Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN

DIABETES MELITUS
PRAKTIK KLINIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

………………… ………………….. 1/1


Tanggal terbit Ditetapkan Direktur,
RSUD SUNGAI RUMBAI

………………….
dr. SUJITO
NIP. 197908212008041001
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun
2010, Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok
PENGERTIAN penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya.
1. Keluhan Klasik DM, yaitu: Poliuria,
Polifagia, Polidipsia, dan penurunan Berat Badan
ANAMNESIS 2. Keluhan lain, yaitu: lemah badan,
kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita

KLASIFIKASI

PEMERIKSAAN  Pengukuran tinggi badan, berat badan,dan lingkar


FISIK
pinggang
 Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran
tekanan darah dalam posisi berdiri untuk mencari
kemungkinan adanya hipotensi ortostatik, serta
ankle brachial index (ABI),untuk mencari
kemungkinan penyakit pembuluh darah arteri tepi
 Pemeriksaan funduskopi
 Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid
 Pemeriksaan jantung
 Evaluasi nadi, baik secara palpasi maupun dengan
stetoskop
 Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah,
termasuk jari
 Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas
tempat penyuntikan insulin) dan pemeriksaan
neurologis
 Tanda-tanda penyakit lain yang dapat
menimbulkan DM tipe lain
Kriteria Diagnosis DM:
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200
mg/dL (11,1 mmol/L) Glukosa plasma sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu
hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
Atau
2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa
≥126 mg/dL (7.0 mmol/L) Puasa diartikan pasien
tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
KRITERIA
Atau
DIAGNOSIS
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥200 mg/dL
(11,1 mmol/L) TTGO yang dilakukan dengan
standar WHO, menggunakan beban glukosa yang
setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan ke dalam air.
* Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah
dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis
DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang
telah terstandardisasi dengan baik.
DIAGNOSIS KERJA Diabetes Melitus

1. Hiperglikemia reaktif,
DIAGNOSIS 2. Toleransi glukosa terganggu (TGT),
BANDING 3. Glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
4. Diabetes insipidus
1. Dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi
untuk DM, yaitu kelompok usia dewasa tua (>40
tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat
keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat
badan lahir bayi >4.000 gr, riwayat DM pada
kehamilan, dan dislipidemia.
2. Dilakukan dengan pemeriksaan gula darah
sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian
diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil
pemeriksaannya negative perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang ulangan setiap tahun,
bagi pasien berusia > 45 tahun tanpa faktor
resiko, pemeriksaan penunjang dapat dilakukan

PEMERIKSAAN setiap 3 tahun.


PENUNJANG 3. Pemeriksaan penyaring bertujuan untuk
menemukan pasien dengan DM, TGT, maupun
GDPT, sehingga dapat ditangani lebih dini secara
tepat. Pasien dengan TGT dan GDPT juga disebut
sebagai intoleransi glukosa, merupakan tahapan
sementara menuju DM.
1. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah
pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa plasma 2
jam setelah beban antara 140 –199 mg/dL (7,8-
11,0 mmol/L).
2. GDPT: Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah
pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan
antara 100 – 125 mg/dL (5,6 – 6,9 mmol/L) dan
pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam < 140
mg/dL.
TERAPI Tujuan penatalaksanaan
 Jangka pendek: menghilangkan keluhan dan
tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan
mencapai target pengendalian glukosa darah.
 Jangka panjang: mencegah dan menghambat
progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati.
1. Kerangka utama penatalaksanaan DM adalah
perencanaan makanan, latihan jasmani, obat
hiperglikemik, dan penyuluhan.
2. Obat Hiperglikemik Oral (OHO), antara lain:
 Golongan Sulfonilurea
 Golongan Biguanid, preparat: Metformin
 Golongan α glukosidase (Acarbose)
 Insulin sensitizing agent
3. Insulin, dengan indikasi penggunanan sebagai
berikut:
 Penurunan berat badan yang cepat
 Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
 Ketoasidosis diabetic
 Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
 Hiperglikemia dengan asidosis laktat
 Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
 Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA,
stroke)
 Kehamilan dengan DM/diabetes melitus
gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan
 Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
 Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

1. Melakukan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap


EDUKASI minggu selama ± 0,5 jam yang sifatnya sesuai
CRIPE (Continuos, Rhytmical, Progressive,
Endurance training). Misalnya jogging, jalan kaki,
lari, renang, bersepeda, dan mendayung.
3. Mengatur pola makan harian yaitu dengan menu 3
porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%)
dan sore (25%) serta 2-3 porsi (makanan ringan,
10 - 15%) di antaranya, dengan konsultasi pada
ahli atau pakar gizi terlebih dahulu sebelum
melakukan diet DM.
4. Menurunkan Berat badan hingga mencapai berat
badan ideal
5. Mematuhi aturan selama minum obat
Hiperglikemik Oral atau penggunaan preparat
insulin untuk mencegah komplikasi dan
memperbaiki kualitas hidup pasien.
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
PROGNOSIS Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Diagnosis : I / II/ III/ IV (referensi no 1-4)
TINGKAT EVIDENS
Terapi : I / II/ III/ IV (referensi no 1-4)

PANDUAN
DIABETES MELITUS
PRAKTIK KLINIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

………………… ………………….. 1/2


INDIKATOR MEDIS  Pasien diabetes memiliki tantangan seumur hidup
untuk mencapai dan menjaga kadar glukosa darah
sedekat mungkin ke angka normal. Dengan
pengendalian glikemia yang cocok, resiko
terjadinya komplikasi mikrovaskuler dan neuropati
menurun secara bermakna. Sebagai tambahan,
jika hipertensi dan hiperlipidemia ditangani secara
agresif, resiko terjadinya komplikasi
makrovaskuler juga menurun secara drastis.
 Sekitar 60% pasien DM tipe I yang mendapat
insulin dapat bertahan seperti orang normal,
sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal
kronik, dan kemungkinan meninggal menjadi lebih
cepat.

1. Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical


Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.
Jakarta.
2. PERKENI. 2011. Revisi Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia.
3. American Diabetes Association. Position statement:
Standards of Medical Care in Diabetes 2010. Diab
Care. 2010;33 (Suppl.1)
KEPUSTAKAAN
4. American Association of Clinical Endocrinologist
(AACE) Diabetes Mellitus Clinical Practice
Guidelines Task Force. AACE Medical guidelines
for clinical practice for the management of diabetes
mellitus. Endo Pract. 2007;13 (Suppl.1)
5. Noer HMS, Waspadji S, Rachman AM, et al. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III Edisi IV. Jakarta:
Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007

DIREKTUR RSUD SUNGAI RUMBAI

dr. SUJITO
NIP. 197908212008041001

Anda mungkin juga menyukai