Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang serius di
seluruh dunia dan prevalensinya cenderung meningkat dengan cepat,
diperkirakan dari 2.8% tahun 2000 akan menjadi 4.4% di tahun 2030. Jumlah
penderita DM di dunia pada tahun 2000 berjumlah 171 juta jiwa, diperkirakan
akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030 (Wild, 2014). Menurut
World Health Organization (WHO) pada tahun 2030 Indonesia diperkirakan
akan berjumlah 21.3 juta orang dan menempati urutan keempat dalam jumlah
penderita diabetes terbanyak setelah Amerika, Cina dan India (PERKENI,
2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh International Diabetes
Federation (IDF) (2013), Indonesia menempati peringkat ke-7 sebagai negara
dengan jumlah penderita diabetes melitus terbesar di dunia dengan usia 20-79
tahun setelah China, India, Amerika Serikat, Brasil, Rusia, dan Meksiko.
Penelitian tersebut menunjukkan jumlah penderita diabetes melitus di
Indonesia pada tahun 2013 sebesar 8.5 juta orang dan diperkirakan naik
menjadi 14,1 juta orang di tahun 2035.
Terdapat 347 juta jiwa di dunia menderita diabetes melitus, pada
tahun 2012 diperkirakan 1,5 juta jiwa meninggal dunia disebabkan oleh
diabetes melitus dan kurang lebih 80% dari kematian tersebut terjadi pada
negara yang berpenghasilan menengah ke bawah atau negara yang
berkembang (WHO, 2014). Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan (RISKESDAS) tahun 2018) menyebutkan
terjadi peningkatan prevalensi pada pasien diabetes melitus di daerah urban
Indonesia untuk semua umur sebesar 1,5%. Prevalensi terkecil terdapat di
NTT 1%, dan terbesar di propinsi DKI, Kalimantan Timur, dan DIY yang
mencapai 2%, sedangkan di propinsi Jambi sampai 1,2% .

1
2

Tabel 1.2 Jumlah Data Tiga Tahun Diabetes Militus di Puskesmas


Kuala Tungkal I
No Bulan 2019 2020 2021
1 Januari 58 84 106
2 Februari 72 83 76
3 Maret 70 54 73
4 April 89 75 84
5 Mei 84 86 58
6 Juni 72 70 82
7 Juli 85 84 52
8 Agustus 72 65 67
9 September 65 80 75
10 Oktober 56 68 63
11 November 93 72 75
12 Desember 109 98 100
Jumlah 925 919 911
Sumber: Puskemas Kuala Tungkal I
Berdasarkan tabel 1.2 persentase Jumlah Diabetes Millitus di
puskesmas Kuala Tungkal tahun 2021 terlihat persentase terdapat Diabetes
Militus tahun sebanyak 911orang.
Pasien Diabetes Melitus yang tidak dikelola dengan baik akan
meningkatkan resiko terjadinya komplikasi, karena pasien diabetes melitus
rentan mengalami komplikasi yang diakibatkan karena terjadi defisiensi insulin
atau kerja insulin yang tidak adekuat (Smeltzer, 2019). Komplikasi yang
ditimbulkan bersifat akut maupun kronik. Komplikasi akut terjadi berkaitan
dengan peningkatan kadar gula darah secara tiba-tiba, sedangkan komplikasi
kronik sering terjadi akibat peningkatan gula darah dalam waktu lama
(Yudianto, 2012). Ketika penderita diabetes mellitus mengalami komplikasi,
maka akan berdampak pada menurunnya Umur Harapan Hidup (UHP),
penurunan kualitas hidup, serta meningkatnya angka kesakitan (Nwankwo et
all, 2012).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku (Sunaryo, 2016).
Sedangkan, menurut Notoatmodjo (2015), pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap objek
3

tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra


pengelihatan, pendengaran, penghidu, perasa dan peraba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui indra mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behaviour).
Bila seorang pasien mempunyai pengetahuan tentang risiko terjadinya
ulkus diabetes, maka pasien akan dapat memilih alternatif yang terbaik bagi
dirinya dan cenderung memperhatikan hal-hal yang penting tentang
perawatan diabetes melitus seperti pasien akan melakukan pengaturan pola
makan yang benar, berolah raga secara teratur, mengontrol kadar gula darah
dan memelihara lingkungan agar terhindar dari benda-benda lain yang dapat
menyebabkan luka. Apabila perawatan yang dilakukan dengan tepat maka
dapat membantu proses penyembuhan dan diharapkan pasien menjadi sehat
baik fisik, mental, sosial dan spiritual (Azwar, 2013).
Hasil penelitian menurut Emi (2014) berjudul gambaran pengetahuan
pasien diet diabetes mellitus tentang pencegahan komplikasi diabetes mellitus
di poliklinik penyakit dalam rsud dr.soekardjo kota tasikmalaya di ketahui
hasil nya pengetahuan pasien DM tentang pencegahan komplikasi DM
didapatkan pengetahuan cukup sebanyak (70.6%). Sedangkan penelitian
Okatiranti (2016) berjudul gambaran pengetahuan, sikap dan kepercayaan
terhadap diet penderita dm di rsud kota bandung di ketahui hasil
penelitiannya memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, lalu hampir
setengahnya yang memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak (42,37 %).
Self care merupakan gambaran Prilaku seorang individu yang dilakukan
dengan sadar, bersifat universal, dan terbatas pada diri sendiri (Kusniawati,
2011). Menurut Toobert, D.J et all (2012), self care yang dilakukan pada
pasien diabetes melitus meliputi pengaturan pola makan (diet), pemantauan
kadar gula darah, terapi obat, perawatan kaki, dan latihan fisik (olah raga).
Menurut Orem self care dapat meningkatkan Peningkatan fungsi-fungsi
manusia dan perkembangan dalam kelompok sosial yang sejalan dengan
potensi manusia, tahu keterbatasan manusia, dan keinginan manusia untuk
4

menjadi normal. Penyimpangan pada self care biasanya dapat terlihat pada
saat terjadinya penyakit. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi struktur
tubuh tertentu dan fisiologisnya atau mekanisme psikologis tapi juga
mempengaruhi fungsi sebagai manusia (Munawaroh, 2012).
Ada beberapa faktor kondisi dasar yang sangat berpengaruh terhadap
kebutuhan dan kemampuan seseorang untuk melakukan perawatan diri
diabetes militus. Faktor kondisi dasar ini adalah faktor yang mempengaruhi
semua orang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan self care (basic
conditioning factor) yaitu : usia, jenis kelamin, status perkembangan, status
kesehatan, sosiokultural, Sistem pelayanan kesehatan, sistem keluarga, pola
hidup, lingkungan dan ketersediaan (Orem, 2012)
Hasil penelitian menurut Rahmat (2022) Hubungan Pengetahuan
Dengan Aktivitas Self Care Pada Penderita Diabetes Melitus Di Puskesmas
Batuatingkat pengetahuan dengan aktivitas self care pada penderita Diabetes
melitusdengan p value 0,000 (p value < 0,05) dan menurut penelitian Shendy
(2020) Hubungan Antara Pengetahuan Self Care Dengan Pelaksanaan
Selfcare Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Banyuanyar Hasil penelitian dari hubungan antara pengetahuan tentang
selfcare dengan tingkat pelaksanaan selfcare pada pasien DM tipe 2 di
wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tingkat pelaksanaan
self care
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 1
September 2021 di Puskemas Kuala Tungkal 1. Sejumlah 8 Pasien , baik
pasien baru maupun lama. Hasil wawancara terhadap 8 pasien DM, self-care
pada pasien DM diketahui terdapat 5 dari 8 orang yang mengikuti pola makan
yang sehat, 3 pasien tidak mengerti perawatan kaki terhadap penyakit DM,
dan 8 pasien belum mampu untuk mengontrol pola makannya yang baik,
masih suka makan dan minum yang kadar gulanya tinggi. 4 pasien dari
penderita DM tidak mengetahui perawatan diri penderita diabetes seperti
olah raga, minum obat secara teratur, Namun dalam pelaksanaannya, banyak
5

dari diabetes yang belum teratur dan patuh dalam melakukan perawatan diri
bagi penderita DM. Pengetahuan DM 4 dari 8 pasien masih belum paham
penyebab dari DM. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Dengan Selfcare
Pasien Diabetes Militus Di Wilayah Kerja Puskemas Kuala Tungkal 1.

1.2. Rumusan Masalah


“Apakah ada Hubungan Pengetahuan Dengan Selfcare Pasien DM Di
Wilayah Kerja Puskemas Kuala Tungkal 1?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan
Pengetahuan Dengan Selfcare Pasien Diabetes Militus Di Wilayah
Kerja Puskemas Kuala Tungkal 1.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran Pengetahuan Diabetes Militus Di Wilayah
Kerja Puskemas Kuala Tungkal 1.
b. Diketahuinya gambaran Selfcare Pasien Diabetes Militus Di
Wilayah Kerja Puskemas Kuala Tungkal 1.
c. Diketahuinya Hubungan Pengetahuan Dengan Selfcare Pasien
Diabetes Militus Di Wilayah Kerja Puskemas Kuala Tungkal 1.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Puskemas
Memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan
rumah sakit dalam upaya meningkatkan Pengetahuan dan Selfcare
Pasien DM.
1.4.2. Bagi Perawat
Bermanfaat bagi perawat tentang terutama bagi perawat
pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
menerapkan Pengetahuan dan Selfcare Pasien DM.
1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan
6

Sebagai bahan acuan dan refrensi dijadikan informasi dan referensi


dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang
Pengetahuan dan Selfcare Pasien DM
1.4.4. Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai sumber informasi untuk penelitian lebih lanjut dan
dapat dijadikan perbandingan atas penelitian mengenai Pengetahuan
dan Selfcare Pasien DM.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan untuk
mengetahui Hubungan Pengetahuan Dengan Selfcare Pasien Dm Di Wilayah
Kerja Puskemas Kuala Tungkal 1. Desain penelitian dalam penelitian ini
yaitu Cross Sectional. Penelitian ini rencanakan dilakukan bulan Desember
2022 jumlah populasi 911 dan sampel 90 responden. Metode pengumpulan
data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner dan metode analisis univariat
dan bivariate menggunakan uji Chi-Square.
7

1.6 Keaslian Penelitian

No Judul Metode Penelitian Hasil penelitian


1 Rahmat (2022) Jenis penelitian ini adalah Hasil penelitian ini
Hubungan kuantitatif, desain menunjukkan hasil analisis
Pengetahuan Dengan penelitian yang digunakan bivariat tingkat
Aktivitas Self Care survey analitik dengan pengetahuan dengan
Pada Penderita pendekatan cross sectional aktivitas self care pada
Diabetes Melitus Di study. Pengambilan sampel penderita Diabetes
Puskesmas Batua. dilakukan secara purposive melitusdengan p value
Window of Public sampling yaitu pasien 0,000 (p value < 0,05),
Health Journal, Vol. diabetes melitus yang sehingga dapat dinyatakan
3 No. 2 (Agustus, berumur 30 – 64 tahun bahwa H0 ditolak dan Ha
2022) : 2047-2058 dengan sampel sebanyak diterima yang dimana
79 orang. Analisis data adanya hubungan antara
menggunakan univariat tingkat pengetahuan
dan bivariat dengan dengan aktivitas self care
menggunakan program MS pada penderita Diabetes
Excel dan SPSS. melitus.
2 Shendy (2020) Jenis penelitian ini adalah Hasil penelitian dari
Hubungan Antara observasional analitik hubungan antara
Pengetahuan Self dengan menggunakan pengetahuan tentang
Care Dengan pendekatan cross-sectional. selfcare dengan tingkat
Pelaksanaan Selfcare Metode dalam penelitian pelaksanaan selfcare pada
Pada Pasien ini adalah observasi pasien DM tipe 2 di
Diabetes Melitus deskriptif menggunakan wilayah kerja Puskesmas
Tipe 2 Di Wilayah kuesioner SDSCA Banyuanyar dapat
Kerja Puskesmas (Summary Diabetes Self disimpulkan bahwa
Banyuanyar Care Activities). Teknik terdapat hubungan yang
yang digunakan adalah signifikan antara
random sampling dengan pengetahuan dengan
sampel yang digunakan tingkat pelaksanaan self
adalah pasien rawat jalan care
DM tipe 2 di Puskesmas
Banyuanyar.
3 Putri (2018) Hasil Hasil penelitian dari Hasil penelitian dari
penelitian dari hubungan antara hubungan antara
hubungan antara pengetahuan tentang pengetahuan tentang
pengetahuan tentang selfcare dengan tingkat selfcare dengan tingkat
selfcare dengan pelaksanaan selfcare pada pelaksanaan selfcare pada
tingkat pelaksanaan pasien DM tipe 2 di pasien DM tipe 2 di
selfcare pada pasien wilayah kerja Puskesmas wilayah kerja Puskesmas
DM tipe 2 di Banyuanyar dapat Banyuanyar dapat
wilayah kerja disimpulkan bahwa disimpulkan bahwa
Puskesmas terdapat hubungan yang terdapat hubungan yang
Banyuanyar dapat signifikan antara signifikan antara
8

disimpulkan bahwa pengetahuan dengan pengetahuan dengan


terdapat hubungan tingkat pelaksanaan self tingkat pelaksanaan self
yang signifikan care care
antara pengetahuan
dengan tingkat
pelaksanaan self
care
4 Kusnanto (2019) Tujuan penelitian ini untuk Hasil penelitian
Hubungan Tingkat mengetahui hubungan menunjukkan bahwa
Pengetahuan Dan antara pengetahuan dan tingkat pengetahuan
Diabetes Self- diabetes self-management (p=0,049; r=-0,192) dan
Management dengan tingkat stres pasien diabetes self-management
Dengan Tingkat diabetes melitus yang (p= 0,000; r= -0,341)
Stres Pasien menjalani diet. Penelitian memiliki hubungan
Diabetes Melitus ini menggunakan desain terhadap tingkat stres saat
Yang Menjalani Diet cross-sectional. Jumlah menjalani diet. Diabetes
total sampel didapatkan self-management memiliki
sebesar 106 responden hubungan yang sangat kuat
dengan multistage dari pada tingkat
sampling, Kriteria inklusi pengetahuan terhadap
meliputi pasien DM <5 tingkat stres pasien
tahun dengan rentang usia diabetes yang menjalani
35-55 tahun, tidak diet.
menggunakan insulin
injeksi, Pasien DM masih
berkeluarga dan tinggal
dengan keluarganya. Data
didapatkan dengan
kuesioner Knowledge of
Diabetic Diet
Questionnaire, Self-
Management Dietary
Behaviors Questionnaire,
dan tingkat stres menjalani
diet. Kemudian dianalisis
dengan uji Spearman test.

Anda mungkin juga menyukai