Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DM JUVENIL

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Keperawatan Anak I)

Dosen Pengampu: Ida Ariani, M.Kep., Ns

Di susun oleh
Kelompok 1

1. Rita rohida (108121029)


2. Frizky Revanda P (108121030)
3. Mei Cindy Lestari (108121033)
4. Defania Ardhaneswari (108121042)
5. Isnentyas Sucita (108121045)
6. Elva Suroya (108121046)
7. Ahmad Nazly Hawari (108121049)
8. Anggita Yuliana Sari (108121051)

UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalaw
at serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu ki
ta nantikan syafaatnya di yaumul akhir kelak.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik berupa s
ehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah untu
k memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 1 dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Diabetes Melitus Juvenil”

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :


1. Kepada Kepala Program Studi S1 Keperawatan Ibu Evy, M.Kep., Ns
2. Pembimbing Akademik S1 Keperawatan tingkat 2B Ibu Lia, M.Pd
3. Dosen Pengampu Keperawatan Dasar 1 Ibu Ida Ariani, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An

Terima kasih sudah membimbing kami dalam menyelesaikan dan membantu penyempurnaan
makalah. Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Asma. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami harap kepada
pembaca untuk memberi masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Cilacap, 28 Mei 2023

Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Glukosa


merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. Akan tetapi, pada penderita diabetes, glu
kosa tersebut tidak dapat digunakan oleh tubuh. Kadar gula (glukosa) dalam darah dikendalikan
oleh hormon insulin yang diproduksi pankreas. Namun, pada penderita diabetes, pankreas tida
k mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dap
at menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi. Glukosa yang tidak diserap sel tubuh den
gan baik akan menumpuk dalam darah. Kondisi tersebut dapat menimbulkan berbagai ganggu
an pada organ tubuh. Jika tidak terkontrol dengan baik, diabetes dapat menimbulkan komplika
si yang berisiko mengancam nyawa penderitanya.
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) pengertian penyakit diabetes adalah suatu gan
gguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula da
rah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari in
sufisiensi fungsi insulin. Secara umum, pengertian penyakit diabetes dibedakan menjadi dua j
enis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh
penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal inil
ah yang mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan pada org
an-organ tubuh. Sedangkan pada diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering te
rjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadao i
nsulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat digunakan dengan baik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belkang di atas, maka penulis dapat menyusun rumusan masalah sebagi
berikut:
1. Apakah Definisi dari DM Juvenile ?
2. Bagaimana Etiologi penyakit DM Juvenile ?
3. Bagaimana Patofisiologi DM Juvenile ?
4. Bagaimana pathways DM Juvenile?
5. Apa saja Manifestasi klinis DM Juvenile ?
6. Apa saja Komplikasi DM Juvenile ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan DM Juvenile ?
8. Bagaimana Asuhan keperawatan pada DM Juvenile?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, diharapkan pembaca dapat:
1. Untuk mengetahui Definisi DM Juvenile
2. Untuk memahami Etiologi DM Juvenile
3. Untuk memahami Patofisiologi DM Juvenile
4. Untuk memahami pathways DM Juvenile
5. Untuk mengetahui Manifestasi klinis DM Juvenile
6. Untuk mengetahui Komplikasi DM Juvenile
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan DM Juvenile
8. Untuk memahami asuhan keperawatan pada DM Juvenile

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Juvenile Diabetes


Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang
diproduksi secara efektif(WHO, 2017). Secara umum, terdapat dua kategori utama
DM, yaitu Dm tipe 1 dan tipe 2. DM tipe 1 ditandai dengan kurangnya produksi
insulin sedangkan DM tipe 2 disebabkan penggunaan insulin yang kurang efektif oleh
tubuh (Pusdatin Kemenkes RI,2014). Menurut International Diabetes Federation
(IDF), pada tahun 2015 terdapat 415juta(8,8%) penderita dm diseluh dunia dan
diprediksikan angka tersebut akan terus bertambah menjadi 642 juta(10,4%) penderita
dm tahun 2040. Sedangkan jumlah estimasi penyandang DM diindonesia diperkirakan
sebesar 10juta yang menempatkan indonesia dalam urutan ke-7 tertinggi didunia
bersama cina,india,amerika serikat,brazil,rusia, dan meksiko (IDF,2015)
Diabetes juvenile, atau disebut juga diabetes melitus tipe I, merupakan diabetes
melitus yang terjadi pada anak-anak akibat pankreas (organ dalam tubuh yang
menghasilkan insulin) tidak menghasilkan insulin sebagaimana mestinya. Diabetes me
litus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia( kenaikan kadar glu
kosa) akibat kurangnya hormon insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya. (kow
alak, dkk. 2016 ). Menurut Askandar (2001) Diabetes Miletus (DM) adalah penyakit m
etabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria,
disertai dengan atau tidak adanya gejala kilnik akut maupun kronik, sebagai akibat dari
kurangnya insulin efektif didalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme k
arbohidrat yang biasanya disetai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. Diabe
tes melitus merupakan sekelompok kelaianan heterogen yang ditandai oleh kenaikan g
lukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada diabetes melitus kemampuan tubuh untuk
bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas dapat menghentikan sama seka
li produksi insulin (Brunner and Suddarth, 2015)
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018,
tercatat 1220 anak penyandang DM tipe-1 diindonesia, insiden DM tipe-1 pada anak
dan remaja meningkatsekitar tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi 28,19 per 100 juta
penduduk pada tahun 2000 dan 2010.2-4 data tahun 2003-2009 menunjukan pada
kelompok usia 10-14 tahun, proporsi perempuan dengan DM tipe 1(60%) lebih tinggi
dibandingkan laki-laki (28,6%).4 pada tahun 2017,71% anak dengan DM tipe-1
pertama kali terdiagnosis dengan ketoasidosis diabetikum(KAD), meningkat dari
tahun 2016 dan 2015, yaitu 63%.2 diduga masih banyak pasien DM tipe-1 yang tidak
terdiagnosis atau salah diagnosis saat pertama kali berobat ke rumah sakit.

B. Etiologi Diabetes Juvenile

Faktor resiko Diabetes Melitus adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik ( faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol ).Kebiasaan konsumsi
makanan yang manis, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penyebab Diabetes Melitus
dapat di kelompokkan menjadi 2 yaitu :

a. Diabetes tipe 1 Diabetes tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankre
as. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan lingkungan (misalnya, infeksi vir
us) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
Faktor faktor genetik. Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu se
ndiri; tetapi mewarisi suatu presdiposisi atau kecendrungan genetik ke arah ter
jadinya diabetes tipe 1. Kecendrungan genetik ini ditemukan pada individu ya
ng memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA mer
upakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas antigen tansplantasi dan pr
oses imun lainnya. Faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adan
ya suatu respon otoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana anti
bodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringa
n tersebut yang dianggpanya seolah-olah sebagai jaringan asing. Bahkan beber
apa tahun sebelum timbulnya gejala klinis diabetes tipe 1.
Faktor lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta,
antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan kar
bohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan. Pe
nyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor ekstern
al yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh hasil penyelidikan ya
ng menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu prises otoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta. Interaksi antara faktor-faktor genetik, i
munologi dan lingkungan dalam etiologi diabetes tipe 1 merupakan pokok per
hatian riset yang terus berlanjut. Meskipun kejadian yang menimbulkan destru
ksi sel beta tidak dimengerti sepenuhnya, namun pernyataan bahwa kerentanan
genetik merupakan faktor dasar yang melanndasi proses terjadinya diabetes tip
e 1 merupakan hal yang secara umum bisa diterima.
b. Diabetes tipe II
Obesitas. Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluru
h tubuh sehingga insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningka
tkan efek metabolik.
Usia. Cenderung meningkat di atas 65 tahun
Gestasional, diabetes melitus( DM) dengan kehamilan (diabetes melitus gaest
asional DMG) adalah kehamilan normal yang di sertai dengan peningkatan ins
ulin resistensi (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada golongan i
ni, kondisi diabetes di alami sementara selama masa kehamilan . Artinya kondi
si diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali di dapat selama kehamilan , bi
asanya pada trimester kedua atau ketiga ( Brunner & suddarth, 2015).

C. Patofisiologi

DM Tipe I

Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan insulin karena
hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia pu
asa dan hiperglikemia post prandial. Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam dara
h, maka akan muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai p
engeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien ak
an mengalami peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus (polidipsia). Defe
siensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi penur
unan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera makan (polifagia). Akibat ya
ng lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi
peningkatan keton yangdapat mengganggu keseimbangan asam basa dan mengarah ter
jadinya ketoasidosis (Brunner & suddarth 2015)

DM Tipe II

Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan gangguan se
kresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun ka
dar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehing
ga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi i
nsulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresik
an. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar gluk
osa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Brruner & suddarth 2015
D. Pathways DM Juvenile

Umur

Penurunan Fungsi Penurunan fungsi


Indra Pengecap pankreas

Konsumsi makan Penurunan kualitas & Gaya hidup


kuantitas insulin
7 berlebih

Hiperglikemia
.

Penurunan glukosa Kerusakan Vaskuler


dalam sel

Cadangan lemak dan Produksi energi Neuropati perifer


protein turun menurun

BB turun Kelemahan Ulkus

Ketidakstabilan kadar Intoleransi aktivitas Gangguan


glukosa darah integritas kulit

Pembedahan
(debridement)

Nyeri akut Pengeluaran histamin Adanya perlukaan


pada kaki

Luka insisi tidak


terawat

Peningkatan
Leukosit

Resiko Infeksi

E. Manifestasi Klinis
1. Poliuri
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel m
enyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmola
riti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intrava
skuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibatdari hiperosmolariti dan
akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
2. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabka
n penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari
dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan se
seorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
3. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin
maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar.
Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphag
ia).
4. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan caira
n dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan me
nciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofi dan penurunan
secara otomatis.
5. Malaise atau kelemahan
6. Kesemutan
7. Lemas
8. Mata kabur. (Brunner & Suddart, 2015)

F. Komplikasi DM Juvenile
Kompilkasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kroni
k.
1. Komplikasi akut, adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan berhubun
gan dengan keseimbangan kadar glukosa darah adalah dalam jangka pendek, k
etiga komplikasi tersebut adalah:
a. Diabetik ketoasedosis( DKA).
Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalana
n penyakit DM. Dibetik ketoasidosis di sebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata.
b. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi kalau gadar gula dalam darah turun bawah 50- 60 mg/dl keadaan
ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral berlebihan, kons
umsi makanan yang terlalu sedikit.
2. Kompilkasi kronik Diabetes melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh dara
h di seluruh bagian tubuh (angipati diabetik) di bagi menjadi 2 yaitu : mikrovaskuler d
an makrovaskuler. Penyakit ginjal, Penyakit mata, Neuropati( mikrovaskuler) dan Pe
mbuluh darah kaki, Pembuluh darah ke otak (makrovaskuler).

G. Penatalaksanaan DM Juvenile
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk
mencapai tujuantersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut:
Perencanaan Makanan. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukup
an gizi baik yaitu :
1. Karbohidrat sebanyak 60 – 70 % 2)
2. Protein sebanyak 10 – 15 % 3)
3. Lemak sebanyak 20 – 25 %

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori dipakai
rumus Broca yaitu :

Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan = 1)

1. Berat badan kurang = < 90% dari BB Idea 2)


2. Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal 3)
3. Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal 4)
4. Gemuk = > 120% dari BB Ideal.

Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori basal
yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian ditambah
untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi
(gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai
dengan kebutuhan. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut
diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu:

1. Makanan pagi sebanyak 20%


2. Makanan siang sebanyak 30%
3. Makanan sore sebanyak 25%
4. 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.

Latihan Jasmani

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai
contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olahraga sedang
berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging.

Obat Hipoglikemik

1. Sulfonilurea. Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :


2. Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
3. Menurunkan ambang sekresi insulin.
4. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan masih bisa
dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.

Insulin

Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :

1. Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam ke
adaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
2. DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet (per
encanaan makanan).
3. DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif maksimal
Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan pe
rlahan – lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau
metformin telah diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran g
lukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan insulin.

Dosis pemberian insulin pada pasien dengan DM :

Jenis obat :

1. Kerja cepat ( rapid acting) retensi insulin 5-15 menit puncak efek 1-2 jam, lam
a kerja 4-6 jam. Contoh obat: insuli lispro ( humalo), insulin aspart
2. Kerja pendek ( sort acting) awitan 30-60 menit, puncak efek 2-4 jam, lama kerj
a 6-8 jam.
3. Kerja menengah( intermediate acting) awitan 1,5-4 jam , puncak efek 4- 10 ja
m, lama kerja 8-12 jam),awitan 1-3 jam, efek puncak hampir tanpa efek, lama
kerja 11-24 jam.

Contoh obat: lantus dan levemir.


Hitung dosis insulin
Rumus insulin: insulin harian total = 0,5 unit insulin x BB pasien
Insulin prandial total( IPT) = 60%
Sarapan pagi 1/3 dari IPT Makan siang 1/3 dari IPT
Makan malam 1/3 dari IPT

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan
mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umumpasien, tanda-tanda
vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.

a. Identitas

Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur
dan alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit
infeksi.

 b. Keluhan utama

Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. Ds yang


mungkin timbul :

• Klien mengeluh sering kesemutan.

• Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari

• Klien mengeluh sering merasa haus

• Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)

• Klien mengeluh merasa lemah

• Klien mengeluh pandangannya kabur 

Do :

• Klien tampak lemas.

• Terjadi penurunan berat badan

• Tonus otot menurun

• Terjadi atropi otot

• Kulit dan membrane mukosa tampak kering

•Tampak adanya luka ganggren

•Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam

c. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau
GCS dan respon verbal klien.

d. Tanda-tanda Vital Meliputi pemeriksaan:

• Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan
kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung memiliki TD yang meningkat/
tinggi/ hipertensi.

• Pulse rate

• Respiratory rate

• Suhu

e. Pemeriksaan Fisik 

Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :

• Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi otot, adanya
luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak adanya retinopati, kekaburan
pandangan.

• Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.

• Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.

f. Pemeriksaan penunjang

a) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL

b) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok 

c) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

d) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l

e) Elektrolit :

• Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun

• Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),

selanjutnya akan menurun.

• Fosfor : lebih sering menurun

f) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM)
dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak
adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)

g) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.

h) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :


hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

i) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi


ginjal)

j) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya


pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.

k) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/
gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)

l) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan


glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.

m) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.

n) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.

g. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

2. RiwayatKesehatanPasien dan PengobatanSebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat


terapi insulin jenis apa, bagaimana cara Minum obatnya apakah teratur atau tidak,
apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes
mellitus :

a) Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

b) Sirkulasi

Adalah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,


ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan
darah

c) Integritas Ego

Stress, ansietas

d) Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

e) Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan beratbadan, haus,


penggunaan diuretik.

f) Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan


penglihatan.

g) Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

h) Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)

i) Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit


B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan Resistensi Insulinn


(D.0027)

2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan (D0056)

3. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (D.0077)

4. Resiko Infeksi berhubungan dengan Penyakit Kronis (D.0142)


C. Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI

Ketidakstab ilan Kestabilan kadar glukosa Manajemen Hiperglikemia (I.03115)


kadar glukosa darah darah (L.03022)
b/d resistensi insulin 1. Observasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan a. Monitor kadar glukosa darah.
masalah teratasi dengan
b. Monitor tanda dan gejala
kriteria hasil:
hiperglikemia
1). Kadar glukosa dalam darah 2. Terapeutik
membaik.(5)
a. Berikan asupan cairan oral
3. Edukasi
a. Ajarkan pengelolaan diabetes.
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan tim medis
mengenai terapi farmakologi.

Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (I.05178)


b/d kelemahan 1. Observasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan a. Identifikasi gangguan fungsi
masalah teratasi dengan kriteria tubuh yang
hasil: mengakibatkan kelelahan.
1). Perasaan lemah menurun.
(5) 2. Terapeutik
2). Keluhan lelah menurun. a. Latihan rentang gerak aktif
(5) maupun pasif.
3). Kemudahan dalam 3. Edukasi
melakukan aktivitas sehari-
hari meningkat. (5) a. Anjurkan tirah baring.
Kekuatan otot meningkat (5)
b. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap.
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan medis
mengenai terapi farmakologi
Nyeri akut b/d Agen Tingkat Nyeri (L.08066)
cedera fisik Kriteria Hasil : Manajemen nyeri (I.08238)

Setelah di lakukan tindakan Tindakan :


keperawatan selama 3x24 jam Observarsi :
masalah Tingkat nyeri dapat
teratasi dengan indikator : 1.Identifikas lokasi, karakteristik,
Durasi, frekuensi, Kualitas,
1.Keluhan nyeri menurun (5) intensitas nyeri
2.Meringis menurun (5)
2.Identifikasi skla nyeri
3.Sikap protektif menurun (5)
3.Identifikasi respon nyeri
4.Gelisah menurun (5)
Dan nonf erbal
4.Identifikasi faktor yang
memperberat Dan Memperingan
nyeri
5.Identifikasi
 pengetahuan Dan keyakinan
tentang nyeri
6.Identifikasi pengaruh
 budaya terhadap respon nyeri
7.Identtifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8.Monitor keberhasilan Terapi
komplomenter Yang sudah di
berikan
9.Monitor efek samping
Penggunaan analgetik 
Terapeutik :
1. Berikan terapi non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi Istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan periode, penyebabdan
pemicu nyeri
2. Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
3. Ajarkan tek kan tekniknik
nonfarmakologi untuk meredakan
nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberi borasi
pemberianan analgetik,jika perlu.

Resiko Infeksi b/d Tingkat infeksi (L.14137)


Penyakit Kronis Observasi
Setelah di lakukan tindakan
(D.0142) - Monitor tanda dan gejala infeksi
keperawatan selama 3x24 jam lokal dan sistemik
dengan Terapeutik
Kriteria hasil: - Berikan perawatan kulit pada area
1. Kemerahan menurun (4) edema

2. Nyeri cukup menurun (4) - Cuci tangan sebelum dan sesudah


kontak dengan pasien dan lingkungan
3. Bengkak menurun (5) pasien
4. Cairan berberbau busuk - Pertahankan teknik aseptik pada
menurun (5) pasien berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Glukosa
merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. Akan tetapi, pada penderita diabetes,
glukosa tersebut tidak dapat digunakan oleh tubuh. Kadar gula (glukosa) dalam darah
dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi pankreas. Namun, pada penderita diabetes,
pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel
tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
Diabetes juvenile, atau disebut juga diabetes melitus tipe I, merupakan diabetes
melitus yang terjadi pada anak-anak akibat pankreas (organ dalam tubuh yang menghasilkan
insulin) tidak menghasilkan insulin sebagaimana mestinya. Diabetes melitus adalah gangguan
metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia( kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya
hormon insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya. (kowalak, dkk. 2016 ). Menurut
Askandar (2001) Diabetes Miletus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala kilnik akut maupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif didalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disetai juga gangguan
metabolisme lemak dan protein. Diabetes melitus merupakan sekelompok kelaianan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari jika dalam pembuatan makalah ini banyak sekali
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, kami akan terus belajar dan
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan
nantinya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai
pembahasan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
24

Anda mungkin juga menyukai