JUVENILE DIABETES
Disusun Oleh:
1. Elfan Andi Saputra Zega (032020075)
2. Kristin Angelina Gultom (0320200
3. Karenika Br. Sembiring (0320200
4. Evlin Purba (0320200
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Anak Dengan Juvenile Diabetes ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak I.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Kelompok 8B
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dari asuhan keperawatan anak dengan juvenile diabetes
2. Supaya pembaca lebih mengerti tentang juvenile diabetes
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Juvenile Diabetes
Juvenile Diabetes (JD) adalah diabetes tipe I atau insulin dependent diabetes
mellitus(IDDM), terjadi pada masa kanak-kanak, bersifat herediter disebabkan olehreaksi
autoimmune pada sel betha pancreas. Kerusakan sel betha pancreas menyebabkan ketiadaan
insulin yang berakibat pada peningkatan kadar glukosa darah, yang dapat menyebabkan
komplikasi akut dan kronis. Komplikasi akut yang umum berupa ketoasidosis yang sangat
berbahaya dan secara kronis menimbulkan komplikasi seperti penyakit jantung koroner,
gagal ginjal, hipertensi, stroke, kebutaan dan luka gangren yang dapat berdampak pada
amputasi. Sekalipun data tentang penyandang JD di Indonesia belum tersedia, namun
diperkirakan jumlah kasus sebesar 5-10% dari jumlah kasus diabetes. Saat ini prevalensi
kasus diabetes secara nasional 5,7% dan Jawa barat 5,4%. Jadi diperkirakan angka JD
mencapai 0,2-0,26%. Kejadian JD pada masa kanak-kanak terbanyak dialami oleh
anakusia14-16 tahun, yaitu siswa kelas 8-9 meskipun beberapa kasus dijumpai pada anak
dibawahusia 1 tahun. Penyandang JD memerlukan suntikan insulin secara rutin setiap hari,
pengawasan komplikasi, keseimbangan pola makan dan pola aktifitas dan dukungan
psikologiksosial yang optimal yang akan menentukan kualitas hidup penyandangJD.
Kesemuanya itu merupakan perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan oleh penyandang JD
khususnya provider kesehatan baik perawat maupun dokter. (NEWCOMB, 1947)
Penyakit DM dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya produksi insulin karena penurunan
fungsi pada sel - sel beta pankreas yang dikenal dengan DM tipe 1 atau tidak efektifnya kerja
insulin di jaringan yang dikenal dengan DM 2. DM tipe 1 sering disebut Juvenile Diabetes
atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dengan jumlah penderita 5 – 10% dari
seluruh penderita DM dan biasanya terjadi pada anak-anak dan usia muda. DM tipe 2 disebut
juga Adult Diabetes atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Jumlah
penderita ini mencapai 90 – 95 % dari seluruh penderita DM. (Manuputty et al., 2019)
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (International Society of Pediatric and Adolescence
atau ISPAD, 2009), antara lain :
1. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
a) Immune mediated
b) Idiopatik
2. DM tipe-2
3. DM Tipe lain
a) Defek genetik fungsi pankreas sel
b) Defek genetik pada kerja insulin
c) Kelainan eksokrin pankreas Pankreatitis; Trauma/pankreatomi; Neoplasia; Kistik
fibrosis; Haemokhromatosis; Fibrokalkulus pankreatopati; dll.
d) Gangguan endokrin Akromegali; Sindrom Cushing; Glukagonoma;
Feokromositoma; Hipertiroidisme; Somatostatinoma; Aldosteronoma; dll.
e) Terinduksi obat dan kimia Vakor; Pentamidin; Asam Nikotinik; Glukokortikoid;
Hormon tiroid; Diazoxid; Agonis -adrenergik; Tiazid; Dilantin; -interferon; dll.
4. Diabetes mellitus kehamilan
B. Etiologi
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun. Pada
DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan
level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi
klinik pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis. (Azizah et al., 2019)
Faktor penyebab terjadinya DM Tipe I adalah infeksi virus atau rusaknya sistem
kekebalan tubuh yang disebabkan karena reaksi autoimun yang merusak sel-sel penghasil
insulin yaitu sel β pada pankreas, secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pada tipe I, pankreas
tidak dapat memproduksi insulin. Penderita DM untuk bertahan hidup harus diberikan insulin
dengan cara disuntikan pada area tubuh penderita. Apabila insulin tidak diberikan maka
penderita akan tidak sadarkan diri, disebut juga dengan koma ketoasidosis atau koma
diabetic. (Azizah et al., 2019)
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe- 1. Namun
yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor 7 genetik/keturunan. Resiko
perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui faktor genetik. (Manuputty et al.,
2019)
1. Faktor Genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
(human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi Adanya respons autotoimun yang merupakan respons
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu
autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
C. Patofisiologi
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical Practice
Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:
1. Periode pra-diabetes Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak
karena baru ada proses destruksi sel β-pankreas. Predisposisi genetik tertentu
memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai berkurang
ditandai dengan mulai berkurangnya sel β-pankreas yang berfungsi.Kadar C-peptide
mulai menurun.Pada periode ini autoantibodi mulai ditemukan apabila dilakukan
pemeriksaanlaboratorium.
2. Periode manifestasi klinis Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada
periode ini sudah terjadi sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena sekresi insulin
sangat kurang, maka kadar gula darah akan tinggi/meningkat. Kadar gula darah yang
melebihi 180 mg/dl akan menyebabkan diuresis osmotik. Keadaan ini menyebabkan
terjadinya pengeluaran cairan dan elektrolit melalui urin (poliuria, dehidrasi,
polidipsi). Karena gula darah tidak dapat di-uptake kedalam sel, penderita akan
merasa lapar (polifagi), tetapi berat badan akan semakin kurus. Pada periode ini
penderita memerlukan insulin dari luar agar gula darah di-uptakekedalam sel.
3. Periode honey-moon Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada
periode ini sisa-sisa sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi
insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan insulin dari luar tubuh akan
berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg berat 9 badan/hari. Namun periode ini hanya
berlangsung sementara, bisa dalam hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu
adanya edukasi ada orang tua bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang menetap.
4. Periode ketergantungan insulin yang menetap. Periode ini merupakan periode terakhir
dari penderita DM. Pada periode ini penderita akan membutuhkan insulin kembali
dari luar tubuh seumur hidupnya
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala diabetes mellitus tipe 1 seringkali tidak kentara namun jika dibiarkan
akan bertambah parah, diantaranya (Sciences, 2016):
Rasa haus yang ekstrim
Rasa lapar meningkat (terutama setelah makan)
Mulut kering
Sakit perut dan muntah
Sering buang air kecil
Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, meskipun sedang makan dan
merasa lapar - Kelelahan
Penglihatan kabur
Napas berat dan sulit (pernapasan Kussmaul)
Sering mengalami infeksi pada kulit, saluran kemih, atau vagina
Rasa senang atau mood berubah
Mengompol pada anak di malam hari
Tanda-tanda darurat dengan diabetes tipe 1 meliputi:
Gemetar dan kebingungan
Nafas cepat
Bau nafas
Sakit perut
Kehilangan kesadaran (jarang)
E. Komplikasi
Komplikasi DM Tipe-1 mencakup komplikasi akut dan kronik. Pada anak, komplikasi
kronik jarang menimbulkan manifestasi klinis signifikan saat masih dalam pengawasan
dokter anak. Sebaliknya, anak berisiko mengalami komplikasi akut setiap hari. Komplikasi
akut terdiri atas KAD dan hipoglikemia, Studi SEARCH menemukan bahwa sekitar 30%
anak 12 dengan DM tipe-1 terdiagnosis saat KAD. Kriteria KAD mencakup hiperglikemia,
asidosis, dan ketonemia. Gejala KAD antara lain adalah dehidrasi, takikardi, takipnea dan
sesak, napas berbau aseton, mual, muntah, nyeri perut, pandangan kabur, dan penurunan
kesadaran.31 Seringkali gejala-gejala ini disalahartikan oleh orangtua maupun tenaga
kesehatan sebagai usus buntu, infeksi, atau penyakit lainnya. Kelalaian ini dapat
menyebabkan kematian. Anak yang berkunjung secara rutin dan menetap pada dokter
keluarga atau dokter anak memiliki risiko yang lebih rendah terdiagnosis DM tipe-1 saat
KAD. Sebaliknya, KAD saat diagnosis berhubungan signifikan dengan penghasilan keluarga
yang rendah, ketiadaan asuransi kesehatan, dan pendidikan orang tua yang rendah.
Pemantauan dan edukasi mengenai hipoglikemia merupakan salah satu komponen utama tata
laksana diabetes. Terapi hipoglikemia diinisiasi saat kadar glukosa darah ≤70 mg/dL. Anak
usia muda memiliki risiko tinggi hipoglikemia karena tidak mampu mengomunikasikan
keluhan. Gejala hipoglikemia diakibatkan oleh aktivasi adrenergik (berdebar, gemetar,
keringat dingin) dan neuroglikopenia (nyeri kepala, mengantuk, sulit konsentrasi). Pada anak
usia muda, gejala dapat berupa perubahan perilaku seperti iritabilitas, agitasi, tantrum, atau
kurang aktif. Selain pemantauan komplikasi akut, perlu juga dilakukan skrining komplikasi
kronik yang dapat dibedakan menjadi komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular.
Komplikasi mikrovaskular mencakup nefropati, retinopati, dan neuropati. Komplikasi yang
mengenai pembuluh darah besar adalah penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular,
dan penyakit pembuluh darah perifer (klaudikasio, infeksi/ gangrene, amputasi). (Manuputty
et al., 2019)
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan
mulai Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum
pasien, tanda-tanda vital, dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan
umum pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan,
riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat
keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
a) Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, alamat, Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas tanggal masuk rumah sakit, nomor
register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan ini digunakan
untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat
dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit
infeksi. alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat
keadaan penyakit infeksi.
b) Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. Merupakan
kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Data Subjektif yg yg mungkin mungkin timbul :
Klien mengeluh sering kesemutan.Klien mengeluh sering kesemutan.
Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hariKlien mengeluh sering
buang air kecil saat malam hari
Klien mengeluh sering merasa hausKlien mengeluh sering merasa haus
Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)Klien
mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
Klien mengeluh merasa lemahKlien mengeluh merasa lemah
Klien mengeluh pandangannya kaburKlien mengeluh pandangannya kabur
Data Objektif yang mungkin timbul
Klien tampak lemas.Klien tampak lemas.
Terjadi penurunan berat badanTerjadi penurunan berat badan
Tonus otot menurunTonus otot menurun
Terjadi atropi ototTerjadi atropi otot
Kulit dan membrane mukosa tampak keringKulit dan membrane mukosa
tampak kering
Tampak adanya luka ganggrenTampak adanya luka ganggren
c) Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif
atau GCS Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat
kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien. dan respon verbal klien.
d.Tanda-tanda Vital d.Tanda-tanda Vital Meliputi pemeriksaan: Meliputi
pemeriksaan: Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda,
kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien
cenderung memiliki TD yang meningkat/ kondisi patologis. Biasanya pada DM
type 1, klien cenderung memiliki TD yang meningkat/ tinggi/ hipertensi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi
pankreas dalam darah yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
GDS > 200 mg/dL. 24
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (defisiensi
insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun walaupun intake
makanan adekuat, mual dan muntah.
c. Defisit volume cairan berhubungan dengan ditandai dengan diuresis
meningkat, hiperglikemia, diare, muntah, poliuria, evaporasi.
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungn dengan hipoksia perifer
yang ditandai dengan sianosis, akral dingin, CRT > 3 detik.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energi, perubahan kimia
darah, insufisiensi insulin, hipermetabolik ditandai dengan keletihan, RR
meningkat, sianosis.
f. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.
g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer.
h. Resiko infeksi berhubungan pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan
fungsi limfosit)
3. Perencanaan
3. Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
8. Resiko infeksi NOC NIC 1. Mengetahui
Immune Infection Control tanda – tanda
Status (Kontrol infeksi) infeksi
Knowledge : 1. Observasi ttv 2. Mencegah
Infection control 2. Bersihkan infeksi
Risk control lingkungan setelah 3. Mencegah infeksi
dipakai pasien lain silang
Kriteria Hasil: 3. Batasi pengunjung antara
1. Klien bebas dari bila perlu pengunjung
tanda dan gejala 4. Instruksikan pada dengan pasien
infeksi, tidak ada pengunjung untuk
kalor, dolor, rubor, mencuci tangan saat
tumor dan fungsi berkunjung dan
leusa setelah berkunjung
2. Menunjukkan meninggalkan pasien
kemampuan untuk 5. Gunakan sabun
antimikrobia untuk
mencegah
cuci tangan
timbulnya infeksi
A. Kesimpulan
Menurut American Diabetes Association atau ADA (2010), diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan insulin, kerja insulin atau kedua – duanya. Diabetes mellitus (DM) tipe-1 adalah
DM akibat insulin tidak cukup diproduksi oleh sel beta pankreas, sehingga terjadi
hiperglikemia (WHO, 2017). Tipe -1 ini ditandai dengan berkurangnya sel beta pankreas
yang diperantarai oleh imun atau antibodi, sehinga sepanjang hidup penderita ini tergantung
pada insulin eksogen (Chiang JL, 2014). Gejala DM tipe-1 pada anak sama dengan gejala
pada dewasa, yaitu poliuria dan nokturia, polifagia, polidipsia, dan penurunan berat badan.
Gejala lain yang dapat timbul adalah kesemutan, lemas, luka yang sukar sembuh, pandangan
kabur, dan gangguan perilaku.
Pengkajian yang dilakukan pada anak dengan penyakit diabetes juvenile adalah identitas
klien, riwayat keperawatan, keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat penyakit
yang diderita, riwayat psikososial keluarga, kebutuhan dasar, pemerikasaan fisik. Diagnosa
keperawatan yang muncul pada kasus ini yaitu resiko ketidakseimbangan kadar glukosa
darah, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, defisit volume cairan,
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, intoleransi aktivitas, resiko cedera, kerusakan
integritas kulit , dan resiko infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, A. N., Setiyobroto, I., & Kurdanti, W. (2019). Konseling Gizi Menggunakan Media
Aplikasi Nutri Diabetic Care Untuk Meningkatkan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Puskesmas Gamping I. Skripsi Thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta., 7–35.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/1352
Manuputty, C. F. P., Ayu, A., Sarita, P., Alcina, L., & Costa, D. (2019). Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan Diabetes Melitus Juvenile. Karya Tulis Ilmiah, 1–35.
https://pdfcoffee.com/askep-pada-anak-diabetes-melitus-juvenile-pdf-free.html
NEWCOMB, A. L. (1947). Juvenile diabetes. In The Proceedings of the Institute of Medicine
of Chicago (Vol. 16, Issue 12).
Prawitasari, D. S. (2019). Diabetes Melitus dan Antioksidan. KELUWIH: Jurnal Kesehatan
Dan Kedokteran, 1(1), 48–52. https://doi.org/10.24123/kesdok.v1i1.2496
Sciences, H. (2016). 済無 No Title No Title No Title. 4(1), 1–23.