Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Status gizi merupakan ukuran keberhasilan untuk memenuhi nutrisi
kebutuhan pada anak yang ditunjukkan melalui capaian berat badan terhadap
umur. Status gizi pada balita sangat signifikan sebagai titik tolak kapasitas
fisik saat usia dewasa. Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap status
gizi balita bisa dikaji untuk kemudian dirumuskan menjadi rekomendasi yang
dapat dijadikan sebagai the best guidelines (Pedoman Terbaik) untuk
masyarakat (Sulistyawati, 2019).
World Health Organitation (WHO) pada tahun 2018 lebih dari
setengah kematian balita disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dan
diobati melalui intervensi sederhana dan terjangkau. Anak-anak yang
kekurangan gizi, terutama mereka yang kekurangan gizi akut, memiliki risiko
kematian yang lebih tinggi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi
berkontribusi pada sekitar 45% kematian pada anak di bawah usia 5 tahun
(WHO, 2018).
Perkembangan masalah gizi di Indonesia menjadi persoalan yang
harus di tangani dengan serius. Berdasarkan data di Indonesia belum terjadi
penurunan masalah status gizi pada bayi, menurut data Profil Kesehatan
Indonesia (2018) persentase bayi usia 0-59 bulan berdasarkan status gizi
dengan indeks BB/U di Indonesia gizi buruk 3,90%, gizi kurang 13,80%, gizi
baik 79,20%, gizi lebih 3,10% ( Profil Kesehatan Indonesia, 2018).
Status gizi berdasarkan (BB/U) pada balita yang di dapatkan di
Kabupaten Lima Puluh Kota, gizi buruk 2,12%, gizi kurang 16,22%, dan gizi
baik 81,67%. Menurut prevelensi status gizi (TB/U) sangat pendek 10,78%,
pendek 29,35%, dan normal 59,87% ( Riskesdas, 2018).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Merangin (2018) Dikabuptaen
Merangin pada tahun 2018 dengan jumlah sasaran sebanyak 18,763 dengan

1
2

jumlah laki-laki sebanyak 93,30% dan jumlah perempuan sebnayak 94,33%.


Kabupaten Merangin merupakan salah satu kabupaten dengan angka kejadian
gizi buruk tertinggi di Provinsi Jambi berdasarkan data tahun 2016 dan 2017,
dan pada tahun 2018, dimana pada tahun 2016 terdapat 7 kasus kejadian gizi
buruk dengan jumlah 3 laki-laki, dan 4 perempuan, meskipun pada tahun
2017 terjadi penurunan yang hanya sebanyak 5 kasus gizi buruk dengan
jumlah 1 laki-laki dan 4 perempuan, dan pada tahubn 2018 kasusu gizi buruk
mencapai kenaikan sebanyak 15 kasus, dengan jumlah 5 laki-laki dan 10
perempuan 5 . Kondisi tersebut dapat digambarkan pada grafik berikut:
Gambar 1.1. Grafik dibawah peningkatan Perkembangan Kasus Gizi
Buruk Kab. Merangin 2016-2018.

Tabel 1.2 Jumlah Data Tiga Tahun Balita di puskesmas Pemenang


No Bulan 2019 2020 2021
1 Januari 1312 1430 1199
2 Februari 1393 1450 1154
3 Maret 1460 1432 1300
4 April 1488 1260 1276
5 Mei 1486 1344 1204
6 Juni 1492 1446 1246
7 Juli 1495 1478 1272
8 Agustus 1514 1449 1305
9 September 1517 1436 1298
10 Oktober 1515 1438 1286
11 November 1516 1438 1305
12 Desember 1523 1423 1323
Jumlah 17711 17024 15168
Sumber: Puskesmas Pamenang Tahun 2021
3

Berdasarkan tabel 1.1 persentase Jumlah balita di puskesmas


Pemenang tahun 2021 terlihat persentase terdapat balita sebanyak 15168
balita.
Masalah gizi harus diperhatikan pada usia bayi dan balita, karena usia
tersebut merupakan masa tumbuh kembang yang optimal (golden period)
terutama untuk pertumbuhan sehingga bila terjadi gangguan pada masa ini
tidak dapat dipenuhi, pada masa yang berikutnya akan berpengaruh negatif
pada kualitas generasi penerus (Supariasa, 2017). Masalah gizi pada balita
dapat berdampak pada terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak
serta secara tidak langsung dapat menyebabkan balita memiliki zat gizi yang
tidak sempurna serta berkepanjangan yang berkaitan dengan kesehatan anak,
pertumbuhan anak, penyakit infeksi dan kecerdasan anak (Djauhari, 2017).
Masalah gizi pada balita dapat berdampak serius pada jangka pendek
dan jangka panjang Balita yang menderita gizi buruk dan kurang akan
berdampak pada frekuensi penyakit karena pada negara berkembang,
kekurangan gizi merupakan salah satu faktor penyebab kematian anak. Pada
jangka panjang akan berdampak pada gangguan gizi yang bersifat kronis atau
balita dapat menjadi lebih pendek (stunting) dari anak seusianya yang dimana
hal ini dapat berdampak pada menurunnya kecerdasan atau kemampuan
kognitif anak, meningkatkan mordibitas serta resiko terhadap penyakit tidak
menular (PTM) di masa mendatang (Sulistyawati, 2019).
Salah satu faktor penyebab tingginya masalah gizi balita di Indonesia
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang gizi (Puspasari & Andriani,
2017). Pengetahuan gizi ibu yang kurang akan mempengaruhi status gizi
balita dan akan susah memilih makanan yang bergizi untuk anaknya.
Pengetahuan gizi ibu yang kurang dapat menjadi salah satu penentu status
gizi balita dikarenakan sikap atau perilaku ibu dalam memilih makanan yang
akan dikonsumsi oleh balita serta pola makan balita yang meliputi jumlah,
jenis dan frekuensi yang akan mempengaruhi asupan makan pada balita
(Sholikah, 2017).
4

Kurangnya pengetahuan ibu terkait gizi balita akan berdampak pada


pemenuhan nutrisi pada balita karena pengetahuan merupakan unsur yang
sangat penting dari pembentukan perilaku seseorang, termasuk perilaku
pemenuhan gizi. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa jika
seorang ibu memiliki pengetahuan gizi yang kurang, maka asupan makanan
yang akan diberikan kepada balita juga kurang tepat dan dapat
mempengaruhi status balita tersebut (Notoatmodjo, 2016)
Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi sangat penting dalam
meningkatkan derajat status gizi keluarga, terutama status gizi anak,
dikarenakan peran ibu sangat berpengaruh. Sosok ibu berperan dalam
pengelolaan rumah tangga serta berperan dalam menentukan jenis makanan
yang akan dikonsumsi keluarganya. Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi
balita sangat mempengaruhi keadaan gizi balita tersebut karena ibu yaitu
seorang yang paling besar keterikatannya terhadap anak. Kebersamaan ibu
dengan anak lebih besar dan sering dibandingkan dengan anggota keluarga
yang lain sehingga lebih mengerti segala kebutuhan yang dibutuhkan anak.
Pengetahuan yang dimiliki ibu menjadi kunci utama kebutuhan gizi balita
terpenuhi (Mubarak, 2012)
Hasil penelitian menurut Kurnia (2022) Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Pada Balita Di Kenagarian Tanjung
Bungo Kecamatan Suliki Kabupaten Lima Puluh Kota didapatkan hasil
Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi Balita tertinggi yaitu 35
responden (55.5%). Menurut hasil penelitian sara (2022) Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita di Puskesmas Padang Bulan Selayang II
Medan didapatkan hasil pengetahuan baik tentang definisi dan prinsip gizi
balita sebanyak 52 orang (55,3%) sedangkan yang memiliki pengetahuan
kurang sebanyak 17 orang (18,1%).
Pada studi pendahuluan pada tanggal 1 September 2022 di Puskesmas
Pamenang, hasil wawancara pada ibu balita dari 10 orang menunjukan 3
orang tahu dan bisa menjelaskan gizi seimbang merupakan makanan yang
beragam dan memenuhi 6 zat gizi, 4 orang hanya tahu pengertian gizi
5

seimbang dan 3 tidak tahu sama sekali tentang gizi seimbang. Berdasarkan
latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi seimbang pada balita di
Puskesmas Pamenang
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan cara wawancara maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Pemenuhan Gizi Pada Anak Balita Di Puskesmas
Pamenang ”.

1.2. Rumusan Masalah


“Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemenuhan
Gizi Pada Anak Balita Di Puskesmas Pamenang?”

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuinya
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemenuhan Gizi Pada
Anak Balita Di Puskesmas Pamenang
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahuinya Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Pemenuhan Gizi Pada Anak Balita Di Puskesmas
Pamenang

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Puskesmas
Memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan
Puskesmas dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
professional bagi Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Pada Anak Balita
dan Bermanfaat bagi perawat tentang pentingnya melibatkan dan
memotivasi Pengetahuan Ibu Tentang Pemenuhan Gizi Pada Anak
Balita
6

1.4.2. Bagi Stikes Baiturrahim


Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu
tentang Pengetahuan Ibu Tentang Pemenuhan Gizi Pada Anak Balita
1.4.3. Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai bahan acuan dan refrensi bagi peneliti selanjutnya
yang mengkaji tentang Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Pada Anak
Balita

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain dekskriptif untuk mengetahui
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemenuhan Gizi Pada Anak
Balita Di Puskesmas Pamenang”. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah
15168 . Tehnik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling
dengan sampel yaitu berjumlah 99 responden. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan desember 2022. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengisian kuesioner dan metode analisis data univariat

Anda mungkin juga menyukai