TINJAUAN TEORI
7
8
2) Sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang esensial bagi
kesehatan kulit dan rambut.
3) Sebagai pelarut vitamin-vitamin (A, D, E, K) yang larut dalam lemak
( Santoso, 2003).
Sumber utama lemak yaitu ikan, telur, minyak (zaitun, jagung, biji-
bijian, bunga matahari), alpukat, kedelai (Wirakusumah, 2016).
d. Vitamin
Vitamin berasal dari kata Vitamine oleh Vladimin Funk karena
disangka suatu ikatan organik amine dan merupakan zat vitamin yang
dibutuhkan untuk kehidupan. Ternyata zat ini bukan merupakan amine,
sehingga diubah menjadi vitamin. Fungsi vitamin sebagai berikut:
1) Vitamin A : fungsi dalam proses melihat, metabolisme umum, dan
reproduksi.
Sumber vitamin A terdapat pada hati, kuning telur, susu, mentega,
sayuran berwarna kuning jingga seperti singkong, daun kacang,
kangkung, bayam, kacang (Sulistyoningsih, 2019).
2) Vitamin D : calciferol, berfungsi sebagai prohormon transport
kalsium ke dalam sel.
Sumber vitamin D meliputi lemak ikan, kuning telur, hati, minyak
ikan hati, susu (Sulistyoningsih, 2019).
3) Vitamin E : alpha tocoperol, berfungsi sebagai antioksida alamiah
dan metabolisme selenium.
Umumnya bahan makanan kacang-kacangan atau biji-bijian
khususnya bentuk kecambah, gandum, sayur dan buah-buahan
mengandung vitamin E yang baik (Sulistyoningsih, 2019).
4) Vitamin K : menadion, berfungsi di dalam proses sintesis
prothrombine yang diperlukan dalam pembekuan darah. Vitamin K
terdapat dalam konsentrasi tinggi di dalam ginjal. Paru-paru dan
sumsum tulang. Pada penyerapan vitamin K diperlukan garam
empedu dan lemak (Santoso, 2014).
11
ataupun kelebihan zat gizi. Angka kecukupan gizi pada balita dapat dilihat
pada Tabel 2.1 berikut.
menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan
menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha
meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi
juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan
kehamilan.
f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan
yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan
turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari,
baik kualitas maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau
makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori
yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat
menghalangi penyerapan makanan.Penyakit-penyakit umum yang
memperburuk keadaan gizi adalah diare, infeksi saluran pernapasan
atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan
(Harsono, 2018).
2.1.10 Akibat Gizi Tidak Seimbang
a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari
makanan dalam usus terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang
tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
Angka kejadian KEP di Indonesia berkisar 10 % dari
4.723.611 balita menurut laporan Depkes RI tahun 2003. Di Jawa
Tengah sendiri angka penderita KEP yang ada yaitu sebesar 12,75 %
dari 336.111 balita yang diukur menurut Dinkes Provinsi Jawa
17
b. Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor
keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan
energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Obesitas sering ditemui
pada anak-anak sebagai berikut :
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia
berbuat sesuai keinginan orang tua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
2.1.11 Penyebab Balita Kurang Nafsu Makan
a. Faktor penyakit organis
b. Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut :
1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi
frustasi dan menangis.
2) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam
jumlah/takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
3) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang
diinginkan/membosankan
4) Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran/dosis
yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan
tidak dihabiskan
5) Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan
bersama kedua orang tuanya.
c. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan (faktor
organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan)
1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah
dengan menyembuhkan penyakitnya melalui dokter.
19
b. Bubur Manado
Bahannya antara lain :
1) Beras 250 gram cuci bersih, tiriskan
2) Air 1.500 ml
3) Jahe 1 cm, memarkan
4) Serai 2 batang, memarkan
5) Garam 2 sendok teh
6) Jagung manis 250 gram, pipil
7) Daun bayam 250 gram, siangi
8) Daun melinjo 50 gram, siangi
9) Daun kangkung 50 gram, siangi
10) Kacang panjang 75 gram, potong 4 cm
11) Ubi merah atau labu kuning (kabocha) 200 gram, kupas, potong 1 x
2 x 2cm
12) Daun kemangi 30 lembar
21
13) Ikan asin 50 gram, goreng (ikan tongkol 200 gram, bagi 4, goreng)
Cara membuatnya :
1) Didihkan air dalam panci, masukkan beras, serai dan jahe. Masak
hingga mendidih. Tambahkan garam dan masukkan jagung, aduk
rata.
2) Masak terus hingga matang, baru masukkan ubi/ labu kuning.
Kemudian daun melinjo dan kacang panjang. Masak hingga ubi
empuk baru masukkan bayam, kangkung,dan daun kemangi. Aduk
rata.
3) Masak lagi beberapa menit sampai sayuran matang tetapi tidak
lembek, angkat.
4) Hidangkan dengan pelengkap ikan asin goreng atau ikan tongkol
goreng.
2.1.13 Penilaian Status Gizi
a. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Antropometri gizi adalah berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri.
Indeks Antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi
adalah Berat Badan menurut umur (BB/U), Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) atau Panjang Badan menurut Umur (PB/U) dan Berat
Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Supariasa, 2002). Di Indonesia
untuk peningkatan status gizi yang sering dilakukan adalah secara
antropometri. Salah satu indeks yang sering digunakan adalah
mengukur BB/U. Indeks ini menggambarkan status gizi seseorang saat
ini.
1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-
perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang infeksi,
22