Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

A. Pengertian
Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungand
engan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan distensi kandung
empedu. (Doenges, Marilynn, E., 1999)
Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam kandung
empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu. Batu empedu memiliki
ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. (Smeltzer, Suzanne, C. 2001)

B. Etiologi
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau campuran, disebabkan
oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu dapat terjdi pada duktus koledukus,
duktus hepatika, dan duktus pankreas. Kristal dapat juga terbentuk pada submukosa kandung
empedu menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita pada usia di atas 40 tahun,
banyak terjadi pada wanita. (Doenges, Marilynn, E. 1999)

C. Patofisiologi
Ada dua tipe utama batu empedu : batu yang tersusun dari pigmen dan batu yang tersusun dari
kolesterol.
1. Batu pigmen : kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak terkonjugasi dalam
empedu mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu-batu ini tidak dapat
dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.
2. Batu kolesterol : kolesterol sebagai pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air,
kelarutannya tergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pasien
penderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan
sintesis kolesterol dalam hati, keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu yang
jenuh oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan
membentuk batu dan menjadi iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung
empedu (Smeltzer, Suzanne C., 2000)

D. Manifestasi Klinis
1. Aktifitas atau istirahat
Gejala : kelemahan
Tanda : gelisah
2. Sirkulasi
Tanda : takikardi, berkeringat
3. Eliminasi
Gejala : perubahan warnaa urin dan feses
Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, urin gelap, pekat, feses
warna tanah liat, steaforea.
4. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, mual atau muntah, regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat
makan, flatus, dispepsia
Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan, kolik
epigastrium tengah sehubungan dengan makan.
Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadaran kanan atas ditekan
6. Pernafasan
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas pendek, dangkal
7. Keamanan
Tanda : demam, menggigil, ikterik, berkeringat dan gatal, perdarahan (kekurangan vitamin
K)
(Doenges, Marilynn E, 1999)
E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan sinar X-Abdomen


2. Ultrasonografi (USG)
3. Pemeriksaan pencitraan radionukleida atau koleskintografi
4. Kolesistogragi
5. Kolanlopankreatogragi retrogad endoskopik CERCP : Endoscopic Retrograde
Cholangiopancreatography) : pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat-optik yang
fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens.
6. Kolangiografi transhepatik perkutan : penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam
percabangan bilier.
(Smeltzer, Suzanne, C. 2001)

7. Darah lengkap : lekositosis sedang


8. Bilirubin dan amilase serum meningkat
9. Enzim hati serum –AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH meningkat
10. Kadar protrombin : menurun
11. CT-scan
(Doenges, Marlynn, E, 1999)

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non bedah
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet
80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus,
pengisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Diit yang dianjurkan adalah tinggi
protein dan karbohidrat.
b. Farmakoterapi
Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial, chenofalk). Fungsinya
untuk menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya dan tidak desaturasi
getah empedu.
c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut (monooktanoin atau metil
tertier butil eter (MTBE) ke dalam kandung empedu.
Pengangkatan non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan alat jaring untuk
memegang dan menarik keluar batuyang terjepit dalam duktus koleduktus.
d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL) : gelombang kejut berulang yang
diarahkan kepada batu empedu yang gelombangnya dihasilkan dalam media cairan oleh
percikan listrik.
Efek samping : petekia kulit dan hematuria mikroskopis
2. Penatalaksanaan bedah
a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung empedu diangkat
setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.
b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm.
c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil melalui dinding
abdomen pada umbilikus.
d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkian batu empedu.
(Smeltzer, Suzanne C, 2001)
G. Pathway dan Masalah Keperawatan
Ekskresi kolesterol E. coli
bilirubin 
 Masak dalam
Kristalisasi kolesterol empedu
bilirubin 
 Bilirubin glukoronis
Terbentuk batu diubah jadi bilirubin
  bebas
Menyumbat Pergerakan batu 
choleduktusistikus  Aliran bilirubin
 Iritasi mukosa empedu terkonjugasi
Aliran asam empedu  
 Aktivitas syaraf nyer organ Penumpukan
Kontriksi kantong empedu viseral dan aktivitas bilirubin
 simpatis 
Distensi kandung empedu  Masuk aliran darah
 Motilitas lambung 
Sensitivitas syaraf nyeri menurun Menumpuk pada
  subkutis
Nyeri Pengosongan lambung 
lambat Merangsang
produksi histamin
Akumulasi asam  
L Perut terasa penuh Gatal
Mual  
ambung Nafsu makan menurun Resiko kerusakan
  integritas kulit
Iritasi mukosa lambung Nutrisi kurang dari
 kebutuhan tubuh
Merangsang pusat muntah

Muntah
H. Komplikasi

1. Kolistitis obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koleduktus


2. Peritonitus
3. Ruptur dinding kandung kemih

(Arif Mansjoer, 2001)

I. Diagnosa Keperawatan Post Operasi

1. Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan bedah abdomen.


2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan insisi bedah abdomen.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan drainase bilier sesudah
dilakukan tindakan bedah.
4. Gangguan nutrisi berhubungan dengan sekresi getah empedu yang tidak adekuat.
5. Kurang pengetahuan tentang kegiatan merawat diri sendiri setelah pulang dari rumah
sakit berhubungan dengan kurangnya informasi.

(Smeltzer, Suzanne, C, 2001)

J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, obstruksi (spasme duktus)
Intervensi :
a. Observsai dan catat beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri
Rasionalisasi : membedakan penyebab nyeri dan kemajuan atau perbaikan penyakit,
terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.
b. Catat respon terhadap obat
Rasionalisasi : nyeri berat tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan
terjadinya komplikasi.
c. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.
Rasionalisasi : posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra abdomen namun pasien
akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alami.
d. Gunakan spresi halus atau katun
Rasionalisasi : menurunkan iritasi atau kulit kering dan sensasi gatal.
e. Dorong menggunakan teknik relaksasi
Rasionalisasi : meningkatkan istirahat dapat meningkatkan koping
f. Kontrol suhu lingkungan
Rasionalisasi : udara dingin dapat meminimalkan ketidaknyamanan kulit.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui
penghisapan gaster berlebihan, muntah, distensi dan hipermotilitas gaster.
Intervensi :
a. Pertahankan masukan dan haluaran akurat, kaji membran mukosa, kulit, nadi perifer,
dan pengisian kapiler.
Rasionalisasi : memberikan informasi tentang status cairan atau volume sirkulasi dan
kebutuhan penggantian.
b. Awasi tanda atau gejala peningkatan atau berlanjutnya muntah atau mual dan kram
abdomen.
Rasionalisasi : muntah berkepanjangan, aspirasi gaster dan pembatasan pemasukan oral
dapat menimbulkan defisit natrium, kalium dan klorida.
c. Hindarkan dari lingkungan yang berbau
Rasionalisasi : menurunkan rangsangan pada pusat muntah.
d. Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut, berikan minyak.
Rasionalisasi : menurunkan kekeringan membran mukosa.
e. Kaji perdarahan yang tak biasanya
Rasionalisasi : protrombin darah menurun dan waktu koagulasi memanjang bila aliran
empedu terhambat, meningkatkan resiko perdarahan.
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
atau muntah, dispepsia, nyeri
Intervensi :
a. Kaji distensi abdomen, sering berdahak, berhati-hati menolak bergerak
Rasionalisasi : tanda non verbal ketidaknyamanan berhubungan dengan gangguan
pencernaan nyeri gas.
b. Hitung pemasukan nyeri
Rasionalisasi : mengindentifikasi kekurangan atau kebutuhan nutrisi
c. Timbang sesuai indikasi
Rasionalisasi : mengawasi keefektifan rencana diet
d. Berikan suasana menyenangkan pada saat makan
Rasionalisasi : untuk meningkatkan nafsu makan atau menurunkan mual
e. Ambulasi dini dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
Rasionalisasi : membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan distensi abdomen
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Intervensi :
a. Kaji ulang proses penyakti atau prognosis
Rasionalisasi : memberikan dasar pengetahuan dalam mengambil keputusan.
b. Berikan penjelasan atau alasan tes dan persiapannya
Rasionalisasi : informasi menurunkan cemas dan rangsangan simpati
c. Kaji ulang program obat:
Rasionalisasi : dosis harus sesuai indikasi pasien
d. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan atau minuman tinggi lemak
Rasionalisasi : mencegah terulangnya serangan kandung empedu
(Doenges, Marilynn, E, 1999)
ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS

A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 22 April 2008
Jam pengkajian : 15. 00 WIB
Tanggal masuk : 10 April 2008
No. RM : 891767
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. M
Tempat tanggal lahir : 08 April 1948
Umur : 60 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sumodilagan, Joyosuran 04/09 Ps. Kliwon
Surakarta
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. M
Umur : 46 th
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sumodilagan, Joyosuran 04/09 Ps. Kliwon
Surakarta
Hubungan dng pasien : Istri
2. Keluhan utama
Penurunan mengatakan nyeri pada perut kanan atas
3. Riwayat keperawawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
Pasien dengan keluhan perut nyeri pada kanan atas sejak 5 tahun yang lalu, nyeri
seperti ditusuk-tusuk menjalar sampai ke pinggang, nyeri dirasakan hilang timbul
kadang nyeri hilang sendiri, kemudian pasien memeriksakan diri ke dokter di USG dan
di diagnosis batu empedu pasien menolak untuk operasi dan minta pulang, selama 5
tahun nyeri sering kumat-kumatan, tiap kumat pasien memeriksakan diri ke dokter dan
diberi obat pengurang nyeri, dalam 1 tahun terakhir kumat 2 kali, terakhir kumat 3
bulan yang lalu. ± 3 hari yang lalu sebelum masuk RS pasien mendadak panas, panas
hilang timbul di periksakan ke dokter pada 1 hari di RS di USG di diagnosis batu
empedu, diberi obat penurun panas dan pengurang nyeri, tetapi sakit tidak berkurang
lalu dibawa ke RSDM.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mondok di RS, bila pasien sakit sering dibawa ke
dokter dan setelah di diagnosis batu empedu pasien menolak untuk operasi.
c. Riwayat keperawatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti yang
diderita oleh pasien, keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit keturunan dan
menular.
4. Pola fungsional (Gordon)
a. Biologis
1) Pola oksigenasi
Pasien tidak ada gangguan dalam bernafas, tidak terpasang O2, bernafas 20 x/menit,
sebelum sakit pasien juga tidak ada gangguan dalam bernafas.
2) Pola cairan dan elektrolit
Pasien mendapatkan cairan dari infus RL 20 tpm, sehari sebanyak 2000 cc/hari, dari
minum sebanyak ± 1000 cc per hari.
Sebelum sakit : pasien sehari minum ± 1500 cc air putih, dan ± 200 cc teh hangat tiap
pagi hari.
3) Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3 x sehari dengan porsi sedang dengan nasi, lauk dan
sayur.
Selama sakit : pasien makan 3 x sehari dengan ¼ porsi dari porsi rumah sakit ± 75 cc,
diit 1700 k.kalori, diit rendah lemak, pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan
4) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAB 1 x sehari, kebiasaan pada pagi hari dengan konsistensi
lembek, warna kuning dan berbau khas. BAK : ± 5-6 x/hari, dengan warna kuning jernih
dan berbau khas.
Selama sakit : pasien selama sakit BAB 3 kali, dengan konsistensi ± 1000 cc, lembek,
warna seperti dempul dan berbau khas.
BAK : ± 4-5 x/hari, warna gelap seperti teh ± 1000-1500 cc
5) Pola keamanan dan kenyamanan
Sebelum sakit : pasien tidak ada masalah dengan keamanan, pasien merasa tidak
nyaman bila sakitnya kambuh.
Selama sakit : selama di RS pasien merasa aman karena selalu ditunggui oleh
keluarganya, pasien kurang nyaman dengan keadaannya saat ini, karena nyeri yang
dirasakannya.
6) Pola personal hygiene
Sebelum sakit : pasien mandi 2 x/hari, gosok gigi 2 x/hari, keramas 2 x/minggu,
melakukan personal hygiene secara mandiri
Selama sakit : pasien mandi disibin oleh keluarga 1 x/hari, gosok gigi 2 x/hari, selama di
RS belum pernah keramas.
7) Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : pasien istirahat ± 2jam/hari, tidur malam ± 5 jam/hari, tidur siang ± 1
jam/hari.
Selama sakit : pasien istirahat ± 4 jam/hari, tidur malam ± 8 jam/hari, tetapi sering
terbangun, tidur siang ± 3 jam/hari.
8) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : pasien beraktivitas secara mandiri.
Selama sakit : pasien beraktivitas dibantu oleh keluarga.
9) Konsep diri
Gambaran diri : pasien tidak merasa malu dengan keadaannya saat ini
Ideal diri : pasien menerima sakitnya saat ini dan akan berusaha semaksimal mungkin
untuk kesembuhannya.
Harga diri : pasien tidak merasa harga dirinya terganggu dengan keadaannya saat ini
Peran diri : pasien berperan sebagai seorang suami dan ayah dari 3 orang anak
Identitas diri : pasien mengakui sebagai seorang laki-laki sepenuhnya
b. Psikologis
Pasien cemas dengan keadaanya saat ini, karena sudah lama mondok di RS, dan pasien
selama di rS tidak dapat bekerja
c. Sosial
Pasien mengatakan bahwa hubungan dengan keluarga dan masyarakat sekitar baik,
interaksi antara anggota keluarga dan masyarakat sekitar terjalin baik.
d. Spiritual dan kultur
Pasien beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya, tidak ada
budaya yang bertentangan dengan kesehatan.
e. Pengetahuan
Pasien mengatakan mengetahui sedikit-sedikit tentang penyakitnya saat ini.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. Tingkat kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital : TD : 140/80 mmHg N : 95 x/menit
S : 37°C Rr : 20 x/menit
BB sebelum : 63 kg
BB sekarang : 60 kg
d. Kepala : Tidak ada massa, kulit kepala kotor, rambut pendek, beruban.
e. Mata : Konjungtiva anemis, sklera an ikterik, fungsi penglihatan baik, simetris kanan kiri
f. Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada gangguan fungsi
g. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan fungsi pendengaran
h. Mulut : Tidak ada stomatitis, bersih, tidak terpasang NGT
i. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
j. Dada
Jantung : I : IC tidak tampak
P : IC tidak kuat angkat
P : Batas jantung tidak melebar
A : BJ I = BJ II
Paru : I : Pengembangan dada kanan = kiri
P : Fremitus raba kanan = kiri
P : Sonor
A : Vesikuler
k. Abdomen : P : Nyeri bertambah jiak beraktivitas banyak dan berkurang jika berbaring
Q : Ditusuk-tusuk,
R : Perut kanan atas
S : Skala nyeri sedang (5)
T : Kadang hilang timbul, durasi ± 5 menit

Abdomen I : Tidak ada lesi, ada asites


A : Peristaltik usus 12 x/menit
P : Terdapat nyeri tekan pada perut kanan atas
P : Pekak kanan atas
l. Ekstremitas Atas : Terpasang infus pada tangan kanan
Bawah : Tidak mengalami gangguan pada ekstremitas bawah, tidak oedem
m. Genitourinaria : Bersih, tidak terpasang DC
n. Kulit : Sawo matang
o. BB sebelum : 63 kg
BB sekarang : 60 kg
6. Pemeriksaan penunjang 22 April 2008
a. Hasil laboratorium tanggal 11 April 2008
Pemeriksaan Hasil Normal

 Hemoglobin 13,0 gr/dl 13,5-18,0 gr/dl


 Eritrosit 4,62 100 ul 4,6-6,2 100 ul
 Hematokirt 38,3 % 40-54 %
 Leukosit 8,3 103 ul 4,5 – 11,0 103 ul
 Trombosit 97 103 ul 150 – 440 103 ul

Hasil laboratorium tanggal 16 April 2008

 Hemoglobine 12,5 gr/dl


 Eritrosit 3,8 10° ul
 Hematokrit 31,5 %
 Leukosit 7,8 103 ul
 Trombosit 408 103 ul

Hasil laboratorium tanggal 21 April 2008

 Hemoglobine 11,6 gr/dl


 Eritrosit 3,87 10° ul
 Hematokrit 34,2 %
 Leukosit 5,1 103 ul
 Trombosit 529 103 ul

7. Program terapi
a. Parenteral :
1) Ceftazidine 1 gr/12 jam
2) Hexer 500 mg/12 jam
3) Antrain 500 mg/8 jam
4) Neurobion 500 mg/24 jam
5) Infus RL : 20 tpm (2000 cc/hari)
6) Infus albumin 25 % 100 cc
7) Tranfusi PRC 4 kolf
b. Enteral :
1) Diit nasi 1700 k kalori, rendah lemah
2) Noperten 1 x 1 tablet 350 mg (malam)
3) Gemfibrosil 1 x 300 mg
4) Diltiazen 3 x 30 mg
5) Curcuma 3 x 1 tablet
6) Urdofalk 3 x 1 tablet
8. Data fokus
a. Data subyektif :
1) Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan atas
P : Nyeri bertambah jika beraktivitas banyak dan berkurang jika berbaring
Q : Ditusuk-tusuk
R : Perut kanan atas
S : Skala nyeri sedang (5)
T : Kadang hilang timbul, durasi ± 5 menit
2) Pasien mengatakan mual jika habis makan
3) Pasien mengatakan nafsu makan menurun
4) Pasien mengatakan badan terasa lemes
5) Pasien mengatakan bahwa aktivitasnya dibantu oleh keluarga
6) Pasien mengatakan jika telalu lama duduk terasa pusing
b. Data obyektif :
1) Pasien tampak meringis kesakitan
2) TTV : TD : 140/80 mmHg, N : 95 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 37,1°C
3) BB sebelum 63 kg, BB sekarang 60 kg
4) Pem abdomen :
I : Tidak ada lesi, ada asites
A : Peristaltik usus 12 x/menit
P : Terdapat nyeri tekan pada perut kanan atas
P : Pekak perut kanan atas
5) Makan habis ¼ porsi RS ± 75 cc
6) Pasien tampak dibantu dalam beraktivitas
7) Pasien disibin oleh keluarga

B. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem

DS
1. : - Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan Nyeri akut Proses
atas inflamasi
P : Nyeri bertambah jika beraktivitas banyak
dan berkurang jika berbaring
Q : Ditusuk-tusuk
R : Perut kanan atas
S : Skala nyeri sedang (5)
T : Kadang hilang timbul, durasi ± 5 menit

DO: - Pasien tampak meringis kesakitan


- TTV : TD : 140/80 mmHg, N : 95 x/menit,
RR : 20 x/menit, S : 37,1°C
- Pem abdomen :
I : Tidak ada lesi, tidak ada asites
A : Peristaltik usus 12 x/menit
P : Terdapat nyeri tekan pada perut kanan atas
P : Tympani
No Data Fokus Etiologi Problem

DS2 : - Pasien mengatakan mual jika habis makan Resiko Intake yang
- Pasien mengatakan nafsu makan menurun tinggi tidak adekuat
DO: - BB sebelum 63 kg nutrisi
- BB sekarang 60 kg kurang dari
- Makan habis ¼ porsi RS (x241 75 cc) kebutuhan
tubuh

DS3. : - Pasien mengatakan badan terasa lemas gangguan kelemahan


- Pasien mengatakan bawah aktiviasnya dibantu pemenuhan fisik
oleh keluarga ADL
- Pasien mengatakan jika terlalu lama duduk
terasa pusing
DO: - Pasien tampak dibantu dalam beraktivitas
- Pasien mandi disibin oleh keluarga

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.


2. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungand engan intake yang tidak
adekuat.
3. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.

D. Intervensi
1. Dx. I. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam
Kriteria hasil :
1. Skala nyeri berkurang atau skala nyeri 0
2. Pasien tampak rileks
Intervensi :
1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
2. Observasi dan catat tingkat atau skala nyeri
3. Lakukan teknik managemen nyeri
4. Ajarkan teknik managemen nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program (antrain 500 mg)

2. Dx. II. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
1. Nafsu makan bertambah
2. BB stabil atau tidak turun
3. Mual-muntah hilang
Intervensi :
1. Observasi atau timbang BB tiap hari
2. Kaji pola makan pasien
3. Berikan makan selagi hangat
4. Anjurkan makan sedikit tapi sering
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit (diit nasi 1700 k kalori, diit rendah
lemak)

3. Dx. III. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri.
Intervensi :
1. Kaji tingkat ketergantungan pasien.
2. Bantu pasien dalam beraktivitas
3. Anjurkan pasien untuk beraktivitas secara betahap
4. Libatkan keluarga dalam aktivitas pasien

E. Implementasi
No Hari/tgl/jam Dx Implementasi Respon Ttd

1. Rabu, I,  Kaji dan catat KU : Baik


23-04-2008 II, keadaan umum dan TD : 130/80
08.30 III TTV mmHg, S : 37°C,
RR : 20 x/menit, N
: 80 x/menit

08.45 I  Mengkaji tingkat Skala nyeri sedang


nyeri (4)

09.30  Mengajarkan Pasien dapat


teknik bernafas mendemontrasikan
dalam

09.45  Menganjurkan Pasien mau


untuk melakukan melakukan
nafas dalam jika
nyeri

11.00  Memberikan Obat masuk


injeksi sesuai
program (antrain
500 mg)

09.00 II  Mengkaji pola Pasien makan habis


makan pasien ½ porsi RS ± 100
cc

 Anjurkan makan Pasien mengatakan


sdikit tapi sering masih mual jika
habis makan

12.00  Berikan makan Pasien mau makan


selagi hangat habis ¼ porsi RS ±
sesuai program, 75 cc
diit nasi 1700
kkalori, diit rendah
lemak

13.30 III  Mengkaji tingkat Pasien hanya bisa


ketergantungan tiduran dan duduk
pasien di tempat tidur
Pasien mengatakan
masih lemas

 Anjurkan pasien Keluarga


untuk beraktivitas mengatakan
secara bertahap membantu aktiviats
 Melibatkan pasien
keluarga dalam
aktivitas pasien
F. Evaluasi
Tgl/hari/jam Dx Evaluasi TTD

Rabu I S : Pasien mengatakan masih nyeri di perut


24 April kanan atas, nyeri hilang timbul, seperti
2008 ditusuk-tusuk, durasi ± 3 menit, skala nyeri
13.45 sedang (4)
O : Pasien tampak gelisah
A : Masalah keperawatan nyeri teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

 Kolaborasi pemberian analgetik


(antrain 500 mg)

IIS : Pasien mengatakan belum nafsu makan, dan


masih mual
O : Pasien makan habis ¼ porsi RS ± 75 cc
A : Masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

 Sajikan makan selagi hangat


 Berikan obat oral curcuma 3 x 1
tablet

IIIS : Pasien mengatakan masih pusing jika duduk


lama, dan nyeri jika banyak bergerak
O : Pasien terlihat hanya tiduran
A : Masalah gangguan pemenuhan ADL teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Libatkan keluarga dalam aktivitas pasien

http://dc184.4shared.com/doc/ZfO-EcsF/preview.html

Label: kawan-kawan seperjuangan, keperawatan, ocin oktin, stikes, tugas kuliah


ASKEP KOLELITIASIS (BATU EMPEDU)
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Kolelitiasis adalah batu yang terbentuk oleh colesterol, kalsium, bilirubinat atau campuran
yang disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu ( Marlyn E Doengoes, 2000).
Batu empedu adalah endapan satu atau lebih komponen empedu berupa kolesterol,
bilirubin, garam-garam empedu, kalsium dan protein (Sylvia A Price,1998).
Kolelitiasis adalah obstruksi pada saluran empedu (duktus koledukus) yang disebabkan
oleh batu, yang kemudian menghambat aliran empedu dan menyebabkan proses inflamasi
akut ( Susan Martin Tucker, 1998 ).

Kolelitiasis adalah adanya batu empedu dan dapat langsung diteruskan dengan
pembedahan eksplorasi ( Theodore R. Schorock, MC, 1995)

Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kolelitiasis adalah
endapan satu atau lebih komponen empedu berupa kolesterol, bilirubin, garam-garam
empedu, kalsium dan protein, yang kemudian menghambat aliran empedu dan
menyebabkan proses inflamasi akut.

B. Patofisiologi

Jenis jenis batu empedu :


1. Batu colesterol : pembentukan batu ini dipengaruhi oleh factor makanan
2. Batu pigmen hitam : terbentuk karena gangguan keseimbangan metabolik pada anemia
hemolitik ataupun sirosis hepatis
3. Batu kalsium : berbentuk kecil-kecil, tidak teratur, berjumlah banyak, berwarna
kecoklatan, kemerahan atau hitam.

C. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Penatalaksanaan operatif
1) Kolesistektomi : Bandung empedu dibuka, batu dan cairan empedu dikeluarkan. Sebuah
drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat luka
operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus dan getah empedu.
2) Koledosistotomi : insisi pada duktus koledukus untuk mengeluarkan batu
b. Penatalaksanaan instrumentatif
1) ESWL (Extra Corporeal Shock Wave Litotripsi) : memecah batu dengan gelombang kejut
2) ERCP (Ekstra Corporeal Reseksi Colangio Prosedur) : memotong serabut mukosa spikter
addi sehingga spinkter terbuka.
c. Penatalaksanaan konservatif
1) Dengan pengobatan simtomatik : antibiotic, anti emetic, vit K
2) Diet rendah lemak
3) Pemberian obat Urodoksikolat (pelarut batu )
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Meredakan nyeri
b. Memperbaiki status nutrisi
c. Pengaruran diet TKTP, rendah lemak
d. Support Mental pada pre operasi

D. Asuhan Keperawatan
1. Data Dasar Pengkajian
a. aktivitas dan istirahat ( gelisah, kelemahan )
b. sirkulasi : takikardi, berkeringat
c. eliminasi : perubahan warna urine/feses, teraba masa pada kwadran atas abdomen
d. makanan dan cairan : anoreksia, mual, muntah
e. nyeri/ kenyamanan : kolik adomen menyebar ke punggung dan bahu kanan, distensi
abdomen dan nyeri tekan pada kwadran abdomen atas
f. pernapasan : peningkatan frekuensi pernapasan, napas pendek dan dangkal
g. keamanan : demam, menggigil, ikterik, berkeringat dan gatal
h. penyuluhan / pembelajaran : kecenderungan keluarga untuk menjadi batu empedu,
adanya kehamilan / melahirkan : riwayat DM, penyakit inflamasi usus

Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah lengkap : lekositosis sedang
b. Bilirubin dan amilase : meningkat
c. Enzim hati serum-AST(SGOT);ALT(SGPT);LDH;agak meningkat, ditandai obstruksi
bilier
d. Kadar protrombin : menurun bila obstrksi aliran empedu dalam usus menurunkan
absorsi vitamin K
e. Ultrasond : menyatakan kalkuli dan distensi kandung empedu dan / duktus empedu
f. Kolangiopankreatografi retrograd endoskopik : memperlihatkan percabangan bilier
dengan kanulasi duktus koledukus melalui duodenum
g. Kolangiografi transhepatik perkutaneus : pembedaan gambaran denganfluoroskopi
antara penyakit kandung empedu dan kanker pankreas (bila ikterik ada)
h. Kolesistogram ( untuk kolesistitis kronik ) : menyatakan batu pada sistem empedu.
Kontraindikasi pada kolesistitis karena pasien terlalu lemah untuk menelan zat lewat
mulut
i. Skan CT : dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu dan
membedakan antara ikterik obstruksi / non obstruksi
j. Skan hati ( dengan zat radioaktif ) : menunjukkan obsruksi percabangan bilier
k. Foto abdomen ( multiposisi) : menyatakan gambaran radiologi (kalsifikasi) batu empedu,
kalsifikasi dinding atau pembesaran kandung empedu
l. Foto dada : menunjukkan pernapasan yang menyebabkan penyebaran nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Mendikal Bedah volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Jull.1998. Diagnosa Keperawatan edisi 6. Jakarta: EGC

Dr.Tambayon jan.2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakata: EGC

Marilynne Doengoes dkk.1999. Rencana Asuhan keperawatan edisi 3.Jakarta: EGC

Nealon F Thomas,William H Nualan.1996. keterampilan pokok ilmu bedah edisi IV. Jakarta: EGC

Price A. Sylvia, lorraine M Wilson.2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis proses-proses penyakit, edisi

6, volume 1. Jakarta: EGC

Soeparman.1994. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 2. Jakarta. FKUI

Sudarmaji, Walid.2007.Hand out KMB 3.Asuhan Keperawatan Batu Empedu. Jakarta: AKPER RSPAD

Gatot soebroto

Tucker Martin susan dkk.1998. Standar perawatan pasien volume 2. Jakarta: EGC

Keperawatankita’s blog dari Http://Keperawatan kita.wordpress.com/2009/02/11/kolelitiasis-definisi-

serta-askepnya/diambil tanggal 26 Januari 2010

Diposkan oleh Bayu Darma Bestari di 23.57

Anda mungkin juga menyukai