Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatau atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI, 1998
dalam Kertamuda, 2009). Di berbagai belahan dunia dengan beragam budaya dan
system social keluarga merupakan unit social penting dalam bangunan
masyarakat. Keluarga merupakan warisan umat manusia yang terus
dipertahankan keberadaanya dan tidak lekang oleh perubahan zaman. Keluarga
merupakan tempat yang penting bagi perkembangan secara Kesehatan fisik,
emosi, spiritual dan sosial. Karena keluarga merupakan sumber bagi kasih
sayang, perlindungan, dan identitas bagi keberlangsunggan masyarakat dari
generasi ke generasi. Dari kajian lintas budaya ditemukan dua fungsi utama
keluarga, yakni internal memberikan perlindungan psikososial bagi anggotanya,
dan eksternal mentransmisikan nilai-nilai budaya pada generasi selanjutnya
(Munichin, 1974 dalam Sri lestari, 2016).

Salah satu masalah yang dapat mempengaruhi kesehatan keluarga


adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus merupakan salah satu masalah
kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas SDM. Diabetes Mellitus
merupakan penyakit kronis progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan
tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, mengarah
ke hiperglikemia (Black & Hawks, 2014). Salah satu penyebab Diabetes Mellitus
yaitu pola makan yang tidak sehat, seperti makanan yang banyak mengandung
kadar gula yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya kadar gula
darah. Gaya hidup yang tidak baik juga dapat menjadi pemicu Diabetes Mellitus
seperti jarang berolahraga, merokok, dan minum-minuman beralkohol. Untuk
dapat menanggulangi masalah tersebut dapat dilakukan dengan memberikan

1
2

asuhan keperawatan yang komprehensif dimana perawat mempunyai peranan


penting dalam pemberian asuhan keperawatan yaitu pada aspek promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Peran promotif dilakukan dengan
memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang cara mencegah
terjadinya Diabetes Mellitus dengan mengatur pola makan, olahraga yang cukup,
istirahat yang cukup, dan kontrol kadar gula darah secara berkala. Peran preventif
dilakukan dengan memberikan informasi kepada keluarga tentang makanan dan
minuman yang dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Peran kuratif
dengan mengajarkan keluarga cara membuat obat tradisional yang salah satunya
dengan meminum air rebusan daun salam dan berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat terapi Diabetes Mellitus guna menurunkan kadar gula dalam
darah. Peran rehabilitatif dengan menganjurkan kepada keluarga agar dapat
mengontrol kadar gula secara teratur, menjaga lingkungan yang aman seperti
tidak ada benda tajam di lantai, keluar rumah memakai alas kaki, menjaga berat
badan agar tidak obesitas dan berolahraga secara teratur serta pengaturan pola
makan. (Mega & Lucia, 2018).

Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak


memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur glukosa
darah. Hiperglikemia, yang juga disebut peningkatan glukosa darah atau
peningkatan gula darah, adalah efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol
dan dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem
tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah. Pada tahun 2014, 8,5% orang
dewasa berusia 18 tahun ke atas mengidap diabetes. Pada tahun 2019, diabetes
merupakan penyebab langsung dari 1,5 juta kematian dan 48% dari semua
kematian akibat diabetes terjadi sebelum usia 70 tahun. Sebanyak 460.000
kematian akibat penyakit ginjal disebabkan oleh diabetes, dan peningkatan
glukosa darah menyebabkan sekitar 20% kematian akibat kardiovaskular (1).
Antara tahun 2000 dan 2019, terdapat peningkatan 3% dalam angka kematian
3

berdasarkan usia akibat diabetes. Di negara-negara berpenghasilan menengah


ke bawah, angka kematian akibat diabetes meningkat 13%. Sebaliknya,
kemungkinan kematian akibat salah satu dari empat penyakit tidak menular
utama (penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis, atau
diabetes) antara usia 30 dan 70 tahun menurun 22% secara global antara tahun
2000 dan 2019. (WHO, 2019).
Penderita diabetes meningkatkan risiko terjadinya penyakit lain seperti
jantung, gangguan sistem kardiovaskular, obesitas, katarak, gangguan ereksi,
penyakit hati, kanker, dan penyakit infeksi serta dapat mempengaruhi seluruh
aspek kehidupan penderitanya dan memiliki peningkatan risiko terjadinya
komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, neuropati di kaki yang dapat
meningkatkan kejadian ulkus kaki infeksi bahkan keharusan untuk amputasi,
retinopati, gagal ginjal dan dapat mengancam jiwa bahkan kematian apabila
tidak segera ditangani dan dilakukan pengontrolan yang tepat (Mane et al.
2012, Pasquel dan Umpierrez 2014, Rhee dan Kim 2015, Asmat et al. 2016,
Kabel et al. 2017, Goguen dan Gilbert 2018, WHO 2019, Hardianto, 2021).

Peran perawat merupakan bagian penting dalam penanganan diabetes.


Tanpa adanya perawat, penanganan maupun pengobatan penyakit ini akan
terasa sulit. Mulai dari melakukan pencegahan,  hingga pengobatan kepada
penderita merupakan tugas tenaga medis untuk memberikan perhatian kepada
pasiennya. Peran perawat kuratif yang dapat dilakukan perawat adalah
melakukan perawatan luka dan tindakan kolaborasi dengan memberikan OAD
(Obat Antidiabetik) dan terapi insulin. Peran perawat dalam rehabilitatif dengan
memperhatikan 3J yaitu mengatur tepat jumlah kalori dan zat gizi, memilih
tepat jenis bahan makanan, mengatur tepat jadwal makan, olahraga dan
perawatan kaki (foot care). Diabetes mellitus jika tidak ditangani akan
menyebabkan beberapa komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut yang
terjadi pada pasien dengan diabetes melitus adalah ketoasidosis diabetic,
hipoglikemia, dan hiperglikemia, sedangkan komplikasi kronis yang terjadi,
seperti: hipertensi, penyakit arteri coroner, stroke, nefropati diabetic, retinopati
4

diabetic. Karena beratnya komplikasi yang ditimbulkan dan tingginya


prevalensi angka kematian dari diabetes mellitus maka dibutuhkan peran
perawat secara komprenshif dalam memberikan asuhan keperawatan melalui
peran promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Peran perawat dalam
promotif dengan melakukan penyuluhan kesehatan mengenai pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, akibat lanjut, pencegahan dan perawatan dari
diabetes mellitus, sehingga mencegah bertambahnya penderita diabetes melitus.
Peran perawat dalam preventif adalah untuk mereka yang sudah mengalami
diabetes melitus tetapi jangan sampai timbul komplikasi yaitu dengan
memberikan edukasi tentang komplikasi yang dapat timbul dan bagaimana
mencegah komplikasi dengan cara mengurangi makanan berkabohidrat tinggi,
rutin olahrga, hindari merokok, dengan ketidakmampuan tubuh untuk
melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, protein, mengarah ke
hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi) (Black and Hawk, 2014)
Kemudian mengatasi dampak dengan cara memberikan asuhan
keperawatan keluarga, memberikan informasi yang tepat pada pasien diabetes
melitus tentang penyakit diabetes melitus , memberikan pendidikan kesehatan
terkait pencegahan pengobatan ke pasien dan memberikan pendidikan
kesehatan dengan cara memeberikasn asuhan keperawatan , diagnose
keperawatan, intervensi keperawatan , implementasi keperawatan, evaluasi
keperawatan. Sesuai dengan uraian di atas penulis ingin melakukan studi kasus
yang diberi judul ’’Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Dengan Individu
yang Menderta Diabetes Melitus (DM) Dengan Tahap Perkembangan
Anak Putri Menikah Di Wilayah Kerja Puskesmas Jakarta Selatan’’

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan


asuhan keperawatan Pada Keluarga Dengan individu yang menderita Diabetes
Melitus (DM) Dengan Tahap Perkembang Anak Putri Menikah Di desa
5

Wilayah Kerja Puskesmas Jakarta selatan”

1.3 Tujuan Studi Kasus

1.3.1 Tujuan umum

Mampu melakukan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga


dengan individu yang menderita diabetes melitus di wilayah kerja
Puskesmas Jakarta selatan

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mampu melakukan proses pengkajian keperawatan keluarga


dengan individu yang menderita diabetes melitus di wilayah
kerja Puskesmas Jakarta Selatan.

2. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada keluarga


dengan individu yang menderita diabetes melitus di wilayah
kerja Puskesmas Jakarta Selatan.

3. Mampu menetapkan intervensi keperawatan pada keluarga


dengan individu yang menderita diabetes melitus di wilayah
kerja Puskesmas Jakarta Selatan.

4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada keluarga


dengan individu yang menderita diabetes melitus di wilayah
kerja Puskesmas Jakarta Selatan.
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga dengan
individu yang menderita diabetes melitus di wilayah kerja
Puskesmas Jakarta Selatan.

1.4 Manfaat studi kasus


1.4.1 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan
dan pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan asuhan keperawatan
pada keluarga dengan masalah diabetes melitus.
6

1.4.2 Bagi Petugas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Jakarta


Selatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan bagi
petugas kesehatan dalam memberikan dan melakukan pelayanan asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah diabetes melitus.
1.4.3 Bagi Instuti Pendidikan
Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan sumber
pembelajaran khususnya bagi jurusan keperawatan poltenik karya
husada depok dalam proses penerapan asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah diabetes melitus.
1.4.4 Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan wawasan
bagi keluarga dalam menerapkan atau melakukan asuhan keperawatan
pada anggota keluarga dengan masalah penyakit diabetes melitus.
1.4.5 Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
mengembangkan hasil penelitian sebelumnya khususnya dalam
melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah penyakit
diabetes melitus.

1.5 Ruang lingkup

Asuhan Keperawatan pada Keluarga Dengan individu yang


menderita Diabetes Melitus (DM) Dengan Tahap Perkembangan Anak Putri
Menikah Di Desa Wilayah Kerja Puskesmas Jakarta Selatan Dari Tanggal 27
Maret – 1 April 2023
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Definisi
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga
"kulawarga" yang berarti "anggota atau kelompok kerabat". Keluarga
adalah lingkungan di mana ada beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah, bersatu. Keluarga inti (nuclear family) terdiri dari
ayah, ibu, dan anak-anak mereka. Adapun keluarganon-inti atau yang
dikenal dengan keluarga luas (extentended family) yaitu keluargayang
terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek, nenek yang
samatermasuk dari keturunan masing-masing isteri dan suami, keluaraga
satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai suatu
kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan
darah, ikatan perkawinan atau lainya, dan tinggal bersama keluarga yang di
pimpin oleh seorang kepala keluarga (Adi, 2022).
Keluarga ialah ikatan antara dua orang atau lebih dan akan
memiliki hubungan termasuk ayah, ibu dan anak-anak, menetap serumah.
Keluarga adalah kelompok kecil yang anggotanya memiliki kontak pribadi
secara teratur. Keluarga adalah lembaga pendidikan tertua, informal dan
alami, orang tua adalah pendidik dan anak adalah siswa (Wahid &
Halilurrahman, 2019).
Keluarga yakni gabungan sederhana meliputi dua orang atau lebih
yang berbagi jejaring sosial. Jaringan sosial yang relevan adalah hubungan,
kekerabatan, perkawinan dan adopsi. Definisi ini menunjukkan bahwa
keluarga menganggap perkawinan, hubungan darah dan adopsi sebagai
ikatan keluarga. (Wiratri, 2018)

7
8

2.1.2 Tipe Keluarga

Menurut (Setyowati dan Murwani, 2018) Keluarga membutuhkan


layanan kesehatan untuk berbagai gaya hidup. Dengan perkembangan
masyarakat, jenis keluarga juga akan berkembang. Untuk melibatkan
keluarga dalam meningkatkan kesehatan, maka kita perlu memahami
semua tipe dalam keluarga.
1. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang di
peroleh dari keturunan nya atau adopsi atau keduanya
2. Keluarga besar (extended family)
Keluarga inti di tambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi),
anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun
hasil perkawinan baru.
3. Middle age
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah kedua-duanya
bekerja rumah, anak- anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah atau perkawinan atau meniti karir.
4. Dyadic nuclear
Keluarga yang sudah berumur dan tidak mempunyi anak,
keduanya salah satu bekerja diluar rumah.
5. Singleparent
Satu orang tua sebagian akibat perceraian atau kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah diluar
rumah.
6. Duelcarier
Suami istri atau keduanya berkarir dan tanpa anak.
7. Commutermarid
Suami/istri keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada
9

jarak tertentu,keduanya saling mencari pada waktu-waktu


tertentu.
8. Singleadult
Wanita atau pria dewasa yang tinggl sendiri yang tidak adanya
keinginan untuk menikah.
9. Thereegeneration
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
a) Institutional
Anak-anakatau orang-orangdewasa tinggal dalam satupanti
b) Communal
Satu rumah terdiri atas dua lebih pasangan yang monogami
dengan anak- anaknyadan bersama-sama dalam penyedian
fasilitas.
c) Groupmarriage
Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya dalam
satu kesatuankeluarga dan tiap individu adalah ,menikah dengan
yang lain dan semua adalahorangtua dari anak-anak.
d) Ummeridparent and chil
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dihendaki/anakdiadopsi
e) Cohibingcouple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan

2.1.3 Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut (Salamung et al., 2021) dalam buku (Renteng & Simak, 2021):
1. Tahap perkembangan 1 keluarga pasangan baru pembentukan
pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru dengan
pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim
yang baru.Tahapini juga disebut tahap pernikahan.Pasangan yang baru
menikah,saat ini membuat porsi rumah tangga menjadi lebih kecil dari
pada beberapa decade sebelumnya.Tugas perkembangan keluarga pada
10

tahap ini antaralain:


a. Membentuk pernikahan yang memuaskan bagi kedua belah pihak
b. Berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan
c. Merencanakan sebuah keluarga
2. Tahap II childbearing family, dimana tahap-tahap II mulai dengan
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan.
Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam
siklus kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama, keluarga
menjadi kelompok trio, membuat sistem yang permanen pada keluarga
untuk pertama kalinya.Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
antara lain :

a. Membentuk keluarga muda sebagai suatu unit yang stabil

b. Memperbaiki hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas


perkembangan dan kebutuhan berbagai anggota keluarga

c. Memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan menambah


peran menjadi orangtua

d. Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan


3. Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah, dimana ahapan ketiga
siklus kehidupan keluarga di mulai ketika anak pertama berusia2
tahunke4 hidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2 ½
tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat
terdiri dari tiga sampai lima orang. Tugas perkembangan pada tahap
ini antara lain:
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan rumah,
ruang privasi dan keamanan yang memadai
b. Mensosialisasikan anak
c. Mengintegiasikan anak kecil sebagai anggota keluarga baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain
d. Mempertahankan hubungan yang sehat didalam keluarga
11

4. Tahap IV keluarga dengan anak sekolah, dimana tahap ini mulai ketika
anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh,biasanya pada
usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitarusia
13tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga
maksimal dan hubungan keluarga pada akhir tahap ini juga maksimal.
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
a. Mensosialisasi kan anak-anak, termasuk meningkatkan
prestasi sekolah dan membantu hubungan anak-anakyang
sehat dengan teman sebaya
b. Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
5. Tahap V keluarga melepaskan anak dewasa muda, dimana permulaan
fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama
dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosong nya rumah”, ketika
anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup
singkat atau cukup lama,bergantung pada jumlah anak dalam keluarga.
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
a. Melanjutkan untuk memperbarui dan menyelesaikan
kembali hubungan pernikahan
b. Membantu orangtua suami dan istri yang sudah menua dan sakit
c. Memperluaslingkarankeluargaterhadapanakdewasamuda
6. Tahap VI orangtua paruh baya, dimana tahap dari siklus kehidupan
keluarga,merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai
ketika anak berakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan
pension atau kematian salah satu pasangan. Tahap perkembangan pada
tahap ini antara lain:
a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan

b. Memperkuat hubungan pernikahan


7. TahapVII keluarga lansia dan pensiunan, diman tahap terakhir siklus
12

kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu atau kedua


pasangan,berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan,dan
berakhir dengan kematian pasangan yang lain. Tahap perkembangan
pada tahap ini antara lain:
a. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan
b. Menyesuaikan terhadap penghasilan yang berkurang
c. Mempertahankan hubungan kehilangan pasangan
d. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
b. e)Melanjutkan untuk merasionalisasi kehilangan keberadaan
anggota keluarga.

2.1.4 Tugas Keluarga


Tugas keluarga dalam Kesehatan adalah kesangguapan keluarga
melaksanakan tugas Kesehatan keluarga dapat di lihat dari lima tugas
Kesehatan yang dilaksanakan dibidang kesehtan tersebut meliputi
mengenal masalah Kesehatan keluarga, mengambil keputusan meneganai
Tindakan Kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang
mengalami gangguan Kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga
untuk menjamin Kesehatan keluarga dan meanfaatkan fasilitas pelayanan
Kesehatan di wilayah sekitarnya bagi keluaraga (Setyowati, 2016).
2.1.5 Fungsi Kesehatan Keluarga
Menurut (Fatimah, 2015) fungsi kesehatan keluaraga menjadi 5 fungsi
yaitu:
1. Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial.
2. Fungsi Sosialisasi adalah proses pengembangan dan perubahan yang
dilalu individu, yang menghasilkan interaksi social. Sosialisasi dimulai
sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap
ayah, ibu, dan orang-orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak
13

balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar


meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam
bersosialisasi.
3. Fungsi reproduksi, dimana keluarga berfungsi untuk meneruskan
keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan
suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis
pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.

4. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi


kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan,
pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat
dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini
menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
5. Fungsi perawatan Kesehatan, dimana keluarga juga berperan atau
berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk
mencegah terjadinya gangguan kesehatan atau merawat anggota
keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan
keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihatdari tugas
kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan.

2.2 Konsep Penyakit Diabetes Melitus


2.2.1 Definisi
Diabetes Melitus (DM) atau diabetes merupakan penyakit
kelainan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa
yang tinggi dalam darah) karena kekurangan insulin, resistensi insulin atau
keduanya (Piero et al. 2014, Harikumar et al. 2015, Kharroubi dan Darwish
14

2015, Punthakee et al. 2018). Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh
sel
pankreas untuk mengontrol glukosa darah melalui pengaturan penggunaan
dan penyimpanan glukosa (Gupta et al. 2015, Asmat et al. 2016).
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang berbahaya,
karena dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan jaringan,
organ, disfungsi mata, ginjal, sistem saraf, dan pembuluh darah (Piero et al.
2014, Harikumar et al. 2015, Asmat et al. 2016). Prevalensi diabetes terus
meningkat sehingga berdampak pada kehidupan dan kesejahteraan
individu, keluarga, dan masyarakat di seluruh dunia. DM termasuk 10
besar penyakit penyebab kematian pada orang dewasa. (Duan et al. 2014,
Wu et al. 2014, Saeedi et al. 2019).
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang
mengatur glukosa darah. (WHO, 2019).
2.2.2 Etiologi Diabetes Melitus (DM)
Data-data yang digunakan penulis sebagai acuan estimasi jumlah penderita
Diabetes Melitus (DM) secara global :
2.1 Tabel Penderita Diabetes Melitus
15

Sumber : International Diabetes Federation, 2021.


Diabetes Melitus (DM) menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan
jumlah penderitanya terus meningkat (Tabel 1) Berikut ini, penduduk di
dunia menderita DM pada tahun 2000 dengan jumlah penderita diabetes
melitus sebanyak 151.000 Penduduk, pada tahun 2011 meningkat menjadi
366.000 penduduk, tahun 2021 meningkat menjadi 536.600 dan di estimasi
kan dengan beberapa penelitan pengumpulan dan di estimasi penderita
diabetes melitus meningkat sebanyak 642.800 pada tahun 2030 dan
783.700 pada tahun 2040 penduduk di dunia. Diabetes menyebabkan
kematian 4 juta orang setiap tahunnya dan International Diabetes
Federation (IDF) memperkirakan bahwa biaya perawatan kesehatan global
tahunan untuk diabetes sebesar $ 850 miliar pada tahun 2017. Efek diabetes
selain berpengaruh pada individu juga mempengaruhi keluarga dan
masyarakat sekitar serta sosial-ekonomi yang luas, terutama di negara-
negara berpenghasilan rendah dan menengah (Setty et al. 2016, WHO
2019).
Menurut (Hardianto, 2021) Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara relative maupun absolut.
Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu:
1. Rusaknya sel-sel beta pranceas pengaruh dari luar yang di sebbakan
oleh
16

( Virus,Zatkimia,dll )
2. Desensitasi atau penurunan resep torglukosa pada kelenjar pancreas
3. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.

2.2.3 Klasifikasi
Klasifikasi Menurut Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di
Indonesia (2006):
a. DM type-1 DM type-1 ini disebabkan oleh karena adanya proses
autoimun / idiopatik yang menyebabkan defisiensi insulin absolut.
b. DM type-2 DM type-2 ini bervariasi, mulai dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin.

c. Tipe lain:
1. Defek genetik fungsi sel beta.
2. Defek genetik kerja insulin.
3. Penyakit eksokrin pancreas.
4. Endokrinopati.
5. Karena obat atau zat kimia.
6. Infeksi.
7. Sebab imunologi yang jarang.
8. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.
d. DM Gestasional

2.2.4 Faktor Risiko


Diabetes sering disebabkan oleh faktor genetik dan perilaku atau
gaya hidup seseorang. Selain itu faktor lingkungan sosial dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan juga menimbulkan penyakit diabetes dan
komplikasinya. Diabetes dapat memengaruhi berbagai sistem organ tubuh
manusia dalam jangka waktu tertentu, yang disebut komplikasi.
Komplikasi diabetes dapat dibagi menjadi pembuluh darah mikrovaskular
17

dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler termasuk kerusakan sistem


saraf (neuropati), kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan kerusakan mata
(retinopat) (Rosyada, 2013).
Faktor risiko kejadian penyakit diabetes melitus tipe 2 antara lain
usia, aktivitas fisik, terpapar asap, indeks massa tubuh (IMT), tekanan
darah, stres, gaya hidup, adanya riwayat keluarga, kolesterol HDL,
trigliserida, DM kehamilan, riwayat ketidaknormalan glukosa dan kelainan
lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2012) menyatakan
bahwa riwayat keluarga, aktivitas fisik, umur, stres, tekanan darah serta
nilai kolesterol berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2, dan orang yang
memiliki berat badan dengan tingkat obesitas berisiko 7,14 kali terkena
penyakit DM tipe dua jika dibandingkan dengan orang yang berada pada
berat badan ideal atau normal.
Gejala dari penyakit DM yaitu antara lain:
1. Poliuri (sering buang air kecil) Buang air kecil lebih sering dari
biasanya terutama pada malam hari (poliuria), hal ini dikarenakan
kadar gula darah melebihi ambang ginjal (>180mg/dl), sehingga gula
akan dikeluarkan melalui urine. Guna menurunkan konsentrasi urine
yang dikeluarkan, tubuh akan menyerap air sebanyak mungkin ke
dalam urine sehingga urine dalam jumlah besar dapat dikeluarkan dan
sering buang air kecil. Dalam keadaan normal, keluaran urine harian
sekitar 1,5 liter, tetapi pada pasien DM yang tidak terkontrol, keluaran
urine lima kali lipat dari jumlah ini. Sering merasa haus dan ingin
minum air putih sebanyak mungkin (poliploidi). Dengan adanya
ekskresi urine, tubuh akan mengalami dehidrasi atau dehidrasi. Untuk
mengatasi masalah tersebut maka tubuh akan menghasilkan rasa haus
sehingga penderita selalu ingin minum air terutama air dingin, manis,
segar dan air dalam jumlah banyak.
2. Polifagi (cepat merasa lapar) Nafsu makan meningkat (polifagi) dan
merasa kurang tenaga. Insulin menjadi bermasalah pada penderita DM
18

sehingga pemasukan gula ke dalam sel-sel tubuh kurang dan energi


yang dibentuk pun menjadi kurang. Ini adalah penyebab mengapa
penderita merasa kurang tenaga. Selain itu, sel juga menjadi miskin
gula sehingga otak juga berfikir bahwa kurang energi itu karena
kurang makan, maka tubuh kemudian berusaha meningkatkan asupan
makanan dengan menimbulkan alarm rasa lapar.
3. Berat badan menurun Ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energi
yang cukup dari gula karena kekurangan insulin, tubuh akan bergegas
mengolah lemak dan protein yang ada di dalam tubuh untuk diubah
menjadi energi. Dalam sistem pembuangan urine, penderita DM yang
tidak terkendali bisa kehilangan sebanyak 500 gr glukosa dalam urine
per 24 jam (setara dengan 2000 kalori perhari hilang dari tubuh).
Kemudian gejala lain atau gejala tambahan yang dapat timbul yang
umumnya ditunjukkan karena komplikasi adalah kaki kesemutan,
gatal-gatal, atau luka yang tidak kunjung sembuh, pada wanita kadang
disertai gatal di daerah selangkangan (pruritus vulva) dan pada pria
ujung penis terasa sakit (balanitis) (Simatupang, 2017).

2.2.5 Komplikasi
Berkurangnya sekresi insulin dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein mengakibatkan komplikasi DM.
Pengontrolan kadar glukosa darah pada penderita diabetes dapat mencegah
terjadinya komplikasi (Chatterjee dan Davies 2015, Allen dan Gupta 2019).
Komplikasi diabetes akan meningkatkan morbilitas dan kematian
(Papatheodorou et al. 2016). Beberapa komplikasi penyakit akibat DM, di
antaranya adalah penyakit kardiovaskular, gangguan ginjal, peradangan,
dan obesitas. Studi epidemiologis menunjukkan bahwa jenis kelamin, usia,
dan latar belakang etnis merupakan faktor penting dalam perkembangan
komplikasi DM. Penderita diabetes memiliki risiko komplikasi yang
menyebabkan terjadinya kematian (Olokoba et al. 2012).
Secara umum komplikasi yang terjadi dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
19

1) komplikasi akut metabolik, berupa gangguan metabolit jangka pendek


seperti hipoglikemia, ketoasidosis, dan hiperosmolar; dan
2) komplikasi lanjut, komplikasi jangka panjang yang mengakibatkan
makrovaskular (penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah
perifer dan stroke), mikrovaskular (nefropati, retinopati dan neuropati),
dan gabungan makrovaskular dan mikrovaskular (diabetes kaki).
Penyebab kematian pada orang tua penderita diabetes akibat degradasi
makrovaskular lebih banyak dibandingkan dengan mikrovaskular
(Mane et al. 2012, Pasquel dan Umpierrez 2014, Rhee dan Kim 2015,
Asmat et al. 2016, Kabel et al. 2017, Goguen dan Gilbert 2018).

2.2.6 Penatalaksanaan
1. Edukasi DM tipe-2 umumnya terjadi dikarenakan adanya pola gaya hidup
dan perilaku yang sudah terbentuk secara mapan. Untuk menuju adanya
perubahan perilaku seperti merokok dan minum minuman beralkohol
diperlukan partisipasi aktif pasien,keluarga, lingkungan. (Saraswati,
2020)
2. Terapi Gizi Medis Terapi Gizi Medis merupakan bagian dari
penatalaksanaan diabetes secara total, agar dapat berhasil Terapi Gizi
Medis memerlukan keterlibatan menyeluruh dari anggota (dokter, ahli
gizi, petugas kesehatan, dan pasien itu sendiri). Setiap penderita diabetes
sebaiknya mendapat Terapi Gizi Medis sesuai dengan kebutuhan agar
sasaran terapi dapat tercapai.Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah
makanan, terutama mereka yang menggunakan obat penurun glukosa
darah atau insulin (Yunir & Soebardi, 2017).
a. Pengaturan Diet Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan
penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat,protein dan
lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:
a) Karbohidrat : 60-70%
20

b) Protein : 10-15%
c) Lemak : 20-25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres
akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai
dan mempertahankan berat badan ideal.Penurunan berat badan telah
dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons
sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian
dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar
HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM),
dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4
bulan tambahan waktu harapan hidup.Selain jumlah kalori, pilihan jenis
bahan makanan juga sebaiknya diperhatikan. Masukan kolesterol tetap
diperlukan, namun jangan melebihi 300 mg per hari. Sumber lemak
diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih
banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai
sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging
dada), tahu dan tempe, karena idak banyak mengandung lemak. Masukan
serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25 g
per hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak,
makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat
membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa
risiko masukan kalori yang berlebih. Disamping itu makanan sumber
serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya kaya akan vitamin
dan mineral (Depkes, 2019).
3. Latihan Jasmani Manfaat latihan jasmani bagi para penderita diabetes
antara lain meningkatkan kebugaran tubuh, meningkatkan penurunan
kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam
mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan
lemak darah, meningkatkan kadar kolesterol HDL, meningkatkan
sensitivitas reseptor insulin, menormalkan tekanan darah, serta
21

meningkatkan kemampuan kerja. perilaku pengendalian kadar gula darah


yang baik, seperti terapi nutrisi medis, olahraga, maupun obat-obatan
dapat mencegah atau menunda terjadinya komplikasi (Mihardja,
2018) .Pada saat seseorang melakukan latihan jasmani, pada tubuh akan
terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh oleh otot yang aktif dan
terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi
sirkulasi,metabolisme, dan susunan saraf otonom. Dimana glukosa yang
disimpan dalam otot dan hati sebagai glikogen, glikogen cepat diakses
untuk dipergunakan sebagai sumber energi pada latihan jasmani terutama
pada beberapa atau permulaan latihan jasmani dimulai. (Boule et al.,
2019).

2.3 Konsep Dasar Asuh Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
Menurut (Mega & Harcia, 2018) Pengkajian adalah suatu tahapan ketika
perawat mengumpulkan informasi tentang keluarga yang dibinanya.
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga, cara pengumpulan data tentang keluarga dapat dilakukan dengan
2 tahap penjajakan yaitu:
1. Penjajakan tahap 1 meliputi nama kepala keluarga (KK), usia, alamat
dan telepon, pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga,
komposisi keluarga, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial
ekonomi keluarga, aktivitas rekreasi keluarga. Riwayat dan tahap
perkembangan keluarga mencakup tahap perkembangan keluarga saat
ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat
keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya. Pengkajian lingkungan
mencakup karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas di
RT dan RW, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dari
interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga.
Struktur keluarga mencakup pola komunikasi keluarga, struktur
22

kekuatan keluarga, struktur peran, nilai atau norma budaya. Fungsi


keluarga mencakup fungsi afektif fungsi sosialisasi, fungsi perawatan
kesehatan, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi.Stress dan koping
mencakup stressor jangka pendek dan panjang, kemampuan keluarga
berespon terhadap situasi / stressor, strategi adaptasi disfungsional.
Pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan fisik dilakukan pada semua
anggota keluarga.
2. Penjajakan tahap 2 meliputi merupakan pengumpulan data – data yang
berkaitan dengan fungsi perawatan kesehatan meliputi kemampuan
keluarga dalam mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk merawat anggota keluarga yang sakit, mengambil keputusan
untuk merawat anggota keluarga yang sakit,merawat anggota keluarga
yang sakit, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan ialah evaluasi ilmiah dari tanggapan pasien tentang
penyakit kesehatan aktual alias cara potensial atau proses kehidupan yang
dialami. (PPNI, 2017). Masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada keperawatan keluarga menurut (SDKI 2017), diantaranya
sebagai berikut:
1. Ketidakstabilan Kadar Gula Darah b/d Disfungsi pankreas / Resistensi
Insulin (D.0027)
2. Risiko Infeksi b/d Penyakit Kronis (Diabetes Melitus) (D.0142)
3. Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Hiperglikemia (D.0009)
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (D.0111)
5. Managemen kesehatan keluarga tidak efektif (D.0115)

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Salah satu faktor utama penyebab DMT2 adalah obesitas.
Pencegahan dan pengobatan obesitas dapat mencegah terjadinya DMT2
23

(Bolla et al. 2015, Kabel et al. 2017). Penggunaan obat-obatan dan operasi
bariatrik pada penderita obesitas dapat mengurangi terjadinya DMT2
(Aktar et al. 2017, Akcay et al. 2019).
Obat-obatan untuk obesitas seperti: orlistat, sibutramin, lorkaserin,
fentermin, bupropion dan naltrekson. Orlistat mempunyai mekanisme kerja
berikatan dengan lipase sehingga menghambat aktivitas lipase hingga 30%.
Hasil uji klinis orlistat menurunkan 3 kg atau 3% dibandingkan dengan
plasebo. Mekanisme kerja sibutramin melaluI penghambatan norepinefrin
dan serotonin. Obat ini dapat menurunkan 5 kg atau 4% dibandingkan
dengan plasebo. Lorkaserin merupakan agonis reseptor serotonin 2C
dengan efek hipofagia (meningkatnya rasa kenyang). Obat ini mampu
menurunkan berat badan sampai 5% setelah 12 minggu pemakaian.
Fentermin merupakan agonis norepinefrin yang mempunyai mekanisme
kerja menekan nafsu makan pada sistem saraf pusat. Kombinasi bupropion
dan naltrekson dapat menurunkan berat badan. Bupropion merupakan
inhibitor nonselektif terhadap dopamin dan norepinefrin, sedangkan
naltrekson merupakan antagonis reseptor opioid. Kombinasi obat ini dapat
menstimulasi pelepasan melanosit hormon sehingga dapat menekan rasa
lapar dan mengontrol berat badan (Aktar et al. 2017). Operasi bariatrik
adalah operasi mengubah sistem pencernaan sehingga mengurangi
penyerapan makanan. Operasi ini terbukti efektif menurunkan berat badan
dan meningkatkan kontrol kadar glukosa darah (Akcay et al. 2019).

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi menuju status kesehatan yang baik/optimal.
Pelaksanaan tindakan merupakan realisasi dari rencana/intevensi
keperawatan yang mencakup perawatan langsung atau tidak langsung.
Perawatan langsung adalah tindakan yang diberikan secara langsung
kepada klien, perawat harus berinteraksi dengan klien, ada pelibatan aktif
24

klien dalam pelaksanaan tindakan. Contoh: perawat memasang infus,


memasang kateter, memberikan obat dsb. Sedangkan perawatan tidak
langsung adalah tindakan yang diberikan tanpa melibatkan klien secara
aktif misalnya membatasi jam kunjung, menciptakan lingkungan yang
kondusif, kolaborasi dengan tim kesehatan. (Nunung, 2021).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan
keluarga. Evaluasi merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan
dapat tercapai sesuai yang ditetapkan dalam tujuan di rencana perawatan.
Apabila setelah dilakukan evaluasi tujuan tidak tercapai maka ada beberapa
kemungkinan yang perlu ditinjau kembali seperti tujuan tidak realistis,
tindakan keperawatan tidak tepat, dan faktor-faktor lingkungan yang tidak
dapat diatasi. Metode evaluasi keperawatan terbagi menjadi evaluasi
formatif (proses) dan evaluasi sumatif (hasil).
2.3.6 Penelitian Terkait Diabetes Melitus (DM)
Data subyektif yang ditemukan pada Tn. J meliputi keluarga
mengatakan Tn. J sudah mempunyai penyakit Diabetes Mellitus sejak 6
bulan yang lalu, Tn. J sudah mengetahui tanda dan gejala serta penyebab
Diabetes Mellitus tetapi masih kurang. Tn. J mengatakan tanda dan gejala
dari Diabetes Mellitus yaitu hanya mudah lelah, penyebab Diabetes
Mellitus Tn. J mengatakan sering makan makanan yang manis, keluarga
mengatakan Tn. J ketika kadar gula darah tinggi hanya menjaga pola
makan dan tidak perlu minum obat dari puskesmas dan cukup minum obat
warung, keluarga mengatakan Tn. J sudah mengurangi jumlah nasi yang di
makan, dan memakan nasi yang sudah dingin atau nasi kemarin, keluarga
sudah mengetahui lingkungan yang baik untuk penyakit Diabetes Mellitus
tetapi masih kurang, Tn. J mengatakan nafsu makan menurun karena ingin
mengontrol kadar gula dan Tn. J mengatakan BB menurun 2 kg dari 44 kg
menjadi 42 kg sejak 6 bulan terakhir. Sedangkan data objektif yang
ditemukan pada Tn.K meliputi terlihat lemas saat berdiri, Pada tanggal 01
25

November 2022, dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu dengan hasil


438 mg/dl dan tanggal 02 November 2022 dilakukan pemeriksaan gula
darah puasa dengan hasil 271 mg/dl. Data subyektif pada Ny.I meliputi
keluarga mengatakan Ny. I baru mengetahui tekanan darah tinggi pada saat
di periksa pada tanggal 01 November 2022, tidak mengetahui tanda dan
gejala dan penyebab dari tekanan darah tinggi (Hipertensi), tidak
mengetahui akibat lanjut dari hipertensi, Ny. I mengatakan penyakitnya
tidak perlu segera ditangani karena tidak ada keluhan dan tidak parah, tidak
pernah minum obat hipertensi dan keluarga tidak tau bagaimana cara
merawat anggota keluarga dengan Hipertensi, tidak mengetahui lingkungan
yang baik untuk penyakit Hipertensi.
AB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yakni ide pemungutan, penilaian, serta kajian informasi,
beralaskan masalah observasi pada penelitian dan segala cara dibutuhkan
persiapan serta penerapan observasi (Warshawsky & Paul, 2019). Riset tersebut
memakai tipe case study (studi kasus). Studi kasus merupakan strategi yang
mendalam, mendetail, dan mendalam terhadap fakta tertentu. Studi kasus ialah
satu gambaran pengkajian, alias analisis akan persoalan spesifik, dengan tujuan
individu atau kelompok (Nursalam, 2016).

3.2 Subjek Penelitian


Subjek studi kasus yang akan dipakai di pemerikasaan keperawatan adalah
pribadi, kerabat, serta ahli gerontologi yang kasusnya akan diulas secara detail
dan mendalam. Subjek penelitian yang akan di teliti terdiri dari 2 kasus keluarga
dengan diabetes melitus di wilayah Jakarta Selatan dengan waktu selama 1
minggu dengan minimal 3 kali pertemuan.

3.3 Batasan Ilmiah


Untuk mencegah berbagai kesalahan dalam memahami judul penelitian, maka
peneliti menyertakan batasan istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Asuhan keperawatan adalah suatu aktivitas yang dilakukan mulai dari
pengkajian hingga evaluasi sebagai kompetensi yang harus dikuasai seorang
perawat dalam menjalankan tugas dan kewajibannya berdasarkan standar
ilmu keperawatan

26
27

2. Klien
Klien adalah seseorang dalam kondisi sehat maupun sakit yang diberikan
pelayanan baik berupa jasa maupun peralatan ketika menjalankan proses
keperawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain
3. Keluarga anak putri menikah
Dalam tahap perkembangan pada keluarga anak putri menikah ini adalah
dimana pasangan suami istri mengalami perubahan kesehatan faktor usia
yang masih deawasa sehingga bertugas untuk saling merawat dan
mempertahankan hubungan baik dengan anak ataupun sosial masyarakat
4. Diabetese Melitus
DM adalah merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, sehingga
terjadi abnormalitas metabolisme karbohidra, lemak, dan protein (Marlinda,
2021).

3.4 Lokasi Waktu Dan penelitian


1. Lokasi
Lokasi penelitian akan pengambilan data di lakukan di wilayah kerja Jakarta
selatan.
2. Waktu
Lamanya proses pengambilan data di laksanakan mulai Bulan Maret 2023.

3.5 Etik Penelitian


Etik penelitian menggambarkan aspek-aspek etik yang dipergunakan dan
menjadi pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien
sampai dengan proses dokumentasi yang dilakukan. Beberapa prinsip etika yang
digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan adalah voluntary (keikhlasan),
confidentialy (karahasiaan), informed consenst (persetujuan). (Ilkafah, 2021).
28

3.6 Metode Penelitian


1. Metode pengumpulan data
a) Wawancara
Wawancara adalah metode hubungan antarpribadi yang memiliki arah
dan akan ditetapkan terlebih dahulu, berkarakter yakin, dan dibuat untuk
menciptakan hubungan serta menyertakan pertanyaan kemudian
merespons persoalan (Hakim, 2013)
b) Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Observasi ialah model mengumpulkan informasi serta mengamati terus
subyek riset guna dicari peralihan alias hak penelitian. Pemeriksaan fisik
merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data
yang benar-benar objektif tentang seorang klien, yang dilakukan secara
sistematis dan menyeluruh untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi tanda-tanda vital  (Iii, 2015)
c) Studi Dokumentasi
Penelitian ini juga menggunakan studi dokukentasi. Dokumentasi adalah
segala proses pembuktian berdasarkan sumber apapun, baik tertulis, lisan,
ilustrasi atau buku  (Nilamsari, 2014)
2. Instrumen pengumpulan data
Instrumen dalam mengumpulkan semua informasi dan data dengan memakai
bentuk analisis keperawatan keluarga yang sinkron dengan ketetapan yang
telah berlaku di Politeknik Karya Husada.

3.7 Keabsahan Data


Keabsahan data dilaksanakan oleh penulis guna menunjukkan kualitas data yang
didapatkan dalam proses penyusunan studi kasus untuk menciptakan data yang
bervaliditas tinggi. Selain keabsahan data juga dilaksanakan dengan melibatkan
sumber data yakni triangulasi yang terdiri dari klien, perawat dan keluarga
29

dimana ketiga sumber tersebut saling terkait pada masalah keperawatan keluarga
lansia dengan hipertensi (Hadi, 2016)
3.8 Analisis Data
Analisis data yang dipergunakan di pengkajian berupa kajian
deskriptif. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul yaitu. Analisa data
dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan
dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.
Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban
dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam
yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah keperawatan penelitian.
Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
dokumentasi yang menghasilkan. Data untuk selanjutnya diinterpretasikan
oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan
rekomendasi dalam intervensi tersebut (Widiastuti, 2020).

Anda mungkin juga menyukai