Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL PENGATURAN DIET SEBAGAI BAGIAN PENTING DARI

MANAGEMENT DM

NAMA : A.DIAN MIRANDA YUSRAN.P

NIM : PO714201171055

KELAS : IV B

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

DIV KEPERAWATAN

2020
Artikel Tentang Pengaturan Diet Sebagai Bagian Penting dari Manajemen DM.

Saat ini Diabetes melitus (DM) menjadi salah satu prioritas penyakit tidak menular.
DM merupakan penyakit bersifat progresif yang terjadi akibat defek sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar glukosa dalam
darah atau disebut juga dengan hiperglikemia. DM dapat dikategorikan dalam berbagai
klasifikasi berdasarkan penyebab, perjalanan klinis penyakit serta pengobatannya
(Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2010). Secara umum DM diklasifikasikan menjadi DM
Tipe 1, DM Tipe 2, DM Gestasional dan DM Tipe Lain (Black & Hawks, 2014). Bila DM
tidak terkontrol akan menyebabkan kerusakan pada berbagai organ dan komplikasi antara
lain kebutaan, serangan jantung, penyakit stroke, gagal ginjal dan amputasi (Sami, et al,
2017).

Prevalensi overweight dan obesitas meningkat dengan cepat di berbagai belahan


dunia. Data statistik World Health Organization (WHO) menyatakan, lebih dari 1,9 milyar
orang dewasa usia lebih dari 18 tahun mengalami overweight dan 600 juta di antaranya
mengalami obesitas pada tahun2014. Obesitas tidak hanya terjadi di negara maju, namun
juga terjadi di negara berkembang dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Berdasarkan data Riskesdas 2013 penduduk berusia lebih dari 18 tahun yang mengalami
overweight sebesar 13,5 % dan 15,4% mengalami obesitas. Sementara itu prevalensi
obesitas perempuan dewasa naik 15,5% di tahun 2010 menjadi 32,9% di tahun 2013.
(Ranitadewi,I.N, Syauqi,A., & Wijayanti, H.S 2018)

The International Diabetes Federation (IDF) Atlas (2015) menyatakan pada tahun 2015
terdapat sekitar 415 juta orang dewasa mengalami DM dan diperkirakan pada tahun 2040
akan mengalami peningkatan menjadi 642 juta. Hampir 80 % DM terjadi di negara dengan
berpenghasilan rendah dan menengah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
populasi DM tertinggi di dunia. Berdasarkan pemeriksaan kadar gula darah pada penduduk
usia lebih dari 15 tahun dengan menggunakan kriteria ADA dan konsensus Perkeni 2015
didapatkan prevalensi DM 10,9% (Riskesdas, 2018).

Menurut Black & Hawks, 2014 sebagai penatalaksanaan DM tenaga kesehatan dapat
memberikan pendidikan kesehatan yang berkesinambungan. Salah satu komponen
penatalaksanaan dan perawatan yang esensial adalah dengan pengaturan diet. Hal ini
bertujuan untuk membantu penderita meningkatkan pengendalian metabolisme serta
mengubah perilaku makan mereka (Afrina, A. 2019)

American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan pengaturan diet sebagai


salah satu kunci bagi penderita DM untuk mencegah perkembangan penyakit. Konsumsi
daging merah, permen dan makanan gorengan yang tinggi berkontribusi pada peningkatan
risiko resistensi insulin. Penelitian di Jepang mengungkapkan bahwa peningkatan asupan
beras putih dikaitkan juga dengan peningkatan risiko DM (Sami, et al, 2017) .Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Valley (dalam Sami, et al, 2017) menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara konsumsi lemak dengan gangguan toleransi glukosa

Penelitian Savoca dan Miller (dalam Sami et al, 2017) menyatakan bahwa pemilihan
makanan dan perilaku diet penderita DM dipengaruhi oleh pengetahuan yang kuat tentang
rekomendasi diet diabetes. Hasil penelitian tersebut terdapat hubungan yang positif antara
pengetahuan tentang diet diabetes dan jumlah kebutuhan kalori (r = 0,27, p < 0,05).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengetahuan tentang diet diabetes penting dan
diperlukan untuk mencapai perilaku diet yang lebih baik. Berdasarkan data Riskesdas
(2018) di Riau pengendalian diabetes dengan cara mengatur makanan baru mencapai 77%
dengan persentase tertinggi tingkat pendidikan penderita adalah perguruan tinggi 88,1%.

Perawatan diabetes bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penderita dalam


mengontrol kadar glikemik dengan menyeimbangkan asupan makanan terhadap kadar insulin
endogen dan atau eksogen. Pada penderita DM Tipe 1, dosis insulin harus disesuaikan agar
seimbang dengan asupan makanan yang bergizi dan aktivitas fisik. Individu dengan DM Tipe
2 perlu memperhatikan porsi makanan, manajemen berat badan yang dikombinasikan dengan
aktivitas fisik sehingga dapat membantu meningkatkan kontrol glikemik(Paswan, et al,
2016).

Manajemen gizi bagi penderita DM dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki


atau mempertahankan beberapa hal, antara lain kualitas hidup penderita dan keluarga
melalui teknik manajemen yang mencakup seluruh unit keluarga dalam pengambilan
keputusan. Selain itu, program manajemen gizi juga bermanfaat bagi kesehatan penderita
DM untuk dapat mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid sedekat mungkin dengan
nilai normal, mencegah komplikasi serta mempertahankan kebutuhan mikro dan makro
nutriennya sama dengan orang sehat (Paswan, et al, 2016).

Menurut Shrivastava, Shrivastava & Ramasamy, 2013 Beberapa perilaku self care
yang sangat penting pada penderita DM antara lain mengatur diet yang sehat, melakukan
aktivitas fisik, kontrol gula darah, mematuhi program pengobatan, koping yang efektif,
perilaku pencegahan risiko serta kemampuan memecahkan masalah yang baik (Afrina, A.
2019)

Pemberian edukasi sangat efektif memperbaiki hasil klinis dan kualitas hidup
penderita DM (Funnel et al, 2012). Nutrisi, terapi dan pengobatan merupakan bagian tak
terpisahkan dalam perawatan dan manajemen diri penderita diabetes. Status gizi buruk pada
penderita menurunkan kemampuan kontrol glikemik. Terapi nutrisi yang diimbangi dengan
manajemen diri diabetes lainnya dapat mengurangi glikemik hemoglobin 1,0 – 2,0 %. Hal
ini akan membantu penderita DM meningkatkan hasil klinis dan metabolismenya.
Konsistensi dalam pengaturan jarak dan asupan karbohidrat dalam makanan juga dapat
membantu penderita mengontrol kadar gula darah dan berat badan (Sievenpiper, et al,
2018)

Menurut Sievenpiper, et al (2018) intervensi perilaku sehat yang intensif pada orang
dengan diabetes dapat menghasilkan perbaikan dalam manajemen berat badan, kebugaran,
kontrol glikemik, dan faktor risiko kardiovaskular. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku pengelolaan diet penderita DM antara lain usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan dan lama menderita penyakit

Individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi biasanya mempunyai banyak


informasi dan pengetahuan tentang kesehatan sehingga mereka cenderung memiliki
kesadaran dalam menjaga kesehatannya. Hal ini juga berpengaruh pada mereka yang telah
menderita suatu penyakit yang cukup lama. Penderita DM yang telah terdiagnosis lebih awal
biasanya lebih mengetahui faktor-faktor apa saja yang akan berpengaruh terhadap
perkembangan penyakitnya (Fauzia, Nugroho & Margawati, 2018).
Riskesdas (2018) menyatakan proporsi jenis pengendalian DM dengan cara
pengaturan makanan pada kelompok usia 45-54 tahun adalah 81,7%, jenis kelamin
perempuan 81,5% dan tingkat pendidikan SMA 82,2%

Hal ini di dukung Pada penelitian Karaoui, et al (2018) pada 207 penderita DM di
Lebanon yang dianalisis dengan linier berganda. Hasil penelitian menyatakan pengetahuan
(Beta=0,448, p=0,001) dan praktik manajemen diri (Beta 0,523, p=0,047) diabetes lebih
tinggi pada penderita DM dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi dibandingkan tingkat
pendidikan menengah. Penelitian tersebut juga menyatakan terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dan praktik manajemen diri (Beta=0,844, p=< 0,001). Namun
tidak terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan jenis kelamin dan usia terhadap
praktik manajemen diri penderita DM

Dalam penatalaksanaan diet Diabetes mellitus,perencanaan makanan merupakan pilar


yang sangat penting .Perencanaan makanan perlu pada semua jenis pasien Diabetes Mellitus
baik yang terkendali hanya dengan terapi diit maupun bagi yang menggunakan obat atau
insulin.

Tujuan diet diabetes mellitus

1. Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal


2. Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati normal
3. Mencapai berat badan normal
4. Mencegah komplikasi kronik
5. Meningkatkan kualitas hidup sehingga dapat melakukan pekerjaan sehari-hari seperti
biasa.

Prinsip diet diabetes mellitus

Untuk menyukseskan diet pada pasien DM diperlukan suatu prilaku disiplin diri dengan
prinsip 3 J :

1. Tepat jadwal
Jadwal makan harus diikuti interval 3 jam ( 3x makanan utama dan 3x snack)

06.30 → 20 % ( makan pagi )

09.30 → 10 % ( makanan selingan )

12.30 → 30 % ( makan siang )

15.30 → 10% ( makanan selingan )

21.30 20% ( makan malam )


21.30 10% ( makanan selingan )

2. Tepat jenis
Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan yang harus dibatasi :
a. Bahan makanan yang dianjurkan
1)  Sumber karbohidrat kompleks tinggi serat dan rendah indeks glikemik, seperti
nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi, dan sagu.
2) Sumber protei rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe,
tahu, putih telur dan kacang-kacangan.
3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah
dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dikukus, dipanggang, disetup,
direbus, dan dibakar. Minyak yang tinggi  MUFA seperti minyak zaitun dan
sawit.

b. Bahan makanan yang tidak dianjurkan (dibatasi/dihindari)


1) Mengandung banyak gula sederhana, seperti :
a) Gula pasir, gula jawa
b) Sirop, jam, jelli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula,
susu kental manis, minuman botol ringan, dan es krim.
c)  Kue-kue manis, dodol, cake, tar.
2)  Mengandung banyak lemak, seperti cake, fast food, goreng-
gorengan.
3) Mengandung banyak natrium, seperti: ikan asin, telur asin,
makanan yang diawetkan.
4) Sumber karbohidrat yang tinggi indeks
glikemik(cair/lembek/sangat terolah seperti tepung dan gula),
rendah serat.
5) Sumber lemak rendah PUFA, rendah MUFA, tinggi SAFA.

3. Tepat jumlah
Jumlah makanan harus diseimbangkan dan disesuaikan dengan jumlah kalori yang
dibutuhkan pasien setiap harinya. Kebutuhan ini disesuaikan secara perseorangan
berdasarkan berat pasien DM, jenis kelamin, umur, cara hidup, dan aktivitas sehari-
hari (pekerjaan fisik atau karyawan Kantor). Kebutuhan kalori berdasarkan usia
misalnya usia 20-35 laki-laki membutuhkan 2300 dan wanita 1800, semakin ke atas
maka kebutuhannya semakin berkurang pada aktifitas normal.

Sehingga kontrol diet sangat penting dalam pengobatan pasien diabetes. Sebuah
program pengaturan latihan dan perhatian terhadap kebersihan pribadi yang penting bagi
keseluruhan program. Pasien diabetes membutuhkan makanan yang direncanakan tergantung
pada jenis diabetes, kebutuhan individu, berat badan, usia, jenis kelamin, penyakit lainnya,
dan bagaimana aktif secara fisik orang tersebut.

Kebutuhan nutrisi: kontrol diet merupakan bagian integral dari manajemen untuk
diabetes. Diet harus selalu memberikan gizi penting yang baik dan penyesuaian harus dibuat
dari waktu ke waktu untuk perubahan kebutuhan metabolik Misalnya selama aktivitas
pertumbuhan, kehamilan, menyusui atau dimodifikasi.

Protein: Sejak pasien diabetes secara umum berada dalam keseimbangan nitrogen
negatif, mereka harus menerima sekitar dua kali dari protein seperti halnya orang normal.
Protein harus bernilai biologi yang tinggi dan menyediakan sekitar 20 – 25% dari kalori
dalam makanan. Diet tinggi protein baik untuk penderita diabetes karena:

1. Ini memasok asam amino esensial yang dibutuhkan untuk perbaikan jaringan.

2. Protein tidak meningkatkan gula darah selama penyerapan, seperti halnya karbohidrat.

3. Ini tidak menyediakan banyak kalori sebagai lemak.


Karbohidrat: Asupan harian karbohidrat harus menyediakan sekitar 40% dari kalori
untuk mencegah ketosis. Beberapa studi menunjukkan bahwa asupan karbohidrat
meningkatkan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah, toleransi glukosa, atau kebutuhan
insulin asalkan total kalori tidak meningkat.

Lemak: Setelah tingkat protein dan karbohidrat telah dibentuk penyisihan lemak
membentuk kalori yang tersisa untuk diet. paling 30 – 35% dari kalori sebagai lemak yang
memuaskan. Makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol harus dibatasi.

Serat Makanan : Serat makanan yang kaya serat dapat mengurangi tingkat penyerapan
glukosa, meningkatkan penurunan gula darah, penurunan ekskresi glukosa urin, pengosongan
lambung lebih lambat dan menunda waktu transit di usus. Serat juga berkontribusi terhadap
rasa kenyang dan asupan makanan akibat dari penurunan berat badan

Penderita diabetes harus didorong untuk memilih pola diet yang selaras dengan nilai,
preferensi, dan tujuan perawatan yang memungkinkan mereka mencapai kepatuhan terbesar
dalam jangka panjang. Penderita DM yang mendapatkan edukasi yang benar dan
berkesinambungan dapat mambatu mereka untuk mengelola perawatan diri akibat
penyakitnya . Melalui pemberian program edukasi diharapkan penderita DM mampu
mencegah komplikasi yang dapat muncul. Selain itu berpartisipasi dalam program
pendidikan kesehatan dapat meningkatkan keterampilan penderita mengelola diabetes secara
lebih efektif dengan memeriksa gula darah secara teratur, diet sehat, melakukan aktivitas
fisik, minum obat sesuai resep dokter, serta menangani stres akibat diabetes (CDC, 2018).

Anda mungkin juga menyukai