Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar
1. Konsep Dasar Kebutuan Manusia
Manusia mempunyai kebutuhan dasar atau kebutuhan pokok untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan dasar manusia adalah
unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan
keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk
mempertahankan kebutuhan kesehatan (Suryono, 2010). Hirarki kebutuhan
manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat
untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat
memberikan perawatan (Attamimi Faradilla, 2012). Menurut Maslow ada lima
hierarki kebutuhan dasar manusia (five hierarchy of needs) yaitu kebutuhan
fisiologi, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan mencintai dan
dicintai, kebutuhan harga diri, serta kebutuhan aktualisasi diri.
2. Pengertian Kebutuhan Nutrisi
Tubuh memerlukan makanan untuk mempertahankan kelangsungan
fungsinya. Kebutuhan nutrisi ini diperlukan sepanjang kehidupan manusia.
Namun jumlah nutrisi yang diperlukan setiap orang berbeda sesuai dengan
karakteristiknya, seperti jenis kelamin, usia, aktivitas dan lain-lain. Kebutuhan
nutrisi merupakan kebutuhan terhadap proses pemasukan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan
dalam aktivitas tubuh (Hidayat, 2012).
Nutrisi adalah zat kimia organik maupun anorganik yang ditemukan
dalam makanan dan diperlukan agar tubuh dapat berfungsi dengan
sebaikbaiknya. Pemenuhan kebutuhan nutrisi bukan hanya sekedar untuk
memenuhi rasa lapar, melainkan mempunyai banyak fungsi diantaranya
adalah sebagai sumber energi, memelihara jaringan tubuh, mengganti sel
tubuh yang rusak, mempertahankan vitalitas tubuh, dan lain-lain (Asmadi,
2008). Untuk itu maka intake nutrisi ke dalam tubuh harus adekuat.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi

7
8

bukan hanya memperhatikan jumlah yang dikonsumsi, melainkan juga perlu


memperhatikan zat gizi yang mesti dipenuhi. Oleh karena itu makanan yang
dikonsumsi harus mengandung nutrien esensial yang baik untuk tubuh.
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai jenis-jenis nutrien
esensial meliputi karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa yang mengandung zat karbon (C)
dalam ikatan dengan hridrogen (H) dan oksigen (O) dalam suatu
perbandingan 1:2:1. Karbohidrat didalam sel mengalami proses oksidasi
yang menghasilkan panas dan energi. Jika energi yang kita butuhkan sangat
tinggi, sedangkan intake ataupun cadangan karbohidrat berkurang, maka
mekanisme tubuh adalah mengubah sumber-sumber nonkarbohidrat seperti
lemak menjadi glukosa. Kebutuhan tubuh terhadap karbohidrat sekitar 5,5
gr/kgbb/hari. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori. Fungsi
karbohidrat:
1) Sebagai sumber energi utama bagi tubuh.
2) Penting untuk metabolisme lemak normal karena jika karbohidrat
kurang, maka lemak digunakan sebagai sumber energi.
3) Pada hati, glucorinic acid mempunyai fungsi yang penting dalam
peningkatan racun kimia dan bakteri.
4) Sisa laktosa dalam usus lebih lama daripada disakarida, sehingga
mempermudah pertumbuhan bakteri yang menguntungkan. Laktosa ini
berfungsi sebagai laktasif serta sintesis vitamin B kompleks dan
vitamin K.
5) Selulosa (karbohidrat yang tidak dicerna) membantu dalam eliminasi
yang normal karena merangsang gerakan peristaltik saluran
pencernaan dan absorbsi air sehingga feses menjadi padat.
6) Makanan yang banyak mengandung karbohidrat (sereal) juga
memberikan suplai protein, mineral, dan vitamin B dalam jumlah yang
bermakna.

7) Digunakan sebuah protein sparing action, jika karbohidrat tidak


mencukupi yaitu protein akan diubah menjadi glukosa
9

(glukoneogenesis).
b. Protein
Protein berasal dari bahasa yunani yaitu protos yang berarti yang
paling utama’ (Anonim, 2007). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
protein adalah nutrien yang paling utama diperlukan oleh tubuh. Protein
berdasarkan asalnya terbagi atas dua kategori yaitu protein nabati dan
protein hewani. Konsumsi protein oleh tubuh kita sekitar 1 gr/kgbb/hari.
Satu gram protein menghasilkan 4 kalori. Fungsi protein:
1) Mempertahankan kesehatan dan vitalitas tubuh.
2) Pertumbuhan dan perkembangan semua jaringan tubuh.
3) Pembentukan hormon.
4) Mencegah darah atau jaringan lebih asam atau lebih basa.
5) Memelihara keseimbangan cairan tubuh.
6) Pembentukan enzim, antibodi, dan pembentukan susu saat proses
laktasi.
7) Membantu pembekuan darah.
c. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang kedua setelah karbohidrat.
Lemak di simpan dalam tubuh sebagai jaringan adiposa. Kebutuhan lemak
oleh tubuh sekitar 1,5 gr/kgbb/hari. 1 gr lemak menghasilkan 9 kalori.
Fungsi lemak antara lain:
1) Sumber cadangan energi.
2) Komponen dari membran sel.
3) Insulator suhu tubuh.
4) Pelarut vitamin A, D, E, K.
5) Jenis lemak yaitu kolesterol berfungsi untuk menghasilkan asam
empedu yang berperan dalam pencernaan dan pembentukan hormon
kortison, estrogen, testosteron, dan hidrokortison.

d. Vitamin
Vitamin merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Walaupun dibutuhkan dalam
jumlah kecil, peranan vitamin sangat vital bagi pertumbuhan dan
10

perkembangan, pencegahan penyakit, dan mencapai kehidupan yang sehat


dan optimal. Vitamin sebagai zat mikro tidak dapat diproduksi oleh tubuh
sehingga harus didapatkan dari makanan (WHO, 2016). Vitamin terbagi
kedalam dua klasifikasi berdasarkan daya kelarutannya yaitu vitamin yang
larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak.
1) Vitamin yang larut dalam air
Vitamin yang larut dalam air terdiri atas vitamin B dan vitamin C.
Vitamin B meliputi vitamin B1 (Tiamin), vitamin B2 (Riboflavin),
vitamin B6, niasin, asam folat, vitamin B12 (Sianokobalamin), biotin,
dan asam pantotenat.
2) Vitamin yang larut lemak
Vitamin yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah vitamin A, D, E, dan
K. Vitamin yang larut dalam lemak merupakan molekul yang tidak larut
dalam air. Absorbsinya sama dengan absorbsi lemak yang memerlukan
enzim pencerna lemak dan empedu. Vitamin yang larut dalam lemak
ditranspor dari usus oleh kilomikron dan disimpan dalam hepar (vitamin
A D K) dan jaringan adipose (vitamin E). Distribusi vitamin tersebut
dari tempat penyimpanannya dilakukan oleh lipoprotein atau protein
khusus. Ekskresi vitamin-vitamin ini dilakukan melalui empedu.

3. Faktor Yang Mempengaruhi kebutuhan Nutrisi


Kebutuhan nutrisi tidak berada dalam kondisi yang menetap. Ada
kalanya kebutuhan nutrisi seseorang meningkat. Begitu pula kebalikannya,
kebutuhan nutrisi seseorang menurun. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kebutuhan seseorang terhadap nutrisi. Pada bagian ini
dikemukakan dua kategori faktor yaitu faktor yang meningkatkan kebutuhan
nutrisi dan faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi. Faktor yang
meningkatkan kebutuhan nutrisi antara lain sebagai berikut:
a. Pertumbuhan yang cepat seperti bayi, anak-anak, remaja, dan ibu hamil.
b. Selama perbaikan jaringan atau pemulihan kesehatan karena proses suatu
penyakit.
c. Peningkatan suhu tubuh.
11

d. Aktivitas yang meningkat.


e. Stres.
f. Terjadi infeksi.
Faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi antara lain sebagai berikut: a.
Penurunan laju pertumbuhan misalnya lansia.
b. Penurunan basal metabolisme rate (BMR).
c. Hipotermi.
d. Jenis kelamin.
e. Gaya hidup pasif.
f. Bedrest.
4. Kebutuhan Nutrisi Penderita Diabetes Mellitus
Menu makanan untuk diabetes harus dapat membantu mencapai tujuan
diet dalam mengatur kadar gula darah mendekati normal, menurunkan gula
dalam urin menjadi negatif, dan mampu beraktivitas secara baik dengan cara
menyesuaikan makanan dengan kesanggupan tubuh untuk menggunakannya,
melalui cara 3 J, yaitu:
a. Jadwal makan, yaitu 3 kali makanan pokok dan 3 kali makanan selingan.
b. Jumlah kalori harus sesuai yang ditentukan oleh ahli gizi.
c. Jenis makanan harus mematuhi jenis makanan yang boleh dikonsumsi
tanpa batasan dan makanan yang harus dibatasi dan tidak diperbolehkan
untuk dikonsumsi.
Jumlah makanan yang berlebihan, terutama karbohidrat dan lemak
inilah yang memicu naiknya glukosa darah. Jumlah makanan dikatakan
berlebihan apabila, kita makan melebihi dari kebutuhan kalori dalam sehari.
Jenis makanan yang tidak bervariasi juga bukan pola makan yang sehat. Jenis
makanan yang perlu diketahui adalah sumber karbohidrat, protein hewani,
protein nabati, sayur, buah, dan susu. Setiap makanan mengandung nilai gizi
utama yang berbeda dan semua zat gizi ada baiknya terpenuhi sesuai
kebutuhan gizi sehari-hari, mengkonsumsi makan yang lebih bervariasi dapat
menghindari kita dari kebosanan. Jenis makan yang tinggi kadar indeks
glikemik, tinggi lemak, dan tinggi garamlah yang bisa meningkatkan risiko
diabetes. Makanan yang mengandung nilai indeks glikemik yang tinggi
12

diantaranya nasi putih, donat, cup cake, semangka, burger, pizza, jelly beans,
keripik, dan pancake.
Jam makan yang tidak teratur seperti melewatkan sarapan dan sering
makan larut malam dapat menganggu kesehatan kita. Sarapan pagi sangatlah
penting, sarapan pagi berfungsi untuk memulihkan energi setelah kita tidak
makan selama waktu tidur. Jika tidak sarapan, metabolisme tubuh akan
berantakan dan organ tubuh akan rusak. Disamping itu, makan diwaktu larut
malam juga dapat menganggu metabolisme tubuh. Seharusnya pada malam
hari sistem pencernaan tubuh beristirahat, namun karena ada makan yang
masuk maka sistem pencernaan terpaksa bekerja. Akibatnya lemak dari
makanan tersebut tidak terbakar oleh aktivitas visik dan malah menumpuk
didalam tubuh. Hal inilah yang memicu resistensi insulin.
Dalam penatalaksanaan diet diabetes mellitus, ahli gizi, dokter,
ataupun dietisien akan menetapkan jenis diet sesuai dengan tipe diabetes
mellitus dan keadaan pasien misalnya diabetes dengan kondisi hamil, diabetes
nonkomplikasi, dan diabetes dengan komplikasi serta seluruh terapi yang
dijalankan. Menu makanan yang disajikan hendaknya memenuhi syarat dalam
diet diabetes mellitus, antara lain:
a. Jadwal makan dibagi menjadi 3 porsi besar, yaitu sarapan, makan siang,
makan malam, serta 3 kali porsi kecil dalam snack atau selingan. Hal ini
penting agar energi tetap cukup untuk mempertahankan berat badan normal
ataupun hasil dalam menurunkan berat badan apabila diabetesi mengalami
obesitas.
b. Protein diperlukan sebesar 10-15% dari energi total.
c. Kolesterol sangat dibatasi, maksimal 300 mg per hari dengan kebutuhan
lemak pada batas sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total yang
diperlukan oleh tubuh. Sebaiknya diperoleh dari lemak tak jenuh ganda dan
tunggal sebesar lebih dari 10% dan kurang dari 10%dari lemak jenuh.
d. Komposisi bahan makanan cukup mengandung vitamin dan mineral, agar
daya tahan tubuh diabetesi dipertahankan baik tanpa komplikasi dan
membaik jika dengan komplikasi.
e. Diabetesi dengan hipertensi sangat dibatasi dalam konsumsi natrium berupa
garam dapur atau disertai diet rendah garam dengan beberapa tingkatan
13

tertentu, sementara diabetesi tanpa hipertensi diperbolehkan mengkonsumsi


natrium dengan takaran maksimal 3000 mg/hari.
f. Gula murni tidak diperbolehkan dalam makanan atau minuman pasien
diabetes, kecuali dalam jumlah yang sangat sedikit, misalnya dalam
penggunaan sebagai bumbu masakan sesuai tingkatan jenis diet diabetes
mellitus.
g. Gula alternatif pengganti gula murni sebaiknya dipilih dari jenis gula
pengganti bergizi, yaitu fruktosa misalnya sarbitol, manitol, dan silitol
dengan pemakaian sangat terbatas, yaitu tidak lebih 20% dari kebutuhan
energi total. Aspartam dan sakarin adalah gula pengganti tanpa nilai gizi.
h. Jumlah karbohidrat yang diperlukan adalah 60-70% sesuai etiket diet yang
disarankan oleh ahli gizi.
i. Kebutuhan serat diupayakan 25 gram per hari yang berasal dari buah-
buahan dan sayuran yang diperbolehkan.
Pengaturan makan merupakan pilar utama pengelolaan diabetes
mellitus. Namun, diabetesi sering mendapat berbagai informasi tentang
makanan dan DM dari berbagai sumber yang tidak selalu benar. Informasi
yang kurang tepat sering kali merugikan diabetesi itu sendiri, antara lain tidak
lagi dapat menikmati makanan kesukaan mereka. Sebenarnya anjuran makan
pada diabetesi sama dengan anjuran makan sehat umumnya, yaitu makanan
menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing.
Sebaliknya anjuran makan bagi diabetesi juga akan sangat baik untuk orang
sehat yang non DM dan juga untuk mencegah penyakit salah gizi yang
lainnya.
Tujuan makan sesuai kebutuhan kalori adalah agar dapat mencapai dan
mempertahankan berat badan yang normal. Pada diabetesi yang gemuk, kadar
gula darah sulit dikendalikan, sehingga berat badan perlu dibuat normal. Berat
badan normal berkisar antara kurang dari 10% sampai lebih dari 10% dari
berat badan idaman. Berat badan idaman adalah 90% x (tinggi badan dalam
cm dikurang 100 kg).bila tinggi badan 160 cm, maka berat badan idamannya
adalah 90% x (160-100) kg= 54 kg. Berolahraga dengan teratur dapat
membantu menurunkan berat badan dan mengendalikan kadar gula darah.
14

Selain perlu mencapai gula darah dan mempertahankan gula darah


mendekati normal, diabetesi juga perlu mencapai dan mempertahankan lemak
darah serta tekanan darah yang normal. Diabetesi tak perlu takut makan dan
dianjurkan makan bersama anggota keluarga lainnya, yaitu menu makanan
yang seimbang sesuai kebutuhan gizi.
Secara prinsip, pengaturan zat gizi pada penyandang diabetes
diarahkan pada gizi seimbang serta pengaturan jumlah kalori, jenis makanan,
dan jadwal makan. Keteraturan makan merupakan hal yang sangat penting
bagi penyandang diabetes yang menggunakan obat hipoglikemik baik oral
maupun injeksi. Kandungan zat gizi dalam makanan serta anjurannya untuk
diabetesi sebagai berikut: a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber tenaga utama untuk kegiatan sehari
dan terdiri atas tepung-tepungan dan gula. Diabetesi dianjurkan
mengkonsumsi padi-padian, sereal, buah dan sayuran karena mengandung
serat tinggi, vitamin, dan mineral. Makanan yang perlu dibatasi adalah gula,
madu, sirup, kue kukis, dodol, dan kue- kue manis lainnya. Karbodirat
sederhana seperti gula hanya mengandung karbohidrat saja tetapi tidak
mengandung zat gizi penting lainnya sehingga kurang bermanfaat bagi tubuh.
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
1) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% dari total asupan kalori.
2) Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan.
3) Makanan mengandung karbohidrat terutama yang mengandung serat tinggi.
4) Sukrosa tidak boleh lebih dari 5 dari total asupan kalori.
5) Pemanis alternative dapat digunakan sebagai pengganti gula asal tidak
melebihi batas aman konsumsi harian.
6) Makan 3 kali sehari atau lebih, namun kalorinya tidak melebihi kebutuhan
tubuh. Kalau perlu ada selingan makanan yang kalorinya telah
diperhitungkan
b. Protein
Protein adalah zat gizi yang penting untuk pertumbuhan dan
penggantian jaringan yang rusak. Oleh karena itu perlu makan protein setiap
hari. Sumber protein banyak terdapat dalam ikan, ayam, daging, tahu, tempe,
dan kacang-kacangan. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
15

1) Dibutuhkan sebesar 10-20% total asupan kalori.


2) Sumber protein antara lain sea food, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,
produk susu rendah lemak, kacang-kacangan seperti juga tahu dan tempe.
3) Bila ada nefropati, perlu dilakukan pembatasan protein seperti anjuran
medis.
c. Lemak
Lemak juga sumber tenaga. Bagi diabetesi makanan jangan terlalu
banyak digoreng, sebaiknya lebih banyak dimasak menggunakan sedikit
minyak seperti dipanggang, dikukus, dibuat sup, direbus, atau dibakar. Batasi
makanan tinggi kolesterol seperti otak, jerohan. Komposisi makanan yang
dianjurkan seperti:
1) Asupan lemak yang dianjurkan sekitar 20-25% dari total kebutuhan kalori.
2) Lemak jenuh <7% dari total kebutuhan kalori.
3) Lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak tidak jenuh tinggal.
4) Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung
lemak jenuh dan lemak trans antara lain daging berlemak dan susu penuh
(whole milk).
5) Anjuran konsumsi kolesterol <300 mg/hari. d. Vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral terdapat pada sayuran dan buah-buahan, berfungsi
untuk membantu melancarkan kerja tubuh. Apabila kita makanmakanan yang
bervariasi setiap harinya maka tidak perlu lagi vitamin tambahan.
e. Natrium
Diabetesi perlu mencapai dan mempertahankan tekanan darah yang
normal . Oleh karena itu perlu membatasi konsumsi natrium. Hindari makanan
tinggi garam dan vetsin. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
1) Anjurkan asupan natrium <3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok
teh) garam dapur.
2) Bagi yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg garam dapur. f.
Serat
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
1) Dianjurkan asupan makanan dengan serat yang tinggi. Dalam 1000
kkal/hari dianjurkan serat mencapai 25 gram.
16

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian


Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Pengkajian
merupakan proses dinamis yang terorganisasi, dan meliputi tiga aktivitas dasar
yaitu: mengumpulkan data secara sistematis, memilah dan mengatur data yang
dikumpulkan, mendokumentasikan data dalam format yang dapat di buka
kembali. Data dapat diperoleh dari riwayat keperawatan, keluhan utama pasien,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang atau tes diagnostik. Riwayat
keperawatan misalnya: riwayat kesehatan keluarga, riwayat penyakit sekarang,
dan riwayat kejadian.
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ke kaki
melalui teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan
penunjang misalnya hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi,
dan pemeriksaan biopsi. Dalam melakukan pengkajian diperlukan
keahliankeahlian seperti wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi. Hasil
pengumpulan data kemudian diklasifikasikan dalam data subjektif dan data
objektif. Data subjektif merupakan ungkapan atau persepsi yang dikemukakan
oleh pasien. Data objektif merupakan data yang didapat dari hasil observasi,
pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Pengelompokan data berdasarkan teori
keperawatan sangat membantu dalam proses identifikasi diagnosa keperawatan.
Sedangkan pengelompokan data berdasarkan sistem tubuh juga sangat berguna
dalam memberikan masukan kepada dokter. a. Anamnesis
1) Identitas Pasien
2) Keluhan utama pasien saat ini:
Umumnya pasien mengeluh sering haus dan lapar namun berat badan
klien cenderung menurun.
3) Riwayat penyakit sekarang:
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, sering bak, sering haus,
sering lapar, bb turun. Pada saat dilakukan pengkajian terkait dengan
kebutuhan nutrisi umumnya pasien mengeluhkan mudah lapar dan bb
turun. Pasien mengatakan makan 3 x sehari dengan porsi yang banyak
ditambah dengan makanan tambahan namun bb turun. Pada saat
dilakukan penggkajian didapatkan data penurunan bb 10% dari
17

sebelumnya. Hal tersebut kedalam kategori underweight. Penurunan bb


sudah terjadi 3 bulan ini.

4) Riwayat kesehatan dahulu:


Biasanya klien DM mempunyai riwayat penyakit hipertensi, penyakit
jantung seperti infart miokard.
5) Riwayat kesehatan keluarga:
Biasanya ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM.
b. Anamnesis pola fungsional
1) Nutrisi: Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum,
berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat
mempengaruhi status kesehatan penderita. Neusea, vomitus, berat badan
menurun, turgor kulit jelek, mual atau muntah.
2) Eliminasi: Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan
pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif
tidak ada gangguan.
3) Istirahat dan tidur: Istirahat tidak efektiv adanya poliuria, nyeri pada kaki
yang luka, sehingga klien mengalami kesulitan tidur.
4) Neurosensori: nyeri kepala, parathesia, kesemutan pada ekstremitas,
penglihatan kabur, gangguan penglihatan.
5) Aktivitas dan latihan: Kelemahan, susah berjalan atau bergerak, kram
otot, gangguan istirahat dan susah tidur. Takikardi atau takipnea pada
waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka
ganggren dan kelemahan otot-otot pada tungkai bawah menyebabkan
penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal, penderita sudah mengalami kelelahan.
6) Fungsi seksual: Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah
diorgan reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek,
gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses
18

ejakulasi serta orgasme. Adanya peradangan pada daerah vagina, serta


orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko lebih tinggi
terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropati. (Chin-Hsiao Tseng
on journal, Maret 2011).
c. Pemeriksaan fisik
Tabel 2.1 Pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan status nutrisi
(Nirman, 2013)
No Pemeriksaan Tanda nutrisi baik Tanda nutrisi kurang baik
1. Keadaan umum Responsif Lesu, apatis
2. Berat badan Berat badan sesuai tinggi Obesitas atau underweight.
badan, usia, dan bentuk
tubuh.

3. Sistem muskuloskeletal Masa otot berkembang Tonus tidak berkembang baik, kekuatan
baik, tonus otot baik, otot kurang, nyeri edema, penyebaran masa
kekuatan otot baik. otot.

4. Fungsi gastrointestinal Nafsu makan baik. Peningkatan nafsu makan, mual, muntah,
penurunan atau peningkatan berat badan,
banyak minum, perasaan sering haus,
obesitas, peningkatan lingkar abdomen,
konstipasi, diare.

5. Sistem integrumen Kulit haus, lembab, dan Tidak elastis, kasar, kering, bersisik.
warna baik.

6. Bibir Lembab, tidak Penampilan kering.


pecahpecah,
warna baik.
7. Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva pucat.
anemik.

8. Sistem urinary Tidak ada Poliuri, rasa panas atau sakit saat berkemih.
gannguan
berkemih.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah aktual atau risiko dalam rangka mengidentifikasi dan
menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau
mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya
(Carpenito, 1983). Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien yang mengalami penyakit diabetes mellitus: a. Defisit nutrisi 1)
Definisi:
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
19

2) Penyebab:
a) Ketidakmampuan menelan makanan.
b) Ketidakmampuan mencerna makanan.
c) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien.
d) Peningkatan kebutuhan metabolisme.
e) Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi).
f) Faktor psikologis (mis. stres, keengganan untuk makan).
3) Batasan karakteristik:
a) Cepat kenyang setelah makan.
b) Kram atau nyeri abdomen.
c) Nafsu makan menurun.
d) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.
e) Bising usus hiperaktif.
f) Otot pengunyah lemah.
g) Otot menelan lemah.
h) Membran mukosa pucat.
i) Sariawan.
j) Serum albumin turun.
k) Rambut rontok berlebihan.
l) Diare.
4) Kondisi klinis terkait:
a) Stroke
b) Parkinson
c) Mobius syndrome
d) Cerebral palsy
e) Cleft lip
f) Cleft palate
g) Amyotropic lateral sclerosis
h) Kerusakan neuromuscular
i) Luka bakar
j) Kanker
k) Infeksi
20

l) AIDS
m) Penyakit crohn’s
n) Enterokolitis
o) Fibrosis kistik
b. Ketidakstabilan kadar glukosa darah 1)
Definisi:
Variasi kadar glukosa darah naik atau turun dari rentang normal.
2) Penyebab:
a) Hiperglikemia
(1) Disfungsi pankreas
(2) Resistensi insulin
(3) Gangguan toleransi glukosa darah
(4)Gangguan glukosa darah puasa
b) Hipoglikemia
(1) Penggunaan insulin atau obat glikemik oral.
(2) Hiperinsulinemia (mis. Insulinoma).
(3) Endokrinopati (mis. Kerusakan adrenal atau pituitari).
(4) Disfungsi hati.
(5) Disfungsi ginjal kronis.
(6) Efek agen farnakologis.
(7) Tindakan pembedahan neoplasma.
(8) Gangguan metabolik bawaan (mis. Gangguan penyimpanan
lisosomal, galaktosemia, gangguan penyimpanan glikogen).

3) Batasan karakteristik
a) Hipoglikemia:
(1) Mengantuk
(2) Pusing
(3) Gangguan koordinasi
(4) Kadar glukosa dalam darah atau urin rendah
(5) Palpitasi
(6) Mengeluh lapar
(7) Gemetar
21

(8) Kesadaran menurun


(9) Perilaku aneh
(10) Sulit bicara
(11) Berkeringat
b) Hiperglikemia:
(1) Lelah atau lesu
(2) Kadar glukosa dalam darah atau urin tinggi
(3) Mulut kering
(4) Haus meningkat (5) Jumlah urin meningkat 4) Kondisi klinis
terkait:
a) Diabetes mellitus
b) Ketoasidosis diabetic
c) Hipoglikemia
d) Hiperglikemia
e) Diabetes gestasional
f) Penggunaan kortikosteroid
g) Nutrisi parenteral total (TPN)
c. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah 1) Definisi:
Risiko variasi kadar glukosa darah naik atau turun dari rentang normal.
2) Faktor risiko:
a) Kurang terpapar informasi tentang manajemen diabetes.
b) Ketidaktepatan pemantauan glukosa darah.
c) Kurang patuh pada rencana manajemen diabetes.
d) Manajemen medikasi tidak terkontrol.
e) Kehamilan.
f) Periode pertumbuhan cepat.
g) Stres berlebih.
h) Penambahan berat badan.
i) Kurang dapat menerima diagnosis.
3) Kondisi klinis terkait:
a) Diabetes mellitus
22

b) Ketoasidosis diabetic
c) Hipoglikemia
d) Diabetes gestasional
e) Penggunaan kortikosteroid
f) Nutrisi parenteral oral (PTN)

3. Perencanaan Keperawatan
a. Pada perencanaan ada empat hal yang harus diperhatikan.
b. Menentukan prioritas masalah.
c. Menentukan tujuan.
d. Menentukan kriteria hasil.
e. Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan.
Tabel 2.2 Perencanaan Pada Diagnosa Keperawatan Untuk Pasien Diabetes
Mellitus.
Diangnosa Tujuan & Kriteria Intervensi
1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama
keperawatan selama 3x24 jam Manajemen Nutrisi
diharapkan defisit nutrisi teratasi
Observasi
23

dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status


1. Status nutrisi nutrisi.
Skala outcome 2. Identifikasi alergi dan
Tidak menyimpang dari rentang intoleransi makan.
normal: 3. Identifikasi kebutuhan
a. Asupan gizi kalori dan jenis nutrisi.
b. Asupan makanan 4. Monitor asupan makan.
c. Asupan cairan 5. Monitor berat badan.
d. Energi 6. Monitor hasil
2. Perilaku patuh: diet yang pemeriksaan
sehat. laboratorium. Terapeutik
3. Perilaku patuh: diet yang
1. Lakukan oral hygiene
sehat.
sebelum makan, jika
4. Pengetahuan diet perlu.
yang disarankan. 2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
piramida makan).
Edukasi
1. Ajarkan diet
yang diprogramkan.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.
(PPNI, 2018)

2. Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama


kadar glukosa keperawatan selama 3x24 jam Manajemen hiperglikemia.
darah. Risiko diharapkan: Observasi
3. ketidakstabilan 1. Risiko ketidakstabilan 1. Identifikasi situasi yang

kadar glukosa kadar glukosa darah menyebabkan kebutuhan


darah. insulin meningkat (mis.
2. ketidakstabilan kadar
glukosa darah Penyakit kambuhan).
Dapat teratasi dengan kriteria 2. Monitoring kadar
24

hasil: glukosa darah jika perlu.


1. Kadar glukosa darah 3. Monitoring tanda dan
Skala outcome gejala hiperglikemia
Tidak ada deviasa dari (mis. Poliuria,
a. Glukosa darah. polidipsia, polifagia,
b. Hemoglobin glikosilat. kelemahan, malaise,
c. Fruktosamin. pandangan kabur, sakit
d. Urin glukosa. kepala).
e. Urin keton.
4. Monitoring intake dan
2. keparahan hiperglikemia
output cairan.
Skala outcome
5. Monitoring keton urin,
Tidak ada
kadar gas darah,
a. peningkatan urin output.
elektrolit tekanan darah
b. peningkatan haus
ortostatik, dan frekuensi
c. malaise.
nadi.
d. pandangan kabur.
Terapeutik
e. kehilangan berat badan yang
1. Berikan asupan cairan
tidak bisa dijelaskan.
oral.
f. Mual.
2. Konsultasi dengan medis
g. Perubahan status mental.
h. Peningkatan glukosa darah. jika tanda dan gejala

i. Peningkatan AIC (glycated hiperglikemia tetap ada

hemoglobin) atau memburuk.


3. Fasilitas ambulasi jika
ada hipotensi ortostatik
3. keparahan hipoglikemia
Skala outcome Edukasi

Tidak ada 1. Anjarkan menghindari

a. peningkatan urin output. olahraga saat kadar

b. Kehausan. glukosa darah lebih dari


c. Dehidrasi. 250 mg/dl.
d. Lethargy 2. Anjarkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
3. Anjarkan kepatuhan diet
dan olah raga.
4. Ajarkan indikasi
dan
25

pentingnya pengujian
keton urin jika perlu.
5. Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis.
Penggunaan insulin,
obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantu
profesional kesehatan).
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
insulin jika perlu.
2. Kolaborasi pemberian
cairan jika perlu.
3. Kolaborasi pemberian
kalium jika perlu.

Manajemen hipoglikemi
Observasi
1. Identifikasi tanda dan
gejala hipoglikemia.
2. Identifikasi
kemungkinan penyebab
hipoglikemia. Terapeutik
1. Berikan karbohidrat
sederhana jika perlu.
2. Berikan glukagon jika
perlu.
3. Berikan karbohidrat jika
kompleks dan protein
sesuai diet.
4. Pertahankan kepatenan
jalan napas.
5. Pertahankan akses IV
26

jika perlu.
6. Hubungi layanan medis
darurat jika perlu. Edukasi
1. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah.
2. Anjurkan berdiskusi
dengan tim perawat
diabetes tentang
penyesuaian program
pengobatan.
3. Jelaskan interaksi antara
diet insulin atau agen
oral, dan olahraga.
4. Ajarkan
pengelolaan
hipoglikemia.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
insulin jika perlu.
2. Kolaborasi pemberian
glukogen jika perlu.

Intervensi pendukung
1. Dukung kepatuhan
program pengobatan.
2. Edukasi diet.
3. Edukasi kesehatan..
4. Edukasi program
pengobatan.
5. Edukasi prosedur
tindakan.
6. Edukasi proses penyakit.
7. Konseling nutrisi.
8. Konsultasi.
9. Manajemen medikasi.
27

10. Pemantauan nutrisi.


11. Pemberian obat.
12. Promosi BB.

(PPNI, 2018)

4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencangkup tindakan
mandiri, dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah aktivitas perawat
yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah
tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas
kesehatan lain. Agar lebih jelas dan akurat dalam melakukan implementasi,
diperlukan perencanaan keperawatan yang spesifik dan operasional.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak
kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta
apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.

C. Tinjauan Konsep Penyakit 1. Definisi Diabetes


Mellitus
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Yuliana elin, 2009).

2. Klasifikasi diabetes mellitus:


a. Klasifikasi klinis:
1) DM
28

a) Tipe 1: IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses
autoimun.
b) Tipe 2: NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati: tipe 2 dengan obesitas dan
tipe 2 tanpa obesitas.
2) Gangguan toleransi glukosa.
3) Diabetes kehamilan.
b. Klasifikasi resiko statistik:
1) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa.
2) Berpotensi menderita kelainan glukosa.
3. Etiologi
a. DM tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh:
1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya
diabetes tipe 1.
2) Faktor imunologi (autoimun).
3) Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.
b. DM tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2: usia,
obesitas, riwayat, dan keluarga. Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam
pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu: (Sudoyo Aru, dkk 2009) 1) < 140
mg/dl ->normal.
2) 140 – 200 mg/dl -> toleransi glukosa terganggu.
3) Lebih dari 200 mg/dl ->diabetes.
29

4. Patofisiologi dan Pathwey


a. Diabetes mellitus tipe 1
DM tipe 1 tidak berkembang pada semua orang yang mempunyai
predisposisi genetik. Pada mereka yang memiliki indikasi risiko penanda gen
(DR3 dan DR4 HLA), DM terjadi kurang dari 1%. Lingkungan telah lama
dicurigai sebagai pemicu DM tipe 1. Insiden meningkat, baik pada musim
semi maupun gugur, dan onset sering bersamaan dengan epidemik berbagai
penyakit virus. Autoimun aktiv langsung menyerang sel beta pankreas dan
produknya. ICA dan antibodi insulin secara progresif menurunkan
keefektifan kadar sirkulasi insulin. Hal ini secara pelan-pelan terus
menyerang sel beta dan molekul insulin endogen sehingga menimbukan
onset mendadak DM. Hiperglikemi dapat timbul akibat dari penyakit akut
atau stress, dimana meningkatkan kebutuhan insulin melebihi cadangan dari
kerusakan masa sel beta. Ketika penyakit akut atau stres terobati, klien dapat
kembali kepada status terkompensasi dengan durasi yang berdeda-beda
dimana pankreas kembali mengatur produksi sejumlah insulin secara
adekuat. Status kompensasi ini disebut sebagai periode honeymoon, secara
khas bertahan untuk 3-12 bulan. Proses berakhir ketika masa sel beta yang
berkurang tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk meneruskan
kehidupan. Klien menjadi bergantung kepada pemberian insulin eksogen
(diproduksi diluar tubuh) untuk bertahan hidup.
b. Diabetes mellitus tipe 2
Patogenesis DM tipe 2 berbeda signifikan dari DM tipe 1. Respon
terbatas sel beta terhadap hiperglikemia tampaknya menjadi faktor mayor
dalam perkembangannya. Sel beta terpapar secara kronis terhadap kadar
glukosa darah tinggi menjadi secara progresif kurang efisien ketika
merespon peningkatan glukosa lebih lanjut. Fenomena ini dinamai
desensitiasi, dapat kembali dengan menormalkan kadar glukosa. Rasio
proinsulin (prekursor insulin) terhadap insulin tersekresi juga meningkat.
Proses patofisiologi kedua dalam DM tipe 2 adalah resistensi terhadap
aktivitas insulin biologis, baik dihati maupun jaringan perifer. Keadaan ini
disebut sebagai resistensi insulin. Orang dengan DM tipe 2 memiliki
penuruan sensitivitas insulin terhadap kadar glukosa yang mengakibatkan
30

produksi glukosa hepatik berlanjut, bahkan sampai dengan kadar glukosa


darah tinggi. Hal ini bersamaan dengan ketidakmampuan otot dan jaringan
lemak untuk meningkatkan glukosa. Mekanisme penyebab resistensi insulin
perifer tidak jelas namun ini nampak terjadi setelah insulin berikatan
terhadap reseptor pada permukaan sel. Insulin adalah hormon pembangun
(anabolik). Tanpa insulin tiga masalah metabolik mayor terjadi: penurunan
pemanfaatan glukosa, peningkatan metabolisme lemak, dan peningkatan
pemanfaatan protein.
31

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin
(Price & Wilson).
a. Kadar glukosa puasa tidak normal.
32

b. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis


osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin dan timbul rasa haus.
c. Rasa lapar yang semakin besar, BB berkurang.
d. Lelah dan mengantuk.
e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas vulva.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Tabel 3.1 kadar glukosa darah
Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)
Kadar glukosa darah sewaktu DM Belum pasti DM
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar gula darah puas (mg/dl)
Kadar glukosa darah puasa DM Belum pasti DM
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-110
a. Kriteria dignostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L).
2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L).
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl).
b. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
c. Tes saring
Tes-tes saring pada pasien DM:
1) GDP, GDS.
2) Tes glukosa urin: tes konvensional (metode reduksi atau benedict) dan tes
carik celup (metode glucose oxidase atu hexokinase).
d. Tes diagnostik
Tes-tes diagnostik pada DM adalah: GDP, GDS, GD2PP (glukosa darah 2 jam
post prandial), glukosa jam ke-2 TTGO.
e. Tes monitoring terapi
33

Tes-tes monitoring terapi DM adalah:


1) GDP: plasma vena, datah kapiler.
2) GD2PP: plasma vena.
3) A1c: darah vena, darah kapiler.
f. Tes untuk mendeteksi komplikasi Tes-tes untuk mendeteksi
komplikasi adalah:
1) Mikroalbuminuria: urin.
2) Ureum, creatini, asam urat.
3) Kolesterol total: plasma vena (puasa).
4) Kolesterol LDL: plasma vena (puasa).
5) Trigliserida: plasma vena (puasa).
g. Pemeriksaan HbA1c
HbA1c merupakan reaksi antara glukosa dengan hemoglobin, yang tersimpan
dan bertahan dalam sel darah merah selama 120 hari sesuai dengan umur
eritrosit. Kadar HbA1c bergantung dengan kadar glukosa dalam darah,
sehingga HbA1c menggambarkan rata-rata kadar gula darah selama 3 bulan.
Sedangkan pemeriksaan gula darah hanya mencerminkan saat diperiksa, dan
tidak menggambarkan pengendalian jangka panjang. Pemeriksaan gula darah
diperlukan untuk pengelolaan diabetes terutama untuk mengatasi komplikasi
akibat perubahan kadar glukosa yang berubah mendadak.
Tabel 3.2 kategori HbA1c yaitu:
HbA1c <6,5% Kontrol glikemik baik
HbA1c 6,5-8% Kontrol glikemik sedang
HbA1c >8% Kontrol glikemik buruk
7. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Insulin pada DM tipe 2 diberikan pada keadaan:
a. Penurunan berat badan yang cepat.
b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosisi.
c. Ketoasidosis diabetik (KAD) atau hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
(HONK).
d. Hiperglikemia dengan asidosis laktat.
e. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal.
f. Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke).
34

g. Kehamilan dengan DM gestasional yang tidak terkendali dengan


perencanaan makan.
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
i. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.
8. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus meliputi:
a. Penyakit mikrovaskuler, termasuk retinopati, nefropati, dan neuropati.
b. Dislipidemia.
c. Penyakit makrovaskular, termasuk penyakit arteri koroner, arteri perifer,
dan arteri serebri.
d. Ketoasidosis diabetik.
e. Sindrom hiperosmoler hiperglikemik nonketotik.
f. Kenaikan berat badan yang berlebih.
g. Ulserasi kulit.
h. Gagal ginjal kronis.

Anda mungkin juga menyukai