Anda di halaman 1dari 27

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gizi

2.1.1 Pengertian Gizi

Secara etimologis kata gizi berasal dari bahasa arab ghidza yang

berarti makanan. Ilmu gizi sendiri pada awalnya diartikan sebagai ilmu

yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi

bagian tubuh dan tenaga atau dikeluarkan sebagai sisa makanan

(Almatsier, 2009).

2.1.2 Zat Gizi

Zat gizi (Nutrient) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh

untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Terdapat

lima komponen dasar yang menjadi penyusun dasar makanan, yaitu

karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Dalam tubuh, makanan

dicerna/ diurai menjadi zat gizi yang akan diserap tubuh untuk

menjalankan fungsinya masing-masing (Almatsier, 2009).

2.1.3 Fungsi Zat Gizi

Fungsi zat gizi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Zat penghasil energi atau tenaga

2. Zat pembangun dan pemelihara sel dan jaringan tubuh

3. Zat pengatur proses tubuh (Almatsier, 2009).

8
2

Zat penghasil energi atau disebut juga zat tenaga adalah fungsi zat

gizi yang pertama. Zat gizi dalam makanan yang menjadi sumber energi

disebut zat energi, yaitu meliputi karbohidrat, lemak, dan protein. Zat gizi

penghasil energi ini sebagian besar dihasilkan oleh bahan makanan pokok

yaitu seperti nasi, roti, kentang, dsb.

Mayoritas penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat dalam

porsi yang lebih dibandingkan zat gizi lainnya. Manfaat zat penghasil

energi ini adalah memberikan sumber tenaga untuk beraktifitas.

Fungsi zat gizi yang kedua, yaitu sebagai zat pembangun dan

pemelihara sel dan jaringan tubuh atau disebut juga zat pembangun. Zat

gizi yang berperan disini adalah protein. Protein sangat diperlukan untuk

membangun sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang telah

rusak atau mati. Protein perlu dipecah terlebih dahulu menjadi asam amino

sebelum diserap oleh mukosa usus dan dibawa ke hati melalui pembuluh

darah vena portae. Jenis makanan penghasil zat pembangun adalah ikan,

telur, susu, kacang-kacangan dll.

Fungsi zat gizi yang terakhir, yaitu sebagai pengatur proses dalam

tubuh atau disebut juga zat pengatur. Zat gizi yang berperan dalam proses

pengaturan tubuh adalah vitamin dan mineral. Makanan penghasil zat

pengatur ialah sayuran dan buah-buahan (Almatsier, 2009).

Beberapa zat mineral penting bagi tubuh adalah :

a. Zat kapur
3

Untuk pembentukan tulang, sumbernya : susu, keju, kacang – kacangan

dan sayuran berwarna hijau.

b. Fosfor

Dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak, sumbernya :

susu, keju dan daging.

c. Zat besi

Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena

dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta menambah sel

darah merah (HB) sehingga daya angkut oksigen mencukupi kebutuhan.

Sumber zat besi antara lain kuning telur, hati, daging, kerang, ikan,

kacang – kacangan dan sayuran hijau.

d. Yodium

Sangat penting untuk mencegah timbulnya kelemahan mental, penyakit

gondok dan kekerdilan fisik yang serius, sumbernya : minyak ikan, ikan

laut dan garam beryodium.

e. Kalsium

Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan gigi anak,

sumbernya : susu dan keju.

Jenis – jenis vitamin :

a. Vitamin A

Digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang,

perkembangan syaraf penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh

terhadap infeksi. Sumber : kuning telur, hati mentega, sayuran berwarna


4

hijau dan buah berwarna kuning ( wortel, tomat dan nangka). Selain itu

ibu menyusui juga mendapat tambahan berupa kapsul vitamin A

( 200.000 IU ).

b. Vitamin B1 ( Thiamin )

Dibutuhkan agar kerja syaraf dan jantung normal, membantu

metabolisme karbohidrat secara tepat oleh tubuh, nafsu makan yang

baik, membantu proses pencernaan makanan, meningkatkan pertahanan

tubuh terhadap infeksi dan mengurangi kelelahan. Sumbernya : hati,

kuning telur, susu, kacang – kacangan, tomat jeruk nanas dan kentang

bakar.

c. Vitamin B2 ( Riboflavin )

Vitamin B2 dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan,

pencernaan, system urat syaraf, jaringan kulit dan mata. Sumber : hati,

kuning telur, susu, keju, kacang- kacangan, dan sayuran berwarna hijau.

d. Vitamin B3 ( Niacin )

Disebut juga Nitocine Acid, dibutuhkan dalam proses pencernaan,

kesehatan kulit, jaringan syaraf dan pertumbuhan. Sumber : susu,

kuning telur, daging, kaldu daging, hati, daging ayam, kacang-

kacangan beras merah, jamur dan tomat.

e. Vitamin B6 ( Pyridoksin )

Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan gigi

dan gusi. Sumber : gandum, jagung, hati dan daging.


5

f. Vitamin B12 ( Cyanocobalamin )

Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan

saraf. Sumber : telur, daging hati, keju, ikan laut dan kerang laut.

g. Folic Acid

Vitamin ini dibutuhkan untuk pertumbuhan pembentukkan sel darah

merah dan produksi inti sel. Sumber : hati, daging, ikan, jeroan dan

sayuran hijau.

h. Vitamin C

Untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semu jaringan ikat ( untuk

penyembuhan luka ), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan

terhadap infeksi, serta memberikan kekuatan pada pembuluh darah.

Sumber : jeruk, tomat, melon, brokoli, jambu biji, mangga, papaya dan

sayuran.

i. Vitamin D

Dibutuhkan untuk pertumbuhan, pembentukkan tulang dan gigi serta

penyerapan kalsium dan fosfor. Sumbernya antara lain : minyak ikan,

susu, margarine dan penyinaran kulit dengan sinar matahari pagi

( sebelum pukul 09.00).

j. Vitamin K

Dibutuhkan untuk mencegah perdarahan agar proses pembekuan darah

normal. Sumber vitamin K adalah kuning telur, hati, brokoli, asparagus

dan bayam (Sediaoetama, 2006).


6

2.1.4 Makanan Sehat dan Menu Seimbang

Makanan yang baik adalah makanan yang bergizi, sehat, dan aman :

1. Mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh.

2. Tidak mengandung bahan tambahan (pewarna, bumbu masak,

penyedap dsb, yang berbahaya atau dalam jumlah yang berlebihan.).

3. Disajikan pada wadah yang bersih.

4. Tidak basi atau rusak secara fisik.

5. Tidak tercemar baik secara fisik, kimiawi maupun mikroba.

Memilih makanan yang bergizi tidak harus mahal, yang terpenting

sesuai dengan kebutuhan nutrisi. Sedangkan menu seimbang adalah menu

yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi

yang sesuai, sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna

perbaikan sel-sel tubuh, proses kehidupan serta pertumbuhan dan

perkembangan.

4 sehat 5 sempurna adalah menu yang terdiri dari nasi atau

makanan pokok, lauk, sayur, buah dan agar menjadi sempurna

ditambahkan dengan susu. Bahan makanan pokok adalah makanan yang

mengandung karbohidrat seperti ; beras, jagung, gandum, sagu, umbi-

umbian dsb. Sedangkan lauk pauk adalah makanan yang mengandung

protein baik hewani (contoh : daging, ikan, telur) ataupun nabati (kacang-

kacangan dan olahannya seperti tahu dan tempe). Sayur dan buah-buahan

adalah sumber vitamin dan mineral.


7

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Gizi Seimbang

1. Ekonomi (terjangkau dengan keuangan keluarga)

2. Sosial budaya

3. Kondisi kesehatan

4. Umur

5. Berat badan

6. Aktivitas

7. Kebiasaan makan (like or dislike).

8. Ketersediaan pangan setempat.

2.1.6 13 Pesan Umum Gizi Seimbang

1. Makanlah aneka ragam makanan.

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan

energi.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan

energi.

5. Gunakan garam beryodium.

6. Makanlah makanan sumber zat besi.

7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-

ASI sesudahnya.

8. Biasakan makan pagi.

9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.

10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur.


8

11. Hindari minuman yang beralkohol.

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.

2.1.7 Petunjuk Cara Mengolah Makanan Sehat :

1. Pilih sayur-sayuran, buah - buahan, daging dan ikan yang segar 

2. Cuci tangan sampai bersih sebelum dan sesudah mengolah makanan

3. Cuci bahan makanan sampai bersih lalu potong - potong

4. Masak sayuran sampai layu

5. Olah makanan sampai matang

6. Hindari pemakaian zat pewarna, pengawet ( vetsin )

7. Jangan memakai minyak yang sudah berkali - kali dipakai

8. Perhatikan kadaluarsa dan komposisi zat gizi makanan.

9. Jika dikemas dalam kaleng, jangan memilih kaleng yang telah penyok/

karatan

10. Simpan peralatan dapur dalam keadaan bersih dan aman

11. Jangan biarkan binatang berkeliaran didapur 

2.1.8 Status Gizi Ibu Nifas

Status gizi ibu nifas adalah suatu keadaan tubuh ibu nifas akibat

dari penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ibu nifas dipengaruhi oleh

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila

tubuh ibu nifas memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara

efisien, maka akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan


9

diperolehnya kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin

(Almatsier, 2009).

2.2 Konsep Periode Nifas (Post Partum)

Periode nifas/ post partum adalah waktu masa setelah partus selesai

dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Dalam masa nifas, alat-alat

genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti ke

keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses

penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang

cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan

sebagainya (Sarwono, 2005).

2.2.1 Kebutuhan Nutrisi dan Cairan Ibu Nifas

Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi

kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi

produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan

gizi sebagai berikut :

1. Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari

2. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral

3. Minum sedikitnya 8 gelas atau 3 liter setiap hari

4. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum

5. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit (www.gizi.net)


10

Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara lain:

1. Kalori

Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500 kalori. Wanita

dewasa memerlukan 1800 kalori per hari. Sebaiknya ibu nifas jangan

mengurangi kebutuhan kalori, karena akan mengganggu proses

metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI rusak.

2. Protein

Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari. Satu

protein setara dengan tiga gelas susu, dua butir telur, lima putih telur,

120 gram keju, 1 ¾ gelas yoghurt, 120-140 gram ikan/daging/unggas,

200-240 gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang.

3. Kalsium dan vitamin D

Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi.

Kebutuhan kalsium dan vitamin D didapat dari minum susu rendah

kalori atau berjemur di pagi hari. Konsumsi kalsium pada masa

menyusui meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara dengan 50-60

gram keju, satu cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram

ikan sarden, atau 280 gram tahu kalsium.

4. Magnesium

Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi

syaraf dan memperkuat tulang. Kebutuhan megnesium didapat pada

gandum dan kacang-kacangan.


11

5. Sayuran hijau dan buah

Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi sehari. satu porsi

setara dengan 1/8 semangka, 1/4 mangga, ¾ cangkir brokoli, ½ wortel,

¼-1/2 cangkir sayuran hijau yang telah dimasak, satu tomat.

6. Karbohidrat kompleks

Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks diperlukan enam

porsi per hari. Satu porsi setara dengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir

jagung pipil, satu porsi sereal atau oat, satu iris roti dari bijian utuh, ½

kue muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau crackers, ½ cangkir

kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram mi/pasta dari

bijian utuh.

7. Lemak

Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gram

perporsi) perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga

sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok makan krim,

secangkir es krim, ½ buah alpukat, dua sendok makan selai kacang,

120-140 gram daging tanpa lemak, sembilan kentang goreng, dua iris

cake, satu sendok makan mayones atau mentega, atau dua sendok

makan saus salad.

8. Garam

Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari

makanan asin seperti kacang asin, keripik kentang atau acar.


12

9. Cairan

Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3 liter

tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih, sari buah, susu

dan sup.

10. Vitamin

Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan. Vitamin yang

diperlukan antara lain:

1. Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata.

Vitamin A terdapat dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang

dibutuhkan adalah 1,300 mcg.

2. Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan

fungsi syaraf. Asupan vitamin B6 sebanyak 2,0 mg per hari.

Vitamin B6 dapat ditemui di daging, hati, padi-padian, kacang

polong dan kentang.

3. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina

dan daya tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-

kacangan, minyak nabati dan gandum.

11. Zinc

Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan

pertumbuhan. Kebutuhan Zinc didapat dalam daging, telur dan

gandum. Enzim dalam pencernaan dan metabolisme memerlukan

seng. Kebutuhan seng setiap hari sekitar 12 mg. Sumber seng terdapat

pada seafood, hati dan daging.


13

12. DHA

DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan

DHA berpengaruh langsung pada kandungan dalam ASI. Sumber

DHA ada pada telur, otak, hati dan ikan (www.gizi.net).

2.2.2 Penilaian Status Gizi Ibu Nifas

Menurut Supariasa dkk, (2002) yang mengutip pendapat Jelliffe

DB, penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidang

langsung. Penilaian secara langsung yaitu antropometri, klinis, biokimia

dan biofisik. Sedangkan penilaian secara tidak langsung yaitu : survei

konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan pada

masyarakat yaitu antropometri gizi. Pengertian dari antropometri gizi

adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Dari

sudut pandang antropometri, jenis pertumbuhan dapat dibagi atas dua yaitu

pertumbuhan yang bersifat linear dan pertumbuhan massa jaringan.

Pertumbuhan linear menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada

saat lampau, misalnya : tinggi badan, lingkar dada, lingkar kepala.

Sedangkan pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi yang

dihubungkan pada saat sekarang, misalnya : berat badan, lingkar lengan

atas dan tebal lemak di bawah kulit (Susilowati, 2009).

Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi

dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein.


14

Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi

jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

Berdasarkan pendapat Hadi (2001) bahwa indeks antropometri

merupakan kombinasi dari beberapa parameter. Indeks antropometri

penting untuk interpretasi pengukuran. Pada orang dewasa, indeks

antropometri yang biasa digunakan yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT),

kombinanasi dari pengukuran berat badan dan tinggi badan.

Menurut Depkes RI (1996) Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body

Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk

memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya untuk

orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi,

anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Nilai IMT dapat diketahui

dengan menggunakan rumus yaitu :

B e ra t B a da n (K g)
I M T=
T i ng g i B a da n ²( m)

Adapun batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan

FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan

perempuan, yaitu batas ambang normal untuk laki-laki adalah 20,1-25,0;

dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Adapun ambang batas IMT untuk

Indonesia adalah seperti pada tabel 2.1.


15

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 - 18,4
Norma 18,5 - 25,0
l
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 - 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Dari kategori ambang batas IMT di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa apabila seseorang berada pada IMT < 17,0 maka keadaan orang

tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau

Kurang Energi Kronis (KEK) berat; apabila seseorang berada pada IMT

17,0-18,4 maka keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan

berat badan tingkat ringan atau KEK ringan; apabila seseorang berada

pada IMT 18,5-25,0 maka keadaan orang tersebut termasuk kategori

normal; apabila seseorang berada pada IMT 25,1-27,0 maka keadaan

orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat

ringan; apabila seseorang berada pada IMT >27,0 maka keadaan orang

tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat.

2.2.2.1 Cara Ukur Status Gizi Ibu Nifas

Pengukuran data status gizi ibu nifas diukur dengan antropometri

yaitu IMT (Index Masa Tubuh). Hasil perhitungan data status gizi (IMT)

kemudian dimasukan kedalam dua kategori yaitu sebagai berikut (Riyadi,

2001) :

1. Tidak baik : jika nilai IMT < 18,5 atau nilai IMT > 25,0
16

2. Baik : jika nilai IMT 18,5 – 25,0

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Ibu Nifas

2.2.3.1 Makanan yang Dikonsumsi

Pada masa nifas ibu membutuhkan gizi yang cukup untuk

mengganti energi yang terpakai selama persalinan dan untuk memproduksi

ASI. Gizi tersebut hanya dapat diperoleh dari makanan dengan menu

seimbang dan tentunya bergizi pula sesuai kebutuhan. Makanan yang

dikonsumsi ibu nifas sangat berpengaruh terhadap keadaan status gizinya.

Status gizi ibu setelah peristiwa kehamilan dan persalinan kemudian

diikuti masa laktasi, tidak akan segera pulih apalagi ditambah dengan

pemenuhan gizi yang kurang, jumlah paritas yang banyak dengan jarak

kehamilan yang pendek, akan menyebabkan ibu mengalami drainage gizi.

Makanan yang dikonsumsi seorang ibu yang sedang dalam masa

nifas tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu

yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang

dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan

ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu

pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu

tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan

berpengaruh terhadap produksi ASI.

Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat

dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang

setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1
17

liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan

tambahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3

piring nasi dan 1 butir telur (Supariasa dkk, 2002).

2.2.3.2 Pendidikan

Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara (Hasbullah, 2005).

Faktor pendidikan bagi masyarakat suatu negara biasanya

berkaitan dengan masalah sumber daya manusia (SDM) baik manusia

sebagai individu maupun sebagai kelompok sosial.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam berpikir yang

selanjutnya dapat membentuk sikap dan perilaku orang tersebut

(Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan adalah proses mengubah sikap, tingkah laku seseorang

atau kelompok dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

dan pelatihan. Pendidikan secara umum adalah upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik.

Dari batasan ini, tersirat unsur-unsur pendidikan yaitu :


18

1. Input, yaitu sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat)

dan pendidik (pelaku pendidikan).

2. Proses, yaitu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain).

3. Output (melakukan apa yang diharapkan/ perilaku).

Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai

subjek sekaligus objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik.

Pendidikan beperan sebagai faktor kunci dalam meningkatkan

kualitas SDM. Pendidikan di Indonesia dalam mewujudkan wajib belajar

yang semula 6 tahun diperluas menjadi 9 tahun yang dimulai sejak 1994.

Jalur pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang yang

terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi.

Tingkat pendidikan rata-rata penduduk Indonesia khususnya kaum

wanita masih rendah hal ini berpengaruh terhadap masalah kesehatan. Hal

ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah dapat mengakibatkan

buruknya sikap dan perilaku kesehatan Ibu.

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat

diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi pendidikan, semakin

mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, dan

semakin meningkat produktivitas, serta semakin meningkat kesejahteraan

keluarga.
19

Ibu yang berpendidikan rendah memiliki akses yang lebih sedikit

terhadap informasi dan keterampilan yang terbatas untuk menggunakan

informasi tersebut, sehingga mempengaruhi kemampuan ibu dalam

menentukan makanan yang dikonsumsi (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Dini (2007) makin tinggi tingkat pendidikan ibu akan

lebih mudah menerima, mempunyai sikap dan berperilaku sesuai dengan

apa yang dianjurkan. Demikian pula sebaliknya makin rendah tingkat

pendidikan akan lebih sulit menerima dan menyerap informasi yang

didapat. Tingkat pendidikan formal ibu akan mempengaruhi sikap dan

tindakan ibu dalam pemilihan jenis makanan yang dikonsumsi sehingga

berpengaruh terhadap status gizinya. Ibu dengan pendidikan rendah

biasanya berpengalaman sedikit dan tidak tahu menahu tentang

pemenuhan gizi yang baik baik bagi dirinya maupun bagi keluarganya

dalam hal ini termasuk juga pemberian ASI eksklusif.

2.2.3.3 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indera manusia,

yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Dengan berbekal pengetahuan yang

cukup maka ibu nifas dapat menunjukkan perilaku kesehatan yang baik

kaitannnya dalam pemilihan dan pengolahan jenis makanan yaang akan


20

dikonsumsi, sehingga berpengaruh terhadap ststus gizinya (Notoatmodjo,

2003).

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran seseorang sebagai hasil

penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan

dan penerangan-penerangan yang keliru. Berpijak dari pendapat

Notoatmojo dan Soekanto, pengetahuan adalah hasil tahu dan kesan

didalam pikiran seseorang sebagai hasil penggunaan panca inderanya.

Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003),

pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,

yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Misalnya, ibu

tahu tentang gizi yang harus dipenuhi oleh seorang ibu nifas.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi
21

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya, ibu

dapat menjelaskan pentingnya pemenuhan gizi yang baik bagi ibu nifas.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau pengalaman hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Misalnya ibu dapat

mengaplikasikan cara penyajian menu sesuai dengan kebutuhan gizi ibu

nifas.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas,

dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.


22

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat menyimpulkan kebutuhan

gizi ibu nifas.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang berisi pertanyaan dari materi yang akan diukur/ ingin diketahui

(Notoatmodjo, 2010).

2.2.3.3.1 Cara Ukur Pengetahuan

Hasil pengukuran data pengetahuan bersifat kuantitatif dimasukan

kedalam dua kategori yang bersifat kualitatif sebagai berikut : (Arikunto,

2006)

1. Tinggi : Jika skor yang diperoleh 76% - 100%

2. Rendah : Jika skor yang diperoleh < 76%

2.2.3.4 Pendapatan

Menurut Berg (1986) dalam (Walimah, 2007), pendapatan

merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang

dikonsumsi ibu nifas. Rendahnya pendapatan (keadaan miskin) merupakan

salah satu sebab rendahnya konsumsi pangan dan gizi serta buruknya

status gizi. Kurang gizi akan mengurangi daya tahan tubuh, rentan

terhadap penyakit, menurunkan produktivitas kerja dan menurunkan


23

pendapatan. Akhirnya masalah pendapatan rendah, kurang konsumsi,

kurang gizi dan rendahnya mutu hidup membentuk siklus yang berbahaya

(Walimah, 2007).

Masalah gizi ibu nifas indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga,

yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut atau

bisa juga diukur dengan upah minimum regional (UMR) (Supariasa dkk,

2002).

Makanan adalah kebutuhan utama manusia sehingga dalam

keadaan pendapatan rendah (terbatas) sebagian besar pendapatan tersebut

akan dipakai atau dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan makanan.

Semakin meningkat pendapatan biasanya semakin berkurang presentase

yang dibelanjakan untuk makan. Hal tersebut sesuai dengan hukum Engel

yang mengatakan bahwa jika pendapatan meningkat, proporsi pengeluaran

untuk makanan terhadap pendapatan total menurun, tetapi pengeluaran

absolut untuk makanan meningkat. Hukum ini tidak berlaku pada

masyarakat miskin, yang sudah memiliki pengetahuan absolut untuk

makanan sudah sangat rendah (dibawah kebutuhan minimum) sehingga

jika terjadi peningkatan pendapatan maka proporsi pengeluaran untuk

makan pun meningkat (Walimah, 2007).

2.2.3.4.1 Cara Ukur Tingkat Pendapatan

Pengukuran data pendapatan keluarga bisa dilakukan dengan

wawancara ataupun kuosioner. UMR (Upah Minimal Regional) atau

disebut juga dengan UMK (Upah Minimal Kabupaten) dapat dijadikan


24

tolak ukur tinggi rendahnya pendapatan keluarga. Berdasarkan data dari

Dinsosnakertrans Majalengka besarnya UMR untuk tahun 2011 adalah Rp

763.000,00 (http://majalengka-online.com/Sosial-Budaya). Pengukuran

data pendapatan keluarga kemudian dimasukan kedalam dua kategori

(Supariasa dkk, 2002) :

1.Rendah : Jika jumlah pendapatan < UMR (Rp 763.000,00).

2.Tinggi : Jika jumlah pendapatan > UMR (Rp 763.000,00).

2.2.3.5 Budaya

Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku

dan kebiasaan. Begitu pula dengan status gizi ibu nifas, faktor budaya

sangat erat kaitannya terutama dalam hal pembatasan ibu nifas dalam

mengkonsumsi makanan yang justru sebenarnya sangat diperlukan oleh

ibu nifas. Banyak makanan yang notabenenya bergizi baik malah tidak

diperbolehkan bagi ibu nifas dengan alasan tradisi/ budaya.

Berdasarkan pendapat Elroy dan Townsend (1996) dalam Deri

(2009) yang membahas hasil studi Christine Wilson, seorang antropolog

nutrisi yang melakukan studi di RuMuda, sebuah desa berpenduduk 600

orang di timur laut Malaysia, sesaat setelah melahirkan wanita melayu

dianjurkan memulai membatasi makanan. Bukannya menghindari sumber

protein hewani, mereka mengurangi konsumsi buah dan sayuran selama

kira-kira enam minggu. Pola ini menggambarkan bahwa di Malaysia

menganggap kualitas panas dan dingin dihubungkan dengan makanan,

obat dan tingkat kerapuhan. Untuk melindungi kesehatan sang ibu, mereka
25

tidur dipanggung kayu, yang disebut dengan ”pembaringan perapian,”

berada di atas api kayu kecil. Sepanjang hari, mereka istirahat beberapa

saat di panggung juga tetap melakukan aktivitas seperti biasanya. Karena

buah dan sayuran dianggap sebagai makanan ”dingin” maka kalau

dikonsumsi akan mengakibatkan ketidakseimbangan, jadi harus dihindari.

Selama 40 hari pemanasan, ibu diperbolehkan makan nasi dan ikan dengan

lada hitam yang merupakan bahan pokok di desa-desa nelayan Melayu

Antropolog Amerika lainnya, Carol Laderman, juga melakukan

studi di kampung lain yaitu desa Merchang 20 km dari desa RuMuda. Para

wanita yang termasuk dalam studi, beberapa diantaranya mengikuti

pantangan makanan selama 40 hari penuh, beberapa yang lainnya hanya

dalam waktu singkat dan ada juga yang tidak sama sekali. Wanita

Merchang sangat fleksibel dan pragmatis dalam menafsirkan pantangan

makanan setelah melahirkan. Awalnya mereka mencoba makanan yang

panas saja, jika semuanya berjalan dengan baik, mereka akan mencoba

menambahkan makanan yang netral dan akhirnya makanan yang dingin.

Pantangan dalam suku Melayu hanya merupakan pedoman yang

seharusnya dijalankan, bukan larangan yang sesungguhnya berkaitan

dengan kekeuatan gaib atau sanksi sosial. Kepatuhan terhadap aturan

tergantung pada beberapa faktor seperti kehati-hatian atau keberanian

seseorang dan pengalaman setelah melahirkan bayi pertama. Wanita

Merchang dari kelompok berada yang mampu mengkonsumsi berbagai


26

variasi makanan, lebih cenderung untuk mematuhi pantangan daripada

wanita kurang mampu yang memiliki sedikit pilihan.

Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ibu nifas

pada beberapa daerah di wilayah Indonesia dan beberapa daerah di negara

lain, ditemukan adanya larangan dan pantangan mengonsumsi beberapa

jenis bahan makanan serta adanya kebiasaan menjalankan suatu tradisi

pemanasan dengan tujuan untuk mempercepat pemulihan kondisi ibu

setelah melahirkan (Deri, 2009).

2.3 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
Makanan yang dikonsumsi
Pendidikan
Pendapatan keluarga
Pengetahuan
Tradisi / budaya

Faktor Pendukung
Sarana dan prasarana fasilitas kesehatan
Status Gizi Ibu Nifas

Faktor Pendorong
Sikap dan perilaku petugas
Media promosi

Diagram 2.1 Kerangka Teori Penelitian


27

Sumber : Modifikasi dari Penilaian Status Gizi (Supariasa dkk, 2002)

Anda mungkin juga menyukai