Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMEN NUTRISI PADA PASIEN


DIABETES MELITUS TIPE II

NAMA KELOMPOK 3:

1.VIOLA RAHMA PUTRI (202101068)

2.M.LEO CHANDRA (202101044)

3.POPI MAYANG SARI(202101046)

4.RENTI H(202101054)

5.RATNA PUSPITA SARI(202101049)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

STIKES SAPTA BAKTI BENGKULU

TAHUN 2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut International Diabetes Federation (IDF) pemutakhiran ke-5
tahun 2012, jumlah penderitanya semakin bertambah. Menurut
estimasiIDF tahun 2012,lebih dari 371 juta orang di seluruh dunia
mengalami diabetes militus, 4,8 juta orang meninggal akibat penyakit
metabolik ini dan 471 miliar dolar Amerika dikeluarkan untuk
pengobatannya. Data IDF tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah
pasien diabetes militus di Indonesia pada kelompok umur antara 20-79
tahun pada tahun 2010 diperkirakan sebanyak 7 juta yang
menempatkan Indonesia padaurutan ke 9,sedangkan pada tahun 2030
diperkirakan jumlahnya meningkat menjadi 12 juta dan menempatkan
Indonesia pada urutan ke-6.1.
Prevalensi diabetes militus menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 secara nasional adalah sebesar 6,9% meningkat
dari tahun 2007 yang hanya sebesar 5.8% dan menempatkan diabetes
militus pada urutan ke-6 sebagai penyakit penyebab kematian terbanyak
sedangkan untuk Provinsi Lampung prevalensi kejadian diabetes
mellitus adalah 0,8% dengan prevalensi 6,9% pada penduduk diatas 15
tahun.2 Penatalaksanaan pasien diabetes mellitus dikenal 4 pilar penting
dalam mengontrol perjalanan penyakit dan komplikasi. Empat pilar
tersebut adalah edukasi, terapi nutrisi, aktifitas fisik dan farmakologi.
Salah satu parameter yang dapat dipercaya sebagai indicator
keberhasilan pengontrolan kadar glukosa darah adalah kadar
hemoglobin yang terglikosilasi (HbA1c) dapat digunakan sebagai suatu
indicator penilaian kontrol kadar glukosa darah pada pasien diabetes
dalam 2-3 bulan terakhir.
Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok gangguan
metabolik dengan gejala umum hiperglikemia. Terdapat beberapa tipe
diabetes yang merupakan akibat dari interaksi kompleks antara faktor
genetik dan factor lingkungan.4 Beberapa proses patologis terlibat
Prevalensi diabetes militus menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013secara nasional adalah sebesar 6,9% meningkat dari tahun
2007 yang hanya sebesar 5.8% dan menempatkan diabetes militus pada
urutan ke-6 sebagai penyakit penyebab kematian terbanyak sedangkan
untuk Provinsi Lampung prevalensi kejadian diabetes mellitus adalah
0,8% dengan prevalensi 6,9% pada penduduk diatas 15 tahun.
Penatalaksanaan pasien diabetes mellitus dikenal 4 pilar penting
dalam mengontrol perjalanan penyakit dan komplikasi. Empat pilar
tersebut adalah edukasi, terapi nutrisi, aktifitas fisik dan farmakologi.
Salah satu parameter yang dapat dipercaya sebagai indikator
keberhasilan pengontrolan kadar glukosa darah adalah kadar
hemoglobin yang terglikosilasi (HbA1c) dapat digunakan sebagai suatu
indicator penilaian kontrol kadar glukosa darah pada pasien diabetes
dalam 2-3 bulan terakhir.
Menurut konsensus Perhimpunan Endoktrinologi Indonesia
(PERKENI, 2011), pilar pengendalian DM meliputi latihan jasmani, terapi
gizi medis, intervensi farmakologis, dan edukasi. Keberhasilan proses
kontrol terhadap penyakit DM salah satunya ditentukan oleh kepatuhan
pasien dalam mengelola pola makan atau diet sehari-hari. Hal ini agar
mencegah timbulnya komplikasi dari penyakit DM. Prinsip pengaturan
makan pada penderita DM hampir sama dengan anjuran makan untuk
masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Penderita diabetes
melitus perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal
jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Menurut Di
Matteo (2004) menunjukkan bahwa populasi penderita DM adalah
populasi yang terendah kepatuhan (67,5%) dalam tindakan medis yang
dianjurkan dibandingkan 16 penyakit utama lain.
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat
meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi pada penderitanya,
bahkan kematian penyandang diabetes melitus tidak jarang disebabkan
oleh komplikasi. Prevalensi diabetes melitus yang terdiagnosis pada
penduduk usia di atas 65 tahun menurut data Riskesdas tahun 2007
adalah 4,6%. Diabetes melitus pada lansia seringkali tidak disadari
karena gejala-gejala diabetes seperti sering haus, sering berkemih, dan
penurunan berat badan tersamarkan akibat perubahan fisik alamiah
lansia yang mengalami penurunan, sehingga diabetes yang tidak
terdiagnosis ini akan terus berkembang menjadi komplikasi yang dapat
berakibat fatal.
Data kasus diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Dr. M. Yunus Bengkulu pada tahun 2015 berjumlah 355
orang,pada
tahun 2016 berjumlah 359 orang, dan pada tahun 2017 berjumlah
369 orang. Data ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah pasien
penderita diabetes melitus dari tahun ke tahun di RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu (Sub Bidang Rekam Medic RSMY Bengkulu, 2018).
Sedangkan data kasus diabetes mellitus di ruang Poliklinik pada
tahun 2017 sebanyak 129 kasus. (Buku Register Ruang Poliklinik
Penyakit Dalam, 2017). Kepatuhan adalah ketaatan pasien dalam
melakukan tindakan diit. Kepatuhan pasien berarti bahwa pasien harus
meluangkan waktu dalam menjalani pengobatan yang di butuhkan
(Potter &Perry, 2006). Diet memegang peranan penting dalam
tatalaksana penyakit DM. Kualitas diet penderita DM bergantung pada
jenis makanan dan ukuran asupan yang dikonsumsi selama satu hari,
untuk mengetahui kualitas diet telah dikembangkan beberapa
instrumen pengukuran kualitas diet. Salah satu dari empat instrumen
yang telah digunakan di Asia adalah Diet Quality Index International
(DQI-I). DQI-I menilai empat aspek dalam kualita diet yang meliputi
variasi (variation), kecukupan (adequacy), ukuran (moderation) dan
keseimbangan keseluruhan (overall balance).
Diet membutuhkan pengetahuan untuk dapat diaplikasikan dengan
baik. Pengetahuan didapatkan melalui edukasi. Penelitian Purwanto
(2013) pada 60 penderita DM menunjukkan bahwa 35 (58,3%)
responden tidak patuh dalam pelaksanaan diet DM dikarenakan
kurangnya informasi. Edukasi pada umumnya dilakukan dengan cara
bertemu secara langsung, akan tetapi terdapat beberapa hambatan
seperti keterbatasan waktu, membutuhkan transportasi, dan menyita
banyak waktu (Sari, 2012).
Dari data-data diatas peneliti tertarik untuk mengangkat
gambaran kepatuhan diit pada pasien Diabetes Melitus di ruang
Melati RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan masalah
penelitian yaitu bagaimana asuhan keperawatan manajemen nutrisi dan
pola diet pada pasien diabetes melitus tipe II.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Menggambarkan kasus “Asuhan Keperawatan Manajamen Nutrisi
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II”.
2. Tujuan khusus
a.mampu melakukan pengkajia keperawatan pada pasien dengan DM
tipe II.
b.mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
DM tipe II.
c.mampu membuat rencana asuhan keperawatn pada pasien dengan
DM tipe II.
d.mampu melakukan implementasi dengan pasien dengan DM tipe II.
e.mampu melakukan evaluasi terhadap implementasi yang telah
dilakukan.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti :
Peneliti ini diharapakan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi penulis mengenai penyakit DM
2. Bagi tempat penelitian
Studi kasus ini diharapakan dapat bermanfaat dan memberikan
informasi tentang manajemen nutrisi pada pasien yang memiliki
Riwayat penyakit DM.Sehingga dapat meningkatkan pelayanan
Kesehatan.
3. Perkembangan ilmu keperawatan
Menambah kekuasaan ilmu dan teknologi terapan bidang
keperawatan dalam manajemen nutrisi pada pasien DM.

Anda mungkin juga menyukai