DISUSUN OLEH :
1. SAPNA LUTHFIYANA (P1337420617073)
2. TAUFIQ QURRAHMAN (P1337420617076)
3. DIAH AYU PUTRI A. (P1337420617079)
4. AFNINDA NAFARISKA (P1337420617081)
5. ERNETA ISMILANIA (P1337420617082)
6. ALIFIA JAYA WANDIRA (P1337420617085)
7. MUHAMAD CANDRA R. (P1337420617086)
B. TUJUAN
Tujuan pendidikan kesehatan adalah membantu individu, keluarga, atau
masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal, mengurangi biaya kesehatan dan
menurunkan beban bagi individu, keluarga dan komunitas, dan klien semakin menyadari
kesehatan dan ingin dilibatkan dalam pemeliharaan kesehatan (Potter & Perry, 2009).
Sedangkan menurut Smeltzer & Bare (2002) tujuan pendidikan kesehatan adalah
mengajarkan orang untuk hidup dalam kondisi yang terbaik yaitu berusaha keras untuk
mencapai tingkat kesehatan yang maksimum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan sistemik pada metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. DM ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa
darah) yang diakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin
yang tidak efektif (Bobak, 2005).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, DM merupakan suatu
kelompok kelainan metabolik dengan kharakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2006). Sedangkan
menurut WHO (2010) dikatakan bahwa DM merupakan suatu kumpulan problema
anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat
defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.
Prevalensi penderita DM selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2010 memperkirakan sedikitnya 171
juta orang diseluruh dunia menderita DM dan diprediksikan akan meningkat dua kali, 366
juta jiwa tahun 2030. Indonesia merupakan urutan kelima di dunia sebagai negara dengan
jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah Bangladesh, Bhutan, Cina, India
yaitu sekitar 8,6% dari jumlah penduduk di Indonesia (Bustan, 2007).
Banyak cara yang dilakukan dalam mencegah dan memperbaiki kelangsungan
hidup penderita penyakit DM ini, namun pada dasarnya cara utama penatalaksanaan
tersebut ada 4 yaitu edukasi, perencanaan makananan, latihan jasmani, dan intervensi
farmakologi.
Peran perawat menurut Hidayat (2007) merupakan tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi
keperawatan yang konstan.
B. KLASIFIKASI
Ada beberapa tipe DM yang dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan
terapinya. Klasifikasi diabetes yang utama yaitu:
a. DM Tipe I / Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
Pada tipe ini sel beta pankreas mengalami kerusakan akibat terjadinya gangguan pada
sistem imun tubuh, meningkatnya kerentanan sel beta terhadap virus atau sel beta
mengalami degenerasi. Tipe I umumnya lebih sering ditemukan pada anak, dan sesuai
dengan penyebabnya DM tipe I memerlukan suntikan insulin.
b. DM Tipe II / Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
Yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin terjadi akibat penurunan sensitivitas
terhadap insulin (resisten) atau akibat penurunan jumlah sekresi insulin. Keberadaan
insulin di dalam darah kurang atau tidak dapat dimanfaatkan. Lebih sering pada
dewasa, kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar,
mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stres.
c. DM Sekunder
Diabetes yang disebabkan oleh penyakit lain yang menyebabkan produksi insulin
terganggu atau meningkatkan kadar gula darah. Penyakit yang dimaksud misalnya
infeksi berat, radang pankreas, penggunaan kortikosteroid, dan kelainan hormonal.
d. Gastrointestinal Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes Gestational adalah jenis diabetes yang muncul pada saat ibu hamil. Hal ini
terjadi karena pengaruh beberapa hormon pada ibu hamil menyebabkan resisten
terhadap insulin. Diabetes ini dapat ditemukan sekitar 2-5% dalam kehamilan.
Umumnya gula darah kembali normal bila sudah melahirkan, tetapi resiko ibu terkena
DM tipe II akan lebih besar (Smeltzer & Bare, 2002).
C. ETIOLOGI
DM tipe I di tandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor
genetik, imunologi yaitu adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing atau otoantibodi
terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen dan mungkin pula lingkungan
(misalnya, infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta sehingga
pankreas tidak dapat memproduksi insulin (Riyadi, 2008).
DM tipe 2 masih belum diketahui mekanisme yang tepat yang menyebabkan
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Faktor genetik diperkirakan memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin karena DNA pada orang DM akan ikut
diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin, selain itu
terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
DM tipe II antaralain usia, karena umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis
yang secara dramatis menurun dengan cepat pada usia 40 tahun, penurunan ini yang akan
beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin, umumnya
resistensi insulin cendrung meningkat pada usia di atas 65 tahun), obesitas, gaya hidup,
kelompok etnis, kebiasaan diet yang salah, kurang berolah raga, dan infeksi.
Diabetes gestasional disebabkan oleh hormon yang disekresikan plasenta dan
menghambat kerja insulin sehingga melahirkan bayi besar dengan berat badan bayi lebih
dari 4 kg (Smeltzer & Bare, 2002).
D. PERAN PERAWAT
Menurut Hutahaean (2010) peran adalah keadaan dari tingkah laku yang
diharapkan orang lain terhadap seseorang, sesuai dengan kedudukannya dalam suatu
lingkungan.
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan (Undang-Undang Kesehatan No.23,1992). Dalam Permenkes RI
No. 1239 tahun 2001, dijelaskan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri (Hidayat, 2007).
Peran perawat menurut Hidayat (2007), merupakan tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam sistem, dimana
dapat dipengaruhi oleh keadaaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi
keperawatan yang konstan. Peran perawat terdiri dari 8 elemen yaitu: Care giver (pemberi
asuhan keperawatan), Client advocate (pembela pasien), Counsellor (konselor), Edukator
(pendidik), Collaborator (kolaborasi), Coordinator (kordinator), Change agen
(pembaharu), dan Consultan (konsultan) (Hutahaean, 2010).
1. Peran Care giver (pemberi asuhan keperawatan)
Yaitu perawat sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada klien dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi: pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana dan tindakan
serta evaluasi keperawatan. Dalam hal ini perawat juga harus memperhatikan individu
atau klien sebagai mahluk yang holistik dan unik.
2. Peran Client advocate (pembela pasien)
Yaitu perawat sebagai pembela atau penghubung antara klien dengan tim kesehatan
lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela hak ataupun kepentingan
klien, dan membantu klien untuk memahami semua informasi dan upaya kesehatan
yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien.
3. Peran Edukator (pendidik)
Yaitu perawat membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan,
gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku
dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Peran Coordinator (kordinator)
Yaitu perawat memanfaatkan sumber-sumber dan potensi yang ada dan mengarahkan,
merencanakan serta mengorganisasikan pelayanan kesehatan dengan tim kesehatan
lain sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan pasien.
5. Peran Collaborator (kolaborasi)
Yaitu perawat bekerja sama dengan keluarga dan tim kesehatan yang terdiri dari
dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam
penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Peran Consultan (konsultan)
Yaitu perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan
yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan pasien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peran Change agen (pembaharu)
Yaitu perawat mengadakan inovasi atau pembaharuan kepada klien terhadap cara
berpikir, bersikap dan bertingkahlaku untuk meningkatkan keterampilan klien atau
keluarga untuk mencapai hidup yang sehat. Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan
dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perbaruan yang sistematis dan terarah
sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
A. TOPIK
Edukasi pasien mengenai Diabetes Milletus
B. SUB TOPIK
Pemberian edukasi pada pasien DM tentang pencegahan luka pada kaki dan senam kaki
DM
C. KELOMPOK
1. Sapna Luthfiyana
2. Taufiq Qurrahman
3. Diah Ayu Putri A.
4. Afninda Nafariska
5. Erneta Ismilania
6. Alifia Jaya Wandira
7. Muhamad Candra R.
D. TUJUAN UMUM
Untuk memberikan pendidikan kesehatan pada pasien
E. TUJUAN KHUSUS
- Pasien mengetahui tentang DM
- Pasien memahami tentang perawatan kaki pada DM
- Pasien dapat mempraktikan perawatan kaki di rumah
- Pasien dapat melakukan senam kaki DM
F. WAKTU
Rabu, 21 Agustus 2019
G. TEMPAT
Ruang Nakula 1 RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang
H. SETTING
Membagi tugas kepada masing-masing individu untuk melakukan tugasnya. 2 orang
mahasiswa melakukan pengkajian dan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga pasien.
3 orang menyiapkan media dan materi yang digunakan dalam melakukan pendidikan
kesehatan pada pasien dan keluarga pasien. 2 orang melakukan edukasi pada pasien dan
keluarga.
I. MEDIA/ALAT YANG DIGUNAKAN
Leaflet
J. PROSEDUR
Implementasi dilakukan di Ruang Nakula 1 RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Kota
Semarang pada tanggal 21 Agustus 2019. Pasien merupakan seorang wanita berusia 56
tahun yang menderita DM type II. Pada saat dikaji pasien mengatakan baru mengetahui
jika gula darahnya tinggi. Kemudian, pasien diberikan pendidikan kesehatan tentang DM
dan perawatan kaki untuk pencegahan luka pada penderita DM.
K. HASIL
Sebelum dilakukan Setelah dilakukan
Pasien
Pendidikan Kesehatan Pendidikan Kesehatan
Pasien dan keluarga pasien - Pasien dapat
mengatakan tidak menjelaskan tentang
mengetahui tentang DM dan DM
- Pasien dapat
Ny. P baru saja mengetahui ketika
menjelaskan tentang
dirawat di RS
perawatan kaki DM
- Pasien dapat melakukan
senam kaki DM
L. REFERENSI
Delamater, A.M. Improving Patient Adherence. Clinical diabetes journal. 2006; 24
(2): 71-77.
Fajrimi, Wahyu. 2013. Peran Perawat Dalam Pemberian Edukasi Pada Pasien DM
Tipe 2 Di RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi. FIK USU.
Sousa, V.D. & Zauszniewski, J.A. Toward A.Theory of Diabetes Self-Care
Management. The Journal of Theory Construction & Testing. 2005, 9 (2):61-67.
LAMPIRAN