_Jam_Postprandial_Danhba1c_di_Laborat
orium_Klinik_Graha_Spesialis_RSMH_Palembang.pdf, Di akses 22 Mei
2018)

Mohammad R. S. Utomo, Herlina Wungouw, Sylvia Marunduh. Kadar HbA1C


Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Bahu Kecamatan
Malalayang Kota Manado (Online), (https://media.neliti.com/media/pu
blications/64854-ID-kadar-hba1c-pada-pasien-diabetes-
melitus.pdf, diakses 24 Mei 2018)

Nita Rachmawati, 2015. Gambaran Kontrol Dan Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsj Prof. Dr.
Soerojo Magelang (Online), (Http://Eprints.Undip.Ac.Id/51927/1/Skripsi_
Nita_Rachmawati_Pdf.Pdf, Di Akses 11 Mei 2018)
Peter J. D’Adamo, 2008. Diet Sehat Diabetes Sesuai Golongan Darah.
PT Pustaka Delapratasa : Jakarta.

Sari,Firni, Inayah, M. Yulis Hamidy. 2016. Pola Penggunaan Obat Anti


Hiperglikemik Oral Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat
Inap Di Rumah Sakit X Pekanbaru Tahun 2014. 3(1)

Slamet Suyono, 2007. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu.


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
Sri Rahayu Paputungan, Harsinen Sanusi. 2014. Peranan
Pemeriksaan Hemoglobin A1c pada Pengelolaan Diabetes Melitus.
Makassar : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Yulianti Kusniyah, Nursiswati, Urip Rahayu. 2010. Hubungan Tingkat


Self Care Dengan Tingkat HbA1C Pada Klien Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Poliklinik Endokrin Rsup Dr. HasanSsadikin Bandung
(Online), (https://www.scribd.com/document/366342936/Jurnal, di
akses 24 Mei 2018).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai