LANDASAN TEORI
8
9
b) Olah raga
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DMT2 apabila tidak disertai adanya nefropati.
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan
secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama
sekitar 0-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda
antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan
jasmani. Apabila kadar glukosa darah 250 mg/dL dianjurkan
untuk menunda latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau
aktivitas sehari-hari bukan termasuk dalam latihan jasmani
meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang
bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut
jantung maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda santai,
jogging, dan berenang.
Pada penderita DM tanpa kontraindikasi (contoh:
osteoartritis, hipertensi yang tidak terkontrol, retinopati,
nefropati) dianjurkan juga melakukan resistance training
(latihan beban) 2-3 kali/perminggu sesuai dengan petunjuk
dokter. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur
dan status kesegaran jasmani. Intensitas latihan jasmani pada
penyandang DM yang relative sehat bias ditingkatkan,
sedangkan pada penyandang DM yang disertai komplikasi
12
j. Perubahan Mood
Penyandang DM baik tipe 1 maupun tipe 2 menjalani ketegangan
kronik hidup dengan perawatan diri kompleks dan berisiko tinggi
mengalami depresi dan distres emosional spesifik karena DM.
Depresi mayor dan gejala depresi mempengaruhi 20%
penyandang DM yang membuatnya menjadi dua kali lebih sering
terjadi di kalangan penyandang DM dibanding populasi umum
(Brian dkk, 2010).
k. Peningkatan Kerentanan Terhadap Infeksi
Penyandang DM mengalami peningkatan risiko terjadinya
infeksi. Hubungan pasti atara infeksi dan DM tidak jelas, tetapi
banyak gangguan yang terjadi akibat komplikasi diabetik memicu
seseorang mengalami infeksi. Kerusakan vaskular dan neurologis,
hiperglikemia, dan perubahan fungsi neutrofil dipercaya menjadi
penyebabnya (Matfin & Porth, 2019).
l. Penyakit Periodontal Meskipun penyakit periodontal tidak terjadi
lebih sering pada penyandang DM, tetapi dapat memburuk
dengan cepat, khususnya jika DM tidak terkontrol dengan baik.
Dipercayai bahwa penyakit ini disebabkan oleh mikroangipati,
dengan perubahan pada vaskularisasi gusi. Akibatnya, gingivitis
(inflamasi gusi) dan periodontitis (inflamasi tulang di bawah gusi)
terjadi (Longo, 2011).
m. Komplikasi yang Mengenai Kaki
Tingginya insidens baik amputasi maupun masalah kaki pada
pasien DM merupakan akibat angiopati, neuropati, dan infeksi.
Penyandang DM berisiko tinggi mengalami amputasi di
ekstremitas bawah dengan peningkatan risiko pada mereka yang
sudah menyandang DM lebih dari 10 tahun. Neuropati diabetik
pada kaki menimbulkan berbagai masalah karena sensasi
sentuhan dan persepsi nyeri tidak ada, penyandang DM dapat
mengalami beberapa tipe trauma kaki tanpa menyadarinya. Orang
20
Keterangan Gambar 3 :
1. Basaglar® Kwikpen®
2. Humulin N® Kwikpen®
3. Humulin R® Kwikpen®
4. Humulin 30/70® Kwikpen®
5. Humalog® Kwikpen®
6. Humalog Mix25® Kwikpen®
7. Humalog Mix50® Kwikpen®
8. Novomix 30® Flexpen®
9. Novorapid® Flexpen®
10. Levemir® Flexpen®
11. Lantus® Solostar®
12. Apidra® Solostar®
13. Humapen Ergo II®
14. NovoPen 3®
2.2.2 Jarum Pena Insulin
Jenis dan ukuran jarum pena insulin:
1. Ukuran diameter luar 30G (0,30 mm), panjang 8 mm.
2. Ukuran diameter luar 31G (0,25 mm), panjang 8 mm.
3. Ukuran diameter luar 31G (0,25 mm), panjang 5 mm.
4. Ukuran diameter luar 32G (0,23 mm), panjang 4 mm.
5. Ukuran diameter luar 32G (0,23 mm), panjang 5 mm.
6. Ukuran diameter luar 32.5G (0,22 mm), panjang 8 mm.
7. Ukuran diameter luar 32.5G (0,22 mm), panjang 6 mm.
8. Ukuran diameter luar 32.5G (0,22 mm), panjang 4 mm.
9. Ukuran diameter luar 33G (0,20 mm), panjang 5 mm.
10. Ukuran diameter luar 34G (0,18 mm), panjang 4 mm.
Semua jenis jarum pena insulin dapat digunakan untuk semua jenis
pena insulin kecuali jarum NovoTwist® ukuran diameter luar 32G
(0,23 mm), panjang 5 mm hanya bisa digunakan untuk pena insulin dari
NovoNordisk.
22
2. Rotasi Penyutikan
Rotasi lokasi penyuntikan sangat penting untuk menghindari
lipodistrofi dan memastikan penyerapan obat secara optimal dan
konsisten
2.3.5 Cara Penggunaan Pena Insulin dan Jarum Pena yang Benar
a). Mempersiapkan Pena Insulin
1. Periksa pena insulin.
a. Pastikan insulin yang akan digunakan sesuai dengan instruksi
dokter.
b. Selalu memeriksa tanggal kadaluarsa.
c. Perhatikan apakah ada perubahan warna, gumpalan, bekuan atau
endapan.
2. Insulin sebaiknya disuntikkan pada suhu kamar, untuk
menghangatkan pena insulin yang sebelumnya disimpan dilemari
pendingin, guling-gulingkan pena insulin diantara ke dua telapak
tangan.
27
7. Lakukan priming
a. Pastikan indikator dosis menunjukkan angka “0“.
b. Putar piston searah jarum jam hingga indikator menunjukkan
angka 1 atau 2 unit.
c. Pegang pena dengan jarum mengarah ke atas, ketuk - ketuk
pemegang cartridge perlahan dengan jari agar udara naik ke
permukaan.
d. Dengan menggunakan ibu jari, tekan piston hingga berhenti dan
indikator menunjukkan angka “0”.
e. Jika menggunakan insulin keruh, sebelum menekan piston
lakukan homogenisasi.
f. Priming selesai jika insulin terlihat keluar di ujung jarum. Jika
belum ulangi langkah tersebut di atas hingga insulin keluar.
Langkah ini penting untuk memastikan tidak terdapat udara di
dalam pena insulin dan jarum maupun pena insulin berfungsi
dengan baik.
31
10. Tusukkan jarum ke dalam kulit dengan cepat pada sudut 900
terhadap bidang yang akan disuntik (untuk mencegah suntikkan IM)
(gambar: a), tekan piston perlahan hingga indikator dosis
menunjukkan angka “0” (gambar b, c). Posisi pena harus
sedemikian rupa sehingga jendela dosis terlihat oleh penyuntik
dari satu kali harus ditutup kembali dengan tutup jarum yang kecil.
Ajarkan pasien cara menutup kembali agar jarum tidak menusuk tutup
jarum. Penggunaan jarum lebih dari satu kali tidak dapat diterapkan
bagi pasien rawat inap atau pasien yang disuntikkan oleh orang lain
karena pada kelompok ini menutup kembali jarum tidak disarankan.
Pasien yang memutuskan akan menggunakan jarum lebih dari satu
kali disarankan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau
edukator diabetes. Setiap sebelum menyuntik harus memperhatikan
kemungkinan adanya pembengkakan atau kemerahan dibagian kulit
yang akan disuntik.
2.3 Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindera manusia, yaituu indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan indra peraba. Akan tetapi sebagian
besar manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2014)
Menurut Setiawati, (2018). Pengetahuan adalah hasil dari proses
pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran,
penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan
terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan berprilaku.
2. Tingkatan
Menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :
a. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat ini pengetahuan
adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
37
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan
dan sebagainya.
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus makan-makanan yang bergizi.
c. Aplikasi
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan.
e. Sintesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkas, dapat menyesuaikan.
38
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada. Misalnya dapat
membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang
kekurangan gizi. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian dan responden. (Notoatmodjo,
2014)
3) Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain untuk menilai hasil
pelaksaan program pendidikan kesehatan.
2. Sebagai pengelola
1) Membimbing tenaga keperawatan lain (yang lebih rendah), dan
kader kesehatan mengenai perencanaan, pelaksanaan, serta
penilaian upaya pendidikan kesehatan masyarakat.
2) Ikut membantu dalam administrasi klien.
3) Bertanggung jawab dalam pemeliharaan alax-alat rumah tangga,
perawatan dan medik.
4) Menciptakan dan memelihara hubungan pribadi dan hubungan
kerja sama dengan petugas lain dalam unit kerjanya.
Ikut serta memberikan masukan dalam pelaksanaan evaluasi
penampilan kerja petugas dalam unitnya.
5) Memberi motivasi untuk meningkatkan prestasi kerja.
3. Sebagai pendidik
1) Memberikan pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada
tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya (bagi yang
belum mampu) dalam hal kesehatan, pendidikan kesehatan
masyarakat dan lain-lain, sehingga mereka tahu, mau dan
mampu melaksanakan tugas-tugas penyuluhan.
2) Memberi pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada
kaderkader kesehatan, kader posyandu, kader dasa wisma dan
lainlain.
3) Memberi pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada klien dan
keluarganya.
4. Sebagai peneliti
1) Bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya atau secara
sendiri-sendiri menyusun rencana penelitian kesehatan tertentu
dalam hal pendidikan kesehatan.
2) Bersama dengan tenaga lain atau secara sendiri-sendiri
melaksanakan kegiatan penelitian sesuai dengan rencana.
43
dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
c. Demonstrasi
Metode penyajian dengan memperagakan dan mempertunjukkan
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.
2) Kelompok kecil
Apabila peserta kegiatan kurang dari 20 orang biasanya disebut
kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil
ini antara lain:
a. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara
tukar pikiran antara dua orang atau lebih. Tuiuannva untuk
mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau
mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.
b. Curah pendapat (Brain Storming)
Merupakan modifikasi diskusi kelompok yang prinsipnya sama
dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada permulaan,
pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah,
kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau
tanggapan (curah pendapat).
c. Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (l pasang 2
orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah,
setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi
satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan
lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh
kelas.
d. Kelompok kecil-kecil (Buzz Group)
47