Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


NUTRISI
2.1.1 KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI.

2.1.1.1 DEFINISI NUTRISI


Nutrisi adalah zat-zat gizi yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit,
termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau
bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktifitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Pada
umumnya tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi organ
dan pergerakan badan. (Potter Perry, 1997).
Makanan terkadang digambarkan menurut kepadatan nutrient. Proporsi nutrient
penting untuk jumlah kalori. Makanan dengan kepadatan nutrient tinggi menyediakan
sejumlah besar nutrient yang berhubungan dengan kalori. (A. Aziz Alimul, 2006)

2.1.1.2 JENIS NUTRISI

Nutrisi yang terkandung dalam suatu makan sebagian besar terdiri dari enam
kategori, yaitu :
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energy utama dalam diet. Tiap gram
karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori. Karbohidrat diperoleh terutama dari
tumbuhan, kecuali laktosa.
Tanaman menyimpan karbohidrat seperti tepung. Zat tepung dibuat dari biji
yang tertutup oleh dinding sel. Karbohidrat sendiri punya peranan dalam nutrisi
manusia karena bias menambah serat untuk diet. Serat berguna pada pencegahan
dan penyembuhan penyakit ketika pemberian makanan melalui selang.
b. Protein
Protein berfungsi pada tubuh untuk mensitesis jaringan tubuh dalam
pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan. Protein yang lengkap terdiri dari
semua asam amino essensial dalam kualitas yang cukup untuk pertumbuhan dan
mempertahankan keseimbangan nitrogen dalam tubuh. Ketika tubuh dalam
keadaan nitrogen lebih, maka maka tubuh dalam keseimbangan nitrogen positive.
Nitrogen yang berlebih akan digunakan untuk pembangunan, perbaikan, dan
penempatan kembali jaringan tubuh.
c. Lipid
Lipid merupakan bentuk penghasul energy tubuh utama. Monogliserida dari
porsi lipid yang dicerna dapat diubah menjadi glukosa dalam proses
glukoneogenesis. Semua sel tubuh kecuali sel darah merah dan neuron dapat
mengoksidasi asam lemak dari energy.
d. Air
Air merupakan komponen kritis dalam bentuk cairan dalam tubuh karena
fungsi sel bergantung pada lingkungan cair. Air menyusun 60 % - 70 % dari
seluruh berat badan. Ketika kehilangan air, seseorang dapat bertahan tidak lebih
dari beberapa jam di padang pasir atau beberapa hari di lingkungan yang sangat
terlindungi.
Kebutuhan cairan dipenuhi oleh konsumsi cairan dan makanan padat yang
tinggi kadar air, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Orang yang sakit
mengalami peningkatan kebutuhan cairan seperti penderita demam.
e. Vitamin
Vitamin merupakan substansi organic dalam jumlah kecil pada makanan yang
essensial untuk metabolisme normal. Vitamin terbagi menjadi 2 jenis yaitu
vitamin larut air yang terdiri dari vitamin C dan B, sedang vitamin yang lainnya
masuk kedalam klasifikasi vitamin larut lemak seperti vitamin A,D,E, dan K.
f. Mineral
Mineral adalah elemen essensial nonorganic pada tubuh sebagai katalis dalam
reaksi biokimia. Kenutuhan mineral sehari-hari adalah 100 mg. ketika berkurang
maka elemen renik juga akan berkurang dari kadar kebutuhan sehari-hari.
(Potter, Perry 2011)
2.1.1.3 GANGGUAN NUTRISI
Gangguan nutrisi seperti mal nutrisi biasanya terjadi pada klien-klien yang
mengalami gangguan dalam saluran gastrointestinalnya. Klien yang dianjurkan untuk
tidak mengkonsumsi melalui mulut biasanya beresiko mempunyai gangguan pada
nutrisinya. Asupan makanan terkadang berubah pada pasien operatif. Persiapan
operasi biasanya melibatkan pembersihan perut minimal 8 jam berpuasa. Permulaan
asupan makanan pascaoperasi bergantung pada pengembalian fungsi perut, tingkat
prosedur bedah, keberadaaan komplikasi apapun, dan pilihan pembedah untuk
mengawali pemberian makanan. (Johnson, 2000)

2.1.1.4 TANDA DAN GEJALA KEKURANGAN NUTRISI

Tanda-tanda subjektif dari pasien biasanya pasien mengeluh seperti :


 Mual
 Anoreksia
 Lemas
 Lesu
Sedangkan tanda-tanda obyektif yang muncul akibat gangguan nutrisi biasanya
seperti :
 Rambut berserabut, kusam ,kusut, kering tipis, dan kasar
 Kulit kasar, kering, pucat, bersisik
 Wajah mengalami diskolorasi, bersisik, bengkak, kulit gelap di pipi dan di bawah
mata
 Konjungtiva pucat, konjungtiva serosis
 Bibir kering, lesi anguler pada sudut mulut
(Carpenito, 1995)
2.1.1.5 PATHWAYS
Malnutrisi Kerusakan saluran pencernaan

Kurangnya nutrisi masuk Gangguan makanan yg dicerna


ke sel

Sel kekurangan nutrisi Terjadinya mual dan refluks

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


Lemah Lemas Gangguan aktifitas Berat badan turun

2.1.1.6 ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi
 Fisiologis (intake nutrient)
- Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
- Pengetahuan
- Gangguan menelan
- Perasaan tidak nyaman setelah makan
- Anoreksia
- Nausea dan vomitus
- Intake kalori dan lemak yang berlebih
 Kemampuan mencerna nutrient
- Obstruksi saluran cerna
- Malaborbsi nutrient
- DM
 Kebutuhan metabolism
- Pertumbuhan
- Stres
- Kondisi yang meningkatkan BMR (latihan,hipertyroid)
- Kanker
 Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan makan yang baik perlu diterapkan pada usia toddler
 Kebudayaan dan kepercayaan
Kebudayaan orang asia lebih memilih padi sebagai makanan pokok
 Sumber ekonomi
 Tinggal sendiri
Seseorang yang hidup sendirian sering tidak mempedulikan tugas memasak
untuk menyediakan makanannya.
 Kelemahan fisik
Contohnya atritis atau cedera serebrovaskular (CVA) yang menyebabkan
kesulitan untuk berbelanja dan masak. Mereka tidak mampu merencanakan dan
menyediakan makanannya sendiri.

 Kehilangan
Terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk mereka
sendiri. Mereka biasanya tidak memahami nilai suatu makanan yang gizinya
seimbang.
 Depresi
Menyebabkan kehilangan nafsu makan. Mereka tidak mau bersusah payah
berbelanja, memasak atau memakan makanannya.
 Pendapatan yang rendah
Ketidakmampuan untuk membeli makanan yang cermat untuk meningkatkan
pengonsumsian makanan yang bergizi.
 Penyakit saluran pencernaan
Termasuk sakit gigi, ulkus
 Obat
Pada lansia yang mendapat lebih banyak obat dibandingkan kelompok usia
lain yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan
mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.
(Johnson, 2000)
2.1.2. ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI

1. Pengkajian menurut Gordon (2014)

Pengkajian merupakan tahap awal dalam membeikan asuhan keperawatan, dalam pengkajian
didapatkan data – data yang berguna dalam mengakkan diagnosa keperawatan yang nantinya
akan berpengaruh pada pemberian asuhan keperawatan yang sesuai.

a. Identitas Pasien

Nama, Jenis Kelamin, Agama, status perkawinan, alamat, orang terdekat yang mudah
dihubungi, hubungan dengan pasien, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, dan nomer
rekam medis.

b. Usia.
c. Pendidikan dan pekerjaan.
d. Keluhan utama.
e. Riwayat penyakit sekarang.
f. Riwayat kesehatan dahulu.
g. Riwayat kesehatan keluaraga.
h. Pemeriksaan Fisik.
1) Status penampilan kesehatan : yang sering muncul adalah kelemahan fisik.
2) Tingkat kesadaran : normal, letargi, stupor, koma.
3) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
b) Frekuensi nadi
c) Frekuensi pernafasan
d) Suhu tubuh
4) Berat badan melalui penampilan atau pengukuran
5) Kulit
a) Warna
b) Kelembaban :
c) Suhu
d) Tekstur
e) Turgor
6) Kuku : warna pucat, sianosis (penurunan perfusi pada kondisi ketoasidosis
atau komplikasi infeksi saluran pernafasan)
7) Rambut
a) Kuantitas : tipis (banyak yang rontok karena kekurangan nutrisi dan
buruknya sirkulasi, lebat.
b) Penyebaran : jarang atau alopesia total.
c) Tekstur : halus atau kasar.
8) Kepala
a) Kulit kepala : termasuk benjolan atau lesi, antara lain : kista pilar dan
psoriasis (yang rentan terjadi pada penderita diabetes melitus karena
penurunan antibody)
b) Tulang tengkorak : termasuk ukuran dan kontur.
c) Wajah : termasuk simetris dan ekspresi wajah, antara lain : paralisis
wajah (pada penderita dengan komplikasi stroke) dan emosi.
9) Mata : perlu dikaji lapang pandang dan uji ketajaman pandang dari masing-
masing mata (ketajaman menghilang). Inspeksi :
a) Sklera dan konjungtiva : sklera mungkin ikterik, konjungtiva anemis
pada penderita yang sulit tidur karena banyak kencing pada malam
hari.
b) Kornea, iris dan lensa : penderita diabetes melitus sangat berisiko
pada kekeruhan lensa mata.
c) Pupil : miosis, midriosis atau anisokor.

10) Telinga
a) Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai mengganggu
diameter lubang.
b) Gendang telinga : kalau tidak menutup serumen berwarna putih
keabuan, dan masih dapat bervibrasi dengan baik apabila tidak
mengalami infeksi sekunder.
c) Pendengaran : ketajaman pendengaran terhadap bisikan dapat
mengalami penurunan.
11) Hidung : jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali ada
infeksi sekunder seperti influenza.
12) Mulut dan Faring

a) Bibir : sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau penurunan


perfusi jaringan pada stadium lanjut).
b) Mukosa oral : kering (dalam kondisi dehidrasi akibat diuresis
osmosis).
c) Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis karena penderita memang
rentan terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
d) Langit-langit mulut : mungkin terdapat bercak keputihan karena
pasien mengalami penurunan kemampuan personal hygiene akibat
kelemahan fisik.
e) Lidah mungkin berwarna keputihan dan berbau akibat penurunan
oral hygiene.
f) Faring mungkin terlihat kemerahan akibat proses peradangan
(faringitis).
13) Leher : pembesaran kelenjar limfe leher dapat muncul apabila ada infeksi
sistemik.
14) Toraks dan paru-paru
a) Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain
takipnea, hipernea, dan pernafasan Chyne Stoke (pada kondisi
ketoasidosis).
b) Bentuk dada : normal atau dada tong.
c) Dengarkan pernafasan : stridor (pada obstruksi jalan nafas), mengik
(apabila penderita sekaligus mempunyai riwayat asma atau
bronkhitis kronik).
15) Dada
a) Inspeksi : deformitas atau asimetris.
b) Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak.
c) Perkusi : pada penderita normal area paru terdengar sonor.
d) Auskultasi : bunyi nafas vesikuler atau bronko vesikuler.
16) Aksila : inspeksi terhadap kemerahan, infeksi dan pigmentasi.
17) Siatem Kardiovaskuler : adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut,
takikardi, tekanan darah yang cenderung meningkat, disritmia, nadi yang
menurun, rasa kesemutan dan kebas pada ekstremitas merupakan tanda dan
gejala dari penderita diabetes melitus.
18) Abdomen

a) Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya


pembesaran organ.
b) Auskultasi : bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan
motilitas.
c) Perkusi : pada abdomen terhadap proporsi dan pola tympani serta
kepekaan.
d) Palpasi : untuk mengetahui adanya nyeri tekan/massa.
19) Ginjal : palpasi ginjal apakah ada nyeri tekan sudut kosta vertebral.
20) Genetalia : inspeksi apakah ada kemerahan pada kulit skrotum.
21) Sistem Muskuloskeletal : sering mengalami penurunan kekuatan
muskuloskeletal.
22) Sistem Neurosensori : pada penderita diabetes melitus biasanya merasakan
gejala pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia,
dan gangguan penglihatan.

i. Pemeriksaan Diagnostik menurut Doenges (2012) adalah :

1) Glukosa darah : Meningkat 200-100 mg/dL, atau lebih.


2) Aseton plasma (keton) : Positif secara mencolok.
3) Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningka.
4) Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
5) Elektrolit :

a) Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.

b) Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),


selanjutnya akan menurun.
c) Fosfor : Lebih sering menurun.

6) Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari normal yang


mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup
SDM) dan karenanya sangat bermanfat dalam membedakan DKA dengan
kontrol tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
7) Gas darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCOᴈ (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stress atau infeksi.
9) Ureum/kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan
fungsi ginjal).
10) Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
11) Insulin darah : Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau
normal sampai tinggi (tipe II) yangMengindikasikan insufisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin
dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi. (autoantibodi).
12) Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13) Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.

2. Diagnosa Keprawatan

Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dalam proses asuhan keperawatan, diagnosa
keperawatan dapat ditegakkan dengan adanya hasil pengkajian yang sudah
dilakukan.Menurut Tarwoto (2016), diagnosa keperawatan antara lain :
1.Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan menelan makanan.
2.Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
3.Gangguan integritas kulit b.d penurunan mobilitas

3. Intervensi

Perencanaan keperawatan merupakan tahap ketiga dari proses dari proses asuhan
keperawatan yaitu dengan membuat rencana yang akan dilakukan terhadap diagnosa yang
sudah ditegakkan. Berikut perencanaan keperawatan terhadap diagnosa yang muncul:

Dx 1
1. Observasi

b. Identifikasi status nutrisi


c. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
d. Identifikasi makanan yang disukai
e. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
f. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
g. Monitor asupan makanan
h. Monitor berat badan
i. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

2. Terapeuti

1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu


2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)

3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai


4. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi

3. Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu


2. Ajarkan diet yang diprogramkan

4. Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlU

DX 2

1.Observasi

a. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,turgor kulit menurun, membrane mukosa
kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus dan lemah)
b. Monitor intake dan output cairan
2.Terapeutik

a. Hitung kebutuhan cairan


b. Berikan posisi modified trendelenburg
c. Berikan asupan cairan oral

3.Edukasi

a. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral


b. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

4.Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. Cairan NaCl, RL)


b. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
c. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)
d. Kolaborasi pemberian produk darah

Dx3

1.Observasi

a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan status
nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)

2.Terapeutik

a. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring


b. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
c. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
d. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
e. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
f. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering

3.Edukasi

a. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)


b. Anjurkan minum air yang cukup
c. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d. Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
e. Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
f. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah
1. Implementasi

Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam proses asuhan keperawatan dengan
melaksanakan berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan sebelumnya dalam
rencana tindakan. Adapun intervensi yaitu:

1. Mempertahankan kebutuhan nutrisi.

2. Mempertahankan keseimbangan cairan elektrolit.

3. Mempertahankan integritas kulit.

2. Evaluasi

Tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan
terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai