ANEMIA RENAL
1. Pengertian (Definisi) Anemia pada penyakit ginjal kronik jika kadar konsentrasi
hemoglobin ≤ 10 gr/dl dan Hematokrit ≤ 30%
2. Anamnesis Lemah
Letih, mudah lelah
Sakit kepala
Gangguan konsentrasi
Pucat
Pusing
Sesak nafas
Nyeri dada
Palpitasi
Intoleransi terhadap dingin
Gangguan tidur
Penurunan nafsu makan
Riwayat penyakit ginjal dengan atau tanpa cuci darah
rutin
3. Pemeriksaan Fisik Kulit : Pucat
Mata : Konjungtiva anemis
Neurovascular : penurunan kemampuan kognitif
Kardiovascular : hipotensi orthostatic, takiaritmia
Pulmo : takipneu
Abdomen : asites dan hepatosplenomegali
4. Kriteria Diagnosis Anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang
DIARE AKUT
1. Pengertian (Definisi) Perubahan frekuensi buang air besar menjadi lebih sering
dari normal atau perubahan konsistensi feses menjadi lebih
encer atau kedua-duanya dalam waktu < 14 hari. Umumnya
disertai dengan segala gangguan saluran cerna yang lain
seperti mual, muntah, dan nyeri perut, kafang-kadang disertai
demam, darah pada feses serta tenesmus (gejala disentri).
Diare juga dapat didefinisikan dari berat tinja > 200 gram per
hari pada populasi barat, atau kandungan air pada tinja > 200
cc per hari.
2. Anamnesis Onset, durasi, frekuensi, progresivitas diare, kualitas
diare
Ada tidaknya muntah
Lokasi dan karakteristik nyeri perut
Riwayat penyakit dahulu, penyakit dasar/ komorbid
Petunjuk epidemiologi (daerah endemik, kejadian luar
biasa)
3. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : kesadaran, status gizi dan tanda vital
Status hidrasi
Kualitas nyeri perut (untuk menyingkirkan penyakit lain
yang bermanifestasi diare akut)
Colok dubur dianjurkan pada semua kasus diare dengan
feses berdarah, terutama pada usia > 50 tahun
Identifikasi penyakit komorbid
4. Kriteria Diagnosis Anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang
DYSPEPSIA SYNDROME
1. Pengertian (Definisi) Rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen bagian
atas.
2. Anamnesis Nyeri epigastrium
Rasa terbakar di epigastrium
Rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan
Rasa cepat kenyang
Gejala yang dirasakan harus berlangsung setidaknya selama
tiga bulan terakhir.
3. Pemeriksaan Fisik Nyeri tekan epigastrium
4. Kriteria Diagnosis Anamnesa dan pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Dyspepsia
6. Diagnosa Banding Penyakit refluks gastro - esophageal (GERD)
Irritable bowel syndrome (IBS)
Pankreatitis kronis
Penyakit saluran empedu
7. Pemeriksaan Penunjang Darah Perifer Lengkap
USG
8. Terapi a) Antasida
b) Penghambatan asam lambung
c) Penyekat reseptor H-2 (Ranitidin)
d) Penyekat pompa proton (Omeprazol)
e) Prokinetik : Metoclorperamid, Domperidon
f) Anti muntah : antihistamin, ondancentron
DIABETES MELITUS ( DM )
15. Pengertian (Definisi) Merupakan suatu kelompok penyakit metabolic yang di
tandai oleh hiperglikemia akibat defek pada:
1. Kerja Insulin (Resistensi Insulin) di hati (peningkatan
produksi glukosa hepatik ) dan jaringan perifer ( otot
dan Lemak )
2. Sekresi insulin oleh sel beta pankreas
3. atau keduanya
18. Kriteria Diagnosis a. Kadar glukosa darah sewaktu ( plasma vena ) ≥ 200
mg/dl
b. Kadar glukosa darah puasa ( plasma vena ) ≤ 200
mg/dl
c. Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah
beban glukosa 75 gram pada TTGO ( Tes Toleransi
Glukosa Oral )
2. Diagnosis Kerja Diabetes Melitus
3. Diagnosa Banding a. Hiperglikemia reaktif
b. Toleransi glukosa terganggu ( TGT )
c. Glukosa darah puasa terganggu ( GDPT )
4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium :
a. HB, Leukosit, hitung jenis Leukosit, laju endap darah
b. Glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah puasa
c. Urinalisis rutin, proteinuria 24 jam, Kreatinin
d. SGPT, Albumin/Globulin
e. Kolestrol Total, Kolesterol LDL, Kolesterol HDL,
Trigliserida
Pemeriksaan Penunjang lain :
EKG, Foto Thorax
5. Terapi Farmakologis
a. Pemberian Obat Hipoglikrmia Oral ( OHO )
Pemicu sekresi insulin : sulfonylurea, glinid
Penambah sensitivitas terhadap insulin : Metformin,
Tiazolidindion
Penghambat absorpsi glukosa : Penghambat
glukosidase alfa
b. Insulin
c. Terapi Kombinasi ( Pemberian OHO maupun insulin
selalu di mulai dengan dosis rendah, kemudian dinaikkan
secara bertahap sesuai dengan respons kadar gula
glukosa darah
6. Edukasi Pemahaman tentang perlunya pengendalian dan pemantauan
DM , Penyulit DM, Intervensi farmakologis dan non
farmakologis, hipoglikemia, cara mempergunakan fasilitas
perawatan kesehatan , perencanaan Makan, Latihan Jasmani
7. Prognosis Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
Ad fungsionam : dubia
8. Tingkat Evidens I/II/III/IV
9. Tingkat Rekomendasi A/B/C
10. Penelaah Kritis dr. Hadiki Habib Sp.PD
dr. Novie Rahmawati Sp.PD
11. Kepustakaan 1. PERKENI. Konsensus Pengelolaan
Diabetes Melitus Tipe 2 .2002
2. The Expert Committee on The Diagnosis
and Classification of Diabetes Mellitus, Report of the
Expert Committee on The Diagnosis and
Classification of Diabetes Mellitus, Diabetes Care, Jan
2003;26 ( suppl. 1): S5-20
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
KSM PENYAKIT DALAM
RS KHUSUS BEDAH RAWAMANGUN