Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN MEDIA LEAFLET

TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN DALAM TEKNIK


PEMBERIAN INSULIN DI POLIKLINIK PENYAKIT
DALAM RSUD H ABDUL MANAP KOTA JAMBI

PROPOSAL

DISUSUN OLEH :
Ade Irmawati
NPM. 202122028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI
TAHUN 2022
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang serius di
seluruh dunia dan prevalensinya cenderung meningkat dengan cepat,
diperkirakan dari 2.8% tahun 2000 akan menjadi 4.4% di tahun 2030. Jumlah
penderita DM di dunia pada tahun 2000 berjumlah 171 juta jiwa, diperkirakan
akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030 (Wild, 2014). Menurut
World Health Organization (WHO) pada tahun 2030 Indonesia diperkirakan
akan berjumlah 21.3 juta orang dan menempati urutan keempat dalam jumlah
penderita diabetes terbanyak setelah Amerika, Cina dan India (PERKENI,
2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh International Diabetes Federation
(IDF) (2015), Indonesia menempati peringkat ke-7 sebagai negara dengan
jumlah penderita diabetes melitus terbesar di dunia dengan usia 20-79 tahun
setelah China, India, Amerika Serikat, Brasil, Rusia, dan Meksiko. Penelitian
tersebut menunjukkan jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia pada
tahun 2013 sebesar 8.5 juta orang dan diperkirakan naik menjadi 14,1 juta
orang di tahun 2035.
Terdapat 347 juta jiwa di dunia menderita diabetes melitus, pada
tahun 2012 diperkirakan 1,5 juta jiwa meninggal dunia disebabkan oleh
diabetes melitus dan kurang lebih 80% dari kematian tersebut terjadi pada
negara yang berpenghasilan menengah ke bawah atau negara yang
berkembang (WHO, 2014). Laporan dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan (RISKESDAS) tahun
2018) menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi pada pasien diabetes
melitus di daerah urban Indonesia untuk semua umur sebesar 1,5%.
Prevalensi terkecil terdapat di NTT 1%, dan terbesar di propinsi DKI,
3

Kalimantan Timur, dan DIY yang mencapai 2%, sedangkan di propinsi Jambi
sampai 1,2% .
Provinsi Jambi salah satu provinsi yang ada di Indonesia dengan data
diabetes mellitus yang terus meningkat. Data di wilayah Provinsi Jambi yaitu
kabupaten kerinci sebanyak 824, kabupaten merangin sebanyak 6.367,
kabupaten sarolangun sebanyak 3.483, kabupaten batanghari sebanyak 2.051,
kabupaten Muara Jambi sebanyak 2.770, kabupaten tanjab Timur sebanyak
2,341, kabupaten Tanjab Barat sebanyak 2.051, kabupaten Tebo sebanyak
965, kabupaten Bungo sebanyak 4.774, kabupaten Kota Jambi sebanyak
5.969 dan kabupaten Sungai Penuh sebanyak 1.444 (Profil Kesehatan Daerah
Jambi, 2021).
Tabel 1.1 Jumlah Data Tiga Tahun dengan penyakit Diabetes Militus
di Poliklinik Penyakit Dalam Rsud H Abdul Manap Kota Jambi
No Bulan 2019 2020 2021
1 Januari
2 Februari
3 Maret
4 April
5 Mei
6 Juni
7 Juli
8 Agustus
9 September
10 Oktober
11 November
12 Desember
Jumlah
Sumber: Poliklinik Penyakit Dalam Rsud H Abdul Manap
Diabetes Melitus merupakan sekelompok gangguan metabolik atau
heterogen yang menyebabkan gangguan sekresi dan aksi insulin sehingga
berdampak pada kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Waspadji, 2019). Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu
dalam darah, glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi.
Sedangkan insulin adalah suatu hormon yang di produksi pankreas yang
berfungsi untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur
4

produksi dan penyimpanannya. Pada diabetes kemampuan tubuh untuk


bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan
sama sekali produksi insulin, sehingga menimbulkan hiperglikemia
(Smeltzer, 2014)
Terapi farmakologi pada pasien Diabetes Melitus terdiri dari obat
antidiabetes oral dan terapi insulin. Obat antidiabetes oral diberikan pada
pasien diabetes tipe II yang tidak dapat diatasi hanya dengan diet dan latihan.
Sedangkan terapi insulin diberikan pada pasien diabetes tipe I dan tipe II.
Pasien Diabetes Melitus tipe I tidak dapat menghasilkan insulin karena tubuh
telah kehilangan kemampuan untuk menghasilkan insulin, sehingga pasien
harus mendapatkan insulin eksogenous setiap hari dan dalam jumlah tak
terbatas. Pada pasien Diabetes Melitus tipe II, pasien mungkin dapat
mengontrol gula darah dengan obat oral, terapi nutrisi dan latihan. Tetapi jika
obat oral tidak efektif lagi dalam mengontrol gula darah, maka pemberian
insulin dibutuhkan pada pasien Diabetes Melitus tipe II untuk mengontrol
gula darah Insulin dapat diberikan dalam jangka panjang (Bilous. (2014).
Smeltrzer (2014) menjelaskan bahwa tindakan melibatkan pasien
Diabetes Melitus dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
pemberian insulin merupakan tindakan yang sangat penting. Pasien harus
membandingkan manfaat dari berbagai cara pemberian insulin dengan
biayanya (seperti waktu yang dibutuhkan dan jumlah suntikan). Perawat
berperan penting dalam mendidik pasien mengenai pendekatan dalam terapi
insulin. seperti menjelaskan alternatif pendekatan dalam terapi insulin dan
cara pemberian insulin sehingga pasien mampu untuk melakukan injeksi
insulin secara mandiri.
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali perhari atau bahkan
lebih sering lagi untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah
makan dan pada malam hari (Smeltzer, 2014). frekuensi injeksi insulin
terbanyak pada partisipan penelitiannya adalah empat kali sehari dengan
presentasi 33,7%. Dikarenakan frekuensi injeksi insulin yang sering ini, tidak
memungkinkan bagi pasien untuk bolak-balik ke institusi kesehatan terdekat
5

untuk mendapatkan injesi insulin, oleh karena itu pasien yang membutuhkan
injeksi insulin harus memiliki pengetahuan dan keterampilan injeksi insulin
yang benar agar dapat melakukan injeksi insulin mandiri di rumah
(Darmono., 2017).
Pengetahuan tentang injeksi insulin mandiri sangat dibutuhkan oleh
pasien untuk mengambil tindakan dalam mengontrol kadar gula darah.
Pengetahuan ini dapat berguna untuk menanggulangi hambatan dalam injeksi
insulin mandiri dan mengontrol kadar gula darah dengan baik, yang mana hal
ini dapat mengurangi biaya dalam penanggulangan Diabetes Melitus serta
menurukan angka kematian akibat komplikasi Diabetes Melitus. Oleh karena
itu, pasien Diabetes Melitus harus memiliki pengetahuan tentang injeksi
insulin mandiri berhubungan dengan komplikasi penyakit yang dapat terjadi
serta harus memiliki kompetensi dan perilaku yang benar dalam injeksi
insulin mandiri (Notoatmodjo, 2014).
Hasil menurut penelitian Trisna (2021) Pendidikan Kesehatan
Menggunakan Booklet Terhadap Pengetahuan Dan Tindakan Pemberian
Insulin di RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai didapatkan tingkat pengetahuan
sebelumnya Cukup 25 orang (83.3 %) meningkat setelah pendidikan
kesehatan menjadi Baik 23 orang (76.7). sedangkan hasil penelitian wiwi
(2022) Efektifitas Health Education Tentang Cara Penyuntikan Insulin
Terhadap Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Masohi Kabupaten Maluku Tengah didapatkan Dari hasil uji normalitas
diperoleh nilai rata-rata pretest sebesar 5,25 dan posttest sebesar 7,80, ini
menunjukkan terjadi kenaikan sebesar 2,55.
Dikarenakan adanya dampak yang diakibatkan oleh kurangnya
pengetahuan dan keterampilan pasien dalam injeksi insulin mandiri, maka
perlu peningkatan pengetahuan dan keterampilan injeksi insulin mandiri pada
pasien Diabetes Melitus, salah satunya melalui pendidikan kesehatan. Dalam
Smeltzer (2014) dijelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus diajarkan
kepada pasien Diabetes Melitus yang melakukan injeksi insulin mandiri.
Seperti tempat menyimpan insulin, memilih lokasi injeksi, merotasi lokasi
6

injeksi, persiapan kulit sebelum injeksi insulin, serta efek samping dari
injeksi insulin dan cara mencegahnya (seperti gejala hipoglikemia, cara
mencegah dan cara menanggulanginya).
Menurut Notoadmojo (2014) Pendidikan kesehatan adalah proses
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah
mengajarkan orang untuk hidup dalam kondisi terbaik, yaitu berusaha keras
untuk mencapai tingkat kesehatan yang maksimum. Teknik dan metoda
pengajaran yang dipilih juga akan mendukung proses pembelajaran jika
teknik dan metoda tersebut sesuai dengan kebutuhan individual. Beberapa
teknik yang ada termasuk ceramah, pengajaran kelompok dan peragaan yang
semuanya dapat ditingkatkan dengan materi pengajaran yang dipersiapkan
secara khusus (Smeltzer., 2014).
Pendidikan terstruktur adalah suatu rancangan pendidikan keehatan
yang memiliki kurikulum atau program tertentu. Program yang diberikan
harus berdasarkan landasan teori, dinamis, dan sesuai dengan kebutuhan
individu. Program tersebut harus memiliki tujuan yang spesifik dan learning
objectives yang diinformasikan kepada pasien (Diabetes UK, 2015). Metode
yang digunakan dalam pendidikan terstruktur ini terdiri dari pengajaran satu
persatu, one by one teaching, demonstrasi dan demonstrasi ulang, serta
menggunakan media audiovisual berupa video dan lembar balik
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 6
Oktober 2022 Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsud H Abdul Manap Kota
Jambi didapatkan data bahwa jumlah pasien yang mendapatkan terapi insulin
selama sebulan terakhir adalah 10 orang. Setelah dilakukan wawancara
terpimpin pada 3 orang pasien yang melakukan injeksi insulin mandiri
didapatkan data bahwa dari partisipan dapat menyebutkan pengertian
Diabetes Melitus. Hanya 4 mengetahui indikasi pemberian terapi insulin.
sebanyak 3 % partisipan mengetahui 2 lokasi penyuntikan insulin (abdomen
dan lengan).
7

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan cara wawancara yang


dilakukan peneliti kepada . maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Edukasi Menggunakan Media Leaflet Terhadap
Kemampuan Pasien Dalam Teknik Pemberian Insulin Di Poliklinik Penyakit
Dalam Rsud H Abdul Manap Kota Jambi ”.

1.2. Rumusan Masalah


“Bagaimana Pengaruh Edukasi Menggunakan Media Leaflet
Terhadap Kemampuan Pasien Dalam Teknik Pemberian Insulin Di Poliklinik
Penyakit Dalam Rsud H Abdul Manap Kota Jambi?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Edukasi Menggunakan Media Leaflet Terhadap Kemampuan Pasien
Dalam Teknik Pemberian Insulin Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsud
H Abdul Manap Kota Jambi
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Media Leaflet sebelum pendidikan kesehatan
tentang Kemampuan Pasien Dalam Teknik Pemberian Insulin Di
Poliklinik Penyakit Dalam Rsud H Abdul Manap Kota Jambi
b. Untuk mengetahui Media Leaflet sesudah pendidikan kesehatan
tentang Kemampuan Pasien Dalam Teknik Pemberian Insulin Di
Poliklinik Penyakit Dalam Rsud H Abdul Manap Kota Jambi
c. Untuk mengetahui ada Pengaruh Edukasi Menggunakan Media
Leaflet Terhadap Kemampuan Pasien Dalam Teknik Pemberian
Insulin Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsud H Abdul Manap Kota
Jambi

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Rumah sakit
8

Memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan


rumah sakit dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
professional bagi pasien Dalam Teknik Pemberian Insulin
1.4.2. Bagi Perawat
Bermanfaat bagi perawat tentang pentingnya melibatkan dan
memotivasi pasien Kemampuan Dalam Teknik Pemberian Insulin
1.4.3. Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai bahan acuan dan refrensi bagi peneliti selanjutnya
yang mengkaji tentang Edukasi Menggunakan Media Leaflet
Terhadap Kemampuan Pasien Dalam Teknik Pemberian Insulin

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan untuk
mengetahui Pengaruh Edukasi Menggunakan Media Leaflet Terhadap
Kemampuan Pasien Dalam Teknik Pemberian Insulin Di Poliklinik Penyakit
Dalam Rsud H Abdul Manap Kota Jambi. Desain penelitian quasi
eksperiment one group pre test post test. Penelitian ini rencanakan dilakukan
bulan desember 2022 jumlah populasi ,... dan sampel ... responden. Tehnik
pengambilan sampel Purposive Sampling. Uji statistik yang digunakan jika
data berdistribusi normal adalah dengan uji Paired Sample T Test. Namun
jika data tidak normal, maka peneliti menggunakan uji wilcoxon. Tingkat
kemaknaan dalam penelitian adalah 95% (α = 0,05 atau 5%). Dikatakan ada
pengaruh jika p_value ≤ 0,05 dan tidak ada pengaruh jika p_value > 0,05.
DAFTAR PUSTAKA

Bilous. (2014). Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Diabetes. Jakarta: Dian
Rakyat
Darmono. (2017). Naskah Lengkap : Diabetes Mellitus Ditinjau dari Berbagai
Aspek Penyakit Dalam. Semarang : CV. Agung Semarang.
Diabetes UK ( 2015). Diabetes in the UK: Key Statistics on Diabetes.
Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI.
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Perkeni (2015), Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
Di Indonesia.
Profil Kesehatan Daerah Jambi, (2021). Profil Kesehatan Provinsi Jambi.
https://dinkes.jambiprov.go.id/file/informasi_publik/MTYxNTE2
NDQyOA_Wkt1615164428_XtLnBkZg.pdf
Smeltzer SC (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC.
Waspadji S., (2019). Buku Ajar Penyakit Dalam: Kaki Diabetes, Jilid III, Edisi 4,
Jakarta: FK UI pp. 1961-62
WHO. (2014). Health for the World’s Adolescents: A Second Chance in the
Second Decade. Geneva, World Health Organization Departemen
of Noncommunicable disease surveillance

Anda mungkin juga menyukai