Di susun oleh
Kelompok 1
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalaw
at serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu ki
ta nantikan syafaatnya di yaumul akhir kelak.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik berupa s
ehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah untu
k memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 1 dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Diabetes Melitus Juvenil”
Terima kasih sudah membimbing kami dalam menyelesaikan dan membantu penyempurnaan
makalah. Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Asma. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami harap kepada
pembaca untuk memberi masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belkang di atas, maka penulis dapat menyusun rumusan masalah sebagi
berikut:
1. Apakah Definisi dari DM Juvenile ?
2. Bagaimana Etiologi penyakit DM Juvenile ?
3. Bagaimana Patofisiologi DM Juvenile ?
4. Bagaimana pathways DM Juvenile?
5. Apa saja Manifestasi klinis DM Juvenile ?
6. Apa saja Komplikasi DM Juvenile ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan DM Juvenile ?
8. Bagaimana Asuhan keperawatan pada DM Juvenile?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, diharapkan pembaca dapat:
1. Untuk mengetahui Definisi DM Juvenile
2. Untuk memahami Etiologi DM Juvenile
3. Untuk memahami Patofisiologi DM Juvenile
4. Untuk memahami pathways DM Juvenile
5. Untuk mengetahui Manifestasi klinis DM Juvenile
6. Untuk mengetahui Komplikasi DM Juvenile
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan DM Juvenile
8. Untuk memahami asuhan keperawatan pada DM Juvenile
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor resiko Diabetes Melitus adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik ( faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol ).Kebiasaan konsumsi
makanan yang manis, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penyebab Diabetes Melitus
dapat di kelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Diabetes tipe 1 Diabetes tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankre
as. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan lingkungan (misalnya, infeksi vir
us) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
Faktor faktor genetik. Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu se
ndiri; tetapi mewarisi suatu presdiposisi atau kecendrungan genetik ke arah ter
jadinya diabetes tipe 1. Kecendrungan genetik ini ditemukan pada individu ya
ng memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA mer
upakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas antigen tansplantasi dan pr
oses imun lainnya. Faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adan
ya suatu respon otoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana anti
bodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringa
n tersebut yang dianggpanya seolah-olah sebagai jaringan asing. Bahkan beber
apa tahun sebelum timbulnya gejala klinis diabetes tipe 1.
Faktor lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta,
antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan kar
bohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan. Pe
nyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor ekstern
al yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh hasil penyelidikan ya
ng menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu prises otoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta. Interaksi antara faktor-faktor genetik, i
munologi dan lingkungan dalam etiologi diabetes tipe 1 merupakan pokok per
hatian riset yang terus berlanjut. Meskipun kejadian yang menimbulkan destru
ksi sel beta tidak dimengerti sepenuhnya, namun pernyataan bahwa kerentanan
genetik merupakan faktor dasar yang melanndasi proses terjadinya diabetes tip
e 1 merupakan hal yang secara umum bisa diterima.
b. Diabetes tipe II
Obesitas. Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluru
h tubuh sehingga insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningka
tkan efek metabolik.
Usia. Cenderung meningkat di atas 65 tahun
Gestasional, diabetes melitus( DM) dengan kehamilan (diabetes melitus gaest
asional DMG) adalah kehamilan normal yang di sertai dengan peningkatan ins
ulin resistensi (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada golongan i
ni, kondisi diabetes di alami sementara selama masa kehamilan . Artinya kondi
si diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali di dapat selama kehamilan , bi
asanya pada trimester kedua atau ketiga ( Brunner & suddarth, 2015).
C. Patofisiologi
DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan insulin karena
hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia pu
asa dan hiperglikemia post prandial. Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam dara
h, maka akan muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai p
engeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien ak
an mengalami peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus (polidipsia). Defe
siensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi penur
unan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera makan (polifagia). Akibat ya
ng lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi
peningkatan keton yangdapat mengganggu keseimbangan asam basa dan mengarah ter
jadinya ketoasidosis (Brunner & suddarth 2015)
DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan gangguan se
kresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun ka
dar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehing
ga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi i
nsulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresik
an. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar gluk
osa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Brruner & suddarth 2015
D. Pathways DM Juvenile
Umur
Hiperglikemia
.
Pembedahan
(debridement)
Peningkatan
Leukosit
Resiko Infeksi
E. Manifestasi Klinis
1. Poliuri
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel m
enyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmola
riti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intrava
skuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibatdari hiperosmolariti dan
akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
2. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabka
n penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari
dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan se
seorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
3. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin
maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar.
Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphag
ia).
4. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan caira
n dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan me
nciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofi dan penurunan
secara otomatis.
5. Malaise atau kelemahan
6. Kesemutan
7. Lemas
8. Mata kabur. (Brunner & Suddart, 2015)
F. Komplikasi DM Juvenile
Kompilkasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kroni
k.
1. Komplikasi akut, adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan berhubun
gan dengan keseimbangan kadar glukosa darah adalah dalam jangka pendek, k
etiga komplikasi tersebut adalah:
a. Diabetik ketoasedosis( DKA).
Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalana
n penyakit DM. Dibetik ketoasidosis di sebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata.
b. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi kalau gadar gula dalam darah turun bawah 50- 60 mg/dl keadaan
ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral berlebihan, kons
umsi makanan yang terlalu sedikit.
2. Kompilkasi kronik Diabetes melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh dara
h di seluruh bagian tubuh (angipati diabetik) di bagi menjadi 2 yaitu : mikrovaskuler d
an makrovaskuler. Penyakit ginjal, Penyakit mata, Neuropati( mikrovaskuler) dan Pe
mbuluh darah kaki, Pembuluh darah ke otak (makrovaskuler).
G. Penatalaksanaan DM Juvenile
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk
mencapai tujuantersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut:
Perencanaan Makanan. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukup
an gizi baik yaitu :
1. Karbohidrat sebanyak 60 – 70 % 2)
2. Protein sebanyak 10 – 15 % 3)
3. Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori dipakai
rumus Broca yaitu :
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori basal
yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian ditambah
untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi
(gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai
dengan kebutuhan. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut
diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu:
Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai
contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olahraga sedang
berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging.
Obat Hipoglikemik
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan masih bisa
dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
Insulin
1. Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam ke
adaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
2. DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet (per
encanaan makanan).
3. DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif maksimal
Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan pe
rlahan – lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau
metformin telah diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran g
lukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan insulin.
Jenis obat :
1. Kerja cepat ( rapid acting) retensi insulin 5-15 menit puncak efek 1-2 jam, lam
a kerja 4-6 jam. Contoh obat: insuli lispro ( humalo), insulin aspart
2. Kerja pendek ( sort acting) awitan 30-60 menit, puncak efek 2-4 jam, lama kerj
a 6-8 jam.
3. Kerja menengah( intermediate acting) awitan 1,5-4 jam , puncak efek 4- 10 ja
m, lama kerja 8-12 jam),awitan 1-3 jam, efek puncak hampir tanpa efek, lama
kerja 11-24 jam.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan
mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umumpasien, tanda-tanda
vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur
dan alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit
infeksi.
Do :
c. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau
GCS dan respon verbal klien.
• Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan
kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung memiliki TD yang meningkat/
tinggi/ hipertensi.
• Pulse rate
• Respiratory rate
• Suhu
e. Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi otot, adanya
luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak adanya retinopati, kekaburan
pandangan.
f. Pemeriksaan penunjang
e) Elektrolit :
f) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM)
dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak
adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
g) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
k) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/
gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)
m) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
n) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
g. Riwayat Kesehatan
Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes
mellitus :
a) Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
b) Sirkulasi
c) Integritas Ego
Stress, ansietas
d) Eliminasi
e) Makanan / Cairan
f) Neurosensori
g) Nyeri / Kenyamanan
h) Pernapasan
i) Keamanan