Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

APLIKASI TEORI KEPERAWATAN DOROTHEA OREM PADA PASIEN


DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS PENIMBUNG
TAHUN 2021

Oleh :
BAIQ ARDHYANTI SAPUTRI
..... STYC ....

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2021BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai

oleh ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah

(hiperglikemia) (Black & Hawks, 2009). Kondisi hiperglikemia yang tidak

terkontrol dapat mengakibatkan berbagai komplikasi akut (ketoasidosis

diabetikum, hiperglikemik hyperosmolar non ketotik, hipoglikemia) dan

kronis (penyakit jantung koroner, retinopati, nefropati, neuropati) (Waspadji,

2013). Komplikasi yang muncul menjadi penyebab utama peningkatan angka

morbiditas dan mortalitas pada kasus diabetes melitus. Diabetes tidak hanya

menyebabkan kematian prematur di seluruh dunia. Penyakit ini juga menjadi

penyebab utama kebutaan, penyakit jantung, dan gagal ginjal.

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular

dengan peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari tahun ke tahun.

Organisasi International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya

terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes

pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total

penduduk pada usia yang sama. Berdasarkan jenis kelamin, IDF

memperkirakan prevalensi diabetes di tahun 2019 yaitu 9% pada perempuan

dan 9,56% pada laki-laki. Prevalensi diabetes diperkirakan meningkat seiring

1
2

penambahan umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur

65-79 tahun. Angka diprediksi terus meningkat hingga mencapai 578 juta di

tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045 (Kemenkes RI, 2020).

Distribusi kejadian penyakit DM juga menyebar pada semua tingkat

masyarakat dari tingkat sosial ekonomi rendah sampai tinggi, pada setiap ras,

golongan etnis, dan daerah geografis. Salah satu negara dengan peningkatan

insidensi diabetes melitus adalah Indonesia. Data dari IDF (2019)

menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke tujuh dunia dalam

sepuluh negara dengan kasus DM terbanyak yaitu 10,7 juta orang. World

Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita DM di

Indonesia akan mengalami peningkatan kurang lebih 2 kali lipat menjadi 21,3

juta jiwa di tahun 2030 (PERKENI, 2015).

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB jumlah penderita diabetes

melitus di Nusa Tenggara Barat pada tahun 2019 mencapai 53.139 orang dan

penderita yang mendapat pelayanan kesehatan standar baru mencapai 4.139

orang. Jumlah penderita diabetes melitus di Kabupaten Lombok Barat pada

tahun 2019 sebanyak 7.451 orang dan penderita yang mendapat pelayanan

kesehatan standar hanya 101 orang (Dikes Provinsi NTB, 2019).

Salah satu wilayah di Kabupaten Lombok Barat yang memiliki angka

kejadian DM cukup tinggi yaitu Puskesmas Penimbung. Kasus DM di

Puskesmas Penimbung, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Lombok Barat

pada tahun 2019 sebanyak 921 kasus dan pada tahun 2020 pasien DM masih

mengalami peningkatan menjadi 1.224 kasus (Dikes Lombok Barat, 2021).


3

Pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat sangat

mempengaruhi mutu asuhan keperawatan yang akan diterima oleh klien. Oleh

karena itu untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas

maka perawat perlu mengembangkan ilmu dan praktik keperawatan salah

satunya melalui penggunaan model konseptual dalam pemberian asuhan

keperawatan pada klien. Berbagai model konseptual keperawatan yang telah

dikembangkan oleh para ahli, salah satunya adalah Self Care oleh Dorothea

Orem (Muhlisin dan Irdawati, 2010)

Fokus utama model konseptual oleh Dorothea Orem ini adalah

kemampuan seseorang untuk merawat dirinya sendiri secara mandiri sehingga

tercapai kemampuan untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraannya.

Teori ini juga merupakan suatu landasan bagi perawat dalam memandirikan

klien sesuai tingkat ketergantungannya bukan menempatkan klien dalam

posisi dependent, karena menurut Orem, self care itu bukan proses intuisi

tetapi merupakan suatu perilaku yang dapat dipelajari (Orem dalam Muhlisin

dan Irdawati, 2010). Orem mengembangkan teori keperawatan self care secara

umum dibagi menjadi 3 teori yang saling berhubungan, yaitu: teori self care,

teori self care deficit, teori nursing systems (Orem, 2001).

Jumlah penderita DM yang semakin meningkat dari tahun ke tahun

perlu diperhatikan. Jika penyakit diabetes melitus dapat terkontrol dengan

baik, dapat mencegah terjadinya komplikasi, dan dapat menurunkan angka

kematian apabila penderita mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang

baik untuk mengontrol penyakitnya, yaitu dengan melakukan self care


4

(Kusniawati, 2011). Self care yang dilakukan penderita DM meliputi diet atau

pengaturan pola makan, aktivitas fisik (olahraga), pemantauan kadar gula

darah, obat, dan perawatan kaki diabteik (Suantika, 2014).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa self care pada sebagian

besar pasien DM masih kurang optimal. Penelitian Maghfirah, Sudiana &

Widyawati (2015) menunjukkan bahwa sekitar 75% self care yang masih

kurang optimal. Penelitian Putri & Hastuti (2016) menunjukkan sekitar 68%

memiliki perawatan diri yang masih rendah. Begitupun penelitian

Triwidyastuti, Ariyanto & Nurlaela (2015) bahwa sekitar 50% pasien DM

dengan self care yang kurang baik.

Rendahnya self care yang dilakukan oleh penderita DM akan

berdampak negatif terhadap status kesehatan pasien yaitu tidak terkontrolnya

gula darah (Kusniyah, 2016) dan meningkatnya jumlah komplikasi (Junianty,

2012). Namun sebaliknya jika self care dilakukan dengan baik, juga akan

berefek positif bagi pasien DM. Hasil penelitian Chaidir, Wahyuni & Furkhani

(2016) menunjukkan adanya hubungan yang positif antara self care dengan

kualitas hidup pasien DM, dimana semakin tinggi self care, maka semakin

baik kualitas hidup pasien diabetes melitus.

Keperawatan sebagai suatu profesi memberikan pelayanan profesional

kepada pasien dengan teliti, aman, dan kompeten. Perawat bertanggungjawab

untuk memperoleh dan memelihara pengetahuan dan kemampuan yang

spesifik sebagai bentuk tanggung jawab dan peran secara profesional.

Beberapa peran perawat diantaranya pemberi asuhan, sebagai advokat,


5

edukator, komunikator, manajer, dan inovator (Potter, Perry, Stockert, & Hall,

2013). Dalam mengimplementasikan pelayanan keperawatan yang

profesional, perawat harus melakukan interaksi dengan pasien dan keluarga

sehingga terbentuk sebuah hubungan saling percaya antara perawat pasien.

Pelayanan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kiat dan ilmu

keperawatan yang diintegrasikan dalam pelayanan melalui penerapan teori

keperawatan dalam hal ini Teori Self Care oleh Dorothea Orem. Teori ini

dipandang sesuai dengan kasus diabetes melitus sebagai suatu kondisi kronis

yang manajemen penatalaksanaannya bergantung pada self care pasien

(Gabbay & Adelman, 2010). Dalam proses pemberian asuhan keperawatan

dengan menggunakan pendekatakan Teori Self Care Orem, perawat membantu

pasien memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan self care pasien yaitu whole

compensatory, partly compensatory dan supportive educative.

Pengelolaan diabetes melitus yang komprehensif tidak lepas dari peran

ilmu keperawatan dengan pelayanan keperawatan profesional. Dalam

memberikan asuhan keperawatan profesional, beberapa hal yang dapat

dilakukan adalah dengan penerapaan teori keperawatan sebagai petunjuk

asuhan keperawatan, memberikan intervensi keperawatan berdasarkan

evidence based, dan membuat terobosan melalui inovasi keperawatan. Peran

Inovator diimplementasikan dalam bentuk kegiatan inovasi keperawatan.

Peran sebagai inovator dilaksanakan dengan peningkatan promosi kesehatan

melalui pemeriksaan dan pemantauan kesehatan mandiri pada pasien diabetes

melitus. Program ini bisa dilaksanakan dengan cara menyediakan fasilitas self-
6

health assessment dan memberikan booklet yang berisi informasi dan catatan

pemantauan untuk kendali diabetes.

Berdasarkan uraian-uraian di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai penerapan atau aplikasi teori keperawatan

Dorothea Orem pada pasien diabetes melitus di puskesmas Penimbung tahun

2021.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka rumusan masalah penelitian ini adalah “bagaimanakah aplikasi teori

keperawatan Dorothea Orem pada pasien diabetes melitus di puskesmas

Penimbung tahun 2021?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan

atau aplikasi teori keperawatan Dorothea Orem pada pasien diabetes

melitus di puskesmas Penimbung tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi aplikasi teori self care pada pasien diabetes

melitus di puskesmas Penimbung tahun 2021

2. Mengidentifikasi aplikasi teori self care deficit pada pasien diabetes

melitus di puskesmas Penimbung tahun 2021


7

3. Mengidentifikasi aplikasi teori nursing systems pada pasien diabetes

melitus di puskesmas Penimbung tahun 2021

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoritis.

Dapat memberi sumbangan informasi dan pemikiran untuk

mengembangkan ilmu keperawatan terutama mengenai penerapan atau

aplikasi teori keperawatan Dorothea Orem pada pasien diabetes melitus di

puskesmas Penimbung

2. Manfaat praktis.

a. Pasien diabetes melitus diharapkan mempunyai kemampuan dan

pengetahuan yang baik untuk mengontrol penyakitnya yaitu dengan

melakukan self care. Diharapkan juga anggota keluarga pasien diabetes

melitus dapat meningkatkan dukungan kepada pasien diabates mellitus.

b. Puskesmas Penimbung diharapkan dapat meningkatkan kualitas

penatalaksanaan diabetes melitus melalui penerapan teori self care

dimana perawat dapat membantu memenuhi kebutuhan self care pasien yaitu

whole compensatory, partly compensatory dan supportive educative

c. Kepada instansi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan gambaran mengenai penerapan atau aplikasi teori

keperawatan Dorothea Orem pada pasien diabetes melitus .


DAFTAR PUSTAKA

Black, M. J. & Hawks, H .J., 2009. Medical Surgical Nursing: Clinical


Management for Continuity of Care, 8th Ed. Philadephia : W.B. Saunders.
Company.

Chaidir, R., Wahyuni, A. S., & Furkhani, D. W., (2016). Hubungan Self Care
Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus. Journal Endurance, 2(2)
Juni 2016 : 132144.

Dinas Kesehatan Provinsi NTB. (2019). Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes


Melitus (DM) menurut Kecamatan dan Puskesmas di Provinsi Nusa
Tenggara Barat Tahun 2019. Mataram: Seksi Penanggulangan Penyakit,
Dinas Kesehatan Provinsi NTB. Tersedia di https://data.ntbprov.go.id.

Gabbay, R. A., & Adelman, A. M. (2010). Future models of diabetes care. In R. I.


G. Holt, C. Cockram, A. Flyvbjerg, B. J. Goldstein (Eds.)., Textbook of
diabetes (4th Ed.). Retrieved from http://en.bookfi.org.

International Diabetes Federation. (2019). IDF Diabetes Atlas, 9th edn. Brussels,
Belgium. Available at: https://www.diabetesatlas.org.

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Infodatin: Tetap Produktif, Cegah dan Atasi
Diabetes Melitus. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. Tersedia di https://pusdatin.kemkes.go.id.

Kusniawati. (2011). Analisis Faktor yang Berkontribusi Terhadap Self Care


Diabetes Pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum
Tangerang. Tesis Dipublikasikan. Magister Keperawatan Universitas
Indonesia, Depok.

Kusniyah, (2016). Hubungan Tingkat Self Care Dengan Tingkat Hba1c Pada
Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Endokrin Rsup Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Skripsi dipublikasikan. Sumedang: Universitas
Padjadjaran.

Maghfirah, S., I Ketut, Sudiana. & Ika, Y. Widyawati. (2015). Relaksasi Otot
progresif terhadap stres psikologis dan perilaku perawatan diri pasien
diabtes melitus tipe 2. Jurnal Kesehatan masyarakat 10 (2). Hal 137-146.

Muhlisin, A. dan Irdawati. (2010). Teori Self Care Dari Orem dan Pendekatan
dalam Praktek Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697,
Vol. 2. No. 2. Juni 2010, 97-100. Sukoharjo: Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Orem, D. E. (2001). Nursing Concept of Practice. The C.V. Mosby Company. St
Louis.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). (2015). Konsensus


Pengolahan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Potter, P. A., Perry, G. A, Stockert, A. P., & Hall, M. A. (2013). Fundamentals of


nursing (8th Ed.). Missouri: Elsevier Mosby.

Putri, R.L., & Hastuti, D.Y. (2016). Gambaran Self Care Penderita Diabetes
Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Semarang. Jurnal
Departemen Keperawatan Hal 1-8. Universitas Diponegoro.

Suantika, P.I.R. (2014). Hubungan Self Care Diabetes Dengan Kualitas Hidup
Pasien DM Tipe 2 di Poliklinik Interna Rumah Sakit Umum Daerah
Bandung. Skripsi dipublikasikan. Bali: Universitas Udayana.

Triwidyastuti, G., Ariyanto, R., & Nurlaela, E. (2015). Hubungan Pengetahuan


Self Care Diabetes Dengan Self Care Diabetes pada Klien DM Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap. Skripsi dipublikasikan. STIKES
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

Waspadji S (2013). Komplikasi Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya,


Diagnosis, dan Strategi Pengelolaan. Dalam Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW,
Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Anda mungkin juga menyukai