Anda di halaman 1dari 125

TOPIK 5

PENGELOMPOKAN ZAT GIZI

SESUAI DENGAN KEBUTUHAN

PENGELOMPOKAN ZAT GIZI MENURUT KEBUTUHAN

Terbagi dalam dua golongan besar yaitu makronutrien dan mikronutrien.

a. Pengertian Makronutrien dan Mikronutrien

Menurut Hartono (2006) dalam Saga (2011), makanan yang dikonsumsi setiap hari

tersusun dari unsur-unsur gizi atau nutrien yang dapat diklasifikasikan sebagai makronutrien

dan mikroutrien. Makronutrien terdiri atas karbohidrat, lemak serta protein dan dinamakan

demikian karena dibutuhkan dalam jumlah besar (jumlah makro) mengingat ketiga nutrien ini

umumnya terpakai habis dan tidak didaur ulang. Sebaliknya mikronutrien yang terdiri atas

vitamin dan mineral diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit (jumlah mikro) karena dapat

didaur ulang. Di samping nutrien yang disebutkan di atas, tubuh juga membutuhkan air,

oksigen dan serat makanan

a) Makronutrien

Makronutrien adalah zat gizi (nutrien) yang memberikan energi bagi tubuh yang

diperlukan tubuh dalam jumlah besar (makro = besar) untuk bertahan hidup.

1. Jenis-Jenis Makronutrien

Ada tiga jenis makronutrien yaitu:

a) Karbohidrat

b) Protein

c) Dan Lemak

2. Kandungan Energi Makronutrien

Karbohidrat, protein dan lemak masing masing memberikan energi dalam

jumlah berbeda. Karbohidrat memberikan energi sekitar 4 kalori per gram. Protein

memberikan energi sekitar 4 kalori per gram. Lemak memberikan energi sekitar 9

kalori per gram. Jadi jika pada suatu kemasan makanan terdapat kandungan gizi sbb:

10 gram karbohidrat, 0 gram protein, dan 0 gam lemak, maka jumlah kalori dalam
makanan tersebut adalah 40 kalori untuk setiap porsinya.

Selain memberi energi, makronutrien juga berperan dalam membantu pertumbuhan,

membantu metabolisma dan mengatur fungsi-fungsi tubuh

Komponen terbesar dari susunan diet, berfungsi untuk menyuplai energi dan zat-zat

esensial (pertumbuhan sel/ jaringan), pemeliharaan aktivitas tubuh. Karbohodrat

(hidrat arang), lemak, protein, makromineral dan air.

b). Mikronutrien

Nutrisi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang relatif kecil disebut

mikronutrien. Mereka termasuk vitamin dan mineral. Vitamin adalah senyawa organik

yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berfungsi dengan baik. Beberapa vitamin dijelaskan

pada Tabel di bawah ini. Vitamin memainkan banyak peran dalam kesehatan yang baik,

mulai dari menjaga visi yang baik untuk membantu bekuan darah. Vitamin B12

diproduksi oleh bakteri dalam usus besar. Vitamin D disintesis oleh kulit ketika terkena

sinar UV. Kebanyakan vitamin lainnya harus diperoleh dari makanan seperti yang

tercantum pada Tabel di bawah ini.

1) Vitamin

Vitamin Fungsi Sumber makanan

A Penglihatan yang baik wortel, bayam

B12 Fungsi saraf daging, susu

C membuat jaringan ikat jeruk, paprika merah

D kesehatan tulang dan gigi salmon, telur

minyak sayur, kacang-


E Membran sel yang normal
kacangan

K Pembekuan darah bayam, kedelai

2) Mineral
Mineral adalah unsur kimia yang penting untuk proses tubuh. Mereka termasuk

kalsium, yang membantu bentuk tulang dan gigi yang kuat, dan kalium, yang

diperlukan untuk saraf normal dan fungsi otot. Sumber yang baik dari mineral

termasuk, sayuran berdaun hijau, biji-bijian, susu, dan daging.

Vitamin dan mineral tidak memberikan energi, namun mereka masih penting

untuk kesehatan yang baik. Jumlah yang diperlukan biasanya dapat bertemu dengan

makan seimbang. Namun, orang-orang yang tidak makan cukup dari makanan yang

tepat mungkin perlu suplemen vitamin atau mineral.

Golongan mikronutrien terdiri dari :

1) Mineral – Kalsium; fosfor; natrium; kalium; sulfur; klor; magnesium; zat besi;

selenium; seng; mangan; tembaga; kobalt; iodium; krom fluor; timah; nikel;

silikon, arsen, boron; vanadium, molibden.

2) Vitamin – Vitamin A (retinol); vitamin D (kolekalsiferol); vitamin E (tokoferol);

vitamin K; tiamin; riboflavin; niaclin; biotin; folasin/folat; vitamin B6; vitamin

B12; asam pantotenat; vitamin C.

3) Air

3) Fungsi Zat Gizi


a) Memberi energi (zat pembakar) – Karbohidrat, lemak dan protein, merupakan

ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar dan dibutuhkan

tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas.

b) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (zat pembangun) – Protein, mineral

dan air, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan menganti sel

yang rusak.

c) Mengatur proses tubuh (zat pengatur) – Protein, mineral, air dan vitamin. Protein

bertujuan mengatur keseimbangan air di dalam sel,bertindak sebagai buffer dalam

upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal

organisme yang bersifat infektil dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke

dalam tubuh.

A. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi


1) Ukuran tubuh. Semakin besar ukuran tubuh maka semakin besar pula kebutuhan

kalorinya.

2) Usia. Anak-anak dan remaja butuh kalori lebih tinggi dibanding orang dewasa atau

tua karena digunakan untuk pertumbuhan.

3) Jenis kelamin. Laki –laki umumnya membutuhkan lebih banyak kalori karena

fisiologis laki-laki mempunyai lebih banyk otot dan juga lebih aktif.

4) Aktivitas pekerjaan yang dilakukan. Pekerja berat akan membutuhkan kalori dan

protein lebih besar dari pada mereka yang bekerja sedang maupun ringan. Besarnya

kebutuhan kalori tergantung banyaknya otot yang dipergunakan untuk bekerja serta

lamanya penggunaan otot-otot tersebut. Selain itu protein yang diperlukan juga lebih

tinggi dari normal karena harus mengganti atau membentuk jaringan baru yang lebih

banyak dari keadaan biasa untuk mempertahankan agar tubuh dapat bekerja secara

normal.

5) Kondisi tubuh tertentu. Pada orang yang baru sembuh dari sakit, wanita hamil akan

membutuhkan kalori dan zat gizi yang lebih banyak.

6) Kondisi lingkungan. Saat musim penghujan membutuhkan kalori lebih tinggi

dibandingkan saat musim panas. Dimana tambahan 14 kalori pada tempat-tempat

dingin diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh.

B. ANGKA KECUKUPAN GIZI

1. Latar Belakang

Angka kecukupan gizi (AKG) berguna sebagai patokan dalam penilaian dan

perencanaan konsumsi pangan, serta basis dalam perumusan acuan label gizi. Angka

kecukupan gizi mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan Iptek gizi dan

ukuran antropometri penduduk. Setelah sekitar sepuluh tahun ditetapkan angka

kecukupan energi (AKE) dan kecukupan protein (AKP) bagi pendudukIndonesia, kini

saatnya ditinjau ulang dan disempurnakan. Kajian ini bertujuan merumuskan angka

kecukupan energi (AKE), kecukupan protein(AKP), kecukupan lemak (AKL),

kecukupan karbohidrat.
Kecukupan gizi untuk bayi akan mendorong perkembangan bayi secara

optimal. Sebaliknya kekurangan gizi atau malnutrisi akan menimbulkan berbagai

risiko bagi kesehatananak, diantaranya hambatan pertumbuhan tulang, lemah otot,

degeneratif otak serta gangguan mental. Orang tua harus memahami standar

kebutuhan gizi bayi yang harus terpenuhi..

Badan Pangan dan Gizi Dewan Riset Nasional Amerika Serikat sejak tahun

1941 telah menyusun Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (Recommended

Dietary Allowances/RDA). Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG) ini

merupakan standar yang mencapai gizi baik bagi penduduk (National Research

Council,2008).

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) didefinisikan sebagai tingkat

komsumsi energi dan zat-zat esensial, yang berdasarkan ilmu pengetahuan mutakhir

dinilai cukup memenuhi kebutuhan gizi untuk pemeliharaan hampir semua penduduk

sehat di suatu populasi. AKG ditetapkan untuk berbagai kelompok umur, gender, dan

kondisi fisiologis tubuh tertentu, yaitu hamil dan menyusui.

a. Berat Badan

Data yang digunakan untuk perhitungan rata-rata berat badan dan tinggi

badan normal orang Indonesia adalah data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2014 dan 2016 yang dikumpulkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Data yang diolah meliputi umur, jenis

kelamin, berat badan (BB), panjang badan (PB) untuk anak berumur di bawah 2

tahun dan tinggi badan (TB) untuk yang berumur 2 tahun ke atas.

Untuk menentukan status normal maka data BB, PB atau TB dikonversikan

menjadi nilai Z-Score (standardized value) menurut umur dan jenis kelamin

denganmenggunakan baku pertumbuhan WHO 2016 untuk anak umur 0-59 tahun dan

baku WHO 2017 untuk anak dan remaja berumur 5-19 tahun. Indikator status gizi

umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), indeks massa tubuh

menurut umur (IMT/U). Selanjutnya ditetapkan status gizi normal digunakan batasan

WHO yaitu bila nilai Z-Score setiap indikator status gizi membentang antara -2 SD

(Z-Score =-2) dan +2 SD (Z-Score = +2).


b. Kelompok Umur

Kelompok umur untuk AKG adalah mengikuti pengelompokan umur yang

disepakati untuk Asia Tenggara. Batas kelompok umur yang digunakan untuk

AKG tahun 2015mengalami penambahan jika dibandingkan pada AKG tahun 2004.

Batas atas kelompok umur pada AKG tahun 2004 adalah 65 tahun keatas, sedangkan

untuk AKG tahun 2015 adalah 80 tahun keatas karena umur harapan hidup Indonesia

semakin meningkat.

c. Istilah dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Indonesia menggunakan istilah Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebagai

terjemahan dari Recommended Dietary Allowances (RDA). Filipina menggunakan

istilah Recommended Energy and Nutrient Intakes (RENI). Amerika Serikat dan

Kanada dalam wadah Institute of Medicine (IOM) menggunakan istilah Dietary

Reference Intakes (DRI) yang terdiri dari:

1) kecukupan gizi rata-rata (Estimated Average Requirement, EAR),

2) konsumsi gizi yang dianjurkan (Recommended Diatery

Allowance, RDA),

3) kecukupan asupan gizi (Adequate Intake, AI) dan

4) batas atas yang menggunakan istilah Recommended Nutrient Intakes (RNIs).

Jepang menggunakan istilah Nutrients-Based Dietary Reference Intakes

(NBDRIs) mirip dengan DRIs Amerika-Kanada tetapi dengan tambahan,

kisaran asupan aman (safe range of intake). Australia dan SelandiaBaru

menggunakan istilah Nutrient Reference Values (NRVs) yang terdiri dari:

estimated energy requirements (EER), EAR, RDI, AI, UL.

5) diperbolehkan (Tolerable Upper Level, UL). FAO/WHO

a. Cara Mengukur Angka Kecukupan Gizi


Angka Kecukupan Gizi (AKG) setiap individu akan berbeda sesuai dengankondisi

masing-masing. Untuk mengukur AKG bagi orang dewasa secara cepat,kebutuhan

kalori/energi dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Angka Kecukupan Gizi ( AKG )


Jenis Kelamin
Ringan Sedang Berat
Laki – Laki 1,56 x BMR 1,76 x BMR 2,10 x BMR
Perempuan 1,55 x BMR 1,70 x BMR 2,00 x BMR
Prinsip untuk menentukan Angka Kecukupan Energi didasarkan pada pengeluaran

energi dimana komponen Basal Metabolic Rate merupakan komponen utama. Nilai BMR

ditentukan oleh berat dan susunan tubuh serta umur dan jenis kelamin. Secara sederhana nilai

BMR dapat ditaksir dengan menggunakan rumus regresi linier sebagai berikut

1. Rumus untuk menaksir nilai BMR

Kelompok Umur ( Tahun ) BMR ( kkal/hari )


Laki – laki Wanita
0–3 60,9 BB + 54 61,0 B + 51
3 – 10 22,7 BB + 495 22,5 B + 499
10 – 18  17,5 BB + 651 12,2 B + 746
18 – 30 15,3 BB + 679 14,7 B + 496
30 – 60 11,6 BB + 879 8,7 B + 829
> 60 13,5 BB + 487 10,5 B + 596
Sumber : FAO/WHO/UNU, 2007 (dengan penyesuaian) (dikutip dari Widyakarya Pangan

dan Gizi VI, 2011)

Keterangan :

BB = Berat Badan (dapat digunakan actual weight atau BB ideal/norma tergantung tujuan)

Dengan komposisi makanan sehari 60% dari sumber karbohidrat, 20% dari protein

dan 20% dari lemak. Kecukupan protein yang dianjurkan adalah 0,8 gram/kgBB/hari.

Konsumsi protein yang berlebih dapat membebani fungsi ginjal. Pada kondisi tertentu, seperti

gizi buruk atau masa penyembuhan konsumsi protein dapat ditingkatkan antara 1,2-1,8

gram/kgBB/hari. Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein dari protein nabati dan hewani

dengan perbandingan. Widya Karya Pangan dan Gizi VI tahun 1998, menetapkan AKG bagi

orang dewasa secara nasional berdasarkan kebutuhan energi/kalori dari protein, sebagai

berikut:

Indikator Tingkat Konsumsi Tingkat Persediaan


Energi 2.150 K Kalori 2.500 K Kalori
Protein 46,2 gram 55 gram
(9 gram protein ikan, 6 gram protein hewani lain dan 40 gram protein nabati)

AKG diatas bila kita jabarkan menurut takaran konsumsi makanan sehari pada orang dewasa

umur 20-59 tahun, yaitu: nasi/pengganti 4-5 piring, lauk hewani 3-4 potong, lauk nabati 2-4
potong, sayuran 1 ½ - 2 mangkok dan buah-buahan 2-3 potong. Dengan catatan dalam

keadaan berat badan ideal.

Berbagai faktor yang mempengaruhi kecukupan energi adalah berat badan, tinggi

badan, pertumbuhan dan perkembangan (usia), jenis kelamin, energi cadangan bagi anak dan

remaja, serta thermic effect of food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi

karena asupan pangan yang nilainya 5-10% dari Total Energy Expenditure (TEE)

(Mahan & Escoot-stump 2008). Angka 5 % digunakan bagi anak-anak yang tekstur

makanannya lembut dan minum ASI/susu (umur <3 tahun) ; dan 10% pada usia selanjutnya.

Perhitungan kecukupan energi yang terkini didasarkan model persamaan IOM (2005) dari

meta analisis tim pakar Institute of Medicine (IOM 2002). Model ini diperoleh dari data

energi basal (EB) yang diukur dengan metode doubly labeled water yang lebih valid

dibanding model sebelumnya.

Kecukupan energi pada anak berbeda dengan kelompok usia lainnya. Pada kelompok

usia lanjut (lansia) hasil perhitungan AKE dari persamaan Henry (2005) perlu dikoreksi

karena jumlah subyek yang kecil dan overestimasi berdasarkan hasil kajian Krems C et al

(2005), yaitu overestimasi 9% pada lansia laki-laki dan 11% pada lansia perempuan mulai

usia 65 tahun. Pada lansia juga dilakukan koreksi penurunan kebutuhan energi dengan

bertambahnya umur yaitu 5% pada usia 50-64 tahun, 7,5 % pada usia 65-79 tahun, dan 10%

pada usia >=80 tahun sebagai akibat penurunan jumlah sel-sel otot, beragam kompleks

penurunan fungsi organ.

a. Energi

Kebutuhan energi yang diperlukan tubuh untuk laki-laki adalah 2200

kalori,sedangkan untuk perempuan 1850 kalori. Komposisi zat gizi harian yang

dianjurkan adalah 60-65% karbohidrat, 15-25% protein dan 10-15% lemak.

b. Protein

Kebutuhan protein per hari dalam kondisi sehat adalah 0,8 g/kgBB atau 15-25% dari

kebutuhan energi. Kelebihan protein dapat membebani kerja ginjal. Kebutuhan

manusia akan protein dapat dihitung dengan mengetahui jumlah nitrogen yang
hilang. Nitrogen yang dikeluarkan oleh tubuh merupakan buangan hasil metabolisme

protein, karena itu jumlah nitrogen yang terbuang mewakili jumlah protein yang

harus diganti. Setiap harinya nitrogen yang keluar bersama urin berkisar 37mg/kg

BB, dan dalam feses 12 mg/kgBB sedangkan yang keluar melalui kulit dan keringat

5 mg/kgBB sehingga total seluruhnya 54 mg/kgBB. Karena itu, nitrogen yang dibuat

oleh tubuh dapat dijadikan pedoman untuk menentukan kebutuhan minimal protein

yang dibutuhkan tubuh.

c. Lemak

Asupan lemak harian tidak melebihi 15% kebutuhan energi. Konsumsi lemak terlalu

tinggi dapat menimbulkan penyakit 22 aterosklerosis. Dianjurkan 20% dari total

konsumsi lemak berupa asam lemak tak jenuh ganda.

2.Kebutuhan Energi

a. Karbohidrat

Kecukupan energi, kecukupan karbohidrat seseorang dipengaruhi oleh ukuran

tubuh (berat badan), usia atau tahap pertumbuhan dan perkembangan, dan aktifitas

fisik. Ukuran tubuh dalam arti masa otot yang semakin besar dan aktifitas fisik yang

semakin tinggi berimplikasi pada kecukupan karbohidrat yang semakin tinggi.

Kecukupan Karbohidrat = Keb energi (kal) Keb protein(g) x 4) kal-keb lemak(9)x 9 kal

Dengan mempertimbangkan perlu ditambah sejumlah duakali koefisien

variasi (30%) untuk menjadikan kecukupannya, maka kecukupan karbohidrat

bagi perempuan dan laki-laki remaja atau dewasa adalah 130 g/orang/hari. Dalam

perumusan kecukupan karbohidrat juga dirumuskan kecukupan serat pangan.

b. Protein

Protein terdiri dari asam-asamamino. Disamping menyediakanasam amino

esensial, protein juga mensuplai energi dalam keadaan energi terbatas dari karbohidrat 

dan lemak.Asamaminoesensialmeliputi Histidine, Isoleucine, Leucine, Lysine, Methio

nine, Cysteine,Phinilalanine,Tyrosine,ThreonineTryptophandanValine.Pada umumnya 

empat asamamino yang sering defisit dalam makanan anak-anak

adalah Lysine, Methionine+Cysteine,Threonine
+Tryptophan(FAO/WHO, 1985). Protein atau asam amino esensial berfungsiterutama

sebagai katalisator, pembawa, pengerak, pengatur, ekpresi

genetik,neurotransmitter , penguat struktur, penguat immunitas dan untuk

pertumbuhan (WHO, 2009)

Perhitungan kecukupan protein didasarkan pada kebutuhan protein per-

kilogram berat badan menurut umur dan jenis kelamin berdasarkan hasil review yang

dilakukan IOM (2005);demikian pula untuk tambahan kecukupan protein bagi ibu

menyusui (IOM, 2005), dengandata berat badan rata-rata sehat penduduk Indonesia

menurut kelompok umur dan jeniskelamin, seperti halnya pada perhitungan AKE.

Perhitungan kecukupan protein disesuaikandengan rata-rata berat badan sehat, serta

dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein. Hasil analisis data konsumsi

pangan Susenas 2009 (BPS 2009) menunjukkan bahwa sekitarseparoh konsumsi

protein penduduk Indonesia berasal dari serealia terutama beras yangmenurut WHO

(2007) mutu protein beras (true digestability) adalah 75.

Kecukupan protein = (AKP x BB) x faktor koreksi mutu protein

Keterangan :

AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari)

BB = Berat badan aktual (kg)

Faktor koreksi mutu protein umum = 1.3 bagi dewasa dan 1.5 bagi anak dan remaja

Faktor koreksi mutu protein Perempuan hamil = 1.2Kisaran distribusi energi gizi

makro dari pola konsumsi penduduk

Indonesia berdasarkan analisis data Riskesdas 2010 adalah 9-14% energi protein (Tab

el 6), 24-36%energi lemak, dan 54-63% energi karbohidrat. Anjuran kisaran sebaran

energi gizi makro(AMDR) bagi penduduk Indonesia dalam estimasi kecukupan gizi

ini adalah 5-15% energi protein, 25-35% energi lemak, dan 40-

60% energi karbohidrat, yang penerapanyatergantung umur atau tahap pertumbuhan

dan perkembangan

c.  Menghitung Kebutuhan protein, Lemak dan Karbohidrat

Cara menghitung kebutuhan protein, lemak dan karbohidrat menurut WHO adalah

Sebagai Berikut :

Ø  Protein = 10 – 15 % dari kebutuhan energy total


Ø  Lemak = 10 – 25 % dari kebutuhan energy total

Ø  Karbohidrat = 60 – 75 % dari kebutuhan energy total atau sisa dari kebutuhan

energy yang telah dikurangi dengan energy yang berasal dari protein dan lemak.

d. Melengkapi Tabel

Kelompok :

No Nama JK Umu BB TB Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan

r energi protein karbohidrat lemak


1 Rani P 28 70 16 2142 53,55 23,8 – 59,5 321,3 - 

5 -80,32 gram 401,

gram 6 gram
Contoh Perhitungan

Seorang perempuan mempunyai BB 70 kg dengan TB 165 cm dengan usia 28 th

aktivitas sehari – sehari termasuk ringan. Hitung kebutuhan zat gizi perempuan

tersebut.

IMT = 70/ ( 1,65)2 = 25,71 ( gemuk )

BB= ( 165 – 100 ) – 10 % ( 165 – 100 ) = 58 ,5 kg

Kebutuhan Energi

AMB perempuan = 655+ ( 9,6 x BB ) + ( 1,8xTB) – ( 4,7x U)

                  = 655 + ( 9,6x 58,5) + ( 1,8x165) – ( 4,7x28)

                  = 1382 kkal

Kebutuhan Energy = 1382x1,55= 2142,1 kkal = 2142 kkal

Kebutuhan Zat Gizi

Ø   Protein = 10 -15 % x 2142 kkal = 214,2 – 321,3 kkal dalam ukuran gram 53,55

-80,32 gram ( 1 kkal = 4 gram protin )

Ø   Lemak = 10 – 15 % 2142 kkal = kkal214,2 – 535,5 kkal dalam ukuran gram 23,8 –

59,5 gram ( 1 kkal = 9 gram Lemak )

Ø   Karbohidrat = 60 – 75 % x 2142 kkal = 128,2 -  1606,5 kkal dalam ukuran gram

321,3 -  401, 6 gram ( 1 kkal = 4 gram karbohidrat.

1. Kebutuhan protein yang diperlukan sebanyak 10-15% dari kebutuhan kalori total

Anda. Lalu, ubah ke gram agar Anda dapat lebih terbayang seberat apa yang Anda

butuhkan. 1 gram protein sama dengan 4 kalori.


2. Kebutuhan lemak yang diperlukan sebanyak 10-25% dari kebutuhan kalori total

Anda. 1 gram lemak sama dengan 9 kalori.

3. Kebutuhan karbohidrat yang diperlukan sebanyak 60-75% dari kebutuhan kalori

total Anda. 1 gram karbohidrat setara dengan 4 kalori

Contoh, jika hasil dari Kalkulator Kebutuhan Kalori Anda adalah 2000 kalori, maka:

1. Kebutuhan protein Anda: 15% x 2000 kalori = 300 kalori. Diubah menjadi

gram dengan cara: kalori protein dibagi 4. Hasilnya adalah 75 gram protein.

2. Kebutuhan lemak Anda: 20% x 2000= 400 kalori. Diubah menjadi gram

dengan cara: kalori lemak dibagi dengan 9. Hasilnya adalah 44 gram.

3. Kebutuhan karbohidrat Anda: 65% x 2000= 1300 kalori. Diubah menjadi gram

dengan cara: kalori karbohidrat dibagi 4. Hasilnya adalah 325 gram.

Kesimpulannya, kebutuhan kalori Anda setiap hari adalah 2000 kalori, dengan

kebutuhan karbohidrat sebanyak 325 gram, protein 75 gram, dan lemak 44 gram

dalam sehari.

C. PRINSIP DIET PADA IBU HAMIL

1. Pengertian Hiperemisis gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita

hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk

karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 2008) Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang

terjadi secara berlebihan selama kehamilan (Farrer,2009)

Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah / tumpah

yang berlebihan, lebih dari 1% kali dalam jam atau setiap saat,sehingga mengganggu
kesehatan dan pekerjaan sehari-hari. Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak

dalam kehamilan) adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang

sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan

(Benzion, MD )

2. Etiologi

Penyebab Hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti beberapa faktor yang

telah ditemukan yaitu:

Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah primi gravida, mola hidatidosa dan

kehamilan ganda dan Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan

metabolic akibat

hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan, ini merupakan

faktor organik

1) Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak

2) Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tanggaretak, ke

hilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takutterhadap tanggug

jawab sebagai ibu

3. Patofisiologi

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada

hamilmuda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak

imbangnyaelektrolit dengan alkalosis hipokloremik.

1) Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis

terpakai untuk keperluan energi, karena oksidasi lemak yang tidak sempurnaterjadilah

ketosis dengan tertimbunnya asam aseton 3 asetik, asam hidroksi butirik dan aseton

dalam darah.

2) kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karenamuntah

menyebabkandehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang

natrium dan

khloridadarah dan khlorida air kemih turun selain itu juga dapat menyebabkanhemoko

nsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.


3) Kekurangan kaliumsebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi

lewatginjal menambah frekuensi muntah muntah lebih banyak, dapat merusak hati

danterjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.

4) Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi

robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung ( Sindroma Mallory-

weiss) dengan akibat perdarahan gastro intestinal.

4. Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu

1. Diet Hiperemesis I

Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat.

Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus,

dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya.

Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan

dalam waktu lama.

2. Diet Hiperemesis II

Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara

berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.

Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang

tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.

3. Diet Hiperemesis III

Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet

diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan.

Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.

Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :

a. Roti panggang, biskuit, crackers


b. Buah segar dan sari buah
c. Minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun), sirop, kaldu tak berlemak, teh dan
kopi encer.
Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang

umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang

mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna,

dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.


5. Prinsip Gizi Pada Hyperemesis

a. Dasar

Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan (sampai trimester II) yang

ditandai dengan rasa mual dan  muntah yang  berlebihan dalam waktu yang relative

lama.

Penyebab Hyperemesis Gravidarum belum pasti, dengan penyebab multi faktor

diantaranya :

1) Faktor endokrin yaitu meningkatnya hormon estrogen dan progresteron

2) Faktor Psikologi

3) Faktor Gastrointestinal

b. Pada kehamilan Normal ditemukan keluhan mual dan muntah yang akan berkurang

dan hilang pada akhir trimester I.

c. Pada Hyperemesis Gravidarum ditemukan keluhan mual dan muntah yang berlebihan

sehingga menyebabkan keadaan umum ibu hamil buruk jika hal ini sampai terjadi

maka ibu hamil membutuhkan terapi diit.

d. Pengelolaan Penderita :

1) Isolasi dalam ruang dan suasana tenang

2) Terapi obat dan cairan infus

3) Terapi psikologis

4) Terapi diit, baik parenteral dan oral.

5) Tujuan Diit Pada Hyperemesis Gravidarum

6) Mengganti persediaan glikogen dan mengontrol acidosis

7) Memberikan makanan yang cukup kalori dan nutrisi lainnya (secara berangsur)

8) Mencegah terjadinya dehidrasi

e. Syarat Diit Pada Hyperemesis Gravidarum

1) Tinggi hidrat arang dan rendah lemak

2) Cukup cairan dengan menyesuaikan kondisi penderita.

3) Makanan dalam bentuk kering, mudah cerna, tidak merangsang, porsi kecil dan

sering.

4) Untuk menghindari muntah, sebaiknya minuman tidak diberikan bersama makan.

5)  Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penderita.


6) Secara berangsur diberikan makanan yang memenuhi syarat gizi.

2. Pre eklamsia dan Eklamsia

a) Pre eklamsia

Preeklampsia (penyakit dengan gejala peningkatan tekanan darah disertai

dengan dijumpainya protein dalam urin dalam kadar berlebih, dan pembengkakan

tubuh akibat penimbunan cairan setelah kahamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan), terbagi dua, yaitu bentuk ringan dan bentuk berat. Di Indonesia, setelah

perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu,

dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini pre

eklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya

perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak

Preeklampsia (penyakit dengan gejala peningkatan tekanan darah disertai dengan

dijumpainya protein dalam urin dalam kadar berlebih, dan pembengkakan tubuh

akibat penimbunan cairan setelah kahamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan), terbagi dua, yaitu bentuk ringan dan bentuk berat. Di Indonesia, setelah

perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu,

dan sebab kematian perinatal yang tinggi.

Oleh karena itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat

pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk

menurunkan angka kematian ibu dan anak Preeklampsia (penyakit dengan gejala

peningkatan tekanan darah disertai dengan dijumpainya protein dalam urin dalam

kadar berlebih, dan pembengkakan tubuh akibat penimbunan cairan setelah kahamilan

20 minggu atau segera setelah persalinan), terbagi dua, yaitu bentuk ringan dan

bentuk berat.

Preeklampsia (penyakit dengan gejala peningkatan tekanan darah disertai

dengan dijumpainya protein dalam urin dalam kadar berlebih, dan pembengkakan tubuh

akibat penimbunan cairan setelah kahamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan),

terbagi dua, yaitu bentuk ringan dan bentuk berat. Di Indonesia, setelah perdarahan dan

infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian

perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan
tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk

menurunkan angka kematian ibu dan anak.

Pre eklampsi (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai

dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang

terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.

(Manuaba, 2014). Menurut kamus saku kedokteran Dorland, preeclampsia adalah

toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,edema, dan proteinuria.

Eklampsia adalah konvulsi dan koma, jarang koma saja, yang terjadi pada wanita hamil

atau dalam masa nifas dengan disertai hipertensi, edema dan atau proteinuria

b). Penyebab

Penyebab eklampsi dan pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada

teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab eklampsi dan pre eklampsi yaitu :

1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion,

dan mola hidatidosa.

2. Sebab bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan

3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam

uterus

4. Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan – kehamilan berikutnya

5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma

c). Pencegahan

a. Diet-makanan Makanan rendah protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah

lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan

berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein

dengan tambahan satu butir telur setiap hari.

b. Cukup istirahat Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja

seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring

kearah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan
c. Pengawasan antenatal (hamil) Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam

rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:

1) Uji kemungkinan Pre eklampsia:

a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya

b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri

c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema

d) Pemeriksaan protein dalam urin

e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah

umum dan pemeriksaan retina mata.

d. Penilaian kondisi janin dalam rahim.

a). Pemantauan tinggi fundus uteri

b). Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan

air ketuban

d). Prinsip Diet pada Ibu Hamil

a. Tujuan Diet

1) Mencapai dan mempertahankan status gizi normal

2) Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal

3) Mencegah atau mengurangi tekanan darah normal

4) Mencapai keseimbangan nitrogen

5) Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal

6) Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada

saat kehamilan atau setelah melahirkan

b. Syarat-syarat diet Pre eklamsia

1) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara

berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan.


Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum

hamil.

2) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air

Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah

1kg/minggu.

3) Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)

4) Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak

jenuh ganda

5) Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi

6) Mineral cukup terutama kalsium dan kalium

7) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien

8) Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan

disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan

pernafasan.

c. Macam-macam diet dan indikasi pemberian

1). Diet preeklampsia I

Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I

diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien

preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau

lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat

gizi lainnya.

2). Diet preeklampsia II Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan

dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu

berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah

garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.


3). Diet preeklampsia III Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan

perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan.

Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk

lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus

disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan

NILAI GIZI PEMBAGIAN BAHAN MAKANAN SEHARI DIET PRE

EKLAMSIA II & III CONTOH MENU SEHARI

Diet Pre eklamsia I Diet Pre eklamsia Diet Preeklamsia II

II

Energi (kkal) 1032 1604 2128

Protein (g) 20 56 80

Lemak (g) 19 44 63

Karbohidrat 211 261 305

(g)

Kalsium (mg) 600 500 800

Besi (mg) 6,9 17,3 24,2

Vitamin A 750 2796 3035

(RE)

Tiamin (mg) 0,5 0,8 1,0

Vitamin C 246 212 213

(mg)

Natrium (mg) 228 248


3. Kurang Energi Kronik ( KEK )

A. Pengertian Kekurangan Energi Kronik

Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana

keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang

mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau

lebih zat gizi (Helena, 2013). Menurut Depkes RI (2002) menyatakan bahwa kurang energi

kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung pada

wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak

mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi

kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein

(untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik

disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan

yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein

dalam jumlah yang cukup, atau disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.

B.Etiologi

Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang

dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain:

jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang

dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh (Helena, 2013).

Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang dikandungnya

yaitu meliputi:

a. Akibat KEK pada ibu hamil yaitu :

1) Terus menerus merasa letih

2) Kesemutan

3) Muka tampak pucat

4) Kesulitan sewaktu melahirkan


5) Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, sehingga bayi akan

kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui.

b. Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain :

1) Keguguran

2) Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)

3) Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya kecerdasaan anak

kurang, bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)

4) Kematian bayi (Helena, 2013)

C. Lingkar Lengkar Atas

Lingkar Lengkar Atas Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur resiko

KEK kronis pada wanita usia subur (WUS) / ibu hamil adalah lingkar lengan atas (LILA).

Sasarannya adalah wanita pada usia 15 sampai 45 tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil,

menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK

adalah 23,5 cm. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai resiko

KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR (Supriasa, 2012).

Cara mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan menggunakan

pengukuran LILA adalah :

1. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko

Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran

LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka

pendek.

2. Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter, dengan batas

ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih). Apabila tidak tersedia pita LILA dapat

digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran

LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya remaja putri

mempunyai resiko KEK. Bila remaja putri menderita resiko KEK segera dirujuk ke

Puskesmas/sarana kesehatan lain untuk mengetahui apakah remaja putri tersebut


menderita KEK dengan mengukur IMT. Selain itu remaja putri tersebut harus

meningkatkan konsumsi makanan yang beraneka ragam (Supriasa, 2012)

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK) Menurut

(Djamaliah, 2018) antara lain : jumlah asupan energi, umur, beban kerja ibu hamil,

penyakit/infeksi, pengetahuan ibu tentang gizi dan pendapatan keluarga. Adapun

penjelasannya :

1) Jumlah asupan makanan

Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan wanita yang

tidak hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan

penyedian pangan yang cukup. Penyediaan pangan dalam negeri yaitu : upaya pertanian

dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buahbuahan.

Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang

dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan

menemukan faktor diet yang menyebabkan malnutrisi.

2) Usia ibu hamil

Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil akan

berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi

yang banyak karena selain digunakan pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri,

juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur tua

perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk

bekerja maksimal, maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung

kehamilan yang sedang berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari

20 tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik.

3) Beban kerja/Aktifitas

Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak yang otomatis

memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka yang hanya duduk diam saja.
Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang

dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak. Namun pada seorang ibu

hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi yang dikonsumsi selain untuk

aktifitas/ kerja zat-zat gizi juga digunakan untuk perkembangan janin yang ada

dikandungan ibu hamil tersebut. Kebutuhan energi rata-rata pada saat hamil dapat

ditentukan sebesar 203 sampai 263 kkal/hari, yang mengasumsikan pertambahan berat

badan 10-12 kg dan tidak ada perubahan tingkat kegiatan.

4) Penyakit /infeksi

Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga infeksi akan

mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi, mekanismenya yaitu :

a) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi dan

kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.

b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah dan

perdarahan yang terus menerus.

c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit atau parasit

yang terdapat pada tubuh.

5) Pengetahuan ibu tentang Gizi

Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap

makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan

makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi

yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.

Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka

pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha untuk memilih

makanan yang bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang

mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi dari pada

yang kurang bergizi.

6). Pendapatan keluarga

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pada

rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen hingga 80 persen dari

pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan. Artinya pendapatan tersebut

70-80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan penggantinya) dan hanya 20
persen dipenuhi oleh sumber energy lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan

yang meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk

besarnya pengeluaran untuk pangan.

7) Pemerkaan Kehamian ( Perawatan Ante Natal)

Dalam memantau status gizi ibu hamil, seorang ibu harus melakukan kunjungan

ketenaga kesehatan. Karena pemeriksaan kenaikan berat badan perlu dilakukan

dengan teliti, jangan sampai wanita hamil terlalu gemuk untuk menghindarkan

kesulitan melahirkan dan bahkan jangan terlalu kurus karena dapat membahayakan

keselamatan dirinya dan janin yang dikandungannya (Sjahmien Moehji, 2013)

E. Gizi Pada Ibu Hamil

Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai berikut :

a. Asam folat

Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada masa pre dan perikonsepsi

menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida dan anensepalus, baik

pada ibu hamil yang normal maupun beresiko. Pemberian suplemen asam folat dimulai

dari 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan.

b. Energy

Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja tetapi pada susunan

gizi seimbang energy juga protein. Hal ini juga efektif untuk menurunkan kejadian

BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energy ibu hamil adalah 285 kalori untuk

proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.

c. Protein

Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu dibutukan protein sebesa 910

gram dalam 6 bullan terakhir kehamilan. Dibutuhkan tambahan 12 gram protein sehari

untuk ibu hamil.

d. Zat besi (FE)

Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah untuk

membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sinesa darah otot. Kenaikan
volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan zat besi. Jumlah zat besi

yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah

500 mg.

e. Kalsium

Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah sebesar

500 mg sehari. f. Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok beresiko

penyakit seksual dan di negara dengan musim dingin yang panjang

f. Pemberian yodium pada daerah dengan endemic kretinisme (Kusmiyati, 2018)

F.Penilaian Status Gizi Ibu Hamil

a. Berat badan dilihat dari quatelet atau body massa index (Index Masa Tubuh = IMT) Ibu

hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan dengan abnormalitas

kehamilan, berat bada lahir rendah. Sedangkan berat badan overweight meningkatkan

resiko atau komplikasi dalam kehamilan seperti hipertensi, janin besar sehingga terjadi

kesulitan dalam persalinan.

b. Ukuran Lingkar Lengann Atas (LILA) Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan

atas pada wanita dewasa adalah 23,5 cm. Jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka

interprestasinya adalah Kurang Energi Kronis (KEK).

c. Kadar Hemoglobin (Hb) Ibu hamil yang mempunyai Hb kurang dari 10,0 akan

mengalami anemia. (Kusmiyati, 2018).

G. Gizi Untuk Tumbuh Kembang Janin

Pada kehamilan trimester pertama pertumbuhan janin lambat, mulai trimester dua dan

seterusnya, pertumbuhan janin terjadi dengan laju lebih cepat. Sejak menginjak bulan

keempat, umumnya ibu hamil sudah bebas dari gangguan morning sicknes, sehingga ibu

merasakan nafsu makan kembali. Sekalipun demikian pada trimester ini anda harus mulai

memperhatikan komposisi maka yang dikonsumsi (Musbikin, 2016).

H. Gizi Penting Saat Hamil

Kebutuhan gizi akan terus meningkat, terutama setelah memasuki kehamilan trimester

kedua. Sebab pada saat itu, pertumbuhan janin belangsung sangat cepat. Hal lain yang

perlu diperhatikan meskipun nafsu makan meningkat, tetaplah berpegang pada pola makan

dengan gizi seimbang. Status gizi ibu hamil yang baik selama proses kehamilan, harus
mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. yaitu pada trimester pertama

kenaikan kurang lebih dari 1 kg, sedangkan pada trimester kedua kurang lebih 3 kg dan

pada trimester ketiga kurang lebih mencapai 6 kg. Sebaiknya ibu hamil menghindari

makanan berkalori tinggi . makanan dengan gizi seimbang dapat diperoleh dari

karbohidrat, dan lemak sebagai sumber tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun,

serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur (Maulana, 2017).

I. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian KEK

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba Pengetahuan yang

dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

1). Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk diantaranya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tau apa yang telah dipelajari antara lain, menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasikan, menyatakan dan sebagainya.

2). Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3). Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi sebenarnya Aplikasi dapat diartikan juga sebagai penggunaan

atau aplikasi hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan

situasi yang lain.

4). Analisis (analysis)


Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menyebarkan materi untuk suatu objek ke

dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan

masih ada kaitannya satu sama lain Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5). Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian

di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk

menyusu suatu formulasi baru dari formula-formula yang ada.

6). Evaluasi (evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu

materi atau objek Penelitian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

kriteria-kriteria yang telah ada. Apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh

pengetahuan, kesadaran , dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat

langgeng (long lasting), sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan dan kognitif merupakan hal yang Sangat penting Untuk terbentuknya

tindakan seseorang, meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi

dan kebiasaan seseorang, pengetahuan jika membentuk kepercayaan seseorang,

pengetahuan jika membentuk kepercayaan seseorang serta sikap terhadap sesuatu hal

perilaku yang didasari pengetahuan lebih langsung dari prilaku yang tidak didasari

pengetahuan (Notoadmodjo, 2014).

Notoatmodjo (2014) mengatakan pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yaitu indra diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

yang baik tentang gizi pada seseorang membuat orang tersebut akan semakin

memperhitungkan jumlah dan jenis makan yang dipilihnya untuk di konsumsi. Orang yang

pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilah makanan yang menarik panca

indera dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan tersebut. Sebaliknya
mereka yang memiliki pengetahuan gizi tinggi cenderung lebih banyak menggunakan

pertimbangan rasioanl dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut (Helena, 2013)

Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap

makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan.

Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang positif

dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga (Djamilah, 2014).

Ketersediaan (food availability) yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup

aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi sendiri, impor,

cadangan pangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ini diharapkan mampu

mencukupi pangan yang didefinisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk

kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2015).

Hasil penelitian Nora (2015) tentang Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Yang

Menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) Di Kecamatan Wonosalam Kabupaten

Demak menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan cukup tentang kekurangan

energi kronis (KEK) sebanyak 15 orang (50%), sebagian besar responden memiliki tingkat

pendidikan tamat SMA sebanyak 15 orang (50%), dan sebagian besar ibu hamil yang

menderita kekurangan enegi kronik (KEK) memiliki status ekonomi yang tinggi yaitu

sebanyak 18 orang (60%). Responden yang menderita kekurangan energi kronis

mempunyai pengetahuan cukup tentang kekurangan energi kronis dengan tingkat

pendidikan tamat SMA dan mempunyai status ekonomi yang tinggi. tidak semua ibu hamil

yang menderita kekurangan energi kronis (KEK) mempunyai tingkat pendidikan rendah

dan status ekonomi yang rendah juga,Pendidikan adalah upaya persuatif atau pembelajaran

kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk

memelihara (mengatasi masalah-masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Sehingga

perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama dan menetap, karena didasari oleh

kesadaran (Notoatmodjo, 2014).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, akhlaq mulia, serta ketrampilan

yang diperlukan dirinya dan masyarakat (UU No.20/2003). Pendidikan ibu memberikan

pengaruh terhadap perilaku anak khususnya tanggung jawab dalam memilih makanan. Ibu
yang berperilaku tinggi tidak akan membiasakan diri untuk berpantang atau tabu terhadap

bahan makan yang ada (Helena, 2013). Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi

penerimaan informasi, sehingga pengetahuan akan terbatas. Pada masyarakat dengan

pendidikan rendah akan lebih kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan

dengan makanan, sehingga sulit untuk menerima pembaharuan di bidang gizi (Helena,

2013). Dalam arti sederhana pendidikan gizi merupakan suatu proses belaar tentang

pangan, bagaimana tubuh dapat menggunakannya dan mengapa diperlukan untuk

kesehatan. Pendidikan gizi mengarah pada perubahan perilaku perbaikan konsumsi pangan

dan status gizi. Perilaku konsumsi memilih dan menggunakan pangan. Perilaku kosumsi

pangan berasal dari proses sosialisasi dalam sistem keluarga melalui proses pendidikan

maupun sebagai dampak dari peyebaran informasi (Helena, 2013).

b. Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pada

rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen hingga 80 persen dari

pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan. Artinya pendapatan tersebut 70-

80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan penggantinya) dan hanya 20 persen

dipenuhi oleh sumber energy lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang

meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya

pengeluaran untuk pangan (Djamilah, 2014).

Hasil penelitian Sadli (2011) tentang Hubungan Pengetahuan, Penghasilan Keluarga

Dan Budaya Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil didapatkan

bahwa 67,2% responden mempunyai pengetahuan yang baik, 67,2% berpenghasilan < Rp.

450.000,-, 50,7% budaya responden baik dan 37,3% mengalami KEK. Didapatkan

kesimpulan ada hubungan antara pengetahuan, penghasilan dan budaya dengan kejadian

KEK. Ketersediaan pangan artinya pangan tersedia dalam jumlah yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga baik jumlah, mutu, dan keamanannya.

Ketersediaan pangan mencakup kualitas dan kuantitas bahan pangan untuk memenuhi

standart energy bagi individu agar mampu menjalankan aktifitas sehari-hari (Dinkes

Propsu, 2016). Upah Minimum Provinsi (disingkat UMP) adalah upah minimum yang

berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi. Dahulu Upah Minimum Provinsi

dikenal dengan istilah Upah Minimum Regional Tingkat I. Dasar hukum penetapan UMP
adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang

Upah Minimum. UMP ditetapkan oleh gubernur dengan memperhatikan rekomendasi

Dewan Pengupahan Provinsi. Untujk daerah Provinsi Aceh upah minimum tahun 2014

sebanyak Rp 1,750,000 (UMP, 2014).

Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat.

Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin,

merencanakan persalinan di tenaga esehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan

baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan

persalinan, kehamilan dan proses persalinan pun dapat berjalan dengan baik (Maulana,

2013).

c. Pemerikaan Kehamilan (ANC)

1. Pengertian ANC

Pelayanan kesehatan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk

mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi

persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan

reproduksi secara wajar (Manuaba, 2014). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah

kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya

hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah

untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa

komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk.,

2013).

Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan

mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa

nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi

juga mental (Wiknjosastro, 2015). Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan

integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya

pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.

2. Tujuan ANC

Tujuan Antenatal Care Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita

hamil secara teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta
morbiditas ibu dan bayi jelas menurun. Tujuan pengawasan wanita hamil ialah

menyiapkan ia sebaikbaiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak

dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum

sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal

care harus diusahakan agar:

a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama sehatnya

atau lebih sehat;

b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati,

c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan

metal (Wiknjosastro, 2015)

Tujuan Asuhan Antenatal yaitu :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh

kembang bayi

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin

e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, dkk., 2012).

Keuntungan Antenatal Care Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil

sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan kerumah sakit.

(Manuaba,1998) Fungsi Antenatal Care adalah :

a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan

b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan

merujuk bila perlu.

c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah

yang terjadi.

Cara Pelayanan Antenatal Care Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar

pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :


a. Kunjungan Pertama

1) Catat identitas ibu hamil

2) Catat kehamilan sekarang

3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan

5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium

6) Pemeriksaan obstetric

7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta

obat-obatan khusus atas indikasi.

9) Penyuluhan/konseling.

b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh

karena itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode

antenatal:

1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).

2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28).

3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 11 dan sesudah

minggu ke 36) (Saifudin, dkk.,2012).

c. Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting.

a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14

1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat

besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi

5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan

sebagainya
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28 Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan

khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau

tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda.

c. Trimester ketiga antara minggu 28-36 Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal

untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

d. Trimester ketiga setelah 36 minggu Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi

yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit

(Saifuddin, dkk., 2012)

Tinjauan Tentang Kunjungan Ibu Hamil Kontak ibu hamil dan petugas yang

memberikan pelayanan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak

mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu

ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan (Depkes RI, 1997:57). Pelayanan/asuhan

standar minimal termasuk “7 T”

a. (Timbang) berat badan

b. Ukur (Tekanan) darah

c. Ukur (Tinggi) fundus uteri

d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)

e. Pemberian (Tablet) zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan

f. (Tes) terhadap penyakit menular sexual

g. (Temu) wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin, 2012)

3. Kerangka Teoritis

Faktor–faktor yang menyebabkan KEK pada ibu hamil dipengaruhi oleh faktor

langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung yang meliputi penyakit infeksi dan

asupan makanan, sedangkan faktor tidak langsung meliputi persediaan pangan keluarga,

pendidikan, pengetahuan ibu, pendapatan keluarga, dan pelayanan kesehatan (Soekirman,

2011).

a. Faktor langsung

a). Penyakit infeksi


Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan akibat interaksi antara berbagai faktor,

tetapi yang paling utama adalah akibat konsumsi makanan yang kurang memadai, baik

kualitas maupun kuantitas dan adanya penyakit yang sering diderita. Antara status gizi

dan infeksi terdapat interaksi yang bolak balik. Infeksi dapat mengakibatkan gizi kurang

melaui berbagai mekanisme. Infeksi yang akut mengakibatkan kurangnya nafsu makan

dan toleransi terhadap makanan. Orang yang mengalami gizi kurang mudah terserang

penyakit infeksi (Suhardjo, 2012). Menurut Pudjiaji (2013) terdapat interaksi sinergis

antara malnutrisi dan infeksi. Sebab malnutrisi disertai infeksi, pada umumnya

mempunyai konsekuensi yang lebih besar daripada malnutrisi itu sendiri. Infeksi derajat

apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun masih ringan

mempunyai pengaruh negative pada daya tahan terhadap infeksi. Dampak infeksi

terhadap pertumbuhan, seperti menurunnya telah lama diketahui. Keadaan demikian ini

disebabkan oleh hilangnya nafsu makan penderita infeksi. Sehingga masukan (intake)

zat gizi kurang dari kebutuhan.

b). Asupan makanan

Asupan makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang dimakan seseorang yang

dapat diukur dengan jumlah bahan makanan atau energi atau zat gizi. Asupan makan

seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan dan ketersediaan pangan dalam keluarga.

Kebiasaan makan adalah kegiatan yang berkaitan dengan makanan menurut tradisi

setempat. Kegiatan itu meliputi hal-hal seperti : bagaimana pangan dipengaruhi, apa

yang dipilih, bagaimana menyiapkan dan berapa banyak yang dimakan (Suhardjo,

2012)

2. Faktor tidak langsung

a. Ketersediaan Pangan

Ketersediaan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun

mutu gizinya (Depkes, 2010).

b. Pendidikan

Pendidikan ibu memberi pengaruh terhadap prilaku kepercayaan diri dan tanggung

jawab dalam memilih makanan. Seseorang yang berpendidikan tinggi tidak akan

memperhatikan tentang pantangan atau makanan tabu terhadap konsumsi makanan yang
ada. Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi, sehingga

pengetahuan akan terbatas. Pada masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih

kuat memperhatankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan, sehingga sulit

untuk menerima pembaharuan dibidang gizi.

c. Pendapatan Keluarga

Tingkat pendapatan keluarga menentukan bahan makanan yang dikonsumsi oleh

keluarga tersebut. pola pembelanjaan makanan antara kelompok miskin dan kaya

tercermin dalam kebiasaan pengeluaran. Pendapat merupakan factor yang menentukan

kualitas dan kuantitas makanan.

d. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah akses atau jangkauan anak dan kelurga terhadap upaya

pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Ketidakterjangkauan pelayanan

kesehatan (karena jauh atau tidak mampu membayar), kurangnya pendidikan dan

pengetahuan merupakan kendala masyarakat dan keluarga memanfaatkan secara baik

pelayanan kesehatan yang tersedia. Hal ini dapat berdampak juga pada status gizi

kesehatan ibu dan anak (Soekirman, 2011).

DAMPAK Status Gizi Ibu Hamil ((KEK )

Jumlah Asupan Penyakit Infeksi


Penyebab langsung

Pendapatan

Ketersediaan Pangan Pelayanan Kesehatan yang


Penyebab tidak langsung
tidak memadai

Kurang Pengetahuan,Pendidikan, dan Keterampilan

Masyarakat
Kurang Pemberdayaan Wanita dan Keluarga, kurang
Masalah di
pemanfaatan Sumber Daya Masyarakat
Masyarakat

Krisis Ekonomi, Politik dan

Akar Masalah Nasional) Sosial

Gambar 1. Kerangka Teoritis Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil. Di

kutip dari Soekirman ( 2015 )

e. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan

Kejadian Kekurangan Energi


Pendapatan Gambar 2.
Kronis ( KEK ) pada Ibu
Kerangka Konsep
Pemeriksaan
Hamil
Penelitian
Kehamilan ( ANC )
Keterangan :

Kerangka konsep diatas menerangkan hubungan tingkat pengetahuan, pendapatan dan

pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) terhadap kejadian Kekurangan Energi Kronis

(KEK) pada ibu hamil.

4. Prinsip Diet Pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus

1. Latar Belakang

Diabetes mellitus pada kehamilan dalam istilah kedokteran disebut diabetes

mellitus gestasional. Diabetes mellitus ini mungkin hanya berlangsung selama

kehamilan tetapi dapat juga berlanjut meski sudah tidak hamil lagi.  Menurut penelitian

sekitar 40-60 persen ibu yang mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat

berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah persalinan.


Diabetes mellitus merupakan penyakit yang sudah tidak asing lagi bagi

masyarakat. Diabetes mellitus merupakan keadaan dimana kadar gula dalam darah

tinggi (hyperglikemia) yang sifatnya kronis dan disertai berbagai kelainan metabolik

akibat gangguan hormonal. Diabetes mellitus pada kehamilan tidaklah jarang

ditemukan. Di Indonesia, dengan menggunakan kriteria diagnosis O’sullivans-mahan

dilaporkan prevalensi diabetes mellitus pada kehamilan adalah sebesar 1,9%-3,6% pada

kehamilan umum. Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga menderita diabetes mellitus,

prevalensinya menjadi 5,1%. Diabetes mellitus perlu diperhatikan karena resiko

mobiditas dan mortilitas pada maternal dan prenatal tinggi. Akan tetapi dengan

pengelolaan dan penatalaksanaan yang baik maka hasilnya dapat menjadi lebih

baik. Diabetes mellitus pada kehamilan sering dikenal dengan Diabetes Mellitus

Gestasional (DMG). Gejala utama dari kelainan ini pada umumnya hampir sama

dengan diabetes lainnya, yaitu merasa haus (polydipsi), sering buang air kecil (polyuri),

dan sering merasa lapar (polyfagi). Yang membedakannya adalah keadaan ini terjadi

pada ibu hamil.

Mengkonsumsi makanan padat nutrisi seperti sayuran dan buah-buahan di masa

kehamilan memang sangat penting artinya bagi janin. Bukti penelitian terbaru pun

menunjukkan, kebiasaan para ibu menyantap sayuran menjauhkan bayi mereka dari

ancaman penyakit. Riset para ilmuwan di Sahlgrenska Academy Swiss, yang

dipublikasikan dalam jurnal Pediatric Diabetes menyatakan, ibu hamil yang makan

sayur setiap hari cenderung memiliki anak yang terbebas dari diabetes tipe 1.

  Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan

toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa

membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan

trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan

respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG

asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat

pemeriksaanrutin.

        Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang

pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap

diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat


dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp).

Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test

toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi

200 mg%. Jika didapatkan nilai dibawah 100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya

diantara 100-200 mg% belum pasti DM5.

        Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test

tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah

diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi

140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test toleransi glukosa oral-1.

2. Faktor risiko tinggi yang membutuhkan pemeriksaan penyaring antara lain:

   A. Riwayat kebidanan :

       1) Riwayat lahir mati

       2) Riwayat melahirkan bayi dengan berat > 4000 gr

       3) Adanya riwayat melahirkan prematur

       4) Adanya riwayat preeklamsia pada multipara

       5) Polihidramnion

       6) Riwayat >3 kali abortus spontan

       7) Hipertensi kronik

       8) Monilisasi berat yang berulang

       9) Infeksi saluran kemih yang berulang selama hamil

    B. Riwayat Ibu :

       1) Adanya riwayat DM pada keluarga

       2) Umur > 30 tahun

       3) Pernah menderita DMG pada kehamilan sebelumnya

      

 Pada penderita dengan faktor risiko tinggi seperti di atas, pemeriksaan penyaring

dapat dilakukan lebih awal dilakukan dimulai pada usia kehamilan 18-22 minggu. Jika

hasilnya negatif maka pemeriksaan dapat diulang kembali pada kehamilan 26-30

minggu3.

Pembagian diabetes mellitus pada kehamilan :


1) DM yang memamg sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi hamil (DM

hamil = DM progestasional). Sebagian besar termasuk golongan IDDM (Insulin

Dependent DM)

2)DM yang baru saja ditemukan pada saat kehamilan (DM Gestasional = DMG).

Umumnya termasuk golongan IIDDM (Non Insulin Dependent DM)

DMG sendiri dibagi dua sub kelompok :

1) Sebenarnya sudah mengidap DM sebelumnya, tetapi baru diketahui pada saat hamil

(sama dengan DMH)

2)Sebelumnya belum mengidap DM dan baru mengidap DM pada masa

kehamilan (Pregnancy-Induced Diabetes Mellitus). Merupakan DMG sesungguhnya,

sesuai dengan definisi lama WHO 1980.

        Ke dua sub kelompok ini baru dapat dibedakan setelah dilakukan tes toleransi

glukosa oral (TTGO) ulangan pasca persalinan. Untuk sub kelompok DMH, hasil TTGO

pasca persalinan masih tetap abnormal, sedangkan untuk DMG hasil akan kembali

normal. Menurut O'Sullivan dan Mahan, diagnosis DMG dibagi dalam dua tahap, yaitu :

Test Tantangan Glukosa (Glukosa Challenge Test) dan Test Toleransi Glukosa Oral. Test

tantangan glukosa dilakukan tanpa harus berpuasa yaitu pada saat ibu hamil berkunjung

ke poliklinik diberikan 50 gr glukosa yang dilarutkan dalam air 1 gelas. Contoh darah

vena diambil setelah 1 jam pembebanan. Test ini disebut positif bila kadar glukosa

plasma sama dengan atau lebih dari 140 mg%. Test toleransi glukosa oral dilakukan

dengan cara penderita makan cukup kalori minimal 3 hari sebelum pemeriksaan,

kemudian semalam sebelum hari pemeriksaan harus berpuasa selama 8-12 jam. Setelah

persiapan dalam keadaan berpuasa, contoh darah diambil pada pagi hari dan penderita

diberi beban glukosa 75 gram dalam 200 ml air. Contoh darah berikutnya diperiksa dua

jam setelah beban glukosa. Contoh darah yang diperiksa adalah plasma vena.

        Kriteria diagnosis WHO (1980 dan 1985) sama dengan kriteria diagnosis DM

pada keadaan tidak hamil. Kriteria diagnosis modifikasi WHO-PERKENI (1997) adalah

sebagai berikut:

Diperiksa hanya kadar glukosa plasma 2 jam pp


Nilai >200 mg/dl             : diabetes mellitus (jika baru diketahui saat hamil, DMG).

Nilai 140-200 mg/dl        : toleransi glukosa terganggu (TGT)

Nilai <140 mg/dl             : normal

        Sesuai anjuran WHO, pada temuan TGT (gala darah 2 jam pp 140-200 mg/dl)

ditangani juga sebagai kasus DMG, sehingga penderita dengan kadar gula yang lebih

rendah (dalam kriteria O'Sullivan) juga termasuk dalam yang ditangan.

3. Metabolisme Karbohidrat Pada Kehamilan Normal

Pada wanita hamil normal terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan metabolik

untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus yang optimal. Pada kehamilan normal,

kadar glukosa plasma ibu menjadi lebih rendah secara bermakna, karena:

a.      Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat

b.      Produksi glukosa dari hati menurun

c.      Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis menurun)

d.      Efektifitas ekskresi ginjal meningkat

e.      Efek hormon-hormon gestasional (human plasental lactogen, hormon-hormon

plasenta lainnya, hormon-hormon ovarium, hormon pankreas dan

adrenal, growth factor, dan sebabagainya) Selain itu terjadi juga perubahan

metabolisme lemak dan asam amino.

4. Patofisiologi Diabetes Mellitus Pada Kehamilan

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu

keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan

kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber

energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap

tinggi).

Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga

ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi

berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiper insulinemia sehingga janin juga

mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,

hiperbilirubinemia, dan sebagainya.


a. Faktor pencetus : obesitas, kurang aktifitas fisik atau olahraga, pola makan yang

tidak tepat, stress, konsumsi obat-obat tertentu jangka panjang

b. Gejala

1) Tripoli : Polifagi, polidipsi, poliuri.

c.  Faktor Resiko

a)  Usia > 45 tahun

b) Obesitas

c) Hipertensi

1) Riwayat DM dalam keluarga

2) Kadar lemak darah tinggi.

d.  Klasifikasi

1) DM type I                   : IDDM (Insulin Dependent DM)

2) DM type II                 : Non IDDM

3) MRDM (Malnutrisi Related DM)

4) DM Gestasional.

5) Jouvenil DM

Kriteria

Jenis Baik Sedang Buruk

Pemeriksaan/

Hasil
Gula darah puasa 80 – 109 mg/dL 110 – 125 mg/dL > 126 mg/dL
Gula darah 2 jam 80 – 144 mg/dL 145 – 179 mg/dL > 180 mg/dL

PP

 Pengendalian kadar gula darah

·         Obat OHO dan/kombinasi OHO dan insulin.

·         Diet

·         Olah raga/aktifitas fisik


·         Hindari stress

5.   Morbiditasdan Mortalitas Ibudan Janin  Pada DMG

Komplikasi maternal meliputi infeksi saluran kemih, hidramnion dan hipertensi

(kronik/preeklampsia/eklampsia), sedangkan komplikasi fetal intrauterin adalah risiko

abortus spontan, kelainan kongenital (terutama pertumbuhan sistim syaraf pusat),

insufisiensi plasenta ( mengakibatkan hipoksemia kronik ), kematian intra uterin,

makrosomia dan organomegali.

Komplikasi neonatus pasca persalinan meliputi prematuritas, kematian perinatall

neonatal, traumalahir, gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia,

hipokalsemia dan hiperbilirubinemia), sindrom gawat napas neonatus, polisitemia,

trombosis vena renalis. Komplikasi pada usia anak atau dewasa adalah gangguan

tumbuh kembang intelektual, obesitas sampai diabetes mellitus itu sendiri.

6. Prinsip Diet pada Ibu Hamil Dengan DMG

Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga

terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.

Diet Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus

a.  Kemungkinan wanita menderita DM lebih besar jika :

1). Sudah lansia & melahirkan beberapa kali

2). Kegemukan, ada glukosaria

3). Sering abortus

4). Pernah melahirkan anak besar

5). Meninggal tanpa diketahui penyebabnya


b. Prinsip diet

1). Memperbaiki keadaan umum

2). Memperhankan BB normal

3). Mempertahankan kadar glukosa darah sekitar normal

4). Memberi modifikasi diet sesuai kondisi penderita

5). Makanan disajikan menarik

c. Pengaruh DM

1). Selama hamil : abortus & prematur, preeklampsi, kesakitan janin karena

hipoglikemi, kelainan letak janin

2). Dalam persalinan : distosia bahu, bayi besar, kelahiran mati, mudah terjadi

infeksi, melahirkan dengan tindakan berlebihan

7. Prinsip penanganan

Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir

lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin

memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui

drips. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya.Lakukan upaya

pencegahan infeksi dengan baik.

a. Diet

Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25

kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori

yang lebih mudah. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal =(TB-

100)-10% BB. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang

diperhitungkan dari:

1) Kalori basal 25 kal/kgBB ideal

2) Kalori kegiatan jasmani 10-30%

3) Kalori untuk kehamilan 300 kalori

Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB.


Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai

normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105

mg/dl dan 2 jam pp dibawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera

dimulai.

Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah

kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM

umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh

kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.

b. Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk:

1) Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg

2) Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl

3)  Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%

4) Mencegah episode hipoglikemia

5) Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik

6) Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.

Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal

setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah).  Dianjurkan

kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan

persalinan maka kontrol semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8

minggu sekali . Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester

pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan,

kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB

kurang14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg). 

c. Pengobatan\

Pengobatan diabetes melitus bergantung pada pola pengontrolan diet dan

pengobatan bila diperlukan. Beberapa individu dengan DM diobati dengan:insulin

atau obat oral hipoglisomik.

d. Tujuan Diit Pada Ibu Hamil Dengan Diabetes Melitus


1) Memberikan makanan secukupnya agar penderita dapat mencapai keadaan faali

normal, dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan kualitas hidup.

2) Menurunkan kadar gula darah dan mempertahankan dalam batas normal.

3) Mencapai dan mempertahankan BB normal.

4) Mencegah hipoglikemi

5) Memenuhi kecukupan nutrisi.

6) Mencegah dan memperlambat timbulnya komplikasi

7) Memperoleh makanan yang sesuai dengan kebiasaan keluarga

4.  Syarat Diit Pada Ibu Hamil Dengan Diabetes Melitus

a. Kalori diberikan menurut umur, berat badan, tinggi badan, aktivitas,

dan  kelainan metabolik.

b. Makanan cukup protein, Vitamin, dan Mineral.

c. Karbohidrat diberikan 60 – 70% dari total kalori, diutamakan karbohidrat

kompleks.

d. Protein 10 – 15 % dari total kalori.

e. Lemak 20 – 25 %dari total kalori, diutamakan lemak tak jenuh.

f. Kolesterol dibatasi, 300 mg/hr.

g. Asupan serat ditingkatkan, 25 gr/hr

h.  Penggunaan garam dibatasi.

i. Asupan gula sederhana dan makanan / minuman yang mengandung gula

dibatasi.

5. Menyusun Menu Ibu Hamil Dengan Diabetes Melitus

Macam Diit Kalori Protein (gr) Lemak (gr) Hidrat Keterangan

DM Arang (gr)
I 1100 50 30 160 Diberikan

II 1300 55 35 195 pada

III 1500 60 40 225 penderita

gemuk
IV 1700 65 45 260 Diberikan

V 1900 70 50 300 kepada


penderita

dengan berat

badan

normal
VI 2100 80 55 325 Diberikan

VII 2300 85 60 350 kepada

VIII 2500 90 390 penderita

yang kurus,

DM pada

anak dan

remaja, ibu

hamil.

a. Jumlah Bahan Makanan Sehari Untuk Setiap Standart Diit

( DLS Satuan Penukar)

Golongan I II III IV V VI VII VIII

Bahan Makanan
Nasi/Penukar 2 3 3,5 4,5 5,5 6 6,3 7,5

Protein Hewani/Penukar 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 3 3 3

Protein nabati / penukar 2 2 3 3 3 3 3 3

Sayuran A / Penukar A S S S S S S S S

Sayuran B / Penukar B 2 2 2 2 2 2 2 2

Buah / Penukar 4 4 4 4 4 4 4 4

Susu / penukar - - - - - 1 1 1

Minyak / penukar 2 3 3 4 5 6 6 6

b. Makanan Yang Harus Dibatasi

Makanan dan minuman yang diolah dengan gula murni, yang terdapat pada, antara lain :

Ø  Gula pasir dan gula jawa

Ø  Kue – kue yang manis.

Ø  Sirop, jelly, jam, buah – buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis,

dan es krim.
c. Preskripsi Diet

1. Makan secara teratur (3 kali makan utama dan 3 kali selingan) dengan waktu yang

kurang lebihnya sama setiap hari.

2. Makan dengan jumlah kalori yang memadai untuk pertumbuhan yang normal

3. Batasi asupan lemak, minyak, kolesterol, garam, gula sederhana.

4. Konsumsi camilan rendah kalori antara lain kolang-kaling, cincau, agar-agar,

puding gelatin/rumput laut, dan pisang rebus

5. Tingkatkan konsumsi serat makanan.

6. Konsumsi buah berserat dengan kulitnya, seperti apel, jambu biji, peer.

7. Konsumsi minuman berserat, seperti blender tomat, semangka, melon, dengan

bagian putihnya disertakan

8. Sertakan rebusan sayuran yang dapat membantu mengendalikan kadar glukosa

darah dalam menu minimal 3 kali seminggu, misalnya : buncis, gambas, pare,

terong.

9. Biasakan sarapan dengan sereal tinggi serat, seperti kacang hijau, havermouth,

jagung rebus.

10. Biasakan membuang lemak sebelum memasak daging merah, selingi konsumsi

daging merah dengan daging putih

11. Pengendalian berat badan

12. Olah raga secara teratur.

13. Monitoring glukosa darah.

6. Pengaturan makanan pada DM Tipe I

Waktu pemberian makanan untuk penderita yang medapat insulin

jenisintermediate atau long acting harus disesuaikan dengan waktu saat insulin

bekerja. Bila makanan terlambat diberikan, maka saat insulin bekerja, tidak ada

makanan atau makanan kurang dari seharusnya, sehingga terjadi hipoglikemia (kadar

gula darah kurang dari normal). Gejala-gejala hipoglikemia antara lain

gemetar,berkeringat, lelah, lapar, gampang tersinggung, bingung, detak jantung

cepatsekali, pandangan kabur, nyeri kepala, tubuh kebas, atau kesemutan di

sekitarmulut dan bibir, bahkan bisa kejang-kejang atau pingsan. Sebaliknya bila
makanan terlalu banyak, tidak sesuai dengan jumlah insulin yang diberikan, makaakan

terjadi hiperglikemia (kadar gula darah lebih dari normal).

Seringkali, menumakanan yang tepat dan waktu makan yang teratur dapat mencegah

problem-problem tersebut.Untuk mengurangi resiko terjadinya kardiovaskuler,

makanan untuksemua penderita diabetes harus mempunyai kandungan lemak yang

rendah.Kandungan lemak tidak boleh lebih dari 30% dari total energi

denganperbandingan antara asam lemak jenuh dan tak jenuh 1:1, dan

kandungankolesterol kurang dari 350 mg per hari. Penderita DM dianjurkan untuk

mengkonsumsi serat dalam jumlah yangcukup. Serat dalam jumlah cukup akan

menurunkan kecepatan absorpsikarbohidrat serta menurunkan kadar lipid dalam

serum, sehingga dapat menekankenaikan kadar gula darah setelah makan. Selain itu

juga dapat menekan kenaikankadar kolesterol yang diekskresikan ke dalam usus dari

empedu.

7. Pengaturan makanan pada DM Tipe II

Pada penderita DM tipe II, pengaturan makanan merupakan hal yang sangat

penting. Bila hasil pengaturan makanan tidak sesuai dengan

yangdiharapkan, diperlukan obat-obat hipoglikemia OAD (oral anti-diabetic)

atauinsulin. Mayoritas penderita DM tipe II mengalami obesitas, oleh karena itu

tujuan utama dari pengaturan makanan adalah menurunkan berat badan ke berat badan

ideal. Untuk itu penderita diberi diet rendah kalori atau rendah energi. Dengan diet

rendah kalori, pada umumnya keadaaan hiperglikemia dapat diperbaiki. Pada

beberapa penderita, pengurangan jumlah total energi waktu puasa dapat

menormalkan kadar glukosa. Penderita DM tipe II yang kurus tidak memerlukan

pembatasan jumlah energi yang ketat. Akan tetapi, semua penderita diabetes tipe

II harus mengurangi lemak dan kolesterol serta meningkatkan rasio asam lemak

tak jenuh dengan asam lemak jenuh

5. PRINSIP DIET PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA

A. Dasar Teori Anemia


a.   Definisi

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam

kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit penyulit yang dapat

timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang

lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca

melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat

bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat ( < 4 gr% ) dapat menyebabkan

dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu

pada persalinan (Wiknjosastro, 2013).

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah

11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas tersebut

dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama

pada trimester 2 (Cunningham. F, 2011). Wanita 8 hamil butuh zat besi sekitar 40 mg

perhari atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Jarak kehamilan sangat

berpengaruh terhadap kejadian anemia saat kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam

waktu singkat akan menguras cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak kehamilan yang baik

minimal dua tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk

menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat besinya (Mardliyanti,

2006). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah

11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas tersebut

dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodulasi, terutama

pada trimester 2 (Cunningham. F, 2011).

Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat

kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan. Gangguan

penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya zat besi

yang keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan.

 Anemia adalah kondisi dimana kadar Hb kurang dari normal (< 11gr%)

  Faktor diit yang diperlukan untuk sintesa normal sel darah merah antara lain: Protein, Fe,

Asam folat, Vitamin B12, Vitamin C.

·  Anemi dalam kehamilan merupakan satu penyebab potensial morbiditas dan mortalitas ibu

dan anak.
Hasil penelitian oleh Indriyani dan Amirudin (2007) menunjukkan bahwa faktor

risiko anema ibu hamil <11 gr% mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian

partus lama. Ibu yang mengalami kejadian anemia memiliki risiko mengalami partus lama

1,681 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia tapi tidak bermakna

secara statistik. Ini diduga karena terjadi ketidak seragaman pengambilan kadar Hb dan

pada kontrolnya ada yang kadar Hb nya diambil pada trimester 1 dan bisa saja pada saat

itu ibu sedang anemia. Ibu hamil yang anemia bisa mengalami gangguan his/gangguan

mengejan yang mengakibatkan partus lama. Kavle et al, (2008). Pada penelitianya

menyatakan bahwa perdarahan pada ibu setelah melahirka berhubungan dengan anemia

pada kehamilan 32 minggu. Kehilangan darah lebih banyak pada anemia berat dan

kehilangan meningkat sedikit pada wanita anemia ringan dibandingkan dengan ibu yang

tidak anemia.

Pertumbuhan plasenta dan janin terganggu disebabkan karena terjadinya

penurunan Hb yang diakibatkan karena selama hamil volume darah 50% meningka dari 4

ke 6 L, volume plasma meningkat sedikit yang menyebabkan penurunan konsentrasi Hb

dan nilai hematokrit. Penurunan 17 ini akan lebih kecil pada ibu hamil yang

mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

perfusi dari plasenta dan untuk penyediaan cadangan saat kehilangan darah waktu

melahirkan. Selama kehamilan rahim, plasenta dan janin memerlukan aliran darah yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Smith et al., 2012). Pertumbuhan janin yang

lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang

rendah, yaitu sebesar 38,85% ,merupaka penyebab kematian bayi. Sedangkan penyebab

lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim

(hipoksiaintrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau

beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa

66,82% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan. Jika dilihat dari

golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2005 adalah disebabkan

penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu56,09% (Depkes, 2008).
Ahmad Rofiq (2008) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan

prioritas 1-3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2

tahun menunjukkan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang

terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi

rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang

terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu 18

hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya.

b. Penyebab

Penyebab Anemia Ibu Hamil

Meskipun saat sebelum hamil Ibu tidak pernah mengalami anemia, Ibu bisa saja

mengalami anemia ketika hamil. Hal ini biasanya disebabkan karena kurangnya asupan

gizi, terutama zat besi. Kebutuhan zat besi pada tubuh ibu hamil terus-menerus meningkat

sesuai dengan usia kehamilan. Zat besi adalah zat gizi penting untuk membentuk

hemoglobin, yakni protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh

jaringan dan organ tubuh. Selama masa kehamilan, jumlah darah dalam tubuh Ibu

meningkat hingga 50% lebih banyak dibandingkan dengan kondisi tubuh dalam keadaan

normal, sehingga Ibu memerlukan banyak zat besi yang membentuk hemoglobin untuk

mengimbangi kenaikan volume darah. Juga untuk memenuhi kebutuhan zat besi bagi

perkembangan janin dan plasenta. Sayangnya, kebanyakan ibu hamil tidak menyadari

adanya peningkatan kebutuhan zat besi yang diperlukan tubuh, terutama pada trimester

kedua dan ketiga saat kebutuhan tubuh akan sel darah sangat meningkat drastis. Jika Ibu

berada dalam kondisi kekurangan zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan,

maka Ibu berisiko mengalami anemia.

c. Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil

1. Umur Ibu Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari 20

tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu 9 hamil yang

berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur kurang

dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil,
karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya,

beresiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.

2. Paritas Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko 1.454

kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan paritas rendah. Adanya

kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin

tinggi angka kejadian anemia.

3. Kurang Energi Kronis (KEK) 41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi.

Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari

keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan sebagainya.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko

Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat

digunakan untuk memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek. Pengukuran

lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status gizi Kurang

Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA

<23,5 cm. Deteksi KEK denganukuran LILA yang rendah mencerminkan kekurangan

energi dan protein dalam intake makanan 10 sehari hari yang biasanya diiringi juga

dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil

yang menderita KEK berpeluang untuk menderita anemia (Darlina, 2003).

4. Infeksi dan Penyakit Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya

tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan

kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah

pula. Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat

kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau

menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria,

TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan

penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi

dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan

abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan.

Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan. Hal

itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit,
ibu hamil akan kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006).

Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang akan

dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan

janin apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun janin

tidak langsung menderita 11 penyakit, namun Demam yang menyertai penyakit infeksi

sudah cukup untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus

dapat menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak menular dapat

menimbulkan komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30% (Bahar,

2006).

5. Jarak kehamilan Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi pada

ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak

kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak

kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk

memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu

hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena

cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang

dikandungnya.

6. Pendidikan Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang

di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah

pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan

jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social ekonomi

rendah (Manuaba, 2010). Menurut penelitian Amirrudin dkk (2007), faktor yang

mempengaruhi status anemia adalah tingkat pendidikan rendah.

4) Anemia fisiologi dalam kehamilan

Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami hemodelusi

(pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada

kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan

hemoglobin sekitar 19 % (Manuaba, 2010).

5) Patofisiologi
Anemia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kekurangan zat besi dan biasanya

terjadi secara bertahap. (Zulhaida Lubis, 2003).

1) Stadium 1 Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan dalam tubuh

terutama disumsum tulang.

2) Stadium 2 Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan

membentuk sel darah merah yang memproduksi lebih sedikit.

3) Stadium 3 Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit menurun.

4) Stadium 4 Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan

mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah baru yang sangat

kecil (Mikrositik).

5) Stadium 5 Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia maka timbul

gejala - gejala karena anemia semakin memburuk (Anonim, 2004). Ibu hamil

memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan

membentuk sel darah merah, janin dan plasenta. Kenaikan volume darah selama

kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe dan zat besi (Zulhaida Lubis, 2003).

6) Klasifikasi anemia ibu hamil

Secara umum menurut Proverawati (2009) anemia dalam kehamilan diklasifikasikan

menjadi:

1) Anemia defisiensi besi sebanyak 62,3%

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam

darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu keperluan zat besi untuk

wanita hamil, tidak hamil dan dalam 14 laktasi yang dianjurkan. Untuk menegakkan

diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese. Hasil anamnesa

didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan

mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat

dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan minimal 2 kali selama

kehamilan yaitu trimester I dan III.

Anemia Megaloblastik sebanyak 29%.

Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic acid) dan

defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang. Menurut Hudono (2007)


tablet asam folat diberikan dalam dosis 15-30 mg, apabila disebabkan oleh defisiensi

vitamin B12 dengan dosis 100- 1000 mikrogram sehari, baik per os maupun

parenteral.

2) Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak %

Anemia disebabkan karena sum-sum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel

darah baru.

3) Anemia Hemolitik sebanyak 0,7% Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah

merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya. Menurut penelitian, ibu hamil

dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam

folat dan viamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia

pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi

(Fe), asam folat, dan vitamin B12.

7) Bahaya anemia dalam kehamilan ( Manuaba, 2010)

Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal : berat badan kurang,

plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa intranatal dapat terjadi

tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat

terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus : premature,

apgar scor rendah, gawat janin. Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat

menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan

pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosisdan mudah

terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu (Mansjoer A. dkk., 2008).

Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan gangguan his

primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi

karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif

(Mansjoer A. dkk., 2008). Anemia kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan

kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu saat mengedan untuk melahirkan bayi (Smith

et al., 2012). Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan : gangguan hiskekuatan

mengejan, Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar, Kala II berlangsung

lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, Kala
III dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum akibat atonia uteri, Kala IV

dapat 16 terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri. Pada kala nifas : Terjadi

subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi

puerperium, pengeluaran ASI berkurang, dekompensasi kosrdis mendadak setelah

persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae (Saifudin, 2006)

8) Pengaruh anemia terhadap kehamilan :

1). Abortus

2) Persalinan prematuritas

3) Hambatan tumbuh kembang janin

4) Mudah infeksi

5) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %) f) Heperemesis gravidarum

6) Perdarahan antepartum

7) Ketuban pecah dini

i. Akibat anemia terhadap kehamilan:

1) Abortus

2) Kematian intra uterine

3) Persalinan prematuritas tinggi

4) Berat badan lahir rendah

5) Kelahiran dengan anemia

6) Cacat bawaan

7) Bayi mudah infeksi sampai kematian perinatal

8) Intelegiensia rendah (Manuaba, 2010)

j. Pencegahan anemia

Pencegahan anemia pada ibu hamil antara lain : a) Mengkonsumsi pangan lebih

banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau, kacang – kacangan, protein hewani,

terutama hati. b) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat,

mangga dan lain–lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Suplemen zat besi

memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita hamil dan anemia berat misalnya. Manfaat

zat besi selama kehamilan bukan untuk meningkatkan atau menjaga konsentrasi hemoglobin

ibu, atau untuk mencegah kekurangan zat besi pada ibu. Ibu yang mengalami kekurangan zat
besi pada awal kehamilan dan tidak mendapatkan suplemen memerlukan sekitar 2 tahun

untuk mengisi kembali simpanan zat besi dari sumber-sumber makanan sehingga suplemen

zat besi direkomendasikan sebagai dasar yang rutin (Depkes, 2008).

Penderita anemia ringan sebaliknya tidak menggunakan suplemen zat besi. Lebih

cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya dengan konsumsi makanan

yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan

(tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua

(kangkung, bayam) dan buah-buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain itu tambahkan

substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air jeruk, daging ayam

dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut

dihindari (Anonim, 2004).

k. Resiko Anemia Akut Semakin Meningkat Jika :

E. Sering mual-mual di pagi haridan frekuensi muntah terlalu sering.

F. Nafsu makan yang turun karena mual dan muntah

G. Sedang mengandung lebih dari satu bayi.

H. Jarak antar kehamilan terlalu dekat.

I. Pola makan yang buruk, sehingga kebutuhan zat besi tidak tercukupi.

J. Jumlah darah yang Ibu keluarkan saat menstruasi pada pra-kehamilan, terlalu banyak.

K. Terjadi pendarahan pada waktu persalinan.

Selain kekurangan zat besi, anemia juga dapat disebabkan karena kekurangan suplai

asam folat atau vitamin B12, atau karena penyakit tertentu, misalnya meiliki kelainan darah

karena faktor keturunan. Inilah alasannya mengapa suplemen zat besi belum tentu dapat

mengatasi masalah anemia. Cara penanganan anemia pada masa kehamilan harus sesuai

dengan penyebabnya

1. Kurang intake makanan sumber pembentukan sel darah merah dikarenakan muntah,

pantangan, tidak suka pada suatu jenis makanan dan faktor alergi terhadap makanan.

2. Kehamilan dan persalinan yang terlalu sering sehingga simpanan Fe rendah.

3. Kebutuhan Fe yang meningkat

4. Gangguan penyerapan Fe.


a) .   Fungsi Zat Besi

1. Pembentukan sel darah merah, cadangan Fe pada bayi yang baru lahir.

2.   Sel darah merah bertugas mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan

mengangkut nutrisi dari ibu ke janin.

3. Ikatan Fe dan protein dalam otot menyimpan oksigen yang sewaktu-waktu digunakan

oleh sel.

4. Reaksi enzim diberbagai jaringan tubuh.

b). Pengaruh Anemia dalam Kehamilan

1. Pengaruh pada ibu hamil, baik dalam masa kehamilan, persalinan dan pasca

persalinan : abortus, partus prematur, partus lama, pendarahan post partus, infeksi,

anemia, dll.

2. Pengaruh terhadap janin: kematian janin, kematian perinatal, prematur, cacat bawaan,

cadangan Fe bayi kurang.

a. Tujuan Diit pada Ibu Hamil Dengan Anemia

Memberikan makanan yang dapat mencegah dan memperbaiki keadaan anemia.

b.  Syarat Diit pada Ibu Hamil Dengan Anemia

1) Energi sesuai kebutuhan secara bertahap sejumlah 2200 kalori + 300 – 500 kalori/hari

2)  Lemak cukup, 53 gram/hari

3) Protein tinggi, 75 gram/hari + 8 – 12 gr/hr, diutamakan protein bermutu tinggi.

4)  Meningkatkan konsumsi makanan sumber pembentukan sel darah merah

5)  Bentuk maknan dan porsi disesuaikan dengan keadaan kesehatan ibu hamil.

c. Cara Meningkatkan Asupan Fe dan Asam Folat

1.  Konsumsi protein hewani (daging, unggas,


seafoods, telur, susu dan hsl olahannya)
2. Konsumsi makanan sumber asam folat
(Asparagus, bayam, buncis, hati sapi, kapri, kacang tanah, orange juice, almond,
beras merah/tumbuk, kembang kol, telur, selada, sereal instant)
3. Meningkatkan asupan buah  berwarna jingga dan
merah segar (jeruk, pisang, kiwi, semangka, nanas)
4.   Mengkonsumsi makanan fortifikasi (susu, keju,
, es krim, makanan berbasis tepung).
5. Konsumsi vitamin C, untuk meningkatkan
absorbsi Fe dalam usus.
6. Konsumsi makanan sumber vitamin B12
( daging, hati, ikan, makanan fermentasi, yogurth, udang, susu)
7. Jika perlu ditambahkan suplemen vitamin B12,
Fe dan vitamin C.
8. Konsumsi sayuran hijau paling tidak 3 porsi/hr.
9. Konsumsi sari buah yang kaya vitamin C
minimal 1 gls/hr.

C. Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil

Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah

jarak kelahiran pendek Hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan

mekanisme biologis dan memulihkan faktor hormonal. Jarak kehamilan sangat

berpengaruh terhadap kejadian anemia pada saat kehamilan yang berulang dalam waktu

singkat akan mengurangi cadangan zat besi ibu. Pengetahuan jarak kehamilan yang baik

minimal 2 tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk

menerima janin kembali tanpa harus mengurangi cadangan zat besi. Jarak kehamilan yang

berdekatan juga dapat memicu pengabaian pada anak pertama secara fisik maupun psikis,

yang dapat menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan berbagai kasih sayang dari

orang tuanya (Ammirudin, 2007).

1. Jarak Kehamilan

Pengertian jarak kehamilan

a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak

konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2010)

b. Jarak kehamilan adalah suatu pertimbangan untuk menentukan kehamilan yang

pertama dengan kehamilan berikutnya. (Depkes RI, 2008).


Menurut Amirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan

prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata 21 jarak kurang dari

2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang

terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi

rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang

terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu

hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya Ammirudin

(2007). Kematian maternal menjadi resiko tinggi jika terlalu rapat jarak kelahiran. jarak

kelahiran kurang dari 2 tahun dan anemia beresiko tinggi terhadap kematian maternal

karena seorang ibu setelah melahirkan memerlukan 2 atau 3 tahun untuk dapat

memulihkan kondisi tubuhnya dan mempersiapkan diri untuk persalinan yang berikutnya

Ammirudin (2007). Menurut Ammirudin (2007) resiko untuk menderita anemia berat

dengan ibu hamil dengan jarak kurang dari 24 bulan dan 24 – 35 bulan sebesar 1,5 kali

dibandingkan ibu hamil dengan jarak kehamilan lebih dari 36 bulan.

Hal ini dikarenakan terlalu dekat jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap

kesiapan organ reproduksi ibu. Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian

anemia pada saat kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan menguras cadangan

zat besi ibu (Ammirudin,2007). Pengetahuan jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun

menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima janin

kembali tanpa harus menghasilkan cadangan zat bezi.Selepas masa nifas (masa setelah

melahirkan), yang rata-rata berdurasi 40 hari, hubungan intim sudah mungkin 22

dilakukan. Secara fisiologis, kondisi alat reproduksi wanita sudah pulih. Tapi semuanya

kembali pada kesiapan fisik dan psikis, terutama dan pihak wanita. Tiga bulan setelah

melahirkan, wanita sudah bisa hamil lagi.Wanita yang melahirkan dengan jarak yang

sangat berdekatan (dibawah 2 tahun) akan mengalami peningkatan resiko perdarahan pada

trimester ke-3, placenta previa, anemia, ketuban pecah dini, endometriosis masa nifas, dan

kematian saat melahirkan.Penelitian The Demographic and Health Survey, menyebutkan

bahwa anak-anak yang dilahirkan 3-5 tahun setelah kelahiran kakaknya, memiliki

kemungkinan hidup sehat 2,5 kali lebih tinggi dari pada yang berjarak kelahiran kurang

dan 2 tahun.
Jarak kelahiran yang berdekatan juga dapat memicu pengabaian pada anak pertama

secara fisik maupun psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan

berbagi kasih sayang dan orang tuanya. Selain itu, pelepasan sel telur (ovulasi) sering

mendahului peristiwa haid pertama kali (menarche) pada remaja yang masuk masa puber.

Hal ini dapat menyebabkan kehamilan pada gadis remaja yang telah masuk ke dalam

aktivitas seksual (Ammirudin,2007). Angka kehamilan dalam setahun pada wanita subur

dengan aktivitas seksual normal berkisar 90%. Jadi perencanaan kehamilan sangat

diperlukan untuk ibu dan juga untuk anak. Jangan sampai si anak merasa dan

diperlakukan seperti anak yang tidak dikehendaki kehadirannya. (Ammirudin,2007).

6. Prinsip Diet Ibu Hamil dengan Obesitas

1. Definisi Obesitas

            Obesitas diartikan sebagai peningkatan berat badan diatas 20% dari batas normal (

brownel, 1984 ). Pasien dengan obesitas mempunyai status nutrisi yang melebihi

kebutuhan metabolisme karena kelebihan masukan kalori dan atau penurunan penggunaan

kalori (energi). Artinya, masukan kalori tidak seimbang dengan penggunaannya yang

pada akhirnya berangsur-angsur berakumulasi meningkatkan berat badan. Selain

kelebihan berat badan nilai TSF pada pasien dengan obesitas lebih dari 15 mm untuk laki-

laki dan lebih dari 25 mm untuk wanita. (Nurachmah, 2001)

            Kelebihan energi pada penderita obesitas disimpan dalam bentuk lemak. Pada

keadaan normal, jaringan lemak ini ditimbun di tempat-tempat tertentu diantaranya dalam

jaringan sub cutan dan didalam jaringan tirai usus. Pada orang yang menderita obesitas

ogan-organ tubuhnya di paksa untuk bekerja lebih berat karena harus, membawa

kelebihan berat badan oleh sebab itu pada umumnya lebh cepat gerah, capek, dan

mempunyai kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. (Noto atmodjo,

2007)

Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk menetapkan berat badan yang

di inginkan individu dan untuk mendefinisikan obesitas secara klinis. Inedeks masa tubuh

(IMT) merupakan prediksi derajat lemak tubuh fdan pengukurannya di rekomendasikan

federal untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas. IMT di hitung

dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam
meter (kg/ ) atau mengalihkan berat badan dalam pons dengan 703 lalu dibagi

kuadrat tinggi badan dalam inci kuadrat (Varney, 2003)

Klasifikasi IMT yang dapat digunakan untuk membantu dalam perhitungan IMT

untuk menentukan apakah berat badan individu sesuai dengan tinggi badannya.

Kriteria IMT
Berat Badan Kurang < 18,5 kg/m2

Berat Badan Normal 18,5-24,9 kg/m2

Berat Badan Berlebih 25-29,9 kg/m2

Obesitas ( Kelas I ) 30-34,9 kg/m2

Obesitas ( Kelas II) 35-39,9  kg/m2

Obesitas Ekstrim (Kelas III) ≥40 kg/m2

B. Faktor Penyebab Obesitas

         Pada hakikatnya derajat lemak tubuh (IMT) merupakan cerminan dari interaksi

perkembangan, linkungan dan genetik. Peranan genetik dalam kejadian obesitas terbukti

dari adanya risiko obesitas sekitar dua sampai tiga kali lebih tinggi pada individu dengan

riwayat keluarga obesitas dan meningkat sesuai dengan beratnya obesitas.

1. Faktor lingkungan yang mempengaruhi obesitas pada penduduk adalah:

1. Faktor demografi

a. Umur  : meningkat sesuai dengan umur paling sedikit sampai umur 55 pada laki-

laki dan 70 pada wanita.

b. Gender  : wanita umumnya prevalensinya lebih tinggi setelah umur 50 tahun.

2. Faktor sosiokultural

a. Tingkat pendidikan :

di Eropa prevalensi obesitas lebih tinggi pada mereka dengan pendidikan rendah.

b. Penghasilan / profesi :
di Eropa lebih tinggi prevalensinya pada mereka dengan penghasilan rendah.

c Status perkawinan : biasanya meningkat setelah kawin

3. faktor biologi : paritas (IMT lebih tinggi dengan makin meningkatnya jumlah anak)

4. faktor perilaku

a)  nutrisi   : jumlah lemak dalam makanan,

b)  merokok : merokok menurunkan berat badan dan berhenti merokok  meningkatkan

berat badan

c)  konsumsi alkohol : konsumsi alkohol sedang kadang-kadang dihubungkan

dengan IMT yang lebih tinggi

d)  aktivitas fisik : mereka yang tidak aktif lebih berat dari yang aktif secara

fisik (Seidell, 2005).

Pada dasarnya obesitas yang dialami oleh seseorang dipengaruhi oleh beberapa

hal yaitu :

A. Genetik

Apabila kita lihat sekilas, orang tua yang gemuk akan memiliki anak yang gemuk

pula. Hal ini didasarkan alasan  yaitu  pada saat ibu sedang hamil maka unsure  sel

lemak yang ada didalam tubuh ibu yang berjumlah besar dan melebihi normal secara

otomatis akan diturunkan pada sang bayi  dalam kandungan. Hal ini mengakibatkan

bayi lahir dengan unsurlemak yang besar pula di dalam tubuhnya.

B. Disfungsi salah satu bagian otak

System pengontrol suatu makan di dalam tubuh manusia terletak pada hippocampus

yaitu hippocampus lateralis(menggerakkan nafsu makan) dan ventromedial

(menghentikan nafsu makan). Apabila terjadi kerusakan pada salah satu system ini

maka seseorang akan menderita kegemukan.

C. Pola makan yang berlebihan

Orang obesitas biasanya lebih responsive terhadap makanan dari pada orang normal.

Hal ini baik terhadap rangsangan penglihatan terhadap makanan , rangsang bau

makanan, ataupun mendengar makanan. Orang obesitas akan makan sesuatu jika ia

merasa ingin makan, bukan karna kebutuhan akibat lapar. Itulah sebabnya mengapa

orang yang pola makannya berlebihan menyebabkan ia lebih mudah gemuk.


D. Kurang gerak/ kurang olahraga

Pada dasarnya tingkat pengeluaran kalori tubuh dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

tingkat dan aktifitas olahraga secara umum dan  angka metabolisme basal atau

tingkat energy orang yang dipertahankan untuk memeliharafungsi minimal tubuh.

Orang dengan olahraga yang teratur maka pengeluaran kalori tubuhnya juga teratur,

sehingga tanpa adanya kelebihan kalori yang apabila disimpan dalam tubuh dapat

berakibat  pada kegemukan.

E.   Emosi

kestabilan hormone setiap orang itu berbeda-beda dan dipengaruhi oleh kadar mood

seseorang. Begitu juga dengan cara orang yang berbeda-beda dalam  mengatasi

konflik. Adasebagian orang makan sebanyak-banyaknya ketika ia sedang kesal atau

sedih atau juga sebaliknya. Apabila orang dengan mood yang tidak menentu tersebut

dan mereka menggunakan makanan untuk mengurangi apa yang ia rasakan, maka

didalam tubuh tidak mungkin bisadihindari jika akan terjadi kelebihan kalori dari

yang biasanya. Inilah yang akhirnya jika berlangsung lama akan menyebabkan

kegemukan.

F.   Faktor lingkungan

apabila seseorang itu hidup didalam kebudayaan yang menyatakan bahwa seseorang

yang gemuk itu makmur dan sejahtera ,maka seseorang tidak akan peduli dengan apa

yang menyebabkan kegemukan . lebih lagi jika tidak adapermasalahan psikologi

yang menyertai.

       Para ahli kesehatan dan masyarakat sendiri telah menyadari bahwa salah satu faktor

lingkungan yang penting adalah perubahan pola makan. Perubahan jenis makanan

dari yang 'tradisional' beralih ke makanan siap saji yang lebih banyak lemak, rendah

serat dan tinggi kalori merupakan pemicu meningkatnya obesitas di semua negara,

termasuk di Indonesia.

( Bali post)

C. Dampak Obesitas Terhadap Kesehatan


            Bahwa obesitas meningkatkan risiko dari semua penyebab kematian, dimana

meningkat sebesar 1.9 kali baik pada laki-laki maupun pada perempuan yang mempunyai

berat badan diatas 40% rata-rata. Peningkatan kematian pada orang obese karena obesitas

terkait dengan beberapa penyakit yang mengancam jiwa seperti Diabetes Mellitus Tipe 2,

penyakit krdiovaskuler, penyakit kandung empedu, dan kanker sensitif-hormon dan

gastrointestinal. Risiko penyakit non-fatal lain juga dihubungkan dengan obesitas, seperti

nyeri punggung, radang sendi, intertilitas, dan gangguan psikososial. Dalam kaitannya dengan

risiko penyakit kardiovaskuler. (Bali Post)

Obesitas dibagi menjadi dua yaitu: tipe android (obese sentral, tipe laki-laki,

buncit) dan ginoid/ ginekoid (obese perifer). Tipe android lebih banyak dihubungkan

dengan risiko penyakit kardiovaskuler, karena pada tipe ini dihubungkan dengan

meningkatnya prevalensi intoleransi gluosa, hipertensi dan hiperlipidemia (Leaf, 1990;

Van Gaal, 1994). Obesitas tidak hanya dihubungkan dengan penyakit fisik, namun juga

dengan masalah kejiwaan. Pada perempuan muda dengan umur 18-25 tahun yang tinggal

di Drenden, Jerman ditemukan bahwa dibandingkan mereka yang bukan obese, pada

mereka yang obese ditemukan adanya peningkatan kelainan mental terutama kelainan

kecemasan (Besker et al. 2001). (Bali Post)

D. Bahaya Obesitas Saat Kehamilan

               Kegemukan ternyata juga menjadi ancaman yang cukup serius bagi ibu hamil karena

kemungkinan akan mengalami masalah ketika persalinan dan pasca persalinan.

Kebanyakan ibu hamil mengalami obesitas karena kelebihan makanan.banyak orang yang

percaya bahwa ibu hamil makan untuk dua orang yang menjadikan para ibu hamil makan

dengan porsi yang berlebihan. Akhirnya terjadilah penumpukan kalori dan sisa asupan

energy yang berujung pada diabetes. Mitos tersebut keliru , sebenarnya kebutuhan makan

ibu hamil hanya naik rata-rata 10-15 persen.

            Saat ini, kasus diabetes pada masa kehamilan (gestational diabetic) semakin

meningkat. Penyebab utamanya  adalah obesitas. Akibat peningkatan resiko tersebut,setiap

ibu hamil diwajibkan melakukan screening kadar gula darah terutama saat usia kehamilan

menginjak minggu ke 24-28.oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk mengatur berat
badan agar tetap berada pada kondisi ideal. Peningkatan berat badan di trimester pertama

memang relative sedikit, tidak naik atau bahkan berkurang karena muntah-muntah.

Peningkatan berat badan yang cukup pesat terjadi di trimester 2 dan 3, pada periode inilah

perlu dilakukan pemantauan ekstra terhadap berat badan. Obesitas juga sangat

membahayakan persalinan karena banyaknya pembuluh darah ibu yang tersumbat oleh

lemak dan kolesterol. Selain itu, lemak yang berlipat-lipat pada lapisan kulit merupakan

media yang kondusif untuk tumbuhnya kuman sehingga infeksi pun sangat mungkin

terjadi. Risiko lainnya, plasenta ynag berfungsi menyuplai oksigen dapat merusak sel-sel

otak janin. Sehingga kecerdasan si kecil pun bisa menjadi berkurang. Kemungkinan buruk

lain adalah janin bisa mengalami gangguan paru-paru maupun terlahir obesitas.  

E. Pencegahan Obesitas Saat Kehamilan

Langkah pertama yang perlu dilakukan jika ibu baru menginjak trimester 1 yaitu

pemeriksaan gula darah, tekanan darah, dan pengukuran berat badan. Pemeriksaan ini

diulang lagi di akhir diabetes dan  hipertensi. Selanjutnya, dilakukan pemantauan terhadap

perkembangan janin.

Langkah yang lain yaitu dengan membatasi kalori. Namun hal ini masih menjadi

kontroversi. Hal ini dikarenakan pengurangan kalori ditakutkan akan menggangu

perkembangan janin. Namun pada intinya, komposisi makanan harus seimbang. Sekaub

mengatur pola makan, dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik. Jalan pagi sangat baik

untuk menjaga kondisi ibu tetap sehat. Bila asupan nutrisi dari makanan yang

mengenyangkan diantaranya : karbohidrat, protein/asam amino; vitamin dan mineral; serta

enzim yang diperlukan untuk memaksimalkan proses penyerapan nutrisi oleh tubuh maka

asupan nutrisi ibu saat hamil dapat terpenuhi. Bila saat kehamilan mengalami obesitas,

perlu dilakukan penanganan khusus. Sang ibu pun harus bersikap tenang karena sikap

tenang sangat bermanfaat bagi perkembangan janin. Pilihlah klinik atau rumah sakit

dengan fasilitas lengkap. Hal ini sebagai antisipasi jika ibu membutuhkan tindakan medis

yang lebih kompleks.

F. Diet Ibu Hamil dengan Obesitas


Adapun faktor-faktor yang mengharuskan seorang ibu hamil untuk melakukan diet,

salah satunya adalah kelebihan berat badan. Mengalami kenaikan berat badan yang terlalu

drastic pada saat kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi tentunya. Oleh

karena itu, untuk para ibu hamil yang diharuskan diet, hendaknya mengikuti diet makan

sehat khusus untuk ibu hamil. Saat hamil, tubuh membutuhkan lebih banyak konsumsi

protein, kalori (untuk energi) sebanyak 300 kalori perhari, vitamin dan mineral sperti asam

folat dan zat besi untuk perkembangan bayi. Beberapa prinsip makanan yang baik selama

kehamilan dengan melakukan cara dan diet makanan yang sehat, diantaranya :

1. Selalu sarapan

Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi saat sarapan.

Menghindari sarapan akan menimbulkan keinginan untuk makan lebih banyak pada

waktu makan berikutnya tiba. Selain itu, melewatkan sarapan juga menyebabkan

keluhan berupa kepala pening, mual, dan lain-lain.

2. Susunan daftar makanan

Ini dilakukan dengan tujuan agar tidak mengonsumsi makanan secara berlebihan dan

mengatur asupan kalori harian.

3. Pilih makanan berserat serta rendah kandungan lemak dan gula

Pada ibu hamil konsumsi gula yang berlebihan cenderung menimbulkan perasaan

mudah lapar. Sediakan berbagai buah atau sayuran untuk dijadikan sebagai makanan

selingan. Konsumsi ikan, unggas, daging tanpa lemak, keju, susu skrim, brokoli, wortel,

dan labu.

4. Usahakan untuk mengolah makan

Hal ini bisa dilakukan dengan cara dibakar, dipanggang, atau dikukus

5. Jadikan buah sebagai camilan

Ini sangat bermanfaat karena buah kaya akan vitamin yang sangat bermanfaat bagi

perkembangan janin dan juga ibu sendirian

6. Perbanyak minum air putih, minimal 8 gelas per hari

Pada waktu hamil seringkali dehidrasi disalah artikan dan dianggap sebagai rasa lapar.

Akibatnya, terjadi kelebihan kalori dari yang biasanya. Perlu diingat apabila sudah

memenuhi kebutuhan gizi seperti biasanya tetapi masih merasa lapar berarti yang

dibutuhkan adalah minum yang sebanyak-banyaknya.


7. Jangan percaya mitos orang hamil perlu makan 2 kali lipat dari biasanya

Masih banyak yang menganggap bahwa seseorang yang sedang hamil harus banyak

makan. Sebenarnya,  pandangan itu tidak benar. Jangan ragu untuk mengatakan tidak,

saat diminta untuk menghabiskan makanan dalam jumlah yang banyak. Katakana secara

halus bahwa anda sudah kenyang.

8. Makanlah makanan dengan nutrisi tertinggi dengan kandungan kalori terendah yaitu

kalori dikurangi sebanyak 500-1000 dibawah kebutuhan nomal.

9. Kurangi asupan hidrat arang.

10. Konsumsi makanan yang cukup mineral dan vitamin, serta tinggi serat sehingga

membuat kenyang.

D. PENKES / KONSELING TENTANG PEMENUHAN GIZI BAGI IBU HAMIL

DENGAN HIPEREMISIS GRAVIDARUM DAN PRE EKLAMSI

Latar Belakang

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan

seringkedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi

dapat pulatimbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi

6 minggu setelahhari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10

minggu. Mual dan muntahterjadi pada 60-80% primi gravida dan 40 -60% multi gravida.

Satu diantara seribukehamilan, gejala- gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini

desebabkan oleh karenameningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic

Gonadrotropin) dalamserum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas,

mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada

umumnya wanita dapatmenyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual

dan muntah yang beratdapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari- hari menjadi

terganggu dan keadaanumum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis

gravidarum. Keluhan gejaladan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya

penyakit. (Prawirohardjo, 2002)

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita

hamil sampaimengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi

buruk,karena terjadidehidrasi (Mochtar,1998).


1. Hiperemisis Gravidarum

Hipermesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah lebih

dari 10 kali dalam 24 jam,sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari

(Arief.B, 2009)

Hiperemesis gravidarum adalah mual-muntah berlebihan sehingga menimbulkan

gangguanaktivitas sehari-hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2011)

a. Etiologi

Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor

predisposisi yang ditemukan:

1. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda hal inimenim

bulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua

keadaantersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan

2. Faktor organik,karena masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubaha

nmetabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap

perubahanini.Alergi juga disebut sebagai salah satu faktor organik karena sebagai

salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak.

3. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupunhubu

ngannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan

pasti,takutterhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai

ibu, dapatmenyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah.

Tidak jarangdengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu

mengurangi frekuensi muntah klien

b. Patofisiologi

Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak

habisterpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,

terjadilahketosis. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena

muntahmenyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang.

Natrium danklorida darah turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi

menyebabkanhemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini

menyebabkan jumlahzat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan


tertimbunlah zat metabolik yangtoksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari muntah

dan bertambahnya ekskresi lewatginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang

lebih banyak, dapat merusak hati.

c. Diagnosa

1) Anamnesa : Amenore, tanda kehamilan muda,muntah terus menerus

2) Pemeriksaan fisik : KU = lemah

a. Kesadaran= apatis sampai koma 

b. Nadi >100 x/menit

c. Tekanan darah menurun.

d. Suhu meningkat

3) Pemeriksaan penunjang : Kadar Na dan Cl turun

d. Klasifikasi

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3

(tiga)tingkatan yaitu :

a. Tingkat I

Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :

a) Dehidrasi : turgor kulit turun

b) Nafsu makan berkurang

c) Berat badan turun

d) Mata cekung dan lidah kering 

e) Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke

esofagus

f) Nadi meningkat dan tekanan darah turun

g) Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit

h) Tampak lemah dan lesu

b. Tingkat II

Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :

a) Turgor kulit makin turun

b) Lidah kering dan kotor

c) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris 

a. Kardiovaskuler
a) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/meniT

b) Nadi kecil karena volume darah turun

c) Suhu badan meningkat

d) Tekanan darah turun

b. Liver

Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus

c. Ginjal

Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan

a) Oliguria

b) Anuria

c) Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan

d) Kadang-Kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya

mukosalambung pada sindrom mallory weiss.

3) Tingkat III

a. Keadaan umum lebih para

b. Muntah berhenti

c. Sindrom mallory weiss

d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma

e. Terdapat ensefalopati werniche :

a) Nistagmus

b) Diplopia

c) Gangguan mental

e. Pencegahan

Prinsip pencegahan untuk mengobati emesis agar tidak menjadi hiperemesis adalah:

1). Penerapan bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses fisiologi

2).  Makan sedikit tapi sering dengan (makanan kering)

3).  Hindari makanan berminyak dan berbau

4). Defekasi teratur

f. Penatalaksanaan

1). Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Luminal. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1

danB6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepertiAvopreg,Avomin. Anti

histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin. Antasida

2) Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran

udara yang baik..Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau

hilang tanpa pengobatan.

a. Terapi Psikologik

Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa

takutoleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan

konflik,yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

4). Cairan parenteral

Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan

Glukosa 5%dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat

ditambah Kaliumdan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada

kekurangan protein,dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.

5).  Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.

Usahakanmengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk.

Delirium, kebutaan,tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi

komplikasi organik. Dalamkeadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk

mengakhiri kehamilan. Keputusan untukmelakukan abortus terapeutik sering sulit

diambil, oleh karena di satu pihak tidak bolehdilakukan terlalu cepat, tetapi dilain

pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejalaireversibel pada organ vital.

6). Diet

a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.Makanan hanya berupa roti

kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersamamakanan tetapi 1-2 jam

sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat– zat gizi,kecuali

vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari. 


b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.Secara berangsur

mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidakdiberikan bersama

makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin Adan D.

c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.Menurut

kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan

inicukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.

g. Prognosis

Dengan penanganan yang baik, prognosis sangat memuaskan. Namun, pada

tingkatyang berat dapat menyebabkan kematian ibu dan janin

a. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi akibat hiperemesis gravidarum alntara lain:

1) Komplikasi ringan:

Kehilangan berat badan, dehodrasi, asidosis dari kekurangan gizi, alkalosis,

hipokalemia,kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik, tetani, dan gagguan

psikologis. 

2) Komplikasi yang mengancam kehidupan

Rupture oesophageal berkaitan dengan muntah yang berat, encephalophaty

wernicke’s,mielinolisis pusat pontine, retinal haemorage, kerusakan

ginjal,pneumomediastinum secaraspontan, keterlambatan pertumbuhan didalam

kandungan, dan kematian janin.

b. Penyebab mual dan muntah pada ibu hamil

Mual dan muntah dapat dialami oleh 50-80% ibu hamil. Mual dan muntah

pada ibu hamil normal terjadi di awal minggu ke empat kehamilan kemudian

meningkat kejadiannya antara minggu kelima dan sepuluh kemudian menurun pada

minggu ke-20. Biasanya mual dan muntah terjadi di pagi hari.

1) Peningkatan hormone kehamilan (hCG, progesterone, dan estradiol) yang

diperberat oleh stress yang biasanya dialami oleh ibu hamil. Progesteron dapat

menghambat pergerakan usus sehingga terjadi mual dan muntah.

2) Sebagai cara alami tubuh untuk mecegah penyerapan bahan yang berbahaya untuk

janin pada saat periode awal kehamilan.


3) Meningkatnya sensitivitas indera penciuman saat kehamilan dapat memicu mual

dan muntah.

Akibat mual dan muntah pada ibu hamil

c. Langkah Makan tanpa Mual Muntah 

1) Sebelum bangkit dari tempat tidur, makanlah sedikit roti bakar atau biscuit (boleh

diolesi dengan selai, tetapi jangan menggunakan margarin dan mentega karena

akan menambah rasa mual dan muntah).

2) Ketika bangun, bangunlah secara perlahan 5-6 menit (jangan bangun mendadak).

Beberapa saat kemudian, makanlah lebih banyak roti panggang atau biscuit.

3) Dalam waktu sehari, untuk mengurangi rasa ingin muntah, makanlah sedikit-sedikit

tetapi sering.
4) Hindari bahan makanan yang memliki bau dan tekstur yang dapat memicu mual

dan muntah yaitu makanan berkuah.

5) Sebaiknya tidak langsung tidur setelah selesai makan karena dapat menambah rasa

mual dan muntah

6) Sebaiknya makanan disajikan hambar untuk mengurangi rasa mual.

7) Bila terasa haus dan ingin muntah, cobalah mengulum potongan es.

8) Minum air sesering mungkin diantara dua waktu makan. Dihindari minum air

selagi makan, air mulai diminum 30 menit sebelum makan dan 30 menit sesudah

makan.

9) Makanan tinggi karbohidrat dan protein dapat menurunkan rasa mual dan muntah

seperti roti, biskuit, kacang-kacangan, dan susu.

d. Makanan yang dibatasi dan dihindari pada Ibu hamil Mual dan Muntah:

1) Makanan berminyak dan digoreng seperti mentega, margarin, minyak, daging babi,

saus salad, kue kering, kue tart, dan kuah daging karena dapat menimbulkan rasa

mual.

2) Bumbu yang tajam seperti bawang merah dan bawang putih, merica, cabe, serta

bumbu-bumbu lainnya.
3) Makanan yang menimbulkan gas seperti ketimun, brokoli, kol, bawang, lobak,

kacang kering sebaiknya tidak disantap untuk menghindari timbulnya rasa mual.

4) Jangan minum atau makan sup pada waktu makan (dianjurkan makan makanan yang

kering dan tidak berkuah).

d. Kegiatan Ibu Hamil untuk menghindari Mual Muntah

1) Saat bangun tidur, bangun dengan perlahan hindari bangun secara langsung agar

tidak menimbulkan rasa mual.

2) Jadwalkan waktu untuk tidur siang sebagai cara untuk mengembalikan tingkat energi

dan menghilangkan kelelahan.

3) Tidur malam diusahakan lebih cepat untuk kembali menyimpan tenaga untuk

esok hari.
4) Untuk ibu hamil yang mengalami mual muntah diusahakan tidak banyak bergerak

secara berlebihan karena dapat menyebabkan mudah lelah

e. Vitamin yang dianjurkan untuk mengatasi mual dan muntah

1) Vitamin B6

Vitamin B6 dapat menurunkan gejala mual dan muntah pada ibu hamil. Vitamin

diberikan dalam bentuk suplemen yang diminum sebanyak 50mg/hari dengan

petunjuk dokter.

Selain dalam bentuk suplemen, vitamin B6 juga dapat ditemukan di dalam bahan

makanan seperti:

a. Sayuran (Kentang, Wortel, Ubi Jalar)

b. Buah-buahan (Pisang, Alpukat)

c. Hewani (Hati, Daging Sapi, Daging Ayam, Ikan)

d. Kacang-kacangan

2) Contoh Menu untuk Ibu Hamil Muda dengan Mual muntah

Berikut adalah contoh menu makanan sehari-hari untuk ibu hamil muda :
F. Penkes / Konseling tentang Pemenuhan Gizi bagi Ibu Hamil dengan Pre- Eklamsi

1. Latar Belakang

Kejadian Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi, menurut data yang

didapatkan dari data Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa Angka Kematian

Ibu pada tahun 2016 sebanyak 4912 per 100.000 kelahiran hidup kemudian mengalami

penurunan pada tahun 2017 sebanyak 1712 per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun telah

mengalami penurunan namun belum memenuhi target yang telah ditetapkan MDGS yaitu

sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dan target SDGs sebesar 70 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 di Indonesia. Di Kota Semarang kejadian Angka

Kematian Ibu mengalami peningkatan dari jumlah 22 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2016 menjadi 23 per 100.000 angka kelahiran hidup pada tahun 2017 pada trimester pertama

dan sebanyak 5 per 100.000 kelahiran hidup Angka Kematian Ibu pada tahun 2018 trimester

pertama. Penyebab Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah komplikasi kehamilan,


persalinan dan nifas seperti kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin maupun janin di dalam

kandungan termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu

maupun janin. Pada Kota Semarang penyebab terbesar terjadinya Angka Kematian Ibu pada

tahun 2017 hingga 2018 yaitu Preeklamsi sebesar 80 orang ibu dan 7 diantaranya mengalami

kematian. Penyebab lain Angka Kematian Ibu di Kota Semarang yaitu perdarahan, sepsis,

penyakit serta lain-lain.Dinas Kesehatan Kota Semarang Terdapat beberapa faktor resiko

yang dapat menyebabkan preeklamsi diantaranya hubungan umur dengan preeklamsi. Pada

ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun memiliki resiko 2.94 kali

dibandingkan ibu hamil usia 20-35 tahun untuk mengalami preeklamsi. Adanya hubungan

antara pengetahuan dengan kejadian preeklamsi. Pengetahuan tentang kesehatan dapat

digunakan untuk mengetahui dan mengatasi tanda dan gejala serta masalah yang dapat

menyertai kehamilan, sehingga ibu hamil tidak cemas dalam menghadapi kehamilan dan

segera melaporkan ke petugas kesehatan apabila terjadi masalah kehamilan pada ibu.

Status gravida juga berhubungan dengan kejadian preeklamsi, pada ibu hamil primigravida

mempunyai risiko 2.173 kali mengalami kejadian preeklamsi dibandingkan ibu hamil

multigravida. Hubungan riwayat keturunan dengan kejadian preeklamsi menunjukkan hasil

bahwa 2.618 kali ibu hamil yang memiliki riwayat keturunan mempunyai risiko preeklamsi

dibandingkan yang ibu hamil yang tidak memiliki riwayat keturunan kejadian preeklamsi

Hubungan pemeriksaan Antenatal dengan kejadian preeklamsi didapatkan hasil bahwa ibu

hamil yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal memiliki risiko 17.111 kali mengalami

preeklamsi. Hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian preeklamsi didapatkan hasil bahwa

ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi 6.026 kali mempunyai resiko mengalami

preeklamsi. Diambil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

faktor resiko penyebab preeklamsi yaitu usia ibu, pengetahuan, status gravida, riwayat

keturunan preeklamsi ,pemeriksaan Antenatal Care, serta riwayat hipertensi. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Nuke (2014) mengenai tingkat pengetahuan ibu hamil tentang

preeklamsi di Puskesmas Kota Semarang sebanyak 23.7% ibu hamil mempunyai pengetahuan

baik, 52.6% ibu hamil yang memiliki pengetahuan cukup, serta pengetahuan kurang 23.79%

mengenai preeklamsi dari 100 responden. Pengetahuan yang kurang pada ibu hamil terkait

preeklamsi perlu adanya perhatian. Ibu hamil perlu mendapatkan informasi tentang

preeklamsi, dengan informasi tersebut diharapkan pencegahan serta pengambilan sikap yang
tepat dapat dilakukan oleh ibu hamil sehingga terjadi penurunan Angka Kematian Ibu di Kota

Semarang. Pemberian informasi tentang kesehatan merupakan salah satu peran perawat yaitu

perawat sebagai penyuluh atau edukator. Perawat membantu memecahkan masalah kesehatan

klien, mendemonstrasikan prosedur seperti perawatan diri, menentukan dan mengidentifikasi

pemahaman klien, memberikan dukungan pembelajaran, serta perubahan perilaku.

Penyuluhan merupakan salah satu metode implementasi yang dapat diberikan perawat selain

konseling atau membantu aktivitas klien sehari-hari. Melalui upaya pencegahan primer yang

mencangkup peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dapat terpenuhi serta

menambah pengetahuan klien terkait masalah kesehatan.

2. Pengetahuan Tentang Preeklamsi

a. Definisi Pengetahuan pada Ibu Hamil Mengenai Preeklamsi

Pengetahuan merupakan sebuah awal dari terbentuknya perilaku yang dimiliki oleh

setiap individu. Perilaku seseorang dapat juga dipengaruhi oleh pola pikir sehingga

memungkinkan untuk terbentuknya perilaku yang baru.13 Pengetahuan juga merupakan

hasil dari proses berpikir yang menimbulkan rasa ingin tahu pada subjek maupun objek

tertentu. Kehamilan adalah salah satu tugas perkembangan yang didambakan oleh

sebagian besar perempuan yang telah memasuki kehidupan berumah tangga. Secara

umum kehamilan terbagi dalam periode tiga bulanan atau trimester.47Sedangkan

preeklamsi adalah suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah

minggu ke-20 atau segera setelah persalinan pada wanita yang sebelumnya memiliki

tekanan darah normal.20 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

ibu hamil mengenai preeklamsi merupakan hasil tahu ibu hamil mengenai suatu kondisi

spesifik kehamilan dimana hipertensi atau tekanan darah menjadi 140/90 mmHg pada

minggu ke-20. Pengetahuan akan mempengaruhi pola pemikiran sehingga dapat

mempengaruhi perilaku ibu hamil.

1. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan memiliki enam tingkatan, diantaranya :

a) Tahu (know) Tahu merupakan sebuah pengingat bagi seseorang tentang hal yang telah

dipelajari. Setelah seseorang menjadi tahu materi yang telah didapatkan dapat diulang

kembali untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Seseorang dikatakan tahu
ketika ia mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan mengenai

materi yang telah diberikan. Misalnya ibu hamil mampu menjelaskan, menguraikan

dan mendefinisikan tentang pengertian dan penyebab preeklamsi.

Preeklamsi merupakan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem

dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteuinuria. Suatu kondisi spesifik

kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 atau segera setelah

persalinan pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Apa yang

menjadi penyebab preeklamsi sampai sekarang belum jelas dketahui. Telah terdapat

banyak teori yang mencoba 4 menerangkan penyebab preeklamsi, akan tetapi tidak

ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Beberapa teori mengemukakan

penyebab preeklamsi ialah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat

diterangkan semua hal yang berkaitan dengan preeklamsi.

b) Memahami (comprehention)

Memahami merupakan kemampuan seseorang pada suatu pengetahuan untuk

memaparkan dan menginterprestasikan apa yang telah dipelajari dengan tepat.

Misalnya pemahaman ibu hamil dapat diukur ketika ia mampu menyebutkan,

menyimpulkan mengenai faktor resiko dan patofisiologi preeklamsi.

c) Faktor Resiko

Faktor resiko yang dapat menyebabkan preeklamsi adalah sebagai berikut :

(1) Usia ibu pada saat kehamilan kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

(2). Tingkat pengetahuan ibu tentang preeklamsi

(3). Status gravida terutama pada ibu primigravida

(4). Riwayat keturunan preeklamsi oleh ibu

(5). Pemeriksaan antenatal care Riwayat hipertensi yang dimiliki ibu

Nutrisi adalah hal yang penting untuk mendapatkan tubuh yang sehat. Salah satunya

adalah untuk ibu-ibu yang hamil anak pertama dengan resiko preeklamsi.
Preeklamsi adalah suatu kondisi yang terjadi pada kehamilan yang membahayakan

hidup ibu dan bayinya. Disebut hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 130 mmHg

dan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Salah satu justifikasi pelayanan antenatal adalah untuk menurunkan risiko preeklamsi.

Selama satu abad yang lalu, pelayanan antenatal meliputi berbagai strategi, termasuk

pantangan terhadap udara dingin dan pengurangan konsumsi garam, untuk mencegah

preeklamsi. Pada masa yang lebih belakangan, ada yang menyatakan bahwa pre eklamsi

tidak dapat dicegah.

Layanan antenatal harus ditujukan hanya untuk penanganan penyakit jika penyakit

tersebut sudah muncul. Namun, kemungkinan untuk upaya pencegahan preeklamsi tetap

diteruskan, dan kemungkinan ada faktor-faktor penting yang belum diketahui.Ada suatu

pendapat bahwa preeklamsi tidak dapat dicegah, namun penelitian membuktikan, bahwa

diet yang tepat akan mengurangi resiko preeklamsi. Sebuah petunjuk tentang pencegahan

preeklamsi melalui “faktor gizi telah muncul”. Sebuah tim dari Seattle melaporkan hasil

sebuah penelitian kasus kontrol tentang hubungan vitamin C dengan preeklamsi. Para

peneliti menilai adanya paparan terhadap asam askorbat melalui pengukuran level dalam

plasma darah dan melalui kuesioner intake makanan. Kedua metode tersebut menunjukkan

bahawa perempuan dengan preeklamsi memiliki tingkat konsumsi asam askorbat yang

kurang. Perempuan pada kelompok sepuluh persen terbawah kadar asam askorbat plasma

empat kali kemungkinannya untuk mengalami preeklamsi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Norwegian Insitute didapatkan kesimpulan bahwa

mengkonsumsi sayur, buah dan minyak sayur akan mencegah preeklamsi, sedangkan

konsumsi daging olahan, minuman manis dan makanan kecil yang gurih meningkatkan

resiko preeklamsi.

Dengan dukungan epidemiologis lebih lanjut tentang hubungan ini, pencegahan

preeklamsi melalui intervensi diet menjadi suatu yang mungkin. Namun, hasil ini harus

diletakkan dalam konteks intervensi-intervensi gizi pada masa lalu, yang pada suatu saat

juga terlihat menjanjikan. Intervensi-intervensi tersebut banyak macamnya dan meliputi

baik penambahan atau pengurangan makanan.

Pre-eklamsi ialah suatu gangguan kehamilan yang menjadi penyebab kematian ibu dan

bayi. Preeklamsi terbagi menjadi dua yaitu preeklamsi ringan dan preeklamsi berat.
Penyebab terjadinya prekklamsi sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti. Itulah

sebabnya pre-eklamsi disebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang

diasumsikan pada teori. Pre-eklamsi ringan ditandai dengan kehamilan lebih dari 20

minggu; kenaikan tekanana darah 140/90 mmHg atau lebih dangan pemeriksaan 2 kali

selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah

istirahat 10 menit); edema tekan pada tungkai (pretibia), dinding perut, lumbosakral, wajah

atau tangan; proteinurialebih 0,3 gr/liter/2jam, kualitatif +2.Preeklamsi berat di tandai

dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg,diastolik > 110 mmHg, peningkatan kadar

enzim hati atau ikterus, trombosit <100.000/ mm3,oliguria< 400 ml/24 jam, protein urine >

3 gr/liter, nyeri epigastrium, skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat,

perdarahan retina, odem pulmonum. Jika preeklamsi ringan dan berat tidak dapat ditangani

dengan baik pada ibu hamil, maka akan dapat mengakibatkan terjadinya eklamsi pada ibu

hamil.

Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang

ditandai dengan timbulnya kejang (bukan karena kelainan neorologik) atau koma dimana

sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi.

2. Pengetian

Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa

menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan,dan

masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah

apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan

kedua sampai triwulan ketiga) atau bisalebih awal terjadi. Pre eklamsi adalah penyakit

dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang ditimbul karena kehamilan.

Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi

sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (prawirohardjo, 2015)

Preeklamsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa

nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan edema yang kadang-kadang

disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan

vascular atau hipertensi sebelumnya (muchtar,2011) Hipertensi (tekanan darah tinggi) di

dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta
superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi

dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi

serta tatalaksana yangdi lakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan

setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Pre eklampsi adalah gejala

keracunan kehamilan yang biasanya terjadi pada minggu ke 20 dengan pertambahan berat

badan ≥ 3 kg / bulan.

3. Etiologi

Sampai saat ini, etiologi pasti dari pre-eklampsi/eklampsia belum diketahui. Penyakit

ini dianggap sebagai "maladaptation syndrome" akibat penyempitan pembuluh darah secara

umum yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari – ari) sehingga berakibat kurangnya

pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.

Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan tersebut antara lain :

a) Peran Prostasiklin dan Tromboksan 5

b) Peran faktor imunologis

c) Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-

eklampsi/eklampsi.

d) Peran faktor genetik /familial 4,5

e) Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-

anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.

f) Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu

hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.

g) Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)

4. Faktor Risiko :

a. Kehamilan pertama

b. Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia

c. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya

d. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

e. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan tekanan

darah tinggi)

f. Kehamilan kembar
5. Tanda dan Gejala Pre Eklamsi

Dibagi dalam 2 golongan :


1). Pre-eklampsi ringan, bila keadaan sebagai berikut :

a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi rebah terlentang/tidur

berbaring, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30

mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 x pemeriksaan dengan

jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.

b. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih
perminggu.

c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter, kwalitatif 1+atau 2+ pada urin kateter
atau midstream

2).  Pre-eklampsi berat:

a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih

b. Proteinuria 5 gr atau lebih perliter


 

c. Oliguria, jmlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam

d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium


 

e. Ada edema paru dan sianosis

6. Cara Memperoleh Pengetahuan

Untuk memperoleh pengetahuan terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk

mendapatkan informasi, diantaranya :

1) Cara Tradisional

a. Trial and eror

Cara ini dilakukan dengan memecahkan sebuah permasalahan secara coba-coba, jika

cara yang telah dicoba tidak berhasil maka akan beralih pada cara selanjutnya

b. Otoritas

Pengetahuan yang diperoleh dengan cara mewariskan atau mempelajari hal yang sama

seperti yang telah dipelajari oleh orang terdahulu.

c. Experience
Pembelajaran berdasarkan pengalaman yang telah dialami di masa lalu. Kemudian

digunakan dalam mencari kebenaran, menganalisis dan menilai untuk dapat

memecahkan sebuah masalah.

d. Idea

Pengetahuan yang muncul dari beberapa pertanyaan, kemudian seseorang akan

berupaya untuk mencari keterkaitan dari beberapa masalah yang ada. Hal ini

digunakan untuk menghasilkan kesimpulan dari pemikiran tersebut.

2) Cara Modern

Digunakan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis, logis dan ilmiah yang

biasa disebut dengan penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Pendidikan kesehatan

merupakan cara ilmiah atau cara modern yang digunakan untuk menolong individu atau

kelompok masyarakat dalam meningkatkan kemampuan perilaku untuk mencapai

kesehatan secara optimal. Pada pendidikan kesehatan terjadi penggabungan cara pemikiran

yang deduktif (rasional) dan induktif (empiris) yang didukung oleh fakta dan teori

keilmuan sehingga ilmu pengetahuan yang didapatkan dapat dinyatakan benar. Informasi

yang diperoleh juga akan lebih sistematis, logis, serta valid berdasarkan fakta dan

fenomena yang telah diamati

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang terkait pengetahuan, diantaranya :

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi proses pembelajaran pada setiap individu.

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh pada saat pemberian respon pada

sebuah objek maupun subjek. Tingkat perbedaan pengetahuan antara ibu hamil

dengan pendidikan tinggi sebesar 8 kali lebih baik daripada dan ibu hamil yang

memiliki tingkat pendidikan rendah.

b. Usia

Semakin bertambah usia seseorang maka proses perkembangan mentalnya juga akan

semakin baik. Selain itu usia juga berpengaruh pada daya ingat seseorang. Semakin
cukup umur ,tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih baik. Pada ibu

hamil usia 20-35 tahun dapat lebih baik dalam memahami suatu informasi daripada

ibu hamil usia 18 tahun. Hal ini diakibatkan oleh pengalaman dan kematangan jiwa

seseorang. Namun apabila informasi yang disampaikan dengan metode dan porsi

yang sama pada rentang usia 18-36 tahun 17 maka tidak menghalangi seorang ibu

hamil untuk memahami sebuah informasi.

c. Media Informasi

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal. Pada

masa modern pendidikan informal dapat diperoleh dari media masa seperti internet

,televisi, radio dan media cetak. Pemaparan media dengan metode yang baik dan

efektif akan berpeluang dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil.

d. Budaya

Kebiasaan dan tradisi telah diterapkan pada kehidupan seharihari tanpa

memperdulikan baik dan buruk. Hal ini dapat menjadikan seseorang mengetahui

bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhannya.18 Salah satu hal terkait budaya

adalah mitos kehamilan yang merupakan sebuah anggapan tentang larangan maupun

anjuran yang belum tentu benar adanya. Terdapat berbagai macam mitos kehamilan

seperti minum es membuat janin besar, ibu hamil tidak boleh makan dua kali lipat

serta buah-buahan tertentu. Hal ini menyebabkan ibu hamil cukup sulit untuk

menerima informasi baru terkait kehamilan yang mungkin dapat bermanfaat bagi ibu

maupun janin.

e. Lingkungan

Adanya interaksi timbal balik antar individu pada lingkungan sekitar dapat

mempengaruhi pengetahuan. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi

seseorang, dimana seseorang akan mengetahui baik dan buruk sesuatu dengan cara

yang bervariasi. Lingkungan akan memberikan pengalaman tentang cara berfikir

seseorang

8. Pendidikan Kesehatan

1. Definisi Pendidikan Kesehatan


Menurut Soekidjo Notoadmodjo pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk

menolong individu, kelompok masyarakat dalam meningkatkan kemampuan perilaku

untuk mencapai kesehatan secara optimal.19 Pendidikan kesehatan dapat diartikan

sebagai suatu upaya kesehatan yang bertujuan untuk menjadikan kesehatan sebagai

sesuatu yang bernilai di masyarakat. Pendidikan kesehatan juga dapat menolong dan

mendorong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan

kegiatan dalam upayan mencapai hidup sehat. (WHO, 1945). Ada pendapat lain terkait

pendidikan kesehatan yaitu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui

pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong

diri sendiri. Serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai

sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan

(Kemkes RI). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan

merupakan suatu upaya untuk memandirikan individu atau masyarakat dalam

meningkatkan derajat kesehatannya yang didukung dengan fasilitas serta kebijakan

publik.

2. Manfaat dan Tujuan Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan akan memberikan manfaat dan tujuan dalam meningkatkan

pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan

berperan aktif dalam upaya kesehatan. Adapun tujuan dan manfaat dari pendidikan

kesehatan, antara lain:

1). Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat

2). Menjadikan individu agar mampu secara mandiri/berkelompok mengadakan

kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat

3). Mendorong penngembangan dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada

secara tepat

4). Agar klien mempelajari apa yang dapat dilakukan sendiri dan bagaimana caranya

tanpa meminta pertolongan kepada sarana pelayanan kesehatan formal

5). Terciptanya suasana yang kondusif dimana individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat mengubah sikap dan tingkah lakunya

3. Proses Pendidikan Kesehatan


Beberapa metode dapat diterapkan dalam pemberian pendidikan kesehatan berupa

pendekatan individu atau kelompok serta belajar atau kerja individu maupun kelompok.

Pembelajaran kelompok atau perorangan dapat dilakukan dengan pemberian tugas,

diskusi,pemeriksaan hasil, demonstrasi, dan ceramah. Setelah pemberian pendidikan

kesehatan selesai maka tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi baik psikomotorik,

pembelajaran, serta intervensi yang telah diberikan. Untuk penilaian kognitif dapat

dilakukan observasi perilaku serta memberikan tes atau pertanyaan kepada klien.

Pertanyaan bisa secara langsung maupun kuesioner.

4. Pendidikan Kesehatan Preeklamsi untuk Ibu Hamil

Penyebab Angka Kematian Ibu salah satunya adalah preeklamsi sebesar 24 dari tahun

2015 hingga tahun 2017. Salah satu penyebab dapat dipengaruhi oleh kurangnya

pengetahuan ibu hamil mengenai preeklamsi. Upaya yang dapat dilakukan adalah

dengan memberikan informasi tentang preeklamsi melalui pendidikan kesehatan.

Pemberian pendidikan kesehatan akan dipersiapkan dengan tepat sehingga klien mudah

memahami dan mengingat informasi serta berpedoman pada pemilihan topik, metode

,strategi, maupun media yang memadai dalam upaya peningkatan pengetahuan dan

pembentukan sikap yang positif. Pemberian intervensi penting dilakukan untuk

merubah pengetahuan dan sikap seseorang. Upaya peningkatan pengetahuan dan sikap

akan dilakukan dengan intervensi berupa pemberian pendidikan kesehatan dengan

memanfaatkan media slide power point dan leaflet. Pemberian pendidikan kesehatan

dengan menggunakan media slide powerpoint dan leaflet memiliki nilai rata-rata post-

test sebesar 9.24 dan 8.84 dari sebelumnya 7.86 dan 7.60.

5. Metode Pendidikan Kesehatan

Pada pemberian pendidikan kesehatan terdapat tiga metode berdasarkan pendekatakan

sasaran yang ingin dicapai, diantaranya;

a. Metode Berdasarkan Pendekatan Perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku baru,

atau membina seseorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau

inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang


mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan

atau perilaku baru.

Ada dua bentuk pendekatan perorangan yaitu :

1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

2) Wawancara

b. Metode Berdasarkan Pendekatan Kelompok

Penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini perlu mempertimbangkan

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran.

Ada 2 jenis tergantung besarnya kelompok, yaitu :

1) Kelompok besar Apabila jumlah peserta lebih dari 15 orang metode yang dapat

digunakan antara lain :

a) Ceramah

b) Seminar

2) Kelompok kecil Apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang maka metode

yang dapat digunakan antara lain :

a) Diskusi Kelompok

b) Brain Strorming

c) Snow Balling

d) Role Play

e) Simulation Game

c. Metode Berdasarkan Pendekatan Massa

Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan- pesan

kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari metode ini

bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,

pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga

pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa

sehingga dapat ditangkap oleh massa.

6. Media Pendidikan Kesehatan

1) . Definisi Media
Media pendidikan kesehatan adalah alat bantu pendidikan yang digunakan oleh

pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau materi. Media pendidikan

lebih sering disebut sebagai alat peraga yang berfungsi untuk membantu dan

memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan atau pembelajaran sehingga

dapat mempermudah penerima dalam memahami pesan-pesan kesehatan yang

disampaikan.

2). Manfaat Media Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan.

Alat-alat bantu tersebut mempunyai fungsi ,diantaranya :

a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan

b. Mencapai sasaran yang lebih banyak

c. Menumbuhkan motivasi belajar karena proses pembelajaran akan lebih menarik

d. Penyampaian pesan melalui media akan lebih mudah dipahami sehingga tujuan

pembelajaran tercapai

e. Proses pembelajaran menjadi tidak membosankan

f. Memberikan kesempatan untuk mempelajari materi lebih efektif karena tidak

hanya mendengarkan saja namun juga dapat mengamati, mendemonstrasikan dan

lain-lain

3). Karakteristik Media

Media dalam pembelajaran terdapat beberapa macam. Pengelompokan media menurut

Supradi.,dkk, berdasarkan jenis yang umum digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar diantaranya :

a. Media Auditif Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan

suara saja, seperti radio, kaset, dan lain-lain.

b. Media Visual Media visual adalah media yang hanya mengangandalkan

kemampuan pada indra penglihatan. Media visual menampilkan gambar diam

seperti leaflet, slide, foto gambar atau lukisan, serta cetakan. Ada pula yang

menampilkan gambar bergerak namun tidak bersuara.

c. Media Audio-visual Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur

suara dan juga gambar, yang terbagi menjadi :

1). Audio-visual diam


yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara,

film rangkai suara, atau cetak suara.

2). Audio-visual gerak

yaitu media yang dapat menampilkan unsur-unsur suara dan gambar yang

bergerak seperti film suara dan kaset video

3). Jenis Media

a. Media Cetak

Leaflet Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan melalu lembar

yang dilipat. Keuntungan menggunakan media ini adalah ,sasaran dapat

memahami dan belajar mandiri serta praktis karena tidak perlu lagi mencatat.

Meskipun leaflet mudah rusak dikarenakan bahan yang terbuat dari kertas

namun pemberian pendidikan kesehatan dengan media leaflet mampu

memberikan peningkatan pengetahuan pada ibu. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Fauziah (2017) pendidikan kesehatan dengan menggunakan

media leaflet menunjukkan peningkatan rata-rata post-test sebesar 8.84 dari

pre-test sebesar 7.86.14

b. Booklet Booklet merupakan media untuk menyampaikan pesanpesan

kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai media, sarana

dan sumber daya 26 pendukung yang berisi tentang materi yang telah

disesuaikan dengan topik kesehatan.

c. Flip chart Flip chart merupakan media penyampaian pesan atau informasi

kesehatan dalam bentuk buku dimana dalam tiap lembar berisi gambar

peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan kesehatan yang

berkaitan dengan gambar. Flip chart mudah dibawa, fleksibel (dapat dilipat

maupun digulung), serta tidak memerlukan peralatan yang rumit.

d. Media Elektronik

Video dan film strip Keunggulan penyuluhan dengan media ini adalah dapat

memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh mata dan

pikiran sasaran,dapat memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku, efektif

untuk sasaran yang jumlahnya relatif penting dapat diulang kembali. Media
video dan fillm strip mudah digunakan dan tidak memerlukan ruangan yang

gelap pada saat pemutaran.

e. Slide Media slide dapat memberikan berbagai realita namun terbatas, cocok

digunakan untuk sasaran yang 27 jumlahnya relatif besar, dan pembuatannya

relatif murah. Peralatan terkait cukup mudah untuk digunakan dan tidak

memerlukan ruangan yang gelap pada saat penayangan. Slide juga dapat

digunakan untuk pembelajaran mandiri karena materi dapat diulang kembali.

Penggunaan media slide power point dinilai efektif dengan ditunjukkan hasil

rata-rata penilaian post test yang dilakukan oleh Nur Dani (2014). Hal ini

serupa dengan penelitian yang dilakukan Fauziah (2017) yang menyatakan

bahwa terdapat peningkatan rata-rata posttest sesebar 9.24 dari pre-test

7.60.14,15,16 7.

Peran Perawat dalam Pendidikan Kesehatan Pada pmeberian pendidikan kesehatan

perawat dapat berperan aktif dalam kegiatan tersebut. Beberapa peran perawat yang dapat

dilakukan terkait pemberian pendidikan kesehatan, diantaranya:

1) Sebagai Pelaksana Pelayanan Keperawatan

a.Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya dalam merencanakan program

pendidikan kesehatan

b. Memberi pendidikan kesehatan masyarakat kepada klien (individu, keluarga,

kelompok, masyarakat sesuai dengan rencana).

c. Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain untuk menilai hasil pelaksanaan

program pendidikan kesehatan

2) Sebagai pengelola

a. Membimbing tenaga keperawatan lain (junior) dan kader kesehatan mengenai

perencanaan, pelaksanaan serta penilaian upaya pendidikan kesehatan masyarakat

b. Berpartisipasi dalam membantu administrasi klien

c. Bertanggungjawab dalam pemeliharaan peralatan rumah sakit, perawatan, dan

medik

d. Menciptakan dan memelihara hubungan pribadi dan hubungan kerja sama dengan

petugas yang lain dalam unit kerjanya


e. Berpartisipasi memberikan masukan dalam pelaksanaan evaluasi penampilan kerja

petuga dalam unitnya.

f. Memberi motivasi untuk meningkatkan prestasi kerja

3) Sebagai Pendidik

a. Memberikan pendidikan ,bimbingan, dan pelatihan kepada tenaga keperawatan

atau tenaga kesehatan lainnya dalam hal kesehatan, pendidikan kesehatan dan

lainnya, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan tugas penyuluhan

b. Memberi pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada para kader kesehatan, kader

posyandu, kader desa dan lainnya.

c. Memebri pendidikan ,bimbingan, dan pelatihan kepada klien dan keluarganya

4) Sebagai Peneliti

a. Bersama dengan tenaga kesehatan lainnya atau secara sendiri menyusun rencana

penelitian kesehatan tertentu dalam hal pendidikan kesehatan

b. Bersama dengan tenaga kesehatan lainnya atau secara mandiri melaksanakan

kegiatan penelitian sesuai dengan rencana

c. Bersama dengan tenaga kesehatan lain atau secara mandiri melaksanakan evaluasi

penelitian dan merekomendasikan

E. PENKES / KONSELING TENTANG PEMENUHAN GIZI BAGI IBU HAMIL

DENGAN KEK DAN DIABETES MELLITUS

1. Penkes / Konseling Konseling tentang KEK

A. pengertian

            Menurut Depkes RI (2012) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa

Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang

berlangsung menahun yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK
dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). Pada ibu hamil

lingkar lengan atas digunakan untuk memprediksi kemungkinan bayi yang dilahirkan

memiliki berat badan lahir rendah. Ibu hamil diketahui menderita KEK dilihat dari

pengukuran LILA, adapun ambang batas LILA WUS (ibu hamil) dengan resiko KEK di

Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah

pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan

berat bayi lebih rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan

pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak. Lingkar lengan atas merupakan indicator

status gizi yang digunakan terutama untuk mendeteksi kurang energi protein pada anak-anak

dan merupakan alat yang baik untuk mendeteksi wanita usia subur dan ibu hamil dengan

resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

B.Penyebab

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK:

1. Faktor Sosial Ekonomi

1) Pendapatan Keluarga

Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan tingkat ekonomi

rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk makan,

sedangkan dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang belanja untuk makanan.

Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas

hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang

diperoleh, dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase

dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan

lainnya.

2) Pendidikan Ibu

Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat

mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan

pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.

3) Faktor Pola Konsumsi


Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber besi heme

(hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga

banyak mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor penghambat penyerapan

besi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2017).

4) Faktor Perilaku

Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita lebih

memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil

harus mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori / hari Jika ibu tidak punya

kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu dsb, maka status gizi bayi yang kelak

dilahirkannya juga baik dan sebaliknya (Arisman, 2017).

2. Faktor Biologis

a. Usia Ibu Hamil

Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas

janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3).

Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi

makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan

adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96).

Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun,

sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik.

b. Jarak Kehamilan

Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian

menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya

lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan

kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun.

(Aguswilopo, 2004 : 5).

Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah

dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk

memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan

keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan


menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 :

3).

3. Paritas

Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable).

(Mochtar, 2008). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin

yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada

waktu lahir.

b. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang

berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.

c. Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau lebih

kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.

Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun /

kehamilan yang terlalu sering dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras

cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum

masa kehamilan (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2017).

a) Berat Badan Selama Hamil .

Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata untuk umur

tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus diberikan

agar kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju pertambahan berat badan

selama hamil sekitar 12-14 kg.

Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan melahirkan

bayi dengan berat lahir rendah ( Erna, dkk, 2004 ).

Pertambahan berat badan selama  hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I

pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg.

Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin.

C. Tanda dan gejala

1. Lingkar lengan atas sebelah kiri kurang dari 23,5 cm.


2. Kurang cekatan dalam bekerja.

3. Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai.

4. Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara prematur atau jika lahir secara normal

bayi yang dilahirkan biasanya berat badan lahirnya rendah atau kurang dari 2.500 gram.

D.  Dampak yang ditimbulkan

1. Ibu

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara

lain: Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan terkena

penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan kematian ibu (Zulhaida, 2003).

2. Persalinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan

lama, persalinan prematur / sebelum waktunya, perdarahan post partum, serta persalinan

dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat (Zulhaida, 2003).

3. Janin

Kurang gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat

menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,

asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan rendah (BBLR) (Zulhaida, 2003).

E.Kebutuhan nutrisi Ibu hamil.

Nutrisi yang diperlukan adalah:

a. Karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga untuk menghasilkan kalori dapat

diperoleh dari serealia, umbi-umbian.

b.  Protein Protein sangat diperlukan untuk membangun, memperbaiki, dan mengganti

jaringan tubuh. Ibu hamil memerlukan tambahan nutrisi ini agar pertumbuhan janin

optimal. Protein dapat Anda dapatkan dengan mengkonsumsi tahu, tempe, daging, ayam,
ikan, susu, dan telur. sebagai sumber zat pembangun dapat diperoleh dari daging, ikan,

telur dan kacang-kacangan.

c.  Mineral sebagai zat pengatur dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur – sayuran.

d.  Vitamin B kompleks berguna untuk menjaga sistem saraf, otot dan jantung agar berfungsi

secara normal. Dapat dijumpai pada serealia, biji – bijian, kacang-kacangan, sayuran hijau,

ragi, telur dan produk susu.

e. Vitamin D berguna untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang bayi Anda. Sumbernya

terdapat pada minyak hati ikan, kuning telur dan susu.

f. Vitamin E berguna bagi pembentukan sel darah merah yang sehat. Makanlah lembaga biji-

bijian terutama gandum, kacang-kacangan, minyak sayur dan sayuran hijau.

g. Asam folat berguna untuk perkembangan sistem saraf dan sel darah, banyak terdapat pada

sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam, kembang kol dan brokoli. Pada buah-buahan,

asam folat terdapat dalam jeruk, pisang, wortel dan tomat. Kebutuhan asam folat selama

hamil adalah 800 mcg per hari, terutama pada 12 minggu pertama kehamilan. Kekurangan

asam folat dapat mengganggu pembentukan otak, sampai cacat bawaan pada susunan saraf

pusat maupun otak janin.

h. Zat besi yang dibutuhkan ibu hamil agar terhindar dari anemia, banyak terdapat pada

sayuran hijau (seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya), daging dan hati.

i. Kalsium, diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin, serta melindungi ibu hamil

dari osteoporosis Jika kebutuhan kalsium ibu hamil tidak tercukupi, maka kekurangan

kalsium akan diambil dari tulang ibu. Sumber kalsium yang lain adalah sayuran hijau dan

kacang-kacangan. Saat ini kalsium paling baik diperoleh dari susu serta produk olahannya.

Susu juga mengandung banyak vitamin, seperti vitamin A, D, B2, B3, dan vitamin C.

F. Pengobatan Kekurangan Energi pada Ibu Hamil

a. Pemberian makakanan tambahan yang mengandung tinggi kalori dan protein dan

dipadukan dengan penerapan porsi kecil tapiu sering

b. Konsumsi tablet Fe selama hamil

Kebutuhan ibu hamil terhadap energi, vitamin maupun mineral meninhgkat sesuai

dengan perubahan fisiologis ibu yang membutuhkan suplemen vitamin dan zat besi.
G.Pencegahan Kekurangan Energi Kalori Pada Kehamilan

a) Pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan

dasar mereka, terutama dalam mencukupi kebutuhan akan makanan bergizi.

b) Memberikan pengertian bagi mereka dengan profesi yang menuntut memiliki tubuh

kurus tentang bahaya tubuh yang terlalu kurus apalagi jika mereka menguruskan badan

dengan cara tidak lazim, seperti anoreksia atau bulimia

c) Menjaga dan memperhatikan asupan makanan selama hamil

d) Mendeteksi secara dini tanda dan gejala kekurangan energi kalori pada kehamilan.

2. Penkes / Konseling tentang Pemenuhan Gizi bagi Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus

A. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes merupakan suatu sindrom klinik yang khas ditandai oleh adanya

hiperglikemi yang disebabkan oleh defisiensi/penurunan efektivitas insulin. Diabetes

dalam kehamilan dibagi menjadi 2 macam yaitu diabetes overt (didiagnosa sejak sebelum

hamil) dan diabetes gestasional (didiagnosa saat kehamilan). Diabetes gestasional

didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat dengan tingkat keparahan bervariasi dan pertama

kali diketahui saat kehamilan. Sebagian besar wanita dengan diabetes gestasional sudah

menderita diabetes overt yang belum terdeteksi. Wanita dapat didignosis diabetes overt jika

kadar GDS > 200 mg/dl atau GDP >125mg/dl disertai tanda gejala klasik seperti polidipsi,

poliuri dan penurunan BB yang tidak jelas sebabnya.

Diabetes Melitus (DM) adalah merupakan penyakit Global endemik (Shaw, Sicre, Zimmet,

2010). Saat ini diperkirakan 171 juta pasien menderita DM seluruh dunia dan diperkirakan

tahun 2030 akan menjadi dua kali lipatnya (Wild et al, 2014). Penderita Diabetes Melitus

(DM) di Indonesia secara epidemiologi diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi mencapai

21,3 juta orang atau merupakan negara urutan keempat dengan jumlah perkiraan penderita

DM didunia (Wild et.al, 2014). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54

tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM

menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. Semua pasien tersebut beresiko mengalami komplikasi

baik mikrovaskular maupun makrovaskular. Salah satu resiko yang menyebabkan yang
kerugian banyak adalah komplikasi Diabetic Foot Ulcer yang merupakan faktor predisposisi

dilakukannya amputasi (Jeffcoate and Harding, 2013).

Pengertian Menurut WHO (2016) Diabetes Melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai

dengan tingginya kadar gula dalam darah yang disebut Hiperglikemia dengan gangguan

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan karena kerusakan dalam

produksi insulin dan kerja dari insulin tidak optimal. Diagnosis dan Kriteria Diagnosis

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar gula darah, tidak dapat ditegakkan

hanya atas dasar glukosuria saja. Untuk diagnosis DM pemeriksaan yang dianjurkan adalah

pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Sedangkan

untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan

pemeriksaan glukosa darah kapiler (Sutjahjo dkk, 2016).

Diagnosis Klinik menurut WHO (1999) ditandai dengan meningkatnya pengeluaran urine,

rasa haus, infeksi berulang, kehilangan berat badan yang tidak dapat diketahui penyebabnya

secara jelas, bahkan sampai coma. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat

keluhan klasik DM seperti : Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain dapat berupa :

lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus

vulvae pada wanita (Sutjahjo dkk, 2006)

Kriteria Diagnosis WHO (2006) :

1. Gejala klasik DM dan hasil pemeriksaan gula darah sewaktu (plasma vena) 200 mg/dl.

Gula darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa

memperhatikan waktu makan terakhir, atau

2. Kadar gula darah puasa (plasma vena) 126 mg/dl puasa artinya pasien tidak mendapat

ikalori tambahan sedikitnya 8 jam, atau

3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standar WHO,

menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang

dilarutkan dalam air. Jenis dan Tipe Diabetes Melitus WHO (2006) :

1) Diabetes Melitus Tipe 1

Pada Diabetes Melitus Tipe satu dikenal dengan Diabetes tergantung Insulin. Tipe ini

berkembang jika sel-sel Beta Pánkreas memproduksi insulin terlalu sedikit atau tidak
memproduksi sama sekali, yang disebabkan autoimunitas atau idiopatik. Diabetes Tipe 1

disebabkan karena kerusakan sel beta yang menyebabkan defisiensi insulin abslut

(Sutjahjo dkk, 2006). Penderita Diabetes Tipe 1 ini sekitar 5-10% penderita DM.

2)Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes Melitus tipe 2 dikenal sebagai Diabetes tidak tergantung insulin. Diabetes tipe

ini berkembang ketika tubuh masih menghasilkan insulin tetapi tidak cukup dalam

pemenuhannya atau bisa juga insulin yang dihasilkan mengalami resistensi yang

menyebabkan insulin tidak dapat bekerja secara maksimal. Kondisi pada pasien tipe 2

bervariasi, mulai dari resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang

dominan defek sekresi insulin disertasi resistensi insulin (Sutjahjo dkk, 2006). Sekitar 90-

95% penderita DM adalah Diabetes Tipe 2

3)Diabetes Melitus Gestasional (DMG)

DMG diakibatkan dari kombinasi kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin

yang tidak cukup. Biasanya terjadi pada kehamilan dan akan sembuh setelah melahirkan.

Penderita DMG terjadi 2-5% dari seluruh kehamilan.

4) Diabetes MelitusTipe Lain DM disebabkan karena kelainan genetic, penyakit pancreas,

obat, infeksi, antibody, sindroma penyakit lain. Diabetes tipe lain dapat juga disebabkan

defek genetik fungsi insulin, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,

endokrinopati, karena obat atau zat kimia (Sutjahjo dkk, 2006).

B. Faktor risiko diabetes mellitus gestasional :

a. Keguguran berulang,

b. Riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan atau anak mati tanpa sebab yang

jelas.

c. Pernah melahirkan bayi > 4000 gram

d. Riwayat pre eklamsi

e. Riwayat polihidramnionUsia ibu > 30 tahun

f. Riwayat DM pada keluargaPernah DMG sebelumnya


g. Infeksi saluran kemih berulang selama hamil.

Pengaruh Dalam kehamilan

Abortus,partus prematurus, preeklamsi, hidramnion, kelainan letak, insufisiensi placenta

a. Dalam persalinan

Inertia uteri & atonia uteri,  distosia bahu karena bayi besar, lahir mati

b. Saat nifas

Infeksi nifas, sepsis puerpuralis, menghambat penyembuhan luka jalan lahir.

c. Bagi bayi

Cacat bawaan, dismatur, makrosomia, IUFD ( Intra Uteri Fetal Death ), kematian neonatal,

kelainan neurologi dan psikologi di kemudian hari.

C. Upaya yang harus dilakukan agar kehamilan tetap terjaga

1)     Check up pra konsepsi

·        Pemeriksaan fisik lengkap untuk konfirmasi kebugaran bagi kehamilan

·        Pemeriksaan glukosa darah secara intensif

2)      Mempertahankan kadar gula darah senormal ungkin sebelum dan sesudah makan

3)      Menjaga kesehatan mulut

4)      Menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok dan minum-minuman beralkohol

5)      Menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan

6)      Cara diit yang benar ( yaitu jumlah kalori, jadwal diit, dan jenis makanan)

7)      Latihan ringan-sedang, teratur setiap hari, tidak boleh latihan berat yang berbahaya

8)      Menjaga daerah berbahaya ( potong kuku, tersandung, hindarkan trauma / luka)

9)      Tidak boleh menahan kencing (retentio urin memudahkan infeksi saluran kemih)

10)      Terapi insulin yang diberikan hanya jika pnatalaksaaan diet tidak secatra konsisten

mengatur kadar glkosa plasma < 105 mg/dl 

Pencegahan Diabetic Foot Ulcer Ulkus kaki diabetic dan amputasi adalah penyebab terbesar

kematian dan kasakitan, kecacatan termasuk emosional yang menyebabkan biaya perawatan

dan pengobatan yang tinggi ( . Pemahaman dan manajemen secara mandiri oleh pasien sedini
mungkin adalah cara terbaik pencegahan masalah ulkus kaki diabetic (American

DiabetesAssociation, 2003). Pasien perlu diberikan pendidikan kesehatan untuk dapat

melakukan pemeriksan kaki secara mandiri dengan rutin, dengan perhatian khusus pada

adanya pertumbuhan callus, kehilangan sensasi pada kulit, infeksi dan kaki melepuh (Yaturu,

2011).

Promosi Kesehatan sesuai dengan Konsensus Pengelolaan DM tahun 2006 Promosi perilaku

sehat merupakan faktor penting pada kegiatan pelayanan kesehatan. Untuk mendapatkan hasil

pengelolaan diabetes yang optimal dibutuhkan perubahan perilaku. Perlu dilakukan edukasi

bagi pasien dan keluarga untuk pengetahuandan peningkatan motivasi. Hal tersebut dapat

terlaksana dengan baik melalui dukungan tim penyuluh yang terdiri dari dokter, ahli diet,

perawat, dan tenaga kesehatan lain. Tujuan perubahan perilaku adalah agar penyandang

diabetes dapat menjalani pola hidup sehat. Perilaku yang diharapkan adalah:

1. Mengikuti pola makan sehat

2. Meningkatkan kegiatan jasmani

3. Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus secara aman, teratur

4. Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan data yang

ada

5. Melakukan perawatan kaki secara berkala

6. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut dengan tepat

7. Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana, dan mau bergabung dengan

kelompok penyandang diabetes serta mengajak keluarga untuk mengerti pengelolaan

penyandang diabetes.

8. Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Perilaku sehat bagi

penyandang diabetes

Edukasi perubahan perilaku (oleh Tim Edukator Diabetes) Dalam menjalankan

tugasnya, tenaga kesehatan memerlukan landasan empati, yaitu kemampuan memahami apa

yang dirasakan oleh orang lain.

Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi diabetes adalah:


1. Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari terjadinya kecemasan 2.

Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal yang sederhana

3. Lakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan simulasi

4. Diskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan keinginan pasien.

5. Berikan penjelasan secara sederhana dan lengkap tentang program pengobatan yang

diperlukan oleh pasien dan diskusikan hasil pemeriksaan laboratorium

6. Lakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat diterima

7. Berikan motivasi dengan memberikan penghargaan

8. Libatkan keluarga/ pendamping dalam proses edukasi

9. Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan pasien dan

keluarganya

10.Gunakan alat bantu audio visual Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu

dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat

penting dari pengelolaan DM secara holistik.

Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.

Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang:

Materi edukasi pada tingkat awal adalah:

1. Perjalanan penyakit DM

2. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM

3. Penyulit DM dan risikonya

4. Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawatan

5. Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemik oral atau insulin

serta obat-obatan lain

6. Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri

(hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia)

7. Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau hipoglikemia

8. Pentingnya latihan jasmani yang teratur

9. Masalah khusus yang dihadapi (contoh: hiperglikemia pada kehamilan)

10. Pentingnya perawatan kaki

11. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.


12. Materi edukasi pada tingkat lanjut adalah :

13. Mengenal dan mencegah penyulit akut DM

14. Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM

15. Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain

16. Makan di luar rumah

17. Rencana untuk kegiatan khusus

18. Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang DM

19.Pemeliharaan/Perawatan kaki Edukasi dapat dilakukan secara individual dengan

pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah. Seperti halnya dengan proses edukasi,

perubahan perilaku memerlukan perencanaan yang baik, implementasi, evaluasi, dan

dokumentasi.

F. PENKES / KONSELING TENTANG PEMENUHAN GIZI BAGI IBU HAMIL


DENGAN ANEMIA DAN OBESITAS

1. ANEMIA

Anemia gizi besi pada ibu hamil adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah

(eritrosit) di dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin ibu hamil< 11 gr% pada

trimester I dan III, dan kadar hemoglobinAnemia gizi besi pada ibu hamil adalah kondisi

dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) di dalam sirkulasi darah atau massa

hemoglobin ibu hamil< 11 gr% pada trimester I dan III, dan kadar hemoglobin <10,5 gr%

pada trimester II. Sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen

keseluruh jaringan tubuh. (Wasnidar, 2007) Menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi

pada ibu hamil dapat dilakukan engan anamnesa.

Hasil anamnesa didapatkan dengan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata

berkunang-kunang. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan

menggunakan metode sahli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan. Hasil

pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan Hb 11 gr% tidak anemia, Hb 9-10 gr%

anemia ringan, Hb 7-8 gr% anemia sedang, Hb <7 gr% anemia berat. (Proverawati, 2009)
Penyebab anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi dapat

terjadi karena tidak atau kurang mengonsumsi zat besi dalam bentuk sayuran, makanan

atau suplemen. Terutama pada wanita hamil dan anak-anak. Wanita hamil sering terjadi

kekurangan zat besi ini karena bayi memerlukan sejumlah zat besi yang besar untuk

pertumbuhan. Defisiensi besi pada wanita hamil dapat menyebabkan bayi berat lahir

rendah dan persalinan premature. Wanita pra-hamil dan hamil secara rutin diberikan

suplemen zat besi untuk mencegah komplikasi. Gangguan penyerapan, dapat

mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan pada saluran gastrointestinal (GI) dan

dari waktu ke waktu dapat mengakibatkan anemia. (Proverawati, 2011)

A. Defisiensi Zat Besi

Seperti yang telah diuraikan di atas, anemia pada ibu hamil paling sering disebabkan

oleh masalah kekurangan zat besi. Anemia ini disebut dengan anemia defisiensi zat

besi. Zat besi diperlukan untuk membantu tubuh memproduksi sel darah merah

segar yang kaya oksigen dan nutrisi. Aliran darah, oksigen, serta nutrisi sangat penting

untuk mendukung proses tumbuh kembang janin dan memelihara kondisi plasenta tetap

optimal. Penyebab utama dari anemia jenis ini adalah kurang makan makanan kaya zat

besi, sejak dari sebelum dan semasa hamil. Namun, mendapatkan asupan zat besi dari

makanan saja tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan Anda sepanjang kehamilan.

Kenyataannya, ketika hamil volume darah akan bertambah hingga 50% untuk bisa

mencukupi keperluan diri sendiri dan janin yang sedang tumbuh. Itu kenapa kebutuhan

zat besi harian tubuh juga harus dipenuhi lewat suplemen zat besi. 

B. Anemia Defisiensi Folat

Anemia defisiensi folat terjadi ketika tubuh kekurangan asupan asam folat (vitamin B9)

dari makanan. Anemia jenis ini juga bisa terjadi akibat malabsorpsi karena tubuh yang

tidak dapat menyerap asam folat secara efektif sebagaimana mestinya. Hal ini biasanya

disebabkan oleh gangguan pencernaan, seperti penyakit Celiac.

Asam folat adalah vitamin yang penting untuk menjaga kesehatan saat hamil. Fungsi

asam folat adalah untuk membentuk protein baru di dalam tubuh yang menghasilkan sel

darah merah dan membentuk DNA pada janin.

Mencukupi kebutuhan asam folat dapat mencegah risiko bayi terlahir mengalami cacat

tabung saraf, seperti spina bifida dan anencephaly, hingga 72 persen.


C. Anemia Defisiensi Vitamin B12

Vitamin B12 diperlukan tubuh untuk membantu produksi sel darah merah. Maka jika

ibu hamil kurang mengonsumsi makanan tinggi vitamin B12, gejala anemia bisa

muncul sebagai akibatnya. Gangguan pencernaan seperti penyakit Celiac dan Crohn

juga dapat mengganggu kerja tubuh menyerap vitamin B12 dengan baik. Selain itu,

kebiasaan minum alkohol saat hamil juga dapat menyebabkan anemia defisiensi vitamin

B12.

D. Bahaya Anemia pada Ibu Hamil dan Janin

Anemia adalah salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi pada ibu

hamil, tapi tidak boleh disepelekan. Penyakit darah rendah bukanlah kondisi yang bisa

sembuh dengan sendirinya. Apabila jumlah sel darah merah dalam tubuh terlalu

sedikit, ibu dan janin dapat kekurangan gizi dan oksigen yang akan membahayakan

keselamatan mereka. Anemia parah di trimester pertama dilaporkan dapat

meningkatkan risiko bayi lambat/gagal berkembang dalam kandungan, lahir prematur,

memiliki berat badan rendah saat lahir (BBLR), hingga skor APGAR yang rendah.

Anemia parah pada ibu hamil juga bisa menyebabkan kerusakan organ vital

seperti otak dan jantung, dan bahkan kematian. Selain itu, anemia juga dikaitkan

dengan risiko keguguran meski belum benar-benar ada penelitian valid yang bisa

memastikannya. Kondisi anemia yang dibiarkan terus berlanjut tanpa pengobatan,

memperbesar risiko ibu kehilangan banyak darah selama melahirkan. Ini dapat

berakibat serius pada keselamatan ibu. Kemungkinan besar ibu akan memerlukan

transfusi darah selama persalinan atau mengalami depresi pasca persalinan.

E. Tanda dan Gejala Anemia pada Ibu Hamil

Gejala anemia selama kehamilan bisa tidak terlihat sehingga berakhir diabaikan begitu

saja. Namun seiring bertambahnya usia kehamilan, gejalanya bisa semakin memburuk.

Maka, kenali dan waspadai gejala anemia umum seperti:

a) 3L (Tubuh terasa lemah, letih, dan lesu terus menerus)

b) Pusing

c) Sesak napas
d) Detak jantung cepat atau tidak teratur

e) Sakit/nyeri dada

f) Warna kulit, bibir, dan kuku memucat

g) Tangan dan kaki dingin

h) Kesulitan berkonsentrasi

F. Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil

Anemia dapat terjadi pada siapa pun, tapi ibu hamil termasuk orang yang paling rentan

mengalaminya. Semua wanita hamil berisiko mengalami anemia. Anemia disebabkan oleh

tubuh yang tidak mampu mencukupi kebutuhan pasokan darah, zat besi, dan asam folat

yang lebih banyak dari biasanya semasa kehamilan.

Anemia juga paling berisiko pada ibu hamil yang memiliki kondisi berikut:

a) Sedang hamil kembar. Semakin banyak bayi yang dikandung, semakin banyak darah

yang dibutuhkan.

b) Dua kali hamil dalam waktu berdekatan.

c) Muntah dan mual di pagi hari (morning sickness).

d) Hamil di usia remaja.

e) Kurang mengonsumsi makanan kaya zat besi dan asam folat.

f) Sudah memiliki anemia sejak sebelum hamil.

G. Cara Mendiagnosis Anemia pada Ibu Hamil

Risiko anemia pada ibu hamil dapat dicari tahu lewat tes darah saat cek kandungan di

trimester pertama. Tes ini juga sangat disarankan bagi setiap ibu hamil yang berisiko atau

tidak pernah menunjukkan gejala anemia pada awal kehamilannya. Tes darah biasanya

meliputi tes hemoglobin (mengukur jumlah Hb dalam darah) dan tes hematokrit (mengukur

persentase sel darah merah per sampel).

Badan Kesehatan Dunia dan CDC di Amerika Serikat mengatakan ibu hamil

tergolong memiliki anemia jika kadar pada trimester pertama dan ketiga, kadar

hemoglobinnya (Hb) kurang dari 11 gr/dL atau hematokritnya (Hct) kurang dari 33%.

Sementara anemia pada trimester kedua terjadi ketika kadar Hb kurang dari 10,5 g/dL atau
Hct kurang 32% setelah dites. Dokter Anda mungkin akan perlu menjalankan tes darah lain

untuk memastikan apakah anemia Anda disebabkan oleh kekurangan zat besi atau karena

penyebab lain. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan setiap ibu hamil

menjalani tes darah, termasuk cek kadar Hb, idealnya satu kali saat pemeriksaan kandungan

pertama, di trimester kedua, dan sekali lagi pada trimester ketiga. Dokter kandungan nantinya

mungkin juga merujuk Anda ke ahli hematologi, dokter spesialis masalah dan penyakit darah.

Hematolog dapat membantu dan mengelola anemia Anda saat hamil.

H. Penkes Cara Mengatasi Anemia pada Ibu Hamil

1) Makan Makanan Bernutrisi Khusus

Dokter mungkin menyarankan agar Anda menambah lebih banyak makan makanan

tinggi zat besi dan asam folat setiap hari. Mulanya Anda hanya akan membutuhkan

tambahan 0,8 mg zat besi per hari di trimester pertama, hingga 7,5 mg per hari pada

trimester ketiga. Sedangkan peningkatan asupan asam folat per trimeser biasanya

berkisar dari 400 – 600 mcg per hari, tergantung apa kata dokter.

2) Makanan yang termasuk tinggi zat besi adalah:

a. Daging (sapi atau unggas) rendah lemak yang dimasak matang.


b. Makanan laut seperti ikan, cumi, kerang, dan udang yang dimasak matang.
c. Telur yang dimasak matang
d. Sayuran hijau, misalnya bayam dan kangkung.
e. Kacang polong.
f. Produk susu yang telah dipasteurisasi.

g. Kentang
h. Gandum

3) Sementara makanan tinggi folat meliputi:

a. Sayuran daun hijau, seperti bayam, brokoli, seledri, buncis, lobak hijau, atau selada.

b. Keluarga jeruk.

c. Alpukat, pepaya, pisang.

d. Kacang-kacangan, seperti kacang polong, kacang merah, kacang kedelai, kacang

hijau.

e. Biji bunga matahari (kuaci)

f. Gandum
g. Kuning telur

4)  Mengonsumsi vitamin C lebih banyak

Anemia pada ibu hamil bisa diatasi dengan mengonsumsi sayur dan buah tinggi vitamin

C, seperti jeruk, stroberi, kiwi, brokoli, kembang kol, tomat, dan paprika. Vitamin C

membantu tubuh menyerap zat besi dari makanan secara lebih efisien. Kebutuhan

vitamin C harian juga dapat dipenuhi dengan minum suplemen vitamin C, tapi sebaiknya

konsultasikan dulu ke dokter.

Namun, mencukupi asupan gizi dari makanan saja mungkin tidak akan cukup buat ibu

hamil. Maka, Anda perlu melakukan langkah selanjutnya, yaitu…

a. Minum suplemen

Sebagai langkah awal pengobatan, dokter akan menyarankan ibu hamil untuk mulai

minum suplemen zat besi, vitamin B12, dan asam folat sebagai tambahan vitamin

prenatal. Minum dosis pertama suplemen sebaiknya di pagi hari agar tidak

memperparah sensasi mual muntah karena morning sickness.

Jika harus diminum setelah makan, tunggu satu jam dulu baru telan vitamin Anda agar

tidak merasa mual. Ibu hamil juga bisa minum suplemen sebelum tidur, karena

kemungkinan tidak akan merasa mual ketika sedang tidur. Jangan lupa minum banyak

air setelah menelan vitamin.

CDC merekomendasikan ibu hamil untuk mengonsumsi suplemen besi sebanyak 30 mg

per hari sejak cek kandungan pertama kali untuk mencegah anemia defisiensi besi.

Sementara untuk suplemen folat, WHO dan Kemenkes RI merekomendasikan minum

dosisnya sebanyak 400 mcg/hari sesegera mungkin begitu akan merencanakan

kehamilan dan terus dilanjutkan sampai 3 bulan setelah melahirkan.

I. Cara mencegah anemia pada ibu hamil

Tidak semua kasus anemia dapat dicegah. Namun, mencukupi asupan zat besi, asam

folat, dan vitamin B12 sejak sebelum berencana hamil dapat menghindari kondisi

tersebut muncul tiba-tiba semasa mengandung.


Berikut adalah beberapa makanan yang disarankan dan harus dihindari untuk cegah anemia

pada ibu hamil:

a. Mengonsumsi daging sapi tanpa lemak minimal 18 gram

b. Mengonsumsi kacang-kacangan minimal setengah cangkir

c. Sayuran berdaun hijau, contohnya bayam sebanyak 1 cangkir

d. Mengonsumsi sereal yang diperkaya zat besi

e. Menghindari minum kopi dan alkohol yang bisa mengurangi kemampuan tubuh menyerap

zat besi

Memasak dalam peralatan masak yang terbuat dari besi cor juga dapat membantu

meningkatkan asupan  zat besi Anda. Ini karena makanan menyerap sebagian zat besi dari

wajan. Perhatikan juga bahwa zat besi dari sumber makanan hewani, seperti daging, dapat

terserap tubuh lebih baik dibanding zat besi dari sayuran atau buah.

2. PENKES / KONSELING TENTANG PEMENUHAN GIZI BAGI IBU HAMIL

DENGAN OBESITAS

A. OBESITAS

Obesitas adalah salah satu faktor yang paling umum menyebabkan umur harapan

hidup (UHH) lebih pendek dan beberapa penyakit. Strategi untuk mencegah kenaikan

berat badan dan obesitas telah terbukti menjadi lebih mudah dan murah daripada terapi

yang ditujukan jika orang telah menjadi gemuk. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) masalah status gizi pada usia ≥ 18 tahun didominasi kasus obesitas walaupun

kasus berat badan kurang juga tinggi. Angka obesitas perempuan cenderung lebih tinggi

dibandingkan dengan laki-laki yaitu 26,9% dan 16,3%. Karakteristik obesitas cenderung

terjadi pada masyarakat berpendidikan tinggi, penghasilan tinggi, tingkat pengeluaran

tinggi dan tinggal di perkotaan, sedangkan proporsi berat badan lebih/overwight sebesar

10,8% dan obesitas 14,76% (Bappenas, 2010).

Overweight dan obesitas merupakan permasalahan yang akhir-akhir ini sering timbul

baik di negara maju maupun negara berkembang. Menurut WHO (World Health

Organization) tahun 2016 lebih dari 1,9 milyar orang dewasa ( > 18 tahun ) mengalami

masalah peningkatan berat badan berlebih (overweight), sedangkan lebih dari 650 juta
orang dewasa mengalami masalah obesitas. Menurut RISKESDAS (Riset Kesehatan

Dasar) tahun 2013, prevalensi obesitas pada perempuan dewasa di Indonesia (>18 tahun)

32,9%, meningkat 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5% dari tahun 2010 (15,5%)

untuk mengontrol berat badan itu perlu untuk ibu hamil yang terlalu gemuk. Kalau bisa

sebelum hamil sudah di angka ideal,” papar ahli gizi Henny Pratiwi.

Sebabnya, ibu hamil dengan obesitas memiliki beberapa risiko saat melahirkan. Selain itu,

juga dapat berpengaruh terhadap bayi yang di dalam kandungan. Buah hati bisa lahir

dengan membawa penyakit bawaan yaitu, diabetes.  

“Diet juga tidak sembarangan pada ibu hamil. Harus tahu kebutuhan kalori sehari. Bila

berat badan over berarti perlu mengurangi asupan kalorinya. Tujuannya adalah agar berat

badan bisa turun,” tambah kepala Instalasi Gizi di RS Samarinda Medika Citra itu.

Selain itu, ibu hamil juga perlu menghindari makanan berlemak dan olahraga teratur. Diet

yang benar juga tidak memengaruhi keadaan janin, karena yang dikurangi hanya jumlah

asupan, bukan menghentikan asupan yang tetap diperlukan.

Seseorang yang diet masih memerlukan nutrisi-nutrisi penting yang dibutuhkan sehari-

hari, apalagi sedang mengandung. Janin pun memerlukan nutrisi yang baik. “Perbanyak

makan sayur dan buah. Jika ibu hamil tidak over weight konsumsi kalori sesuai kebutuhan

saja, namun tetap kurangi makanan berlemak dan olahraga teratur,” tambah alumnus UGM

itu.

Namun, kasus ibu hamil dengan kegemukan berlebih jarang. Sebab menurut Henny,

perempuan dengan obesitas atau kegemukan biasanya kesulitan untuk bisa hamil. Hal itu

menyebabkan mereka disarankan oleh dokter kandung terlebih dahulu menurunkan berat

badan, setelah itu barulah menjalani program hamil.

“Perempuan sebaiknya jangan sepelekan keseimbangan gizinya. Bila berlebihan maupun

kekurangan sama-sama menimbulkan masalah. Kelebihan bisa menyebabkan sulit hamil,

sementara si terlalu kurus bisa memicu berat badan janin rendah saat lahir. Hal itu karena

gizi yang cukup dari ibunya


Obesitas dalam kehamilan terjadi apabila seseorang memiliki BMI (body mass index) 30

kg/m2 atau lebih. Umumnya perhitungan ini dilakukan saat pemeriksaan kehamilan pertama

kali. Obesitas dapat dibagi lebih lanjut menjadi tiga kelas, yaitu kelas I (BMI 30.0-34.9),

kelas II (BMI 35.0-39.9), dan kelas III atau (BMI 40 dan lebih).

Kondisi obesitas dalam kehamilan berhubungan dengan banyak sekali risiko, baik bagi ibu

maupun janin. Bagi ibu, selama kehamilan dapat meningkatkan risiko diabetes gestasional,

keguguran, preeklamsia, tromboemboli, obstructive sleep apnea, bahkan kematian Selama

persalinan, obesitas meningkatkan risiko induksi persalinan, durasi persalinan yang lama,

persalinan gagal maju, persalinan dengan alat, operasi seksio, perdarahan usai persalinan,

juga distosia bahu. Setelah persalinan, terdapat peningkatan risiko penyembuhan luka yang

lama, infeksi pada luka, lebih rendahnya tingkat menyusui, dan lain-lain. Bagi janin dengan

ibu obesitas, terdapat risiko kelainan pertumbuhan dan perkembangan janin, janin

meninggal dalam kandungan, prematur, ukuran bayi yang besar, dan sebagainya. Di masa

depan, janin juga berisiko terkena obesitas dan kelainan metabolik pada masa anak-anak.

B. Diet untuk ibu hamil dengan obesitas

Langkah terbaik dan efektif untuk menghindari berbagai risiko komplikasi tersebut adalah

dengan mengurangi berat badan sebelum hamil. Bahkan mengurangi berat dalam jumlah

kecil, misalnya 5-7% dari berat badan saat ini, dapat memperbaiki kesehatan secara umum

dan menjaga kehamilan yang lebih sehat.

Bagi ibu hamil dengan obesitas, terdapat rekomendasi kenaikan berat badan yang sehat

selama kehamilan. Bagi mereka dengan kehamilan tunggal, disarankan untuk menjaga

kenaikan berat badan 5-9 kg selama kehamilan. Bagi mereka dengan kehamilan multipel,
misalnya kembar, disarankan kenaikan berat badan kurang lebih 11-19 kg selama

kehamilan.

Bagaimana dengan pola makan? Sering kali para ahli menyarankan diet glycemic

load rendah dan diet Mediterania. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak ada diet yang

dianggap superior bagi wanita hamil dengan obesitas. Untuk pola makan sehat, setiap

harinya ibu hamil dapat mengonsumsi makanan bergizi dari lima kelompok makanan

berikut:

1. Sayur dengan berbagai warna, disarankan 5 porsi (masing-masing ± 75 g) per hari.

Misalnya: wortel, bayam, labu, tomat, paprika, ubi, dan sebagainya.

2. Buah-buahan, disarankan 2 porsi (masing-masing ± 150 g) per hari. Misalnya: pisang,

mangga, jeruk, melon, dan sebagainya.

3. Biji-bijian, disarankan 8½ porsi per hari di mana 1 porsi kurang lebih sama dengan 1 lapis

roti, ½ cup nasi/ pasta/ quinoa/ mie/ bubur, 2/3 cup serealia gandum, ¼ cup muesli, dan

sebagainya.

4. Protein seperti daging tanpa lemak, unggas, ikan, tahu, kacang-kacangan. Disarankan

mengonsumsi 3½ porsi per hari di mana 1 porsi kurang lebih sama dengan 65 g daging

tanpa lemak, 80 g unggas, 100 g ikan, 2 buah telur, 1 cup kacang-kacangan ,170 g tahu,

dan sebagainya.

5. Produk susu, disarankan 2½ porsi per hari di mana 1 porsi kurang lebih sama dengan

1 cup susu, 2 lapis keju, ¾ cup yoghurt, dan sebagainya.

Selain itu, sebaiknya mengurangi konsumsi makanan-makanan berikut:

1. Makanan mengandung lemak jenuh, seperti yang biasa ditemukan pada kue,

biskuit, pastry, pie, daging olahan, piza, hamburger, gorengan, dan sebagainya.

2. Makanan dan minuman dengan banyak tambahan garam. Batasi penggunaan garam saat

masak dan pilih makanan dengan sodium rendah.

3. Makanan dan minuman dengan tambahan gula. Waspadai soft drink, jus dan minuman

buah, serta minuman energi.

4. Alkohol dan makanan mentah atau setengah matang.


Walaupun mengalami obesitas, Anda dapat tetap menjalani kehamilan yang sehat. Jagalah

kenaikan berat badan ibu selama hamil dengan diet. Selain itu,  jangan lupa untuk rutin

memeriksakan kehamilan.

C. Penkes tentang Menu Diet Ibu Hamil dengan Obesitas Paling Ampuh dan

Aman

Obesitas merupakan salah satu kondisi dimana seseorang memiliki berat badan yang

berlebihan sehingga akan mengganggu metabolisme atau sistem di dalam tubuh. Obesitas

bisa terjadi kepada mereka yang memang tidak menjaga pola makan sehari-hari sehingga

tubuhnya memiliki berat badan yang tidak terkontrol dengan baik. Obesitas itu sendiri

memang selalu disarankan oleh dokter untuk dihindari. Mereka yang obesitas sebaiknya

segera melakukan diet ketat karena obesitas itu sendiri memang berbahaya. Obesitas

meningkatkan risiko dari berbagai penyakit, seperti penyakit jantung, diabetes,

ketidakstabilan tulang, dan sebagainya.

Obesitas juga bisa terjadi kepada ibu hamil. Ibu yang sedang mengandung biasanya

berpikir bahwa porsi makannya harus ditambah, karena makanan itu akan dikonsumsi

oleh dua orang (ibu dan janin). Namun ternyata hal itu tidaklah sepenuhnya benar.

Porsi makan bertambah saat hamil justru akan berdampak pada obesitas. Apalagi untuk

ibu hamil yang memang memiliki karakter mudah gemuk.

Mengapa obesitas saat hamil perlu dihindari? Hal ini dikarenakan obesitas akan memiliki

dampak buruk bukan hanya bagi ibu melainkan juga bagi janin. Obesitas meningkatkan

risiko diabetes pada ibu dan janin, meningkatkan risiko janin terlahir besar sehingga

perlu dilakukan operasi caesar, sesak nafas, penyakit jantung, dan sebagainya.

D. Prinsip Diet Ibu Hamil dengan Obesitas

Sebelum mengetahui menu diet apa saja yang baik untuk ibu hamil dengan obesitas, ada

baiknya mengetahui beberapa prinsip atau tips berikut ini untuk mengganti menu makanan

harian bagi ibu. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Jumlah Kalori

Prinsip pertama dari diet ibu hamil dengan obesitas yang harus diketahui adalah mengenai

jumlah kalori yang dikonsumsi. Jumlah kalori pada ibu hamil agar tidak mengalami
obesitas harus diatur melalui menu makanan dan juga waktu makan. Sebaiknya hindari

makanan yang memiliki kalori berlebihan. Salah satu caranya adalah dengan mengganti

bahan makanan berkalori dengan bahan makanan lain yang lebih rendah kalori namun

memiliki nutrisi dan gizi yang tinggi. Hal ini akan bermanfaat bagi ibu dan juga janin,

serta menghambat kenaikan berat badan yang terlalu berlebihan saat hamil.

2. Kadar Gula

Sebenranya diet ibu hamil dengan obesitas juga mirip dengan diet manusia pada

umumnya. Salah satunya adalah pada pengaturan gula darah. Ibu hamil juga sangat

disarankan agar tidak mengonsumsi makanan serta minuman yang memiliki kadar gula

tinggi, karena hal ini akan meningkatkan risiko diabetes dan kenaikan berat badan secara

cepat. Ibu hamil juga sebaiknya tidak mengonsumsi camilan manis seperti kue, permen,

biskuit, cokelat, dan sebagainya. Selain itu, menu makanan yang mengandung banyak gula

biasanya juga akan membuat ibu lebih cepat lapar dan ingin makan terus menerus.

3. Nutrisi pada Makanan

Walau kalori dan gula harus dibatasi, namun nutrisi tidak boleh dibatasi. Nutrisi pada ibu

hamil dan janin harus tetap dijaga dan diasupi setiap hari, baik ketika sarapan, makan

siang, maupun makan malam. Maka dari itu, pemilihan makanan rendah kalori dan rendah

gula haruslah yang memiliki nutrisi sehat. Trik yang bisa dilakukan adalah makan pagi

dengan menu makanan sehat dengan nutrisi yang cukup. Sarapan dengan menu makanan

sehat akan lebih membuat ibu tidak mudah merasa lapar. Sebaliknya jika tidak sarapan,

maka ibu akan cenderung mudah lapar, bahkan mengalami morning sickness setiap hari.

4. Porsi Makan

Hal lain yang perlu diperhatikan pada ibu hamil dengan obesitas adalah porsi makannya.

Jangan pernah merasa bahwa porsi makan harus ditambah menjadi dua kali lipat ketika

hamil. Hal inilah yang sering terjadi pada masyarakat dan menjadi sebuah doktrin

tersendiri. Padahal makan dengan porsi besar bukanlah langkah yang tepat untuk

memenuhi nutrisi makanan janin dan ibu. Sebaliknya, makanan dengan porsi besar akan

memperbesar risiko obesitas pada ibu hamil.

5. Buah sebagai Pengganti Camilan


Prinsip berikutnya adalah ganti camilan dengan buah-buahan yang sehat dan disarankan.

Biasanya ibu hamil yang mudah lapar memang akan suka makan camilan. Jika kebiasaan

ini tidak bisa dihentikan, maka sebaiknya ibu mulai mencari alternatif buah yang baik

untuk camilan. Ibu bisa memakan buah saat menonton televisi atau saat bersantai bersama

keluarga. Hindari makanan yang berupa gorengan, atau camilan manis bergula dan

berkalori.

6. Air Putih

Air putih berkhasiat untuk memperlancar peredaran darah dan memperlancar metabolisme

dalam tubuh. Ibu hamil tetap harus mengonsumsi air putih sebanyak-banyaknya setiap

hari. Minimal, minumlah dua liter air per hari, atau setara dengan 8 hingga 10 gelas.

E. Menu Diet Ibu Hamil dengan Obesitas

Menu diet ibu hamil obesitas adalah makanan sehat yang kaya akan serat namun rendah

kalori, lemak, dan gula. berserat dan rendah kandungan lemak serta gula. Beberapa

makanan yang sebaiknya dikonsumsi oleh ibu hamil agar tidak obesitas di antaranya:

1. Buah-buahan 

Buah-buahan segar selalu menjadi solusi terbaik bagi pengganti camilan dan sebagai

menambah nutrisi sehat yang alami. Ibu bisa membeli apel, kurma, jeruk, kurma, pisang,

strawberry, dan jenis buah lain yang sehat. Hindari mengonsumsi buah nanas, nangka,

pepaya muda, durian, anggur, dan beberapa jenis buah lainnya

2. Sayur-sayuran 

Selain buah, makanan yang tinggi serat dan nutrisi namun rendah kalori dan gula adalah

sayur-sayuran. Biasakan diri mengonsumsi brokoli, bayam, selada, maupun wortel


sebagai bahan makanan utama. Selain itu, ibu juga bisa menjadikan sayur dan buah

sebagai salad sehat untuk camilan sehari-hari

3. Lauk pauk rendah lemak

Untuk lauk pauk, ibu bisa mengonsumsi bahan makanan rendah lemak, seperti beberapa

jenis ikan (salmon, sarden, tuna). Ibu juga bisa mengonsumsi daging tanpa lemak

4. Kalori 

Untuk bahan makanan utama pengganti nasi, ibu bisa mulai mengonsumsi gandum, oats,

atau jagung.

Menu makanan di atas perlu ditata dengan sebagaimana mestinya agar ibu setiap hari tidak

kekurangan nutrisi namun bisa tetap aman dari obesitas. Menu makanan pagi, siang, malam,

dan camilan harus dijaga secara ketat. Untuk itu, berikut salah satu menu diet ibu hamil

obesitas dalam 1 hari, dengan catatan makanan boleh diganti namun dengan kadar yang mirip

dan dengan kandungan gizi yang mirip.

a. Makan pagi / sarapan :

Ibu bisa mengawali pagi dengan mengonsumsi roti tawar yang sudah diberi 1 sendok teh

selai kacang, dan satu buah apel. Untuk menu minumannya, ibu bisa mengonsumsi 1

gelas jus strawberry tanpa gula. Jika ingin menambah gula, maka gatilah gula dengan

madu. Jika tidak suka roti, selai kacang, dan apel, maka menu bisa diganti dengan oats

atau salad yang sehat

b. Camilan :

Camilan biasanya bisa dikonsumsi saat pagi menjelang siang sekitar pukul 10 pagi.

Untuk camilan ini, usahakan mengonsumsi buah pisang. Jika tidak suka, maka bisa

diganti dengan jenis buah lain seperti alpukat.

c. Makan siang :

Untuk makan siang, beberapa program diet memang membolehkan ibu mengonsumsi

makanan yang cukup berat. Saat makan siang ibu bisa mengonsumsi nasi putih dan lauk

pauk. Namun ingatlah bahwa porsinya tidak boleh berlebihan. Untuk lauk pauk, ibu bisa

mengonsumsi pepes ikan yang dipadukan dengan sayur bening bayam. Kemudian

diakhiri dengan buah pepaya. Jika tidak suka pepaya, maka bisa diganti dengan buah lain

yang mirip kandungannya dengan pepaya, misalnya jeruk

d. Camilan :
Camilan setelah makan siang bisa dikonsumsi saat sore hari sekitar jam 3. Sama dengan

camilan pagi, camilan sore ini juga berupa buah-buahan. Atau ibu juga bisa

mengonsumsi 1 gelas jus buah, misalnya jus melon, atau jus lainnya.

e. Makan malam :

Untuk makan malam, ibu bisa mengonsumsi karbohidrat namun jangan dari nasi.

Gantilah nasi dengan 1 buah kentang atau ubi rebus. Untuk proteinnya, ibu tetap bisa

mengonsumsi lauk pauk, seperti pepes tempe atau tahu. Ingatlah jangan suka makan lauk

pauk gorengan. Makan malam juga harus ditambah dengan menu sayur seperti sayur

buncis dan wortel. Untuk minumannya, ibu bisa mengonsumsi 1 gelas jus tomat.

f. Camilan :

Jika ibu suka lapar di malam hari setelah makan malam, maka sebaiknya konsumsi 1

buah pisang atau buah lainnya, dan jangan mengonsumsi makanan selain buah.

1. Sebutkan Jenis-Jenis Makronutrien dibawah ini:

a. Mineral, garam dan buah


b. Karbohidrat, protein dan lemak
c. Vitamin, kalsium dan gula
d. Sayuran, susu dan daging
e. Semua benar

2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (zat pembangun) – Protein, mineral

dan air, diperlukan untuk membentuk :

a. memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal


organisme yang bersifat infektil dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke
dalam tubuh
b. ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar dan dibutuhkan
tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas
c. sel-sel baru, memelihara, dan menganti sel yang rusak
d. bentuk tulang dan gigi yang kuat, dan kalium, yang diperlukan untuk saraf normal
dan fungsi otot
e. Semua salah

3. Pada usia berapa kebutuhan kalori yang memerlukan kalori lebih tinggi :
a. Usia dewasa
b. Usia remaja
c. Usia tua
d. Usia bayi dalam kandungan
e. Benar semua

4. Kebutuhan energi yang diperlukan tubuh untuk laki-laki dan perempuan adalah

a. 1700 dan 2500 kalori


b. 1850 dan 2500 kalori
c. 2200 dan 1850 kalori
d. 1700 dan 2200 kalori
e. 2200 dan 2500 kalori

5. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita

hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari hari karena pada umumnya menjadi

buruk karena terjadi dehidrasi. Pertanyaan nya adalah makanan yang dianjurkan untuk

Hiperemisis I, II, III adalah :

a. Roti panggang, biskuit, crackers


b. Buah segar dan sari buah
c. Minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun)
d. Sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer.
e. Semua benar

6. Diet-makanan rendah protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak.

Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Istirahat yang cukup pada

saat hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya disesuaikan dengan kemampuan.

Pengawasan antenatal (hamil) Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam

rahim segera datang ke tempat pemeriksaan..

Pernyataan diatas adalah pengertian dari pencegahan :

a. Hiperemisis gravidarum
b. Diabetes mellitus
c. Anemia
d. Pre eklamsia
e. Obesitas

7. Pada wanita hamil normal terjadi banyak sekali perubahan hormonal dan metabolik
untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus yang optimal. Pada kehamilan normal,
kadar glukosa plasma ibu menjadi lebih rendah secara bermakna, karena :
a. Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat
b. Produksi glukosa dari hati menurun
c. Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis menurun)
d. Efektifitas ekskresi ginjal meningkat
e. Semua benar

8. Anemia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kekurangan zat besi dan biasanya

terjadi secara bertahap.

Berikut pengaruh anemia terhadap kehamilan, kecuali :

a. Persalinan prematuritas
b. Abortus
c. Mudah infeksi
d. Efektifitas ekskresi ginjal meningkat
e. Ketuban pecah dini
9. Langkah pertama yang perlu dilakukan jika ibu baru menginjak trimester 1 yaitu :

a. Membatasi kalori
b. Pemeriksaan gula darah, tekanan darah, dan pengukuran berat badan
c. Pemeriksaan gula darah, membatasi kalori dan diet
d. Pemeriksaan gula darah, diet dan istirahat
e. Semua benar

10. Terus menerus merasa letih, kesemutan , muka tampak pucat, kesulitan sewaktu

melahirkan, air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi,

sehingga bayi akan kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui..

Gejala tersebut adalah akibat dari :

a. Anemia
b. Obesitas
c. Diabetes Mellitus
d. Pre eklamsia
e. Semua salah

Jawaban dari soal Topik 5

1. B

2. C

3. B

4. C

5. E

6. D
7. E

8. D

9. C

10. E

Anda mungkin juga menyukai