Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DIABETES

MELETUS DENGAN PEMAMTAUAAN TINGKAT


KETIDAKPATUHAN DIET DI PANTI GRIYA ASIH
LAWANG KABUPATEN MALANG

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya


Keperawatan (A.Md.Kep) Di STIKes Kendedes Malang

DISUSUN OLEH :
SILVIANUS MICKY
AOA0190916

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
seseorang yang sudah masuk pada tahap akhir perkembangan manusia atau
yang disebut lanjut usia. Menjadi tua adalah proses alami tidak dapat
dihindari, akan terjadi terus menerus. Pernyataan tersebut didukung oleh
(Hamid, Ekasari.,et al.,2019) menurutnya proses penuaan ialah sesuatu proses
natural yang tidak bisa dihindari serta ialah proses natural yang dirasakan oleh
orang-orang yang mempunyai karunia usia panjang. Di usia lanjut banyak
masalah yang muncul karena faktor degeneratif. Seperti yang disampaikan
oleh Maryam, et al.(2018) bahwa di usia lanjut dapat menimbulkan penurunan
anatomi, fisiologi, dan ini pada tubuh sehingga dapat mempengaruhi fungsi
dan kegunaan tubuh secara totalitas.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) lanjut usia meliputi
kelompok paruh baya (midle age) adalah kelompok 45-59 tahun, lanjut umur
(elderly) ialah kelompok umur 60-74 tahun, lanjut umur tua (old) antara
kelompok umur 75-90 tahun dan umur sangat tua (very old) diatas umur 90
tahun (Naftali et al., 2017). Pada usia lanjut banyak masalah yang muncul, hal
tersebut karena adanya perubahan sistem tubuh (degeneratif) sehingga
menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Penyakit degeneratif disebut juga
dengan penyakit yang menyertai proses penuaan. Proses penuaan terjalin pada
segala organ badan meliputi organ luar dan terluas tubuh yaitu kulit dan organ
dalam seperti paru-paru, jantung, ginjal, indung telur, otak dan lain-lain
(Muhith & Siyoto, 2016). Ada sekitar 50 penyakit degeneratif yang ada saat
ini diantaranya adalah penyakit diabetes mellitus dan hipertensi.
Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolic yang
ditandai dengan hiperglikemia (ADA,2015). Hiperglikemia adalah suatu
kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa dalam darah melebihi
batas normal. Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas penyakit
diabetes mellitus (DM), meskipun juga mungkin didapatkan pada beberapa
keadaan yang lain (Soelistijo et al., 2015). Prevalensi diabetes didunia pada
tahun 2019 sebanyak 9% wanita dan 9,6% laki-laki. Angka diprediksi akan
meningkat hingga 578,4 juta di tahun 2030 dan 700,2 juta di tahun 2045,
diabetes meletus semakin meningkat pada negara berkembang dan negara
dengan pendapatan rendah World Health Organization (WHO, 2017).
Prevalensi diabetes meletus di dunia pada usia 55-64 dan 65-74 tahun
sebanyak 371 juta jiwa dan pada tahun 2030 diestimasikan akan
meningkat menjadi 552 juta jiwa. Sebanyak 80%-95% merupakan penderita
DM tipe 2 dan 80% penderita diabetes berada di negara miskin dan
berkembang. Asia Tenggara menduduki peringkat kedua dengan jumlah
prevalensi sebanyak 71,4 juta jiwa (IDF, 2012). Prevalensi diabetes meletus di
Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
2013 adalah sebesar 2,1% (Litbangkes, 2013).
Berdasarkan hasil rekapitulasi data penyakit tidak menular dinas
kesehatan Di Jawa Timur prevalensi Diabetes Mellitus mencapai 10,7%
(Riskesdes, 2013). Di kota Surabaya, berdasarkan profil kesehatan Surabaya
tahun 2014-2016 prevalensi Diabetes Mellitus mengalami peningkatan yaitu
dari 3,34%, menjadi 10,43% dan berdasarkan studi pendahuluan yang didapat
dari Puskesmas Pucang Sewu Surabaya prevalensi hipertensi pada tahun
2014-2016 mengalami peningkatan yaitu dari 261 pasien menjadi 657 pasien.
Sedangkan berdasarkan survey awal penelitian pada bulan September-
November 2017 di Wilayah Kerja Puskesmas Pucang Sewu Suarabaya dengan
presentase 42,8% berjumlah 48 panderita dari 112 penderita. DI Menurut
studi pendahuluan pada bulan September 2018 ke beberapa Panti Jompo Griya
Asih Lawang bahwa terdapat 28 orang penderita diabetes meletus.
Penatalaksanaan pada penderita DM bersifat terpadu meliputi
pengaturan makan, aktivitas fisik, edukasi, dan obat - obatan. Pengaturan
makan bagi penderita DM tipe 2 meliputi pengaturan terhadap jumlah,
jenis dan jadwal makan dalam sehari. Jumlah harus sesuai dengan kebutuhan,
jenis harus memenuhi persyaratan yaitu rendah karbohidrat sederhana,
kaya akan serat serta memiliki indeks glikemik rendah, jadwal dan
frekuensi makan diatur dengan baik yaitu setiap 3 jam sekali baik antara
waktu makan utama dan selingan dengan frekuensi 6 kali dalam sehari.
(Wiardiani,2015) Pada kenyataannya, penderita diabetes meletus yang sudah
menjalankan program diet ternyata belum mampu mengendalikan glukosa
darah dengan baik yang dapat dilihat dari kadar glukosa darah harian yang
tetap tinggi. Pengaturan makanan sering mengalami kegagalan karena
penderita tidak patuh dalam menjalankan aturan makan yang baik
(Wiardiani,2015). Menurut diagnosa keperawatan NANDA 2018-2020,
ketidakpatuhan adalah perilaku individu dan/ atau pemberi asuhan tidak
mengikuti rencana perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga
kesehatan, sehingga menyebabkan hasil perawatan/pengobatan tidak efektif
(Herdman, Kamitsuru, 2015). Sedangkan menurut SDKI PPNI 2019
ketidakpatuhan merupakan Perilaku individu dan/atau pemberi asuhan tidak
mengikuti rencana perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga
kesehatan,sehingga menyebabkan hasil perawatan/pengobatan tidak efektif.

Berdasarkan penelitiaan Nugroho (2016) Kepatuhan diet adalah faktor


penting dalam menjalankan diet sehingga kadar glukosa dalam darah dapat
terkontrol. Kepatuhan diet adalah kesesuaian perilaku yang dilakukan oleh
seseorang berdasarkan rekomendasi diet yang diberikan oleh tenaga
kesehatan, sehinga hal tersebut sangtlah berperan berperan penting untuk
menstabilkan kadar glukosa darah, dan dapat mengembangkan rutinitas
(kebiasaan) yang dapat membantu penderita dalam mengikuti jadwal diet.
Pasien yang tidak patuh dalam menjalankan terapi diet menyebabkan kadar
glukosa yang tidak terkendali (Isnaeni et al.,2018). Kepatuhan diet
menjadi komponen yang sangat penting bagi pengelolaan diabetes
melitus. Kepatuhan diet merupakan tingkat kesediaan pasien melaksanakan
diet mengikuti pengaturan pola makan yang dianjurkan oleh dokter dan
petugas kesehatan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan data diatas jumlah penderita penyakit diabetes mellitus


semakin meningkat maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai penyakit diabetes dengan mengambil judul Asuhan Keperawatan
Pada Lansia Dengan Masalah Pemantauan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus
DiPanti Griya Asih Lawang Kabupaten Malang.
1.2 Batasan Masalah
Masalah Pada Studi Kasus Ini Dibatasi Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Diabetes Meletus Dengan Pemantauaan Tingkat Kepatuhan Diet Di Panti
Griya Asih Lawang Kabupaten Malang
.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Lansia Diabetes Meletus Dengan
Pemantauaan Tingkat Kepatuhan Diet Di Panti Griya Asih Lawang Kabupaten
Malang?

1.4 Tujuan Penulisan


1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Lansia Diabetes Meletus Dengan
Pemantauaan Tingkat Kepatuhan Diet Di Panti Griya Asih Lawang
Kabupaten Malang.
1.4.2 Tujuan khusus

1.4.2.1 Mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan Pada Lansia


Diabetes Meletus Dengan Pemantauaan Tingkat Kepatuhan Diet Di Panti
Griya Asih Lawang Kabupaten Malang.
1.4.2.2 Mampu analisa data Asuhan Keperawatan Pada Lansia Diabetes Meletus
Dengan Pemantauaan Tingkat Kepatuhan Diet Di Panti Griya Asih
Lawang Kabupaten Malang.
1.4.2.3 Mampu melakukan Perencanaan keperawatan Asuhan Keperawatan Pada
Lansia Diabetes Meletus Dengan Pemantauaan Tingkat Kepatuhan Diet Di
Panti Griya Asih Lawang Kabupaten Malang.
1.4.2.4 Mampu melaksanakan implemetasi tindakan keperawatan Asuhan
Keperawatan Pada Lansia Diabetes Meletus Dengan Pemamtauaan
Tingkat Kepatuhan Diet Di Panti Griya Asih Lawang Kabupaten Malang.
1.4.2.5 Mampu mengevaluasi masalah keperawatan Asuhan Keperawatan Pada
Lansia Diabetes Meletus Dengan Pemantauaan Tingkat Kepatuhan Diet Di
Panti Griya Asih Lawang Kabupaten Malang.
1.4.2.6 Mampu Mendekomentasi Asuhan Keperawatan Pada Lansia Diabetes
Meletus Dengan Pemamtauaan Tingkat Kepatuhan Diet Di Panti Griya
Asih Lawang Kabupaten Malang.

1.5 Manfaat Penulisan


1.5.1 Manfaat Teoritis
Dalam hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman
kepada peneliti dan panti, tarkait dengan Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Diabetes Meletus Dengan Pemamtauaan Tingkat Kepatuhan Diet Di Panti
Griya Asih Lawang Kabupaten Malang.

1.5.2 Manfaat Praktis


1.5.2.1 Bagi Peneliti
Dapat mengerti cara dan menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Diabetes Meletus Dengan Pemamtauaan Tingkat Kepatuhan Diet Di Panti
Griya Asih Lawang Kabupaten Malang.

1.5.2.2 Bagi Pasien


Apakah Pasien dapat mengetahui pentingnya pemantauuan tingkat
kepatuhan diet DM.

1.5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan


Penulis berharap bahwal Laporan Tugas Akhir ini dapat memberi manfaat
dan menambah pengetahuaaan atau bahan bacaaan referensi bagi
mahasiswa/mahasiswi di perpustakaan STIKes Kendedes Malang.
terutama jurusan keperawatan program study DIII Keperawatan.

1.5.2.4 Bagi Yayasan


Memberikan masukan kepada yayasan terkait dalam memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Lansia Diabetes Meletus Dengan Pemantauaan Tingkat
Kepatuhan Diet Di Panti Griya Asih Lawang Kabupaten Malang.

Anda mungkin juga menyukai